KEPERAWATAN JIWA
Dosen Pembimbing:
NAMA KELOMPOK 2:
TINGKAT 2C
JURUSAN KEPERAWATAN
2022
1
A. FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN
1. Definisi
Kehilangan dan berduka adalah suatu keadaan individu mengalami kehilangan sesuatu
yang sebelumnya ada dan dimiliki. Kehilangan merupakan sesuatu yang sulit dihindari
(Stuart, 2005), seperti kehilangan harta, kesehatan, orang yang dicintai, dan kesempatan.
Berduka adalah reaksi terhadap kehilangan, yaitu respons emosional normal dan
merupakan suatu proses untuk memecahkan masalah. Seorang individu harus diberikan
kesempatan untuk menemukan koping yang efektif dalam melalui proses berduka,
sehingga mampu menerima kenyataan kehilangan yang menyebabkan berduka dan
merupakan bagian dari proses kehidupan.
2
2. Rentang Respon
Tahapan rentang respon kehilangan menurut Elisabeth Kubler Ross dan David Kessler
(2004:7-24) terdapat 5 tahapan, yaitu:
1. Denial (Penolakan)
Seseorang yang baru saja mengalami kejadian menyedihkan akan berpikir “ini tidak
mungkin terjadi.” Reaksi penolakan ini adalah sebuah reaksi yang normal dilakukan
banyak orang yang sedang dipenuhi dengan emosi. Penolakan atau denial merupakan
salah satu mekanisme pertahanan yang biasa dilakukan orang untuk melindungi hal
yang ia percayai. Orang yang sedang berada dalam tahap ini belum bisa mempercayai
peristiwa yang dialami sekaligus menarik diri dari semua orang. Tahap ini adalah
respons sementara yang membawa seseorang pada gelombang rasa sakit
yangpertama. Reaksi pertamanya yaitu: kaget, tidak percaya, atau mengingkari
kenyataan. Berlangsung beberapa menit hingga beberapa tahun.
2. Anger (Marah)
Memudarnya efek penyangkalan dan isolasi akan diiringi dengan rasa sakit yang
belum bisa diterima seseorang. Seseorang dengan rasa sakit rentanterpicu emosi
untuk melampiaskan rasa sakitnya melalui kemarahan. Rasa marah kadang diarahkan
pada orang yang berkaitan dengan peristiwa yang dialami seseorang. Seperti
membenci orang yang sudah meninggal. Merasakecewa akan peristiwa yang terjadi.
Namun, bukan tidak mungkin rasa marah, rasa membenci dan rasa kecewa ini
dilampiaskan kepada orang yang tidak berkaitan.
3. Bergaining (Penawaran)
Pada tahap ini seseorang diam-diam akan membuat kesepakatan dengan Tuhan
sebagai upaya melindungi diri dari rasa sakit. Fase ini adalah fasepertahanan yang
paling lemah dalam melindungi seseorang dari kenyataan yang menyakitkan. Pada
fase ini, seseorang mulai percaya terhadap apa yang sudah menimpanya.Setelah
kemarahan mulai pudar, mulai timbul perasaan bersalah atau penyesalan dan biasanya
diiringi dengan pikiran “kalau saja...” seperti “kalau saja saya sadar sebelumnya...”
dan sebagainya.
4. Depression (Depresi)
3
Depresi ini berisi kesedihan, kekhawatiran, dan kegelisahan. Fase ini dapat berakhir
ketika seseorang mendapatkan klarifikasi dan jaminan yang dapat meyakinkan bahwa
hidup mereka akan baik-baik saja. Depresi ini bisa jadi sebuah persiapan untuk
melepas dan menerima seluruh keadaan. Fase ini dapat berkurang dengan afeksi
berupa pelukan dan pujian. Dalam tahapan ini menunjukkan sikap menarik diri,
bersikap sangat penurut, menyataankeputusasaan, kesedihan , keragu-raguan, bahkan
merasa tidak berharga.
5. Acceptance (Penerimaan)
Penerimaan tidak selalu menjadi tahap yang membahagiakan atau membangkitkan
semangat. Tahap ini tidak berarti seseorang telah melewati kesedihan. Seseorang
mungkin akan merasakan perubahan besar dalam hidupnya. Perasaan kurang puas
dalam fase ini dapat diminimalisir apabila seseorang sudah bisa bahwa masalah ini
tidak akan terlalu berat jika dibandingkan hal buruk lainnya yang untungnya tidak
mereka alami atau berhasil mereka lewati sebelumnya. Tahapan ini akan memikirkan
objek yang hilang beralih ke objek lain, dan menerima kenyataan kehilangan. Serta
mulai memandang ke depan
Fase berduka
Menurut teori Rondo dalam Yusuf (2015) menjelaskan proses berduka meliputi
tiga fase, yaitu:
a. Fase awal
Pada fase awal seseorang menunjukkan reaksi syok, tidak yakin, tidak
percaya, perasaan dingin, perasaan kebal, dan bingung. Perasaantersebut
berlangsung selama beberapa hari, kemudian individu kembali pada perasaan
berduka berlebihan. Selanjutnya, individu merasakan konflikdan
mengekspresikannya dengan menangis dan ketakutan. Fase ini akan
berlangsung selama beberapa Minggu.
b. Fase pertengahan
Fase kedua dimulai pada minggu ketiga dan ditandai dengan adanya perilaku
obsesif. Sebuah perilaku yang terus mengulang-ulang peristiwa kehilangan
yang terjadi.
4
c. Fase pemulihan
Fase terakhir dialami setelah tahun pertama kehilangan. Individu memutuskan
untuk tidak mengenang masa lalu dan memilih untuk melanjutkan kehidupan.
Pada fase ini individu sudah mulai berpartisipasi kembali dalam kegiatan
sosial.
3. Faktor Predisposi
1. Genetik Individu yang dilahirkan dan dibesarkan dalam keluarga yang memiliki
riwayat depresi biasanya sulit mengembangkan sikap optimis dalam menghadapi
suatu masalah, termasuk menghadapi kehilangan.
2. Kesehatan fisik Individu dengan keadaan fisik yang sehat, cara hidup yang
teratur, cenderung memiliki kemampuan untuk mengatasi stres yang lebih tinggi
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
3. Kesehatan jiwa/mental Individu yang mengalami gangguan jiwa terutama
memiliki riwayat depresi, yang ditandai dengan perasaan tidak berdaya,
pesimistik, selalu dibayangi oleh masa depan yang suram, biasanya sangat berat
terhadap situasi kehilangan.
4. Pengalaman kehilangan masa lalu Kehilangan atau perpisahan dengan orang yang
bermakna di masa kanak-kanak akan mempengaruhi kemampuan individu dalam
kehilangan masa dewasa
4. Faktor Presipitasi
Ada beberapa stressor yang perasaan kehilangan. Kehilangan kasih sayang secara nyata
ataupun imajinasi individu seperti: kehilangan sifat bio-psiko-sosial antara lain meliputi;
a. Kehilangan kesehatan
b. Kehilangan fungsi seksualitas
c. Kehilangan peran dalam keluarga
d. Kehilangan posisi di masyarakat
5
e. Kehilangan harta benda atau orang yang dicintai
f. Kehilangan kewarganegaraan
5. Sumber Koping
a) Sumber Koping Primer merupakan suatu kemampuan individu dalam menghadapi situasi
yang penuh stres dengan melibatkan kemampuan kognisi afeksi, fisiologi perilaku dan
respon sosial. Sumber koping primer ini merupakan evaluasi terhadap kesejahteraan
individu. Disini individu memaknai stresor dalam hal pengertian stresor bagi inidividu
sediri, intensitasnya, dan keunikan individu dalam menginterpretasi stresor.
b) Sumber Koping Skunder, Penilaian sekunder individu adalah evaluasi terhadap sumber
koping, pilihan atau strategi yang dilakukan seseorang (Stuart dan Sundeen, 1987).
Penilaian terhadap koping sumber sekunder merupakan hal penting dalam menghadapi
suasana kehidupan yang penuh stress.
6. Mekanisme Koping
Koping yang sering dipakai individu dengan kehilangan respon antara lain: Denial,
Represi, Intelektualisasi, Regresi, Disosiasi, Supresi dan Proyeksi yang digunakan untuk
menghindari intensitas stress yang dirasakan sangat menyakitkan. Regresi dan disosiasi
sering ditemukan pada pasien depresi yang dalam. Dalam keadaan patologis mekanisme
koping tersebut sering dipakai secara berlebihan dan tidak tepat.dicintaiu (Tanda dan
gejala):
6
Isolasi sosial atau menarik diri
Gagal untuk mengembangkan hubungan/ minat-minat baru
Gagal untuk menyusun kembali kehidupan setelah kehilangan.
8. Masalah Keperawatan
Ketidakberdayaan
Berduka
Ansietas
Gangguan Interaksi Social
Gangguan Pola Tidur
Kesiapan Peningkatan Konsep Diri
Berduka
Disfungsional Efek
7
V. Rencana Keperawatan (SLI - SIKI)
8
B. FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN
Keluhan utama
Pada tanggal 21 Februari 2022 Ny. R dating ke Poliklinik Medika Utama dengan keluhan
Tidak dapat tidur, tidak napsu makan tidak memiliki keinginan untuk melakukan kegiatan
apapun. Pasien mengeluh lemas, seluruh badan seperti mati rasa. Pasien juga mengatakan
keluhan tersebut terjadi sejak kematian suaminya 6 bulan yang lalu. Pasien merasa
suaminya masih hidup dan hanya pergi untuk sementara waktu saja. Pasien mengatakan
sejak kematian suaminya dirinya merasa kesepian, tidak ada yang memperhatikan dan
merasa sendiri dunia terasa hampa dan sebahagian dari dirinya ikut pergi. Setelah
dilakukan pemeriksaan TTV didapatkan TD 120/80 Nadi 85 x/mnt, pernapasan 21 kali per
menit pasien tampak lesu, tidak bersemangat dan tangan dingin.
9
2. Masalah Psikologis : px merasa kesepian sejak ditinggal suaminya dan merasa dirinya
hampa karena sebagian dari dirinya ikut pergi, px merasa bahwa suaminya masih hidup
dan hanya pergi untuk sementara waktu saja.
3. Masalah Sosiobudaya : px merasa tidak ada yang memperhatikan dan tidak berguna
Masalah keperawatan : Berduka
a. Kognitif : px merasa tidak memiliki nafsu makan, tidak bisa tidur, dan tidak
ingin berkegiatan
b. Persepsi : px merasa sendirian tanpa suaminya
c. Afekemosi : px merasa sedih berkelanjutan, merasa kesepian, dan lemas
d. Perilaku /Behavior: px sering merebahkan dirinya, sering melamun,dan raut muka
sedih(menangis)
Masalah Keperawatan : Berduka, Kesiapan Peningkatan Konsep Diri
10
5. Keluhanfisik : Seluruhbadanterasamati rasa
6. Hasil Pemeriksaan fisik :tampak lesu, tidak bersemangat, postur tubuh menunduk,
tampak sedih, kontak mata kurang, dan tangan dingin
Masalah Keperawatan : Gangguan Interaksi Sosial
11
X. MEKANISME KOPING/CARA PENYELESAIAN MASALAH
Menggunakan defense
mekanisme,sebutkan_________________________________
Mengabaikan masalah
Mencari Informasi
Problem sloving
1. Ketidakberdayaan
2. Berduka
3. Ansietas
4. Gangguan Interaksi Social
5. Gangguan Pola Tidur
6. Kesiapan Peningkatan Konsep Diri
N DATA MASALAH
O
12
DO:Tampak lesu, tidak bersemangat.
5. DS:Px mengatakan tidak dapat tidurbaru bisa tidur Gangguan Pola Tidur
pukul 5 pagi sampai dengan pukul 8 pagi karena tidak
ada suaminya, tidak memiliki keinginan untuk
melakukan kegiatan apapun.
13
beraktivitas secara normal dan banyak mendapatkan
perhatian dari lingkungan.Px sadar akan
penyimpangan pada setiap tindakannya
Kesiapan Peningkatan
Konsep Diri
Ansietas
Ketidakberdayaan
Berduka (Kehilangan)
Masalah Utama
Kematian Suami
14
2. Berduka b.d kehilangan d.d merasa sedih, tidak menerima kehilangan, pola tidur
berubah, fungsi imunitas terganggu, merasa tidak berguna, menangis
3. Ansietas b.d krisis situasional d.d sulit tidur, berorientasi pada masa lalu, merasa tidak
berdaya.
4. Gangguan Interaksi Social b.d keengganan berpisah dengan orang terdekat d.d tidak
berminat melakukan kontak fisik da nemosi, merasa tidak nyaman dengan situasi
social, gejala cemas berat, ekspresi wajah tidak reponsif.
5. Gangguan Pola Tidur b.d ketiadaan teman tidur d.d mengeluh sulit tidur, mengeluh
keampuan beraktivitas menurun.
6. Kesiapan Peningkatan Konsep Diri d.d mengekspresikan keinginan untuk
meningkatkan konsep diri, Tindakan sesuai dengan perasaan dan pikiran yang
diekspresikan.
Kelompok 2
15
DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN
(berdasarkan prioritas)
Ruang :Cempaka
D.0081 21 Februari Berduka b.d kehilangan d.d merasa sedih, 23 Februari Kelompok
2022 tidak menerima kehilangan, pola tidur 2022 2
berubah, fungsi imunitas terganggu, merasa
tidak berguna.
16
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
TUJUAN
DIAGNOSA
TGL NO DX KRITERIA INTERVENSI RASIONAL TT
KEPERAWATAN
STANDART
21 D.0081 Berduka b.d (Kode SLKI :L.09094) Dukungan Proses Berduka Observasi kKel
Februari kehilangan d.d omp
2022 merasa sedih, tidak Setelah dilakukan (Kode SIKI : I.09274) 1. Dengan mengidentifikasi ok 2
menerima intervensi keperawatan, kehilangan yang dihadapi,
maka tingkat berduka Observasi klien bisa mengetahui
kehilangan, pola tidur
berubah, fungsi membaik dengan kriteria 1. Identifikasi kehilangan yang dihadapi seberapa besar kehilangan
imunitas terganggu, hasil : 2. identifikasi proses berduka yang dialami yang dialami
merasa tidak berguna. 3. identifikasi keterikatan pada orang yang 2. Dengan mengidentifikasi
1. Verbalisasi menerima proses berduka, klien bisa
kehilangan meningkat meninggal
mengetahui proses berduka
2. Verbalisasi perasaan Terapeutik yang dialami
berguna meningkat 3. Dengan mengidentifikasi
3. Verbalisasi perasaan 1. Motivasi agar mau mengungkapkan perasaan
keterikatan pada orang
sedih menurun kehilangan
yang meninggal, klien bisa
4. Menangis menurun 2. Motivasi untuk menguatkan dukungan
mengetahui seberapa erat
5. Pola tidur membaik keluarga atau orang terdekat
ikatan dengan orang yang
6. Imunitas membaik 3. Fasilitasi mengekspresikan perasaan dengan
meninggal
cara yang nyaman
Terapeutik
Edukasi
1. Dengan member motivasi
1. Anjurkan mengekspresikan perasaan tentang
klien diharapkan mau
kehilangan
17
2. Ajarkan melewati proses berduka secara mengungkapkan perasaan
bertahap kehilangan
2. Dengan member motivasi,
klien diharapkan mendapat
dukungan keluarga atau
orang terdekat
3. Dengan memberifasilitas,
klien diharapkan mampu
mengekspresikan perasaan
dengan cara yang nyaman
Edukasi
18
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
NO
Dx Tang IMPLEMENTASI KEPERAWATAN EVALUASI
gal
&
jam
D.0081 21- Dukungan penampilan peran S:
02-
2022 / Observasi : Verbalisasi menerima kehilangan
08.00 belum meningkat (pasien
1. Mengidentifikasi kehilangan yang
WIB mengatakan“saya masih tidak
dihadapi
percaya Ns, suami saya rasa nya
Respon hasil : kematian dari
masih hidup”)
suaminya
Verbalisasi perasaan berguna
2. Mengidentifikasi proses duka
yang dialami meningkat (px mengatakan
Respon hasil : pasien mengeluh “besok setelah pulang dari RS,
lemas dan seluruh badan lemas saya akan membersihkan
seperti mati rasa ,pasien juga rumahsaya Ns”)
mengeluh suaminya masih hidup Verbalisasi perasaan sedih
dan hanya pergi untuk sementara menurun (px mengatakan “saya
waktusaja (pasien masuk pada merasa lebih tenang dan lega Ns
tahap denial/penolakan) setelah mengaji ini”)
3. Mengidentifikasi keterikatan Pola tidur belum membaik (Px
dengan orang yang meninggal mengatakan “saya hanya tidur
Respon hasil :pasien ditinggal selama 5 jam saja tadi malam
meninggal oleh suaminya sendiri Ns”)
yaitu orang yang sangat ia cintai O : Menangis (px tampak sedikit
dan px sangat bergantung pada sedih)
suaminya. Imunitas membaik (Px tampak
memiliki nafsu makan yang
Terapeutik : baik)
4. Memotivasi agar mau
A : masalah teratasi sebagian
mengungkap kan perasaan
kehilangan P : lanjutkan intervensi 4, 6, 7, dan 8
Respon hasil : pasien mampu (Memotivasi agar mau
menerima keadaan bahwa mengungkapkan perasaan
19
suaminya telah tiada kehilangan, Anjurkan
5. Memotivasi untuk menguatkan mengekspresikan perasaan tentang
dukungan keluarga atau orang kehilangan, Memfasilitasi
terdekat mengekspresikan perasaan dengan
Respon hasil : Px ingin kembali cara yang nyaman, dan Ajarkan
bergairah dan melanjutkan hidup proses berduka secara bertahap)
dengan baik dan normal untuk
anak-anaknya
6. Memfasilitasi mengekspresikan
perasaan dengan cara yang
nyaman
Respon hasil : Px
mengekspresikan rasa sedih nya
dengan mengaji, dan px
mengatakan merasa lebih lega dan
nyaman
Edukasi :
7. Anjurkan mengekspresikan
perasaan tentang kehilangan
Respon hasil : pasien mampu
menerima keadaan bahwa
suaminya telah tiada dan ingin
melanjutkaan hidup bersama
denga nanak-anaknya
8. Ajarkan proses berduka secara
bertahap
Respon hasil : pasien mampu
melewati semua ujian yang telah
ia hadapi
20
STRATEGI PELAKSANAAN (SP) KOMUNIKASI
Ny R umur 68 tahun datang ke poliklinik penyakit dalam dengan keluhan tidak dapat tidur,
pasien mengatakan tidak nafsu makan dan tidak memilih melakukan kegiatan apapun. pasien
mengeluh lemas, seluruh badan seperti mati rasa. pasien juga mengatakan keluhan tersebut
terjadi sejak kematian suaminya 6 bulan yang lalu. pasien merasa suaminya masih hidup dan
hanya pergi untuk sementara waktu saja. hasil observasi didapatkan data TD: 120/80 mmHg
Nadi 85 x/menit, Rr 21 x/menit. pasien tampak lesu, tidak bersemangat dan tangan dingin. pasien
mengatakan sejak kematian istrinya dirinya merasa kesepian, tidak ada yang memperhatikan dan
merasa sendiri dunia terasa hampa dan kebahagiaan dari dirinya ikut pergi
Salam terapeutik
N : “selamat pagi ibu, perkenalkan saya ners …, dengan ibu siapa ya?”
R : “pagi ners, nama saya Ratih PutriArjosari.” (tampak sedih dan menjawab dengan
nada rendah)
R : “Ratih”
N : “ibu kalau saya perhatikan tampak lesu dan tidak bersemangat, ada keluhan apa
ibu?”
N : “baikbu, kalau boleh tau apa yang ibu rasakan saatini?” (thouching &
tersenyum)
N : “hmm, bagaimana kalau sekarang kita berbincang-bincang tentang apa yang ibu
rasakan saat ini?”
R : “iya ners”
Kontrak: waktu, tempat dan tujuan (tuliskan apa yang akan dilakukan / tujuan,
N : “kalau boleh saya usulkan ,mungkin 10-15 menit, apakah itu terlalu lama
menurut ibu?
21
R : (menggelengkan kepala)
Fase kerja
N : “Baik Ibu, tadi Ibu mengatakan Ibu merasa sangat sedih. Apa yang
menyebabkan Ibu merasa sangat sedih?”
N : “Jadi, Ibu merasa sangat sedih karena ditinggal suami Ibu. Betul seperti itu?”
R : (menangis)
N : “kalau boleh tau sudah berapa lama sejak kematian suami ibu?”
R : “saya sering menangis tidak bisa tidur, saya gak mau makan dan tidak
melakukan kegiatan apapun. Saya merasa dunia ini hampa dan kebahagiaan dari dirinya ikut
pergi.”
N : “Begini Ibu, Saya sangat paham sekali jika Ibu sedih dan sering menangis
karena ditinggal mati anak Ibu. Tetapi, apakah ketika Ibu terus menerus menangis, hingga lupa
makan, akan mengembalikan anakIbu?”
R : “Tidak ners. Tapi ners tidak merasakan apa yang saya rasa. Saya kehilangan
suami Saya, bukan benda. Jadi jangan seenaknya Suster bilang seperti itu.” (Marah)
N : “maaf bu, Saya tidak bermaksud. Tapi coba Ibu pikir, jika Ibu pulang kerumah
nanti, Ibu tidak akan bertemu dengan suami Ibu, karena suami Ibu memang sudah meninggal. Itu
sudah menjadi kehendak tuhan. Ibu harus berusaha menerima kenyataan ini.”
R : “Andaikan Saya tidak mengizinkan suami Saya untuk pergi saatitu, pasti ini
tidak akan terjadi.” (Tawar menawar)
N : “Ibu, hidup matinya seseorang semua sudah diatur oleh tuhan. Meninggalnya
suami ibu juga merupakan kehendak-Nya sebagai….”
22
N : “begini saja bu, saya memiliki cara untuk membantu mengurangi perasaan sedih
yang ibu alami. Yakni dengan melakukan aktivitas fisik yang bermanfaat, kalau boleh tau hoby
ibu apa ya?
R : ‘’ sebenarnya saya tidak memiliki hobi ners, saya selalu disibukkan melakukan
pekerjaan rumah saja ‘’
N : ‘’baik kalau begitu, bagaimana jika kita mendiskusikan kegiatan supaya ibu
lebih membaik, merasa tenang dan tidak sedih lagi? ‘’
R : ‘’ boleh ners ‘’
R : ‘’ bisa ners ‘’
N : ‘’ baik, sekarang boleh ibu coba bacakan sedikit saja, beberapa ayat
saja ?‘’(sembari memberikan al-qur’an kecil )
R : ‘’ baik ners ‘’
( membaca al – qur’an )
N : ‘’baik kalau begitu, bagaimana jika ibu melakukan kegiatan mengaji rutin
setelah sholat, supaya ibu merasa tenang,nyaman, dan dapat melupakan suami ibu, sembari
mendoakan beliau, apakah ibu sanggup ? ‘’
N : ‘’kalau begitu, mulai kapan ibu bisa melakukan mengaji rutin setelah sholat?’’
Terminasi
23
N : ‘’baik ibu, sekarang coba ibu ulangi kembali kegiatan apa yang harus ibu
lakukan ?’’
R :’’ baik sudah paham ya ibu. Kalau begitu saya akhiri pertemuan kali ini karena
waktu sudah berjalan 15 menit ya ibu. Untuk satu minggu lagi ibu harus control ke poliklinik
lagi ya.’’
R : ‘’sama-sama ibu, minggu depan saya mau melihat ibu sudah tidak sedih lagi dan
harus lebih semangat ya ibu, apakah ibu sanggup ?’’
R :’’ baik bu, saya pamit terlebih dahulu. Jangan lupa untuk mengaji rutin setelah
sholat ya ibu. Selamats iang.’’
N : ‘’ selamat siang ‘’
24