Anda di halaman 1dari 14

KOMUNIKASI ANTAR PRIBADI

Dosen Pengampu : Enny Hardi, S. E, M. Si., Ak., C. A.

Disusun Oleh :

Kelompok 1

1. Hotma Yohana Maharani 2010313220068


2. Mercyana Amelia Putri 2010313320022
3. Muhammad Yusuf Akbar 2010313210065
4. Sri Febrianti 2010313220052

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT

2021
DAFTAR ISI

Daftar Isi ............................................................................................................................. ii

Pembahasan

A. Pengertian Komunikasi Antarpribadi ..................................................................... 1


B. Tujuan Komunikasi Antarpribadi ........................................................................... 2
C. Gaya Kepemimpinan .............................................................................................. 5
D. Kebutuhan Manusia ................................................................................................ 9

Daftar Pustaka ..................................................................................................................... 12

ii
PEMBAHASAN

A. Pengertian Komunikasi Antarpribadi


Setiap individu dalam organisasi (bisnis maupun nonbisnis) dalam kehidupan
sehari-harinya tidak dapat dilepaskan dengan dunia komunikasi. Salah satu jenis
komunikasi adalah komunikasi antarpribadi (Interpersonal Communications). Apa
yang dimaksud dengan komunikasi antarpribadi? Komunikasi antarpribadi adalah
komunikasi yang dilakukan antara seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat
maupun organisasi (bisnis maupun nonbisnis), dengan menggunakan media
komunikasi tertentu dan bahasa yang mudah dipahami (informal) untuk mencapai suatu
tujuan tertentu.
Berikut beberapa ahli mengartikan istilah komunikasi antarpribadi menurut cara
pandangannya masing-masing, yakni:
a. Joe Ayres: yang menyatakan “tidak terdapat makna seragam di antara para
pakar dalam mengartikan komunikasi antarpribadi”. Sebagian orang semata-
mata menandai komunikasi antarpribadi ini salah satu “tingkatan” dari proses
atau terjadinya komunikasi antar manusia.
b. Komunikasi antarpribadi merupakan pertemuan dari paling sedikit dua orang
yang bertujuan untuk memberikan pesan dari informasi secara langsung. Joseph
DeVito mengartikan komunikasi antarpribadi ini sebagai “proses pengiriman
dan penerimaan pesan-pesan antara dua orang, atau di sekelompokkan kecil
orang, dengan beberapa effect atau umpan balik seketika”.
c. Mulyana dalam Silfia Hanani, mengatakan bahwa komunikasi antarpribadi
adalah komunikasi antara orang-orang secara tatap muka yang memungkinkan
setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung.
d. Sementara Efendi mengatakan komunikasi antarpribadi adalah komunikasi dua
orang yang mana terjadi kontak langsung dalam bentuk percakapan. Kontak
bisa secara bertatap muka, atau melalui media, seperti melalui telepon, sifatnya
dua arah atau timbal balik.

Berdasarkan pengertian tersebut, paling tidak ada empat hal penting yang perlu
diperhatikan, antara lain:

• Komunikasi dilakukan dua orang atau lebih

1|Komunikasi Antarpribadi
• Menggunakan media tertentu, misalnya telepon, telepon seluler, atau
bertatap muka (face-to-face).
• Bahasa yang digunakan bersifat informal (tidak baku), dapat menggunakan
bahasa daerah, bahasa pergaulan, atau bahasa campuran.
• Tujuan yang ingin dicapai dapat bersifat personal (pribadi) bila komunikasi
terjadi dalam suatu masyarakat; dan untuk pelaksanaan tugas pekerjaan bila
komunikasi terjadi dalam suatu organisasi.

Di dalam suatu masyarakat, komunikasi antarpribadi merupakan bentuk


komunikasi antara seseorang dengan orang lain dalam suatu masyarakat untuk
mencapai tujuan tertentu yang bersifat pribadi. Sedangkan dalam suatu organisasi
(bisnis maupun nonbisnis), komunikasi antarpribadi atau antarindividu merupakan
komunikasi yang terjadi antara manajer dengan karyawan atau antara karyawan yang
satu dengan karyawan yang lain dengan menggunakan media tertentu untuk mencapai
suatu tujuan tertentu yang bersifat pribadi.

Dalam suatu organisasi, pola komunikasi yang terbangun dalam komunikasi


antarpribadi lebih bersifat informal atau tidak formal. Oleh karena komunikasi
antarpribadi ini bersifat informal, maka bahasa yang digunakan dalam bahasa
penyampaian pesan tersebut dapat memahami pesan yang disampaikan dengan baik.
Apa saja yang disampaikan dalam komunikasi antarpribadi tersebut? Substansi pesan-
pesan yang disampaikan dalam komunikasi antarpribadi tentu saja sangatlah beragam
atau bervariasi sesuai dengan tujuan masing-masing individu itu sendiri, mulai dari
masalah keluarga hingga masalah pekerjaan. Dengan kata lain, topik pembicaraan
dalam komunikasi antarpribadi sangatlah kompleks.

B. Tujuan Komunikasi Antarpribadi


Berkomunikasi dengan orang lain tentu saja mempunyai suatu tujuan tertentu,
termasuk di dalamnya komunikasi antarpribadi. Berikut ini beberapa tujuan yang ingin
dicapai dalam komunikasi antarpribadi, antara lain:
1. Menyampaikan Informasi
Seseorang pasti memiliki tujuan dan harapan ketika berkomunikasi
dengan orang lain. Salah satu di antaranya adalah untuk menyampaikan
informasi kepada orang lain, agar orang tersebut mengetahui sesuatu.

2|Komunikasi Antarpribadi
Sebagai contoh, seseorang menyampaikan informasi kepada temannya
bahwa akan diselenggarakan pameran elektronik pada tanggal 2 hingga 14 Mei
di Gedung Wisata. Mengapa pesan tersebut perlu disampaikan kepada orang
lain (temannya)? Salah satu alasannya adalah karena temannya adalah seorang
penggemar dunia elektronik, sehingga sangat amat disayangkan jika informasi
tersebut tidak disampaikan kepada temannya. Contoh yang lain adalah ketika
seseorang menyampaikan informasi kepada rekan kerjanya tentang rencana
bersepeda santai ke objek wisata sekaligus untuk menyegarkan pikiran.
2. Berbagi Pengalaman
Komunikasi antarpribadi juga memiliki tujuan untuk saling membagi
pengalaman pribadi kepada orang lain mengenai hal-hal yang menyenangkan
maupun hal-hal yang menyedihkan/menyusahkan. Saling berbagi rasa ini pada
umumnya hanya dapat disampaikan kepada orang yang dipercaya atau orang
dekat saja.
Contohnya ketika terpilih menjadi salah satu pemenang Kontes
Kreativitas, maka sang pemenang dapat membagikan pengalamannya kepada
orang lain tentang proses menuju kemenangan. Sebaliknya, ketika seseorang
sedang ditimpa musibah, maka seseorang juga dapat saling berbagi pengalaman
tentang betapa sulitnya ditimpa musibah kepada orang lain atau teman
dekatnya.
3. Menumbuhkan Simpati
Simpati adalah suatu sikap positif yang ditunjukkan oleh seseorang yang
muncul dari lubuk hati yang paling dalam untuk ikut merasakan bagaimana
beban derita, musibah, kesedihan, dan kepiluan yang sedang dirasakan oleh
orang lain. Komunikasi juga dapat digunakan untuk menumbuhkan rasa simpati
seseorang kepada orang lain. Ada berbagai cara untuk menumbuhkan rasa
simpati seseorang kepada orang lain antara lain dapat dilakukan dalam bentuk
dukungan moral, bantuan dana, obat-obatan, aneka barang kebutuhan pokok,
perlengkapan rumah, perlengkapan penerangan, bahan bangunan, dan menjadi
sukarelawan.
Sebagai contoh, seorang karyawan suatu perusahaan dapat
menunjukkan rasa simpatinya kepada teman sejawat yang sedang ditimpa
musibah dengan cara mengunjungi rumahnya atau bersilaturahmi dengan

3|Komunikasi Antarpribadi
memberikan bantuan sejumlah uang untuk membantu mengurangi beban biaya
temannya.
Rasa simpati juga dapat diwujudkan dalam bentuk yang berbeda, yaitu
menjadi sukarelawan di daerah yang sedang ditimpa musibah atau bencana.
Rasa simpati tumbuh dari lubuk hati yang paling dalam dari siapa saja tanpa
melihat asal-usul suku, agama, daerah, negara, maupun golongan.
4. Melakukan Kerja Sama
Melakukan kerja sama antara seseorang dengan orang lain untuk
mencapai suatu tujuan tertentu atau untuk melakukan sesuatu yang bermanfaat
bagi kedua belah pihak.
Sebagai contoh, seseorang melakukan kerja sama atau saling membantu
antara seseorang dengan orang lain di dalam menyelesaikan suatu pekerjaan
tertentu. Dengan adanya kerja sama yang baik antara seseorang dengan orang
lain tersebut akan semakin mempermudah dan mempercepat penyelesaian suatu
pekerjaan.
5. Menceritakan Kekecewaan atau Kekesalan
Menceritakan rasa kecewa atau kekesalan kepada orang lain juga
merupakan tujuan dari komunikasi antarpribadi. Karena dengan
mengungkapkan segala bentuk kekecewaan atau kekesalan secara tepat, secara
tidak langsung akan dapat mengurangi beban pikiran.
Komunikasi antarpribadi tersebut bukan saja merupakan cara untuk
mencurahkan isi hati, tetapi juga merupakan cara mencari jalan keluar atau
alternatif solusi masalah yang dihadapi.
6. Menumbuhkan Motivasi
Dengan melalui komunikasi antarpribadi, seseorang dapat memotivasi
orang lain untuk melakukan sesuatu yang baik dan positif. Motivasi adalah
dorongan kuat dari dalam diri seseorang untuk melakukan sesuatu. Pada
dasarnya, seseorang cenderung untuk melakukan sesuatu karena dimotivasi
orang lain dengan berbagai cara, seperti pemberian insentif yang bersifat
finansial maupun nonfinansial, seperti pemberian pengakuan atas prestasi
kerjanya, dan memberikan penghargaan kepada orang lain.

4|Komunikasi Antarpribadi
C. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan merupakan suatu cara seorang pemimpin mempengaruhi,
mengarahkan, memotivasi, dan mengendalikan bawahannya sehingga bawahan dapat
menyelesaikan tugas atau pekerjaannya secara efektif dan efisien.
Penerapan gaya kepemimpinan seseorang (Leadership Style) dalam dunia bisnis
dapat mempengaruhi sikap dan perilaku bawahannya dalam melakukan pekerjaan.
Dalam suatu organisasi, kepemimpinan terjadi karena adanya interaksi antara manajer,
karyawan, dan situasi atau kondisi lingkungan kerja tertentu.
Salah satu teori yang dapat memberikan gambaran untuk gaya kepemimpinan
seseorang adalah Teori X dan Y. Teori ini merupakan salah satu model perilaku
kepemimpinan yang dikemukakan oleh Douglas McGregor. Teori ini didasarkan pada
berbagai asumsi tentang para bawahan (karyawan/pegawai) di mana teori X
diasumsikan cenderung negatif, sedangkan teori Y cenderung positif. Asumsi-asumsi
yang mendasari Teori X dan Y dapat dilihat pada Tabel berikut.
Teori X Teori Y
• Karyawan cenderung malas • Karyawan suka bekerja
bekerja • Karyawan memiliki inisiatif dan
• Karyawan selalu ingin diarahkan, memiliki komitmen pada tujuan
tidak memiliki inisiatif dan organisasi, dapat mengarahkan
komitmen dan mengendalikan dirinya
• Manajer harus selalu mengawasi sendiri
kerja • Karyawan belajar untuk
menerima dan mencari tanggung
jawab pada saat bekerja
Gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam Teori X adalah gaya
kepemimpinan petunjuk (Directive Leadership Style). Gaya kepemimpinan ini sangat
tepat untuk diterapkan pada karyawan yang cenderung pasif, malas bekerja, tidak
kreatif, dan tidak inovatif. Peran pengarahan suatu manajer dalam gaya kepemimpinan
ini menjadi sangatlah penting dan dominan untuk kemajuan organisasinya.
Dalam hal ini, komunikasi antara manajer dengan para karyawannya cenderung
menjadi komunikasi satu arah. Komunikasi didominasi oleh manajer dan bawahan
cenderung mengiyakan, tidak punya inisiatif, dan tinggal melaksanakan saja tanpa
memahami maksud dan tujuan latar belakang dari tugas tersebut.

5|Komunikasi Antarpribadi
Sedangkan, gaya kepemimpinan yang diterapkan dalam Teori Y adalah gaya
kepemimpinan partisipatif (Participative Leadership Style). Dalam teori ini,
diasumsikan para karyawan cenderung berperilaku positif. Para karyawan memiliki
semangat kerja yang tinggi, tidak malas bekerja, mandiri, dan memiliki komitmen yang
tinggi. Partisipasi para karyawan dalam proses pengambilan keputusan juga ikut
terlibat.
Dalam gaya kepemimpinan partisipatif, komunikasi yang dikembangkan antara
manajer dan bawahan adalah komunikasi dua arah. Manajer memberikan kesempatan
kepada bawahan untuk menyampaikan ide atau masukan yang berkaitan untuk
mengembangkan suatu organisasi.
Singkatnya, Teori X dan Y yang dikemukakan oleh Douglas McGregor ini
berusaha untuk memberikan gambaran bagaimana perilaku karyawan ketika bekerja
sekaligus bagaimana gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan dalam situasi
lingkungan kerja yang berbeda-beda, termasuk bagaimana komunikasi antarpribadi
yang terjadi antara manajer dan bawahan dalam lingkungan kerja.

Empat Gaya Kepemimpinan


Menurut Ludlow dan Paton, terdapat empat gaya kepemimpinan (Leadership Style)
yang dapat diterapkan dalam situasi dan kondisi yang berbeda, yaitu:
1. Pengarahan (Directing)
Gaya kepemimpinan pengarahan akan tepat digunakan pada situasi dan kondisi
di mana para karyawan belum memiliki pengalaman yang cukup dalam
mengerjakan suatu tugas. Di samping itu, tugas yang diberikan cenderung
kompleks dan rumit. Oleh karena itu, seorang manajer harus mampu
menjelaskan sejelas mungkin tentang tugas yang harus dikerjakan, bagaimana
cara pengerjaannya, dan kapan pekerjaan tersebut sudah harus dapat
diselesaikan.
2. Pembekalan (Couching)
Gaya kepemimpinan pembekalan ini akan tepat digunakan pada situasi dan
kondisi di mana para karyawan telah memiliki pengalaman yang cukup dalam
menyelesaikan pekerjaannya. Dalam hal ini, seorang manajer juga perlu
memberikan penjelasan seperlunya terhadap tugas atau pekerjaan yang belum
dipahami oleh para karyawan.
3. Dukungan (Supporting)
6|Komunikasi Antarpribadi
Gaya kepemimpinan dukungan tepat digunakan pada situasi dan kondisi di
mana karyawan sudah mengenal teknik-teknik yang dituntut dan telah
mengembangkan hubungan yang baik dengan seorang manajer. Dalam hal ini,
seorang manajer lebih banyak terlibat dalam berbagai keputusan kerja dari
masukan atau saran-saran yang diberikan oleh para karyawan.
4. Pendelegasian (Delegating)
Gaya kepemimpinan pendelegasian tepat digunakan pada situasi dan kondisi di
mana para karyawan telah memahami dengan baik tugas dan pekerjaan yang
harus diselesaikan, sehingga mereka layak untuk mendapatkan pendelegasian
tugas dari seorang manajer. Meskipun telah mendelegasikan sebagian tugasnya,
seorang manajer juga harus tetap melakukan pemantauan (Monitoring) terhadap
kinerja karyawannya, untuk memastikan mereka tetap berada pada jalur yang
sesuai dengan standar yang sudah ditetapkan.

Gaya Kepemimpinan Situasional


Dalam pelaksanaannya, gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh seorang
manajer dapat berubah seiring dengan perubahan yang berkembang dalam diri para
karyawannya. Sebagai contoh, pada awalnya para karyawan belum memiliki
kemampuan kerja dan masih memerlukan bimbingan, tetapi karena ketekunan mereka,
suatu saat mereka akan memiliki kemampuan yang baik dan dapat menyelesaikan tugas
dan pekerjaan dengan baik pula. Oleh sebab itu, gaya kepemimpinan yang telah dipilih
untuk diterapkan dalam suatu situasi dan kondisi tertentu dapat berubah. Gaya
kepemimpinan seperti itu adalah gaya kepemimpinan situasional (Situational
Leadership) yang dikemukakan oleh Harsey dan Blanchard.

Ada tiga kemampuan/keterampilan yang perlu diperhatikan dalam penerapan


kepemimpinan situasional.
1. Keterampilan Analitis (Analytical Skills), merupakan keterampilan yang harus
dimiliki oleh seorang manajer dalam melakukan evaluasi atau penilaian kinerja
karyawan dalam melaksanakan pekerjaan. Sebagai contoh, manajer harus bisa
mengevaluasi kinerja bawahan, apakah kinerja bawahan semakin baik atau
semakin buruk dibandingkan dengan kinerja sebelumnya.
2. Keterampilan Fleksibilitas (Flexibility Skills), merupakan keterampilan yang
harus dimiliki oleh seorang manajer agar dapat menerapkan gaya
7|Komunikasi Antarpribadi
kepemimpinan yang fleksibel tergantung pada situasi dan kondisi yang ada
berdasarkan hasil analisis yang tepat. Sebagai contoh, pada awalnya seorang
manajer menerapkan gaya kepemimpinan directing, namun seiring berjalannya
waktu, para karyawan menunjukkan perkembangan yang semakin baik dilihat
dari semangat kerja yang ditunjukkan karyawan semakin baik, mereka dapat
bekerja secara mandiri, sehingga gaya kepemimpinan yang diterapkan dapat
berubah menjadi gaya kepemimpinan delegating.
3. Keterampilan Komunikasi (Communication Skills), merupakan keterampilan
yang harus dimiliki oleh seorang manajer untuk menyampaikan ide atau
gagasannya kepada bawahan. Bagaimana seorang manajer mengomunikasikan
ide atau gagasan tersebut dengan jelas dan mudah dipahami dengan baik oleh
karyawannya sehingga dapat terhindar dari kesalahpahaman dalam
berkomunikasi.

Kepemimpinan Inti
Seorang manajer harus dapat memahami dengan baik bagaimana kondisi
lingkungan tempat kerjanya, termasuk latar belakang para karyawan. Seorang manajer
yang dinamis harus memiliki lima kemampuan yang dikenal sebagai keahlian
kepemimpinan inti (Core Leadership Skills) hal ini dikemukakan oleh Hellriegel dan
Slocum. Berikut lima keahlian kepemimpinan inti, yaitu:
1. Pemberdayaan (Empowerment), pada dasarnya pemberdayaan merupakan
kemampuan seorang manajer untuk berbagi pengaruh dan kendali (Control)
dengan para karyawannya. Dalam hal ini seorang manajer dapat
memberdayakan para karyawan untuk terlibat secara langsung dalam proses
pengambilan keputusan.
2. Intuisi (intuition), Menurut Griffin (2002), intuisi adalah keyakinan bawaan
dalam diri seseorang mengenai sesuatu tanpa pertimbangan sadar. Seorang
manajer terkadang memutuskan sesuatu hanya karena “dirasa benar” atau
karena sebuah firasat. Kemampuan ini lebih didasarkan pada pengalaman dan
praktik selama bertahun-tahun yang dimiliki oleh seorang manajer dalam
membuat keputusan. Hal itu membuat manajer mampu memahami situasi
secara tepat dan mengantisipasi terjadinya perubahan, keberanian mengambil
risiko, dan sekaligus membangun kepercayaan pada orang lain. Namun manajer
juga harus selalu berhati-hati dan tidak selalu bergantung pada intuisi. Karena
8|Komunikasi Antarpribadi
apabila telalu bergantung pada intuisi dan mengabaikan rasionalitas dan logika,
maka besar kemungkinan akan terjadi suatu bencana.
3. Pemahaman diri (self-understanding), pemahaman diri sendiri merupakan
kemampuan untuk mengenal diri sendiri, baik kelebihan maupun
kekurangannya. Seorang manajer harus mampu menilai apa saja kelebihan
maupun kekurangan yang dimilikinya sehingga di masa depan dapat membantu
dirinya untuk mengembangkan diri.
4. Visi (vision), visi merupakan kemampuan untuk berimajinasi pada situasi yang
berbeda dan situasi yang lebih baik dengan bagaimana cara mencapainya.
Sebagai contoh, Jan Carlzon, seorang CEO dari sebuah perusahaan
penerbangan SAS (Scandinavian Airline Systems) memiliki visi yang ingin
menjadikan SAS sebagai sebuah perusahaan penerbangan terbaik dunia bagi
para pelaku bisnis. Untuk mencapai visi tersebut, diperlukan komitmen yang
tinggi baik bagi karyawan, manajer, dan pemegang saham. Salah satu cara yang
dapat dilakukannya adalah melibatkan para pelaku bisnis untuk memberikan
masukan dalam perbaikan yang terus-menerus bagi pencapaian visinya.
5. Kesesuaian nilai (value congruence), merupakan kemampuan untuk memahami
dan menggabungkan prinsip-prinsip organisasi dengan nilai-nilai karyawannya.
Apabila terjadi ketidaksesuaian antara prinsip organisasi dan nilai-nilai
karyawan maka bisa berdampak pada kelancaran kegiatan operasional
organisasi perusahaan. Kegiatan pemogokan, unjuk rasa (demo) yang dilakukan
oleh para karyawan suatu organisasi perusahaan terjadi karena adanya
ketidaksesuaian antara nilai-nilai yang dikembangkan oleh manajer organisasi
perusahaan dengan para karyawannya. Permasalahan ini bisa diselesaikan
dengan baik apabila ada negosiasi di antara keduanya.

D. Kebutuhan Manusia
Menurut Teori Hierarki kebutuhan manusia pada dasarnya memiliki lima
kebutuhan yang bertingkat-tingkat mulai dari kebutuhan yang paling dasar atau paling
sederhana sampai pada kebutuhan aktualisasi diri.
Kebutuhan manusia terbagi menjadi 5 yaitu:
• Kebutuhan fisiologis
Kebutuhan fisiologis (Physiological Needs) merupakan kebutuhan
tingkat pertama dan utama untuk mempertahankan hidup dan kehidupan
9|Komunikasi Antarpribadi
manusia (Survival), contohnya kebutuhan bahan pangan dan tempat
tinggal. Kebutuhan ini merupakan kebutuhan manusia paling dasar, dan
setiap manusia pasti membutuhkan kebutuhan ini.
• Kebutuhan keamanan
Kebutuhan keamanan pasti dibutuhkan oleh semua manusia (Safety
Needs), agar hidup mereka lebih nyaman dari bahaya yang ada diluar
sana yang akan merugikan manusia, kebutuhan ini sangat penting,
karena jika tidak asa maka kejahatan akan bebas melakukan hal yang
merugikan orang lain. Contoh sederhana, orang merasa tidak aman dan
tidak nyaman ketika terjadi kerusuhan, pertikaian, dan penjarahan pusat
pusat pertokoan.
• Kebutuhan sosial
Kebutuhan sosial pada dasarnya berkaitan dengan lingkungan
masyarakat. Bagaimana seseorang berinteraksi dengan orang lain di
dalam suatu kehidupan bermasyarakat?. Manusia adalah makhluk sosial
yang selalu berhubungan dengan orang lain. Dimana pun manusia
berada baik di kota maupun di desa, hidup dalam kebersamaan,
kegotongroyongan, saling membantu antara yang satu dengan yang
lainnya merupakan kebutuhan yang diperhatikan.
• Kebutuhan status
Manusia juga ingin memenuhi kebutuhan akan status dirinya.
Kebutuhan manusia (Status Needs) berkaitan dengan pengakuan,
penghargaan, kedudukan dan tingkat sosial di masyarakat. Manusia
ingin dinilai segala kegiatannya di dalam masyarakat.
• Kebutuhan aktualisasi diri
Kebutuhan aktualisasi diri (Self-Actualizations Needs) merupakan
tingkatan kebutuhan yang tertinggi menurut Abraham Maslow. Dalam
hal ini yang ditekankan adalah bagaimana seseorang mampu
mengaktualisasikan dirinya dalam berbagai kegiatan yang mampu
menumbuhkan suatu kreativitas.

Teori Dua Faktor

Pendekatan lain yang digunakan untuk mengetahui sumber motivasi seseorang


dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dikemukakan oleh Freederick Herzberg dengan

10 | K o m u n i k a s i Antarpribadi
teori dua faktor/motivasi kesehatan (Two Factor/ Motivation Bygiene Theory). Faktor
ketidakpuasan (Dissastisfiers Factor) atau faktor kesehatan (Hygiene Factor)
merupakan faktor yang mempertahankan tingkat motivasi kerja karyawan jika faktor
tersebut diberikan secara tepat.

11 | K o m u n i k a s i Antarpribadi
DAFTAR PUSTAKA

Purwanto, Djoko. Komunikasi Bisnis Edisi 4. Surakarta: Penerbit Erlangga, 2011

Anda mungkin juga menyukai