Anda di halaman 1dari 22

TUGAS III

PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN TRANSPORTASI DARAT II

Nama : Danny Muhammad Muflih


Notar : XXV.1.010
Kelas : D-IV Transportasi Darat Lanjutan A
Mata Kuliah : Peraturan Perundang-Undangan Transportasi Darat II
Dosen : Sahar Andika P, MH

RANGKUMAN MATERI PERKULIAHAN KE-3

Kendaraan
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
mengatur terkait tentang Kendaraan. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang
terdiri atas Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Tidak Bermotor.

Adapun beberapa peraturan perundang-undangan yang secara spesifik mengatur terkait


Kendaraan antara lain sebagai berikut:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan
Adapun peraturan pelaksanaan dari PP 55 tahun 2012 antara lain:
a. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 133 Tahun 2015 tentang Pengujian Berkala
Kendaraan Bermotor
b. Peraturan Menteri Perhubungan 33 Tahun 2018 tentang Pengujian Tipe Kendaraan
Bermotor jo. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 30 Tahun 2020 tentang
Perubahan PM 33 Tahun 2018
c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 53 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penarikan
Kembali Kendaraan Bermotor
d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 54 Tahun 2019 tentang Tata Cara Uji Sampel
Kendaraan Bermotor
e. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun 1993 tentang Persyaratan Ambang
Batas Laik Jalan Kendaraan Bermotor
f. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 59 Tahun 2020 tentang Keselamatan Pesepeda
Di Jalan

Dari Peraturan Menteri tersebut, terdapat beberapa turunan regulasi pelaksanaannya


berupa Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat, antara lain:
a. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 1471 Tahun 2017 tentang
Akreditasi Unit Pelaksana Uji Berkala Kendaraan Bermotor jo. Peraturan Direktur
Jenderal Perhubungan Darat Nomor 3914 Tahun 2018 tentang Perubahan Peraturan
Direktur Jenderal Perhubungan Darat 1471 Tahun 2017
b. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.1472 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Penomoran Nomor Uji Berkala
c. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 1277 Tahun 2019 tentang
Pedoman Teknis Sertifikat Uji Tipe dan Sertifikat Registrasi Uji Tipe

Sesuai dengan perkembangan teknologi otomotif, industri kendaraan bermotor yang


digerakan menggunakan tenaga listrik semakin dikembangkan oleh pabrikan kendaraan
bermotor. Dalam rangka mendukung kegiatan tersebut, maka telah diundangkan beberapa
regulasi yang mengatur terkait dengan kendaraan listrik antara lain:
2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan
Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai
Adapun beberapa regulasi turunan dari Perpres 55 tahun 2019 antara lain:
a. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 44 Tahun 2020 tentang Pengujian Fisik
Kendaraan Bermotor Listrik
b. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 45 Tahun 2020 tentang Kendaraan Tertentu
Dengan Menggunakan Penggerak Motor Listrik
c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 65 Tahun 2020 tentang Konversi Sepeda Motor
Dengan Penggerak Motor Bakar Menjadi Sepeda Motor Listrik Berbasis Baterai

Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan
Jalan, Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan terdapat beberapa
definisi terkait dengan kendaraan seperti seperti:
1. Kendaraan adalah suatu sarana angkut di jalan yang terdiri atas Kendaraan Bermotor
dan Kendaraan Tidak Bermotor.
2. Kendaraan Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh peralatan mekanik
berupa mesin selain Kendaraan yang berjalan di atas rel.
3. Kendaraan Tidak Bermotor adalah setiap Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga
manusia dan/atau hewan.
4. Kendaraan Bermotor Umum adalah setiap Kendaraan yang digunakan untuk angkutan
barang dan/atau orang dengan dipungut bayaran.
5. Sepeda Motor adalah Kendaraan Bermotor beroda dua dengan atau tanpa rumah-rumah
dan dengan atau tanpa kereta samping atau Kendaraan Bermotor beroda tiga tanpa
rumah-rumah.
6. Mobil Penumpang adalah Kendaraan Bermotor angkutan orang yang memiliki tempat
duduk maksimal 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya tidak
lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus) kilogram.
7. Mobil Bus adalah Kendaraan Bermotor angkutan orang yang memiliki tempat duduk lebih
dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk pengemudi atau yang beratnya lebih dari 3.500
(tiga ribu lima ratus) kilogram.
8. Mobil Barang adalah Kendaraan Bermotor yang dirancang sebagian atau seluruhnya
untuk mengangkut barang.
9. Rumah–rumah adalah bagian dari Kendaraan Bermotor jenis Mobil Penumpang, Mobil
Bus, Mobil Barang, atau Sepeda Motor yang berada pada landasan berbentuk ruang
muatan, baik untuk orang maupun barang.

Secara umum, kendaraan terdiri atas:


1. Kendaraan Bermotor, dikelompokkan berdasarkan jenis:
a. Sepeda motor, meliputi:
1) Kendaraan bermotor roda 2 (dua) dengan atau tanpa rumah-rumah
2) Kendaraan bermotor roda 2 (dua) dengan atau tanpa kereta samping
3) Kendaraan bermotor roda 3 (tiga) tanpa rumah-rumah
b. Mobil penumpang meliputi:
1) Mobil penumpang sedan yang memiliki 3 (tiga) ruang, terdiri atas:
a) Ruang mesin
b) Ruang pengemudi dan penumpang
c) Ruang bagasi
2) Mobil penumpang bukan sedan yang memiliki 2 (dua) ruang terdiri atas:
a) Ruang mesin
b) Ruang pengemudi, ruang penumpang dan/atau bagasi
3) Mobil penumpang lainnya dirancang untuk keperluan khusus
c. Mobil bus, meliputi:
1) Mobil bus kecil
2) Mobil bus sedang
3) Mobil bus besar
4) Mobil bus maxi
5) Mobil bus gandeng
6) Mobil bus tempel
7) Mobil bus tingkat
d. Mobil barang, meliputi:
1) Mobil bak muatan terbuka
2) Mobil bak muatan tertutup
3) Mobil tangka
4) Mobil penarik
e. Kendaraan khusus meliputi kendaraan yang dirancang bangun untuk fungsi tertentu,
meliputi:
1) Militer
2) Ketertiban dan keamanan masyarakat
3) Alat produksi
4) Mobilitas penyandang cacat

Mobil penumpang, mobil bus dan mobil barang dikelompokkan kembali berdasarkan
fungsi yaitu:
1) Kendaraan bermotor perorangan
2) Kendaraan bermotor umum

2. Kendaraan Tidak Bermotor dikelompokkan menjadi:


a. Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga orang, terdiri atas:
1) Sepeda
2) Becak
3) Kereta dorong
b. Kendaraan yang digerakkan oleh tenaga hewan, dapat berupa kereta, delman, dan
cikar atau nama lain.

Sebagaimana dalam Pasal 48 UU 22 Tahun 2009 dijelaskan bahwa Setiap Kendaraan


Bermotor yang dioperasikan di Jalan harus memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan.

Persyaratan teknis terdiri atas:


1. Susunan, terdiri atas:
a. Rangka landasan
b. Motor penggerak, meliputi:
1) Motor bakar
2) Motor listrik
3) Kombinasi motor bakar dan motor listrik
c. System pembuangan, paling sedikit terdiri atas:
1) Manifold
2) Peredam suara
3) Pipa pembuangan
d. System penerus daya, terdiri atas:
1) Otomatis
2) Manual
3) Kombinasi otomatis dan manual
e. System roda-roda, terdiri atas:
1) Roda
2) Sumbu roda
f. System suspensi, harus mampu menahan beban, getaran dan kejutan
g. System alat kemudi, meliputi:
1) Roda kemudi atau stang kemudi
2) Batang kemudi
h. System rem, meliputi:
1) Rem utama
2) Rem parkir
i. System lampu dan alat pemantul cahaya, meliputi:
1) lampu utama dekat berwarna putih atau kuning muda;
2) lampu utama jauh berwarna putih atau kuning muda;
3) lampu penunjuk arah berwarna kuning tua dengan sinar kelap-kelip;
4) lampu rem berwarna merah;
5) lampu posisi depan berwarna putih atau kuning muda;
6) lampu posisi belakang berwarna merah;
7) lampu mundur dengan warna putih atau kuning muda kecuali untuk Sepeda
Motor;
8) lampu penerangan tanda nomor Kendaraan Bermotor di bagian belakang
Kendaraan berwarna putih;
9) lampu isyarat peringatan bahaya berwarna kuning tua dengan sinar kelap-kelip
10) lampu tanda batas dimensi Kendaraan Bermotor berwarna putih atau kuning muda
untuk Kendaraan Bermotor yang lebarnya lebih dari 2.100 (dua ribu seratus)
milimeter untuk bagian depan dan berwarna merah untuk bagian belakang;
11) alat pemantul cahaya berwarna merah yang ditempatkan pada sisi kiri dan kanan
bagian belakang Kendaraan Bermotor.
j. Komponen pendukung, meliputi:
1) pengukur kecepatan;
2) kaca spion;
3) penghapus kaca, kecuali Sepeda Motor;
4) klakson;
5) spakbor; dan
6) bumper, kecuali Sepeda Motor.
2. Perlengkapan, kendaraan bermotor kecuali sepeda motor terdiri atas:
a. sabuk keselamatan;
b. ban cadangan;
c. segitiga pengaman;
d. dongkrak;
e. pembuka roda;
f. helm dan rompi pemantul cahaya bagi pengemudi Kendaraan Bermotor beroda empat
atau lebih yang tidak memiliki Rumah-rumah; dan
g. peralatan pertolongan pertama pada kecelakaan, paling sedikit terdiri atas:
1) obat antiseptic;
2) kain kassa;
3) kapas; dan
4) plester.
Untuk kepentingan tertentu, Kendaraan Bermotor dapat dilengkapi dengan lampu isyarat
dan/atau sirine. Lampu isyarat terdiri atas:
a. lampu rotasi atau stasioner;
b. lampu kilat; dan
c. lampu bar lengkap.
3. ukuran;
Dijelaskan dalam Pasal 54 PP 55 Tahun 2012 bahwa ukuran kendaraan bermotor selain
kendaraan bermotor harus memenuhi persyaratan:
a. Panjang tidak melebihi:
1) 12.000 (dua belas ribu) milimeter untuk Kendaran Bermotor tanpa Kereta
Gandengan atau Kereta Tempelan selain Mobil Bus;
2) 13.500 (tiga belas ribu lima ratus) milimeter untuk Mobil Bus tunggal;
3) 18.000 (delapan belas ribu) milimeter untuk Kendaraan Bermotor yang dilengkapi
dengan Kereta Gandengan atau Kereta Tempelan
b. lebar tidak melebihi 2.500 (dua ribu lima ratus) milimeter;
c. tinggi tidak melebihi 4.200 (empat ribu dua ratus) milimeter dan tidak lebih dari 1,7
(satu koma tujuh) kali lebar Kendaraan;
d. sudut pergi Kendaraan paling sedikit 8° (delapan derajat) diukur dari atas permukaan
bidang atau jalan yang datar; dan
e. jarak bebas antara bagian permanen paling bawah Kendaraan Bermotor terhadap
permukaan bidang jalan tidak bersentuhan dengan permukaan bidang jalan.
Panjang bagian Kendaraan yang menjulur ke belakang dari sumbu paling belakang
maksimum 62,50% (enam puluh dua koma lima nol persen) dari jarak sumbunya,
sedangkan yang menjulur ke depan dari sumbu paling depan maksimum 47,50%
(empat puluh tujuh koma lima nol persen) dari jarak sumbunya.
Dalam hal Kendaraan Bermotor memiliki tinggi keseluruhan lebih dari 3.500 (tiga ribu
lima ratus) milimeter, wajib dilengkapi dengan tanda berupa tulisan yang mudah
dilihat oleh pengemudi di dalam ruang pengemudi.
4. Karoseri, paling sedikit meliputi:
a. kaca;
b. pintu;
c. engsel;
d. tempat duduk;
e. tempat pemasangan tanda nomor Kendaraan Bermotor.
5. rancangan teknis peruntukannya, terdiri atas Kendaraan Bermotor untuk mengangkut
orang atau Kendaraan Bermotor untuk mengangkut barang.
6. Pemuatan, merupakan tata cara untuk memuat orang dan/atau barang.
7. Penggunaan
a. Sepeda Motor hanya dapat digunakan untuk pengemudi dan 1 (satu) penumpang.
b. Mobil Penumpang hanya digunakan untuk mengangkut paling banyak 7 (tujuh)
penumpang selain pengemudi.
c. Mobil Bus hanya digunakan untuk mengangkut lebih dari 7 (tujuh) penumpang selain
pengemudi.
d. Mobil Barang digunakan untuk mengangkut barang.
e. Kendaraan khusus digunakan untuk keperluan Tentara Nasional Indonesia, Kepolisian
Negara Republik Indonesia, alat berat dan kendaraan khusus untuk penyandang cacat
8. kendaraan sesuai dengan penggandengan Kendaraan Bermotor; dan/atau merupakan
cara menggandengkan Kendaraan Bermotor dengan Kereta Gandengan atau bus gandeng
dan dilakukan menggunakan alat perangkai
9. penempelan Kendaraan Bermotor, dilakukan dengan cara:
a. menggunakan alat perangkai;
b. menggunakan roda kelima yang dilengkapi dengan alat pengunci; atau
c. dilengkapi kaki-kaki penopang

Sesuai Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun 1993 tentang Persyaratan


Ambang Batas Laik Jalan Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan,
Karoseri dan Bak Muat Serta Komponen-Komponennya bahwa Persyaratan laik jalan
ditentukan oleh kinerja minimal kendaraan bermotor yang diukur sekurang-kurangnya:
1. emisi gas buang;
ambang batas emisi gas buang diatur oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
Berikut batas ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor lama berdasarkan
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi
Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama

Sedangkan untuk ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor disesuaikan
berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 Tahun 2017
tentang Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, Kategori
N, dan Kategori O
Gambar diatas untuk kendaraan bermotor yang sedang diproduksi kategori M dan
Kategori N berpenggerak motor bakar cetus api berbahan bakar bensin dengan mode test.

Gambar diatas untuk kendaraan bermotor yang sedang diproduksi kategori M dan
kategori N berpenggerak motor bakar cetus api berbahan bakar gas (LPG/CNG) dengan
mode test
Gambar diatas untuk kendaraan bermotor yang sedang diproduksi kategori M dan
kategori N berpenggerak motor bakar penyalaan kompresi (diesel) dengan mode test

Gambar diatas untuk kendaraan bermotor yang sedang diproduksi kategori M, kategori N
dan kategori O berpenggerak motor bakar penyelaan kompresi (diesel) dengan mode test.
Gambar diatas untuk kendaraan bermotor yang sedang diproduksi kategori M, kategori N
dan kategori O berpenggerak motor barkakr penyalaan kompresi (diesel) dengan mode
test.
2. kebisingan suara;
ambang batas kebisingan suara diatur oleh Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan
Kehutanan
Berikut ambang batas kebisingan suara Kendaraan Bermotor berdasarkan Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2009 tentang Ambang Batas Kebisinagn
Kendaraan Bermotor Tipe Baru
3. efisiensi sistem rem utama;
sistem rem utama mobil penumpang, serendah-rendahnya sebesar 60% pada gaya kendali
rem sebesar ≤ 500 Newton (50kg) dengan Langkah Gerakan pedal rem maksimum 100
milimeter dan pengereman sebanyak 12 kali.
System rem utama mobil barang dan bus, serendah-rendahnya sebesar 60% pada gaya
kendali rem sebesar ≤ 700 Newton (70kg) dengan Langkah Gerakan pedal rem maksimum
150 milimeter dan pengereman sebanyak 12 kali.
Diukur pada kondisi mendapat beban dengan jumlah berat yang diperbolehkan (JBB)
4. efisiensi sistem rem parkir;
system rem parkir kendaraan dengan kendali rem tangan untuk:
a. mobil penumpang, efisiennya ditentukan serendah-rendahnya 16% pada gaya kendali
rem tangan sebesar ≤ 400 Newton (40kg)
b. mobil barang dan bus, efisiennya ditentukan serendah-rendahnya 12% pada gaya
kendali rem tangan sebesar ≤ 500 Newton (50kg)
system rem parkir kendaraan dengan kendali rem kaki untuk:
1) mobil penumpang, serendah-rendahnya 16% pada gaya kendali rem kaki sebesar ≤
600 Newton (60kg)
2) mobil barang dan bus, serendah-rendahnya 12% pada gaya kendali rem kaki
sebesar ≤ 700 Newton (70kg)
3) Diukur pada kondisi mendapat beban dengan jumlah berat yang diperbolehkan
(JBB)
5. kincup roda depan;
ditentukan sebesar – 5 milimeter per menit sampai dengan + milimeter per menit dan
dukur pada kondisi tanpa beban dengan kecepatan tidak melebihi 5 kilometer per jam
6. suara klakson;
ditentukan serendah-rendahnya sebesar 90dB (A) dan setinggi-tingginya sebesar 118 dB
(A) dan diukur pada tempat yang tidak memantulkan suara dengan tingkat suara
lingkungan serendah-rendahnya pada jarak 2 meter di depan kendaraan
7. daya pancar dan arah sinar lampu utama;
ditentukan serendah-rendahnya sebesar 12.000 cd untuk lampu jauh utama dan diukur
pada kondisi putaran mesin lambat dengan deviasi penyinaran lamp uke kanan sebesar
0O,34’ dan ke kiri sebesar 1O,09’
8. radius putar;
ditentukan maksimum sebesar 12 meter dan diukur pada kondisi tanpa beban denan
kecepatan rendah pada permukaan bidang datar yang keras
9. akurasi alat penunjuk kecepatan;
penyimpangan alat penunjuk kecepatan ditentukan sebesar – 10% sampai denagn + 15%
pada kondisi pengukurnya dan diukur pada kecepatan 40 kilometer per jam
10.kesesuaia kinerja roda dan kondisi ban;
kedalam alur ban luar kendaraan bermotor ditentukan serendah-rendahnya 1,00
milimeter dan diukur dari telapak ban paling tengah
11.kesesuaian daya mesin penggerak terhadap berat Kendaraan.
Motor penggerak kendaraan bermotor dengan atau tanpa kereta gandingan atau kereta
tempelan, selain sepeda motor, harus memiliki perbandingan antara daya dan berat total
kendaraan berikut muatannya sekurang-kurangnya sebesar 4,50 (empat setengah)
kilowatt setiap 1.000 kilogram dari jumlah berat yang diperbolehkan atau jumlah berat
kombinasi yang diperbolehkan.
Perbandingan antara daya motor penggerah dan berat kendaraan kendaraan khusus atau
sepeda motor ditetapkan sesuai dengan kebutuhan lalu lintas dan angkutan serta kelas
jalan.
Ketentuan tersebut tidak berlaku untuk kendaraan bermotor yang digerakan dengan
tenaga listrik atau kendaraan bermotor yang dirancang dengan kecepatan tidak melebihi
25 kilometer per jam pada jalan datar.

Selain itu, dalam Pasal 49 UU22/2009 dan Pasal 121 PP No 55/2012 dijelaskan bahwa
Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, dan Kereta Tempelan yang akan dioperasikan di
jalan wajib melakukan pengujian yang dibuat atau dirakit di dalam negeri dan/atau diimpor.
Adapun jenis kendaraan bermotor yang dilakukan pengujian dibagi ke dalam kategori:
1. L1, L2, L3, L4, dan L5 untuk Sepeda Motor
2. M1 untuk Mobil Penumpang
3. M2 untuk Mobil Bus, dan
4. N1, N2, N3, O1, O2, O3, dan O4 untuk Mobil Barang

Dalam PP PP55/2012 terdapat beberapa definisi terkait pengujian yaitu:


1. Pengujian Kendaraan Bermotor adalah serangkaian kegiatan menguji dan/atau
memeriksa bagian atau komponen Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, dan Kereta
Tempelan dalam rangka pemenuhan terhadap persyaratan teknis dan laik jalan.
2. Uji Tipe Kendaraan Bermotor adalah pengujian yang dilakukan terhadap fisik Kendaraan
Bermotor atau penelitian terhadap rancang bangun dan rekayasa Kendaraan Bermotor,
Kereta Gandengan atau Kereta Tempelan sebelum Kendaraan Bermotor dibuat dan/atau
dirakit dan/atau diimpor secara massal serta Kendaraan
3. Bermotor yang dimodifikasi
4. Uji Berkala adalah Pengujian Kendaraan Bermotor yang dilakukan secara berkala
terhadap setiap Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, dan Kereta Tempelan, yang
dioperasikan di jalan.
5. Modifikasi Kendaraan Bermotor adalah perubahan terhadap spesifikasi teknis dimensi,
mesin, dan/atau kemampuan daya angkut Kendaraan Bermotor.
Uji Sampel adalah pengujian kesesuaian spesifikasi teknis seri produksi terhadap
sertifikat Uji Tipe.

Pengujian dibagi menjadi 2 (dua) yaitu:


1. Uji Tipe, terdiri atas:
a. pengujian fisik untuk pemenuhan persyaratan teknis dan laik jalan terhadap landasan
Kendaraan Bermotor dan Kendaraan Bermotor dalam keadaan lengkap; dan
b. penelitian rancang bangun dan rekayasa Kendaraan Bermotor
Masing-masing Kendaraan Bermotor wajib dilakukan registrasi uji tipe.

Adapun prosedur pelayanan Uji Tipe Kendaraan Bermotor hingga terbitnya Sertifikat Uji
Tipe (SUT) dan Sertifikat Registrasi Uji Tipe (SRUT) sebagai berikut.

Berikut merupakan ilustrasi rangkaian kegiatan Kendaraan Bermotor dari awal


diproduksi/diimpor sampai dengan terbit SUT, SRUT, beroperasi di jalan dan melakukan
uji berkala.

Uji Tipe dilaksakaan dalam rangka registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor sesuai
dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Pasal 66 bahwa Persyaratan Registrasi dan
Identifikasi Kendaraan Bermotor untuk pertama kali harus memenuhi persyaratan:
a. Memilik Sertifikat Registrasi Uji Tipe;
b. Memiliki Bukti Kepemilikan Kendaraan Bermotor yang sah; dan
c. Memiliki hasil pemeriksaan cek fisik kendaraan bermotor.
Dan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018 jo. Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 30 Tahun 2020 tentang Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor
Pasal 68 bahwa Sertifikat Registrasi Uji Tipe (SRUT) merupakan salah satu persyaratan
untuk melakukan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor untuk pertama kali
dalam rangka mendapatkan BPKB, STNK dan TNKB.
Selain itu, Sertifikat Registrasi Uji Tipe digunakan pada saat uji berkala pertama kali di
Unit Pelaksana Uji Berkala Kendaraan Bermotor (UPUBKB) sesuai dengan PP 55 Tahun
2012 Pasal 148 bahwa Permohonan Uji Berkala Kendaraan Bermotor disampaikan tertulis
kepada unit pelaksana uji berkala dengan melampirkan:
a. Foto Copy Sertifikat Registrasi Uji Tipe;
b. Foto Copy identitas pemilik kendaraan bermotor;
c. Foto copy bukti pemilik kendaraan bermotor; dan
d. Foto copy Surat Tanda Nomor kendaraan bermotor.

Dan sesuai dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018 jo. Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 30 Tahun 2020 tentang Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor
Pasal 68 bahwa Sertifikat Registrasi Uji Tipe (SRUT) persyaratan dalam pelaksanaan uji
berkala pertama kali bagi kendaraan wajib uji berkala.
Berikut merupakan contoh bentuk SRUT.

2. Uji Berkala
Sesuai dengan Pasal 143 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 bahwa Uji Berkala
wajib bagi Mobil Penumpang Umum, Mobil Bus, Mobil Barang, Kereta Gandengan dan
Kereta Tempelan yang dioperasikan di jalan.
Uji Berkala dilaksanakan oleh:
a. unit pelaksana pengujian milik pemerintah kabupaten/kota;
b. unit pelaksana agen tunggal pemegang merek yang mendapat izin dari menteri yang
bertanggungjawab dibidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan; atau
c. unit pelaksana pengujian swasta yang mendapat izin dari menteri yang
bertanggungjawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.

Uji Berlaka meliputi:


a. Uji Berkala pertama;
Sesuai dengan Pasal 145 Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 bahwa
Kendaraan Bermotor wajib Uji Berkala wajib didaftarkan pada unit pelaksana Uji
Berkala di daerah tempat Kendaraan Bermotor diregistrasi dan Unit Pelaksana Uji
Berlaka membuat kartu induk uji berkala yang paling sedikit memuat data mengenai:
1) tanggal dan nomor Sertifikat Registrasi Uji Tipe;
2) nomor Kendaraan;
3) nomor Uji Berkala;
4) nama pemilik;
5) alamat pemilik;
6) merek dan tipe;
7) jenis;
8) tahun pembuatan atau perakitan;
9) isi silinder;
10) daya motor penggerak;
11) nomor rangka landasan Kendaraan Bermotor;
12) nomor motor penggerak atau mesin;
13) konfigurasi sumbu;
14) dimensi Kendaraan;
15) bahan bakar yang digunakan;
16) tanggal dan nomor pengesahan Uji Tipe;
17) tempat dan tanggal dilakukan uji pertama kali;
18) nama dan identitas penanggung jawab unit pelaksana
19) Uji Berkala yang membuat kartu induk Uji Berkala.

Uji berkala untuk pertama kali dilakukan 1 (satu) tahun sejak diterbitkannya Surat
Tanda Nomor Kendaraan Bermotor dan masa berlaku uji berkala selama 6 (enam)
bulan dan setelah berakhirnya masa uji berkala wajib dilakukan uji berkala berikutnya
b. pemeriksaan persyaratan teknis, meliputi:
1) susunan;
2) perlengkapan;
3) ukuran;
4) rumah-rumah; dan
5) rancangan teknis Kendaraan Bermotor sesuai dengan peruntukannya.
Pemeriksaan dapat dilakukan secara visual dan pengecekan secara manual dengan
atau tanpa alat bantu.
Pemeriksaan visual paling sedikit meliputi:
1) nomor dan kondisi rangka Kendaraan Bermotor;
2) nomor dan tipe motor penggerak;
3) kondisi tangki bahan bakar, corong pengisi bahan bakar, pipa saluran bahan
bakar;
4) kondisi sistem converter kit bagi Kendaraan Bermotor yang menggunakan bahan
bakar tekanan tinggi;
5) kondisi dan posisi pipa pembuangan;
6) ukuran roda dan ban serta kondisi ban;
7) kondisi sistem suspensi;
8) kondisi sistem rem utama;
9) kondisi penutup lampu dan alat pemantul cahaya;
10) kondisi panel instrumen pada dashboard Kendaraan;
11) kondisi kaca spion;
12) kondisi spakbor;
13) bentuk bumper;
14) keberadaan dan kondisi perlengkapan kendaraan;
15) rancangan teknis Kendaraan sesuai peruntukannya;
16) keberadaan dan kondisi fasilitas tanggap darurat khusus untuk mobil bus; dan
17) kondisi badan Kendaraan, kaca, engsel, tempat duduk, perisai kolong, pengarah
angin untuk mobil barang bak muatan tertutup.
c. pengujian persyaratan laik jalan paling sedikit meliputi:
1) emisi gas buang;
2) tingkat kebisingan;
3) kemampuan rem utama;
4) kemampuan rem parkir;
5) kincup roda depan;
6) kemampuan pancar dan arah sinar lampu utama;
7) akurasi alat penunjuk kecepatan; dan
8) kedalaman alur ban.
d. pemberian bukti lulus uji; dan
e. unit pelaksana Uji Berkala.
JALAN
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
mengatur terkait tentang Ruang Lalu Lintas Jalan. Ruang Lalu Lintas Jalan adalah prasarana
yang diperuntukkan bagi gerak Pindak kendaraan, orang, dan/atau barang yang berupa jalan
dan fasilitas pendukung.

Adapun beberapa regulasi turunan dari UU 22 Tahun 2009 yang mengatur terkait Ruang
Lalu Lintas antara lain sebagai berikut:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen Dan Rekayasa, Analisis
Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas
Adapun peraturan pelaksanaan dari PP 32 tahun 2011 antara lain:
a. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 75 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Analisis Dampak Lalu Lintas jo. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 46 Tahun
2016 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 75 Tahun 2015
tentang Penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu Lintas dan Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 75 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 75 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu
Lintas
b. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 96 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Manajemen Rekayasa Lalu Lintas

2. Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan
Adapun peraturan pelaksanaan dari PP 79 tahun 2013 antara lain:
a. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 132 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Terminal Penumpang Angkutan Jalan
b. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 134 Tahun 2015 tentang Peneyelenggaraan
Penimbangan Kendaraan Bermotor
c. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas
d. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 49 Tahun 2014 tentang Alat Pemberi Isyarat
Lalu Lintas
e. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan jo. PM
Perhubungan Nomor 67 Tahun 2018 - Perubahan Pertama tentang Marka Jalan
f. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 27 Tahun 2018 tentang Alat Penerangan Jalan
g. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 82 Tahun 2018 tentang Alat Pengendali dan
Pengaman Pengguna Jalan
h. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 79 Tahun 2018 tentang Pedoman Penetapan
Kode Terminal Penumpang Angkutan Jalan
i. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 109 Tahun 2018 tentang Penetapan Lokasi
Terminal Tipe A
j. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 109 Tahun 2019 tentang Penetapan Lokasi
Terminal Tipe A di Seluruh Wilayah Indonesia
k. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 175 Tahun 2019 tentang Penetapan Lokasi
Terminal Tipe A di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi

Dari Peraturan Menteri Perhubungan terkait perlengkapan jalan seperti rambu lalu lintas,
alat pemberi isyarat lalau lintas, marka jalan, alat penerangan jalan dan alat pengendali
dan pengaman pengguna jalan, terdapat beberapa turunan lagi berupa perdirjen seperti:
a. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 7234 Tahun 2013 tentang
Petunjuk Teknis Perlengkapan Jalan
b. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 4303 Tahun 2017 -
Pemeliharaan Perlengkapan Jalan
c. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 106 Tahun 2019 - Petunjuk
Teknis Marka Jalan
d. Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor KP312 Tahun 2020 - Uji Coba
Penyelenggaraan Marka Pengurang Kecepatan

3. Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2017 tentang Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
Adapun peraturan pelaksanaan dari PP 37 tahun 2017 antara lain:
a. PM Perhubungan Nomor 26 Tahun 2015 - Standar Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
b. PM Perhubungan Nomor 111 Tahun 2015 - Tata Cara Penetapan Batas Kecepatan
c. PM Perhubungan Nomor 16 Tahun 2016 - Penerapan Rute Aman Selamat Sekolah
(RASS)

Sedangkan untuk regulasi perundang-undangan yang secara khusus terkait jalan diatur oleh
Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan dan beberapa regulasi turunannya
antara lain:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
2. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol jo. Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 2017 tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 15
Tahun 2005 tentang Jalan Tol
3. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 tahun 2010 tentang Tata Cara Laik Fungsi
Jalan
4. Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19 tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis
Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
ORANG
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
mengatur terkait tentang Pengguna Jalan. Pengguna Jalan adalah orang yang menggunakan
jalan untuk berlalu lintas.

Adapun beberapa regulasi turunan dari UU 22 Tahun 2009 yang mengatur terkait angkutan
jalan antara lain:
1. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Koordinasi,
Pengawasan dan Pembinaan Teknis Terhadadp Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai
Negeri Sipil, dan Bentuk-Bentuk Pengamanan Swakarsa
Adapun peraturan pelaksaaan dari PP 43 Tahun 2012 antara lain:
a. Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Manajemen Penyidik Pegawai Negeri Sipil

2. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan
Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
Adapun peraturan perundangan pelaksanaan dari PP 80 tahun 2012 antara lain:
a. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 37 Tahun 2018 tentang Bentuk, Ukuran dan
Tata Cara Pengisian Blangko Bukti Pelanggaran oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di
Bidang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

Selain terkait dengan PPNS, terdapat regulasi yang mengatur mengenai Penguji Kendaran
Bermotor sebagai yang sah untuk menguji kelaikan jalan kendaraan bermotor. Sebagaimana
diamanatkan dalam Pasal 171 PP 55 Tahun 2012, maka diundangkannya Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 156 Tahun 2016 tentang Kompetensi Penguji Berkala Kendaraan
Bermotor.
ANGKUTAN
Dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
mengatur terkait tentang Angkutan. Angkutan adalah perpindahan orang dan/atau barang
dari satu tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

Adapun beberapa regulasi turunan dari UU 22 Tahun 2009 yang mengatur terkait angkutan
jalan adalah Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2024 tentang Angkutan Jalan. Dari PP
74 tahun 2014 ini, terdapat peraturan pelaksanaan berupa Peraturan Menteri, antara lain
sebagai berikut:
1. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 15 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek
2. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 117 Tahun 2018 tentang Penyelenggataan
Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek jo. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 16
Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 117 Tahun
2018 tentang Penyelenggataan Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek.
3. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 118 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Sewa Khusus jo. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 17 Tahun 2019
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 118 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Sewa Khusus
4. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Barang Dengan Kendaraan Bermotor di Jalan
5. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 52 Tahun 2019 tentang Pelayanan Angkutan
Penumpang Umum Pada Kawasan Strategis Nasional
6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Minimum Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek jo.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 28 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimum
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek dan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 44 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimum
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek
7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 36 Tahun 2016 tentang Tarif Dasar, Tarif Batas
Atas dan Tarif Batas Bawah Angkutan Penumpang Antarkota Antarprovinsi Kelas
Ekonomi di Jalan dengan Mobil Bus Umum
8. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 73 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Subsidi
Angkutan Jalan Perintis
9. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pemberian Subsidi
Angkutan Penumpang Umum Perkotaan
DAFTAR PUSTAKA
1. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
2. Undang-Undang Nomor 38 Tahun 2004 tentang Jalan
3. Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006 tentang Jalan
4. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol jo. Peraturan Pemerintah
Nomor 30 Tahun 2017 tentang Perubahan ketiga atas Peraturan Pemerintah Nomor 15
Tahun 2005 tentang Jalan Tol
5. Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pelaksanaan Koordinasi,
Pengawasan dan Pembinaan Teknis Terhadadp Kepolisian Khusus, Penyidik Pegawai
Negeri Sipil, dan Bentuk-Bentuk Pengamanan Swakarsa
6. Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pemeriksaan Kendaraan
Bermotor di Jalan dan Penindakan Pelanggaran Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
7. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2012 tentang Kendaraan
8. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2024 tentang Angkutan Jalan
9. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2011 tentang Manajemen Dan Rekayasa, Analisis
Dampak, Serta Manajemen Kebutuhan Lalu Lintas
10.Peraturan Pemerintah Nomor 79 Tahun 2013 tentang Jaringan Lalu Lintas Dan Angkutan
Jalan
11.Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 2017 tentang Keselamatan Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan
12.Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 55 Tahun 2019 tentang Percepatan
Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai
13.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 33 Tahun 2018 jo. Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 30 Tahun 2020 tentang Pengujian Tipe Kendaraan Bermotor
14.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 133 Tahun 2015 tentang Pengujian Berkala
Kendaraan Bermotor
15.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 133 Tahun 2015 tentang Pengujian Berkala
Kendaraan Bermotor
16.Peraturan Menteri Perhubungan 33 Tahun 2018 tentang Pengujian Tipe Kendaraan
Bermotor jo. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 30 Tahun 2020 tentang Perubahan
PM 33 Tahun 2018
17.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 53 Tahun 2019 tentang Tata Cara Penarikan
Kembali Kendaraan Bermotor
18.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 54 Tahun 2019 tentang Tata Cara Uji Sampel
Kendaraan Bermotor
19.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 59 Tahun 2020 tentang Keselamatan Pesepeda Di
Jalan
20.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 44 Tahun 2020 tentang Pengujian Fisik
Kendaraan Bermotor Listrik
21.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 45 Tahun 2020 tentang Kendaraan Tertentu
Dengan Menggunakan Penggerak Motor Listrik
22.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 65 Tahun 2020 tentang Konversi Sepeda Motor
Dengan Penggerak Motor Bakar Menjadi Sepeda Motor Listrik Berbasis Baterai
23.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 75 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Analisis
Dampak Lalu Lintas jo. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 46 Tahun 2016 tentang
Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 75 Tahun 2015 tentang
Penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu Lintas dan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor
75 Tahun 2016 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 75
Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Analisis Dampak Lalu Lintas
24.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 96 Tahun 2015 tentang Pedoman Pelaksanaan
Kegiatan Manajemen Rekayasa Lalu Lintas
25.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 132 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan
Terminal Penumpang Angkutan Jalan
26.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 134 Tahun 2015 tentang Peneyelenggaraan
Penimbangan Kendaraan Bermotor
27.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 13 Tahun 2014 tentang Rambu Lalu Lintas
28.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 49 Tahun 2014 tentang Alat Pemberi Isyarat Lalu
Lintas
29.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan jo. PM
Perhubungan Nomor 67 Tahun 2018 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri
Perhubungan Nomor 34 Tahun 2014 tentang Marka Jalan
30.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 27 Tahun 2018 tentang Alat Penerangan Jalan
31.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 82 Tahun 2018 tentang Alat Pengendali dan
Pengaman Pengguna Jalan
32.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 79 Tahun 2018 tentang Pedoman Penetapan Kode
Terminal Penumpang Angkutan Jalan
33.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 26 Tahun 2015 tentang Standar Keselamatan
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
34.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 111 Tahun 2015 tentang Tata Cara Penetapan
Batas Kecepatan
35.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 16 Tahun 2016 tentang Penerapan Rute Aman
Selamat Sekolah (RASS)
36.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 37 Tahun 2018 tentang Bentuk, Ukuran dan Tata
Cara Pengisian Blangko Bukti Pelanggaran oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil di Bidang
Lalu Lintas dan Angkutan Jalan
37.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 156 Tahun 2016 tentang Kompetensi Penguji
Berkala Kendaraan Bermotor
38.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 15 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Dalam Trayek
39.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 117 Tahun 2018 tentang Penyelenggataan
Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek jo. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 16
Tahun 2019 tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 117 Tahun
2018 tentang Penyelenggataan Angkutan Orang Tidak Dalam Trayek.
40.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 118 Tahun 2018 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Sewa Khusus jo. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 17 Tahun 2019
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 118 Tahun 2018 tentang
Penyelenggaraan Angkutan Sewa Khusus
41.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 60 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan
Angkutan Barang Dengan Kendaraan Bermotor di Jalan
42.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 52 Tahun 2019 tentang Pelayanan Angkutan
Penumpang Umum Pada Kawasan Strategis Nasional
43.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan
Minimum Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek jo.
Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 28 Tahun 2015 tentang Perubahan atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimum
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek dan Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 44 Tahun 2019 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan
Menteri Perhubungan Nomor 48 Tahun 2014 tentang Standar Pelayanan Minimum
Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek
44.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 36 Tahun 2016 tentang Tarif Dasar, Tarif Batas
Atas dan Tarif Batas Bawah Angkutan Penumpang Antarkota Antarprovinsi Kelas
Ekonomi di Jalan dengan Mobil Bus Umum
45.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 73 Tahun 2019 tentang Penyelenggaraan Subsidi
Angkutan Jalan Perintis
46.Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pemberian Subsidi
Angkutan Penumpang Umum Perkotaan
47.Peraturan Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2010 tentang
Manajemen Penyidik Pegawai Negeri Sipil
48.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 5 Tahun 2006 tentang Ambang Batas Emisi
Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama
49.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor 20 Tahun 2017 tentang
Baku Mutu Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor Tipe Baru Kategori M, Kategori N, dan
Kategori O
50.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 7 Tahun 2009 tentang Ambang Batas
Kebisinagn Kendaraan Bermotor Tipe Baru
51.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 11 tahun 2010 tentang Tata Cara Laik Fungsi
Jalan
52.Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 19 tahun 2011 tentang Persyaratan Teknis
Jalan dan Kriteria Perencanaan Teknis Jalan
53.Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 63 Tahun 1993 tentang Persyaratan Ambang
Batas Laik Jalan Kendaraan Bermotor, Kereta Gandengan, Kereta Tempelan, Karoseri dan
Bak Muat Serta Komponen-Komponennya
54.Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 109 Tahun 2018 tentang Penetapan Lokasi
Terminal Tipe A
55.Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 109 Tahun 2019 tentang Penetapan Lokasi
Terminal Tipe A di Seluruh Wilayah Indonesia
56.Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 175 Tahun 2019 tentang Penetapan Lokasi
Terminal Tipe A di Wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi
57.Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 1277 Tahun 2019 tentang
Pedoman Teknis Sertifikat Uji Tipe dan Sertifikat Registrasi Uji Tipe
58.Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 1471 Tahun 2017 tentang
Akreditasi Unit Pelaksana Uji Berkala Kendaraan Bermotor jo. Peraturan Direktur
Jenderal Perhubungan Darat Nomor 3914 Tahun 2018 tentang Perubahan Peraturan
Direktur Jenderal Perhubungan Darat 1471 Tahun 2017
59.Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor SK.1472 Tahun 2017 tentang
Tata Cara Penomoran Nomor Uji Berkala
60.Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 7234 Tahun 2013 tentang
Petunjuk Teknis Perlengkapan Jalan
61.Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 4303 Tahun 2017 - Pemeliharaan
Perlengkapan Jalan
62.Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor 106 Tahun 2019 - Petunjuk
Teknis Marka Jalan
63.Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor KP312 Tahun 2020 - Uji Coba
Penyelenggaraan Marka Pengurang Kecepatan

Anda mungkin juga menyukai