Anda di halaman 1dari 30

TUGAS LEMBAR KERJA MAHASISWA (LKM)

(Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Ilmu Lingkungan)

Dosen Pengampu :
Nur Ahmad, S.Pd., M.Pfis.
Rusdianto, S.Pd., M.Kes.

Disusun Oleh :

1. Ifatur Rohmawati (200210104001)

2. Muhamad Rayhan Whysnu Pratama (200210104079)

3. Devi Novita Lutfitria Anggraini (200210104092)

4. Fadhiatul Baryroh (200210104096)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA


JURUSAN PENDIDIKAN MIPA
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS JEMBER
2021
LEMBAR KERJA MAHASISWA

Tahap 1. Identifikasi Masalah

Dampak penggunaan pestisida secara berlebihan:

1. Bencana kekeringan dan kegersangan

2. Serangga atau hewan lain yang bukan sasaran target ikut menikmati hujan
pestisida
3. Residu pestisida dapat terbawa air hujan atau air irigasi sehingga air tersebut
dapat masuk ke sungai dan mengganggu kehidupan di sungai
Tahap 2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana kegersangan dapat terjadi akibat penggunaan pestisida yang


berlebihan ?
2. Bagaimana dampak dari serangga atau hewan lain yang bukan sasaran dari
pembasmian melalui pestisida ?
3. Bagaimana proses residu pestisida dapat mencemari lingkungan air ?

Tahap 3. Mengajukan Hipotesis

Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi lingkungan


air, tanah, dan udara.
Tahap 4. Pemecahan Masalah Melalui Studi Literatur

Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi lingkungan,


diantaranya:
1. Bencana kegersangan

Penggunaan pestisida pada pertanian nasional sudah terjebak di dalam


pemupukan anorganik yang berdampak kepada percepatan degradasi kesuburan
lahan pertanian. Karena hal tersebut terjadi lahan pertanian yang mengalami
krisis akan unsur hara tanah. Sehingga eksistensi produktivitas tanaman yang
rendah serta daya imunisasi tanaman menjadi berkurang dan berakibat
banyaknya hama penyakit yang menyerang tanaman. Munculnya peristiwa
tersebut membuat para petani selalu bergantung kepada insektisida serta akan
merusak kualifikasi produksi tanaman yang bebas dari kandungan residu.
Penggunaan dalam jangka yang pendek, pestisida memang dapat mempercepat
masa tanaman karena masing-masing produk pestisida mempunyai kandungan
komposisi masing-masing, karena kandungan haranya dapat diserap secara
langsung oleh tanah, dan tanaman membuat pengaplikasian pestisida pada
tanaman dalam jangka panjang tidak baik untuk dilakukan. Berdasarkan
penelitian pakar tanaman, secara umum tanaman tidak dapat menyerap 100%
cairan atau pupuk pestisida. Sebab akan selalu terdapat residu yang tidak
terserap. Apalagi dengan pemikiran para petani yang berasumsi bahwa
penggunaan pestisida yang melebihi batas normal akan membuat tanaman
menjadi produktif, padahal opini tersebut salah. Karena bagian atau sisa-sisa
cairan pestisida yang tertinggal di dalam tanah jika terkena air dengan kurun
waktu yang lama, akan terjadi proses pengikatan tanah seperti sebuah lem, dan
akan terjadi kekeringan pada tanah yang telah diaplikasikan pestisida. Tanah
tersebut akan memadat dan lengket dalam artian tanah menjadi tidak gembur
seperti sedia kala lagi dan tanah akan menjadi mengeras. Selain memadat dan
mengeras tanah akan meningkatkan tingkat keasamannya, sehingga kondisi
tersebut membuat organisme tanah pembentuk unsur hara menjadi mati dan
populasinya akan musnah (Soekamto dan Fahrizal, 2019: 18).
2. Serangga atau hewan lain yang bukan sasaran target ikut menikmati hujan
pestisida
Penyemprotan pestisida dengan menggunakan helikopter telah
menggeser pemakaian tenaga manusia yang dirasa telah mengalami pengecilan,
dengan menggunakan helikopter dalam waktu sekejap berpuluh-puluh hektar
ladang bahan pangan telah disemprot sekaligus. Tetapi daerah-daerah yang
bukan sasaran maupun hewan-hewan dan serangga bukan sasaran target
pembunuhan ikut menikmati hujan pestisida dari cucuran helikopter. Salah satu
bukti bahwa hewan bukan sasaran mendapat getahnya adalah kasus di sebelah
timur Illinois, Amerika Serikat. Pada tahun 1954 telah dilakukan penyemprotan
suatu senyawa organoklorin dengan maksud menghentikan Japanese beetle
(kumbang jepang), akan tetapi banyak spesies burung yang terkena sasaran
sehingga burung-burung tersebut terkena penyemprotan dan berakhir musnah.
Hal tersebut juga dialami oleh organisme lain seperti kucing, tupai, insekta
predator dan lain sebagainya (Pohan, 2004: 6). Karena kejadian tersebut
membuat pencemaran udara semakin tidak kondusif, adanya penyemprotan
pestisida yang berlebihan, banyak hal-hal yang penting harus dikorbankan.
Kemudian dari peristiwa tersebut berakibat juga pada tanah, terjadi pencemaran
tanah. Hewan-hewan yang seharusnya dapat menyuburkan tanah akan musnah
seperti bakteri, jamur, alga, protozoa dan cacing, serta insekta dan organisme
kecil lainnya. Namun jika penyemprotan dilakukan secara berlebihan, tanah
akan tercemar oleh pestisida dan berdampak pada makhluk hidup didalam tanah
ikut terbasmi, sehingga kesuburan tanah menjadi rusak. Meskipun dalam
penyemprotan pestisida kita tidak tahu kadar pestisida di dalam tanah tidak
ditemukan dalam jumlah yang tinggi, namun peristiwa penyemprotan pestisida
dengan bantuan helikopter harus tetap diwaspadai kandungan pestisida dalam
tanaman yang ditanam, jumlah kandungan pestisida tidak boleh melebihi nilai
yang telah ditentukan, konsentrasi pestisida dalam sayuran dianalisis jauh diatas
batas residu maksimum yang telah disarankan.
3. Residu pestisida dapat terbawa air hujan atau air irigasi dan masuk ke sungai dan
mengganggu kehidupan di sungai
Air merupakan sumber kehidupan bagi seluruh makhluk hidup, banyak
orang membutuhkan air bersih untuk memenuhi kebutuhan. Namun eksistensi
air bersih menjadi dilema bagi banyak orang, karena pencemaran pestisida
dalam air sungai masuk ke dalam air laut, kemudian air laut meresap ke bagian
wilayah darat dan air minum berubah menjadi asin. Sementara itu di lain hal air
menjadi pahit sebab pencemaran sungai-sungai yang melewati wilayah
perkotaan dan residu pestisida yang tercecer dari penyemprotan di sawah-sawah.
Residu akan masuk ke dalam air sungai, lalu akan mengalir ke parit-parit sawah,
sehingga akan masuk ke saluran tersier dalam saluran tersier akan masuk ke
dalam saluran sekunder dan akan terbuang ke sungai. Sungai akan mengalir
masuk ke kota, kemudian akan mengalir menuju hilir, dari sinilah makhluk
hidup menggunakan air yang di hilir untuk memenuhi kebutuhan seperti
digunakan untuk mandi, mencuci, dan lain sebagainya. Kemudian pestisida yang
tidak dapat terurai akan terbawa oleh air dan masuk kedalam kehidupan air, jika
konsentrasi penggunaan pestisida yang digunakan berlebihan akan memberikan
dampak buruk kepada biota air. Kerusakan akibat penggunaan pestisida bersifat
akumulatif sebab pestisida sengaja digunakan diaplikasikan ke dalam lingkup
lingkungan untuk mengontrol hama tanaman dan organisme lain yang tidak
diinginkan. Pengaplikasian pestisida yang mempunyai ikatan molekul yang
bersifat kuat akan mampu bertahan di alam sehingga akan terjadi penumpukan
pestisida. Penerapan pestisida dalam lingkungan perairan memang sudah sangat
nyata keberadaannya dan karena hal tersebut banyak menimbulkan korban
seperti kehidupan perairan akan terganggu, ikan akan mengalami keracunan dan
biota lain mengalami kematian. Karena hal tersebut pertumbuhan biota laut
mengalami kelainan dalam tingkah laku, dan bentuk sehingga akan berdampak
juga pada populasi biota perairan (Kadim dkk, 2013: 263).
4. Resistensi hama, serangga dan patogen yang merusak tanaman terhadap
pestisida
Organisme pengganggu tumbuhan akan disebut resisten apabila hama
dalam suatu daerah biasanya rentan terhadap suatu jenis pestisida, namun hama
tersebut menjadi tidak bisa dikendalikan oleh pestisida tersebut. Oleh karena itu
untuk mematikan hama tersebut petani meningkatkan dosis penggunaan
pestisida untuk mengendalikan organisme pengganggu tumbuhan atau petani
perlu mengeluarkan biaya yang lebih untuk membeli pestisida baru yang lebih
mahal. Tentunya penggunaan pestisida selain menyebabkan resistensi organisme
pengganggu tumbuhan juga dapat mempengaruhi keseimbangan zat hara dalam
tanah sehingga mengurangi kesuburan tanah akibat kontaminasi dengan bahan
kimia yang terdapat di dalam pestisida.
Resistensi pestisida, kemampuan organisme dalam menahan racun,
merupakan konsekuensi yang dapat diprediksi dari sebuah dampak penggunaan
pestisida berulang. Komite Aksi Perlawanan Serangga atau The Insect
Resistance Action Committee, sebuah pestisida kelompok kerja industri,
menjelaskan bahwa resistensi sebagai “perubahan yang diturunkan dalam
sensitivitas populasi hama yang tercermin dalam kegagalan berulang dari suatu
produk untuk mencapai tingkat pengendalian yang diharapkan ketika digunakan
sesuai dengan rekomendasi label untuk spesies hama tersebut.” Organisme
resisten hanya mengikuti aturan evolusi; individu yang sangat baik dapat mampu
beradaptasi bertahan hidup dan meneruskan perlawanan mereka kepada
keturunan mereka.(McKenzie, 2001) Dari pernyataan diatas, didapatkan sebuah
data berupa informasi bahwa dampak penggunaan pestisida yang berulang dapat
memberikan efek yang malah merusak bukan mengurangi atau bahkan
menghilangkan hama itu sendiri. Mengapa dampak penggunaan pestisida
berulang justru tidak mengurangi tetapi menambah serangan hama? Jawabannya
karena pestisida yang diberikan secara berulang akan memberikan mekanisme
adaptasi yang lebih kuat lagi kepada hama itu sendiri. Hama akan melakukan
penyesuaian dengan efek yang ada dalam pestisida dan untuk selanjutnya proses
penyesuaian itu akan menjadi sebuah evolusi baru bagi keturunan mereka
selanjutnya. Pada kasusnya sendiri di bidang pertanian, masih banyak operator
pertanian dan petani menyemprotkan pestisida secara berulang dan dengan
menambahkan bahan kimia lainnya untuk membasmi hama. Tetapi, kegiatan itu
justru tidak dapat membuat hama menghilang justru akan beradaptasi dengan
bahan kimia tersebut. Bukan dampak pada hama saja, namun dampak bagi tanah
juga buruk karena bahan kimia pestisida akan terserap oleh tanah dan terikat
oleh mineral lainnya di dalam tanah itu. Sehingga, tanah tersebut bisa jadi tidak
subur lagi atau bahkan bersifat toksik karena mengandung senyawa kimia
berbahaya didalamnya.
Pada suatu penelitian, didapatkan bahwa rata-rata satu tanaman
telah menerima 3 hingga 5 kali penyemprotan pestisida selama periode
perkembangannya. Terkadang, dapat diperbanyak lagi sampai dengan 30-
35 semprotan. Hal ini tentu menghadirkan konsekuensi dengan waktu
jangka panjang lainnya yang sama gentingnya dari penggunaan insektisida
yang kita lakukan kurang mendapat perhatian. Insektisida memang
fungsinya membunuh organisme yang kita inginkan, tetapi dapat
membunuh organisme yang tidak kita inginkan juga. Seperti pada gambar
1 di atas, menunjukkan bahwa bukti fauna non target akan terkena efeknya
ketika pestisida diterapkan untuk mengendalikan hama. Terdapat bukti
dari laboratorium dan lainnya mengisyaratkan bahwa, terkadang,
organisme ramah kita tidak pernah pulih sepenuhnya. Perubahan jangka
panjang pada agen menguntungkan dalam lanskap bahkan dapat
meningkatkan kerentanan inang terhadap investasi/infeksi dan
menyebabkan wabah hama pandemi.
Bahaya kesehatan manusia juga menjadi jaminan yang kuat dari
kerusakan pestisida. Ada bukti kuat juga untuk hasil negatif lainnya dari
sebuah dampak penggunaan pestisida termasuk neurologis, cacat lahir,
kematian janin dan gangguan perkembangan saraf. Dalam sebuah
penelitian disebutkan bahwa diperkirakan setengah juta orang diracuni
oleh pestisida setiap tahun, 500 di antaranya meninggal di Cina. Tentu ini
memiliki efek yang signifikan terhadap anak-anak, tidak hanya di negara
maju saja bahkan sampai ke negara berkembang. Toksik bagi sistem saraf
pusat yang sedang dalam proses berkembang dan pengaruhnya terhadap
fungsi neurobehavioral baru mulai dipelajari. Pekerjaan orang tua di
pertanian juga telah dikaitkan dengan kanker masa kanak-kanak seperti
leukemia dan sarkoma Ewing dan mungkin juga mempengaruhi sistem
endokrin yang sedang berkembang. Organofosfat mempengaruhi
perkembangan beberapa bagian otak pada anak- anak, menyebabkan IQ
yang lebih rendah dan defisit perhatian dan paparan pestisida dapat
mempengaruhi diferensiasi berdasarkan jenis kelamin di daerah otak
tertentu selama perkembangan anak usia dini (Toxicol and Ali, 2014).
Tahap 5. Hasil Pengumpulan Data

Berdasarkan data hasil studi literatur dapat diperoleh bahwa


pestisida berdampak buruk bagi lingkungan baik air, udara, maupun
tanah selain itu pestisida juga dapat menyebabkan organisme
pengganggu tumbuhan seperti hama lebih resisten terhadap pestisida
sehingga sulit untuk dikendalikan hal ini menyebabkan petani harus
menambah dosis pestisida untuk mematikan hama. Selain itu
penyemprotan pestisida menggunakan helikopter yang dianggap petani
lebih efektif ini ternyata juga dapat berdampak buruk bagi serangga
yang bukan sasarannya dan pestisida yang disemprotkan dari atas dapat
terbawa oleh angin sehingga dapat menyebabkan pencemaran udara.
Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat mencemari lingkungan
tanah karena akan terdapat sisa sisa cairan pestisida yang tidak terserap
oleh tumbuhan sehingga mengendap pada tanah dan kemudian akan
terjadi pengikatan dengan tanah seperti lem yang kemudian
menyebabkan tanah tidak gembur dan akan mengeras dan
mengakibatkan kekeringan. Kemudian ketika hujan tanah yang tercemar
oleh pestisida ini akan terkena air hujan yang kemudian sisa-sisa
pestisida akan terbawa bersama air hujan menuju ke sungai dan
bermuara ke laut. Tentunya hal ini jika berlebihan akan berdampak
buruk bagi biota sungai dan laut serta akan mengganggu ekosistem
lingkungan tersebut.
Tahap. 6 Analisis Data

Penggunaan pestisida yang berlebihan akan berdampak pada kualitas


tanah pertanian. Petani yang menganggap bahwa penggunaan pestisida
dalam jumlah banyak akan memudahkan untuk membasmi organisme
pengganggu tumbuhan, padahal kenyataanya hal ini akan
mengakibatkan resistensi hama tersebut yang menyebabkan hama sulit
untuk dikendalikan dan harus meningkatkan dosis pestisida secara terus
menerus. Hal ini menyebabkan berkurangnya tingkat kesuburan tanah
sehingga organisme pembentuk unsur hara pada tanah menjadi mati
akibat meningkatnya keasaman tanah karena pestisida. Selain itu, residu
dari pestisida akan mengendap dalam tanah dan mengikat tanah seperti
lem sehingga menyebabkan tanah memadat. Dalam jangka panjang
tentunya hal ini akan berdampak pada kualitas tanah pertanian hingga
buruknya kualitas tanaman pertanian.
Menurunnya kualitas tanah akibat penggunaan pestisida yang
berlebihan juga dapat mengganggu keseimbangan ekosistem utamanya
ekosistem sawah karena pestisida ini membunuh organisme yang
berperan sebagai pembentuk unsur hara dan pengurai seperti cacing,
jamur, dan bakteri. Peran dekomposer ini sangat penting dalam menjaga
kesuburan tanah. Selain itu, jika dekomposer ini terganggu
keberadaanya maka akan mengganggu ekosistem karena tidak ada yang
akan menguraikan makhluk hidup yang sudah mati sehingga bahan
organik yang juga dapat menyuburkan tanah dari makhluk hidup yang
sudah mati menjadi berkurang.
Sisa-sisa pestisida pada tanah akan terbawa oleh air hujan yang
kemudian mengalir ke sungai dan bermuara ke laut. Tentunya hal ini
jika berlebihan akan mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada di
sungai atau laut. Bahan kimia yang terkandung di dalam pestisida akan
mengakibatkan biota air mati. Misalnya jika fitoplankton sebagai
produsen yaitu penyedia sumber makanan bagi makhluk hidup air
lainnya ini mati akibat pestisida maka keberlangsungan hidup biota laut
yang lain akan terganggu karena kurangnya sumber makanan bagi
mereka untuk hidup.
Tahap 7. Kesimpulan

Pestisida merupakan salah satu bahan kimia pembasmi hama yang


termasuk berbahaya bagi lingkungan jika penggunaannya berlebihan.
Penggunaan pestisida yang berlebihan ini dapat merusak lingkungan air,
tanah, maupun udara. Penggunaan pestisida yang berlebihan ini didasari
oleh kurangnya pengetahuan petani mengenai dampak pestisida yang
berlebihan dan anggapan bahwa semakin tinggi dosis pestisida yang
digunakan akan semakin banyak hama yang mati. Padahal ini dapat
menyebabkan hama menjadi lebih kebal dan sulit dikendalikan. Oleh
karena itu dalam menggunakan pestisida perlu memperhatikan dosis
penggunaannya agar tidak berlebihan dan perlu adanya penyuluhan
kepada petani untuk mengurangi penggunaan pestisida yang berlebihan
karena berdampak buruk bagi lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA

Kadim, M. K., S. Sudaryanti dan E. Yuli. 2013. Pencemaran Residu Pestisida di


Sungai Umbulrejo Kecamatan Dampit Kabupaten Malang. Jurnal
Manusia dan Lingkungan. 20(3): 262 – 268.
McKenzie, J. A. (2001) ‘Pesticide Resistance’, Evolutionary Ecology, 30(4), p.
2010. doi: 10.1093/oso/9780195131543.003.0034.
Pohan, N. 2004. Pestisida dan Pencemarannya. Jurnal Teknik Kimia.

Soekamto, M. H dan A. Fahrizal. 2019. Upaya Peningkatan Kesuburan Tanah


pada Lahan Kering di Kelurahan Aimas Kabupaten Sorong. Papua
Journal of Community Service. 1(2): 14 – 23.
Toxicol, J. E. A. and Ali, P. (2014) ‘Pesticide Overuse: Stop Killing the
Beneficial Agents’, Journal of Environmental & Analytical Toxicology,
04(04). doi: 10.4172/2161-0525.1000223.
Dampak
Penggunaan
Pestisida
Lembar Kerja Mahasiswa
ANGGOTA KELOMPOK
● Ifatur Rohmawati (200210104001)
● Muhamad Rayhan Whysnu Pratama (200210104079)
● Devi Novita Lutfitria Anggraini (200210104092)
● Fadhiatul Baryroh (200210104096)
01 PENDAHULUAN

02 RUMUSAN MASALAH

TABLE OF 03 HIPOTESIS

CONTENTS 04 DATA LITERATUR

05 ANALISIS DATA

06 REFERENSI
01 Pendahuluan
Pestisida adalah substansi (zat) kimia yang digunakan
untuk membunuh atau mengendalikan berbagai
hama. Menurut Peraturan Pemerintah No. 7 tahun 1973
pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain
serta jasad renik dan virus yang dipergunakan untuk :
1. Memberantas atau mencegah hama-hama dan
penyakit-penyakit yang merusak tanaman atau
hasil-hasil pertanian.
2. Mematikan daun dan mencegah pertumbuhan
tanaman atau bagian-bagian tanaman, tidak
termasuk pupuk.
3. Memberantas dan mencegah hama-hama air.
(Girsang, 2010)
RUMUSAN MASALAH 02
1) Bagaimana kegersangan dapat terjadi akibat
penggunaan pestisida yang berlebihan ?
2) Bagaimana dampak dari serangga atau hewan
lain yang bukan sasaran dari pembasmian melalui
pestisida ?
3) Bagaimana proses residu pestisida dapat
mencemari lingkungan air ?
03 HIPOTESIS

Penggunaan pestisida yang berlebihan dapat


memberikan dampak yang buruk, baik bagi
lingkungan air, lingkungan tanah, maupun
lingkungan udara.
DATA LITERATUR 04
01 02
Bencana Serangga atau Hewan Lain yang Bukan
Kegersangan Sasaran Target Ikut Menikmati Hujan
Pestisida
03 04
Residu Pestisida Dapat Terbawa Air Resistensi Hama, Serangga dan
Hujan atau Air Irigasi dan Masuk ke Patogen yang Merusak
Sungai dan Mengganggu Tanaman Terhadap Pestisida
Kehidupan di Sungai
Bencana
01 Kegersangan
Penggunaan pestisida pada pertanian nasional sudah
terjebak di dalam pemupukan anorganik yang berdampak
kepada percepatan degradasi kesuburan lahan pertanian.

Penggunaan dalam jangka yang pendek, pestisida


memang dapat mempercepat masa tanaman karena
masing-masing produk pestisida mempunyai kandungan
komposisi masing-masing.

Berdasarkan penelitian pakar tanaman, secara umum


tanaman tidak dapat menyerap 100% cairan atau pupuk
pestisida. Sebab akan selalu terdapat residu yang tidak
terserap.
Serangga atau Hewan
Lain yang Bukan
Sasaran Target Ikut
Menikmati Hujan
Pestisida 02
Salah satu bukti bahwa hewan bukan sasaran
mendapat getahnya adalah kasus di sebelah timur Illinois,
Amerika Serikat. Pada tahun 1954 telah dilakukan
penyemprotan suatu senyawa organoklorin dengan
maksud menghentikan Japanese beetle (kumbang
jepang), akan tetapi banyak spesies burung yang terkena
sasaran sehingga burung-burung tersebut terkena
penyemprotan dan berakhir musnah. Karena kejadian
tersebut membuat pencemaran udara semakin tidak
kondusif dan berakibat pada tanah yang berujung pada
pencemaran tanah.
03
Residu Pestisida Dapat
Terbawa Air Hujan atau Air
Irigasi dan Masuk ke Sungai
dan Mengganggu
Kehidupan di Sungai
Residu akan masuk ke dalam air sungai, lalu akan
mengalir ke parit-parit sawah, sehingga akan
masuk ke saluran tersier dalam saluran tersier akan
masuk ke dalam saluran sekunder dan akan
terbuang ke sungai. Sungai akan mengalir masuk
ke kota, kemudian akan mengalir menuju hilir, dari
sinilah makhluk hidup menggunakan air yang di
hilir untuk memenuhi kebutuhan seperti digunakan
untuk mandi, mencuci, dan lain sebagainya.
Penerapan pestisida dalam lingkungan perairan memang sudah
sangat nyata keberadaannya dan karena hal tersebut banyak
menimbulkan korban seperti kehidupan perairan akan
terganggu, ikan akan mengalami keracunan dan biota lain
mengalami kematian. Karena hal tersebut pertumbuhan biota
laut mengalami kelainan dalam tingkah laku, dan bentuk
sehingga akan berdampak juga pada populasi biota perairan
(Kadim dkk, 2013: 263).
Resistensi Hama,
Serangga dan Patogen
yang Merusak 04
Tanaman Terhadap
Pestisida
Organisme pengganggu tumbuhan akan disebut resisten
apabila hama dalam suatu daerah biasanya rentan terhadap
suatu jenis pestisida, namun hama tersebut menjadi tidak bisa
dikendalikan oleh pestisida tersebut.

Tentu penggunaan pestisida selain menyebabkan resistensi


organisme pengganggu tumbuhan juga dapat
mempengaruhi keseimbangan zat hara dalam tanah
sehingga mengurangi kesuburan tanah akibat kontaminasi
dengan bahan kimia yang terdapat di dalam pestisida.
Resistensi pestisida, kemampuan organisme dalam menahan racun,
merupakan konsekuensi yang dapat diprediksi dari sebuah dampak
penggunaan pestisida berulang.

Mengapa dampak penggunaan pestisida berulang justru


tidak mengurangi tetapi menambah serangan hama?
Pestisida yang diberikan secara berulang akan memberikan mekanisme
adaptasi yang lebih kuat lagi kepada hama itu sendiri.
DAMPAK DARI PENGGUNAAN
PESTISIDA SECARA BERLEBIHAN
Perbedaan antara sebelum diberikan pestisida dan sesudah diberikan pestisida
PENELITIAN

Pada suatu penelitian,


didapatkan bahwa rata-rata satu
tanaman telah menerima 3 hingga 5
kali penyemprotan pestisida selama
periode perkembangannya.
Terkadang, dapat diperbanyak lagi
sampai dengan 30-35 semprotan.

Grafik Efek Treatment Insektisida


05 ANALISIS DATA
Penggunaan pestisida yang berlebihan akan
berdampak pada kualitas tanah pertanian.
01 Petani yang menganggap bahwa
penggunaan pestisida dalam jumlah
banyak akan memudahkan untuk
membasmi organisme pengganggu
tumbuhan, padahal kenyataanya hal ini
akan mengakibatkan resistensi hama
tersebut yang menyebabkan hama sulit
untuk dikendalikan dan harus meningkatkan
dosis pestisida secara terus menerus.
Selain Itu :
Menurunnya kualitas tanah akibat penggunaan
pestisida yang berlebihan juga dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem utamanya ekosistem sawah karena pestisida ini
02
membunuh organisme yang berperan sebagai pembentuk unsur
hara dan pengurai seperti cacing, jamur, dan bakteri.

Sisa-sisa pestisida pada tanah akan terbawa oleh air


03 hujan yang kemudian mengalir ke sungai dan bermuara ke laut.
Tentunya jika hal ini berlebihan akan mengganggu keseimbangan
ekosistem yang ada di sungai atau laut.
REFERENSI
Kadim, M. K., S. Sudaryanti dan E. Yuli. 2013. Pencemaran Residu Pestisida
di Sungai Umbulrejo Kecamatan Dampit Kabupaten Malang. Jurnal
Manusia dan Lingkungan. 20(3): 262 – 268.
McKenzie, J. A. (2001) ‘Pesticide Resistance’, Evolutionary Ecology, 30(4),
p. 2010. doi: 10.1093/oso/9780195131543.003.0034.
Pohan, N. 2004. Pestisida dan Pencemarannya. Jurnal Teknik Kimia.

Soekamto, M. H dan A. Fahrizal. 2019. Upaya Peningkatan Kesuburan


Tanah pada Lahan Kering di Kelurahan Aimas Kabupaten
Sorong. Papua Journal of Community Service. 1(2): 14 – 23.
Toxicol, J. E. A. and Ali, P. (2014) ‘Pesticide Overuse: Stop Killing the
Beneficial Agents’, Journal of Environmental & Analytical
Toxicology, 04(04). doi: 10.4172/2161-0525.1000223.
"TERIMA KASIH"
—KELOMPOK 6 (C)

Anda mungkin juga menyukai