Anda di halaman 1dari 31

UANG

Setelah mempelajari modul ini, diharapkan anda dapat memahami permasalahan

tentang uang, dan secara khusus diharapkan dapat :

1. Menjelaskan sejarah timbulnya uang

2. Menjelaskan kesulitan perdagangan dengan sistem barter

3. Menjelaskan fungsi-fungsi uang

4. Membedakan uang kartal dengan uang giral

5. Menjelaskan teori nilai uang

A.Sejarah Timbulnya Uang

Pada zaman dahulu, ribuan tahun sebelum manusia mengenal uang, masyarakat

memenuhi kebutuhannya dengan hasil produksi sendiri. Mereka berburu, mengumpulkan

hasil hutan, bertani, menangkap ikan untuk memenuhi kebutuhan mereka sendiri.

Dalam kenyataannya, mereka tidak dapat memenuhi semua kebutuhan dengan

hasil produksi sendiri. Untuk dapat memenuhi kebutuhan akan barang yang tidak dapat

dihasilkannya sendiri, mereka mencari orang yang memiliki barang yang diinginkan.

Setelah ditemukan, kemudian dilakukan tukar- menukar barang yang dinginkan dengan

barang yang dimilikinya. Cara tukar-menukar inilah yang disebut dengan istilah barter .

Pertukaran secara barter, hanya mungkin terjadi bilamana terdapat dua pihak yang

saling membutuhkan barang yang dimilikinya, di mana orang yang pertama

membutuhkan barang yang dimiliki oleh orang kedua, sebaliknya orang yang kedua

membutuhkan barang yang dimiliki orang pertama. Bila syarat ini tidak terpenuhi, maka
pertukaran secara barter sulit dilakukan. Manullang (1985) memberikan contoh kesulitan

barter tersebut sebagai berikut. Andaikata si A mempunyai beras dan membutuhkan

ayam, sementara si B membutuhkan jagung dan mempunyai ayam, sedangkan beras tidak

dimilikinya. Antara kedua orang tersebut tidak mungkin terjadi. Apa yang dibutuhkan B

tidak dipunyai A, sekalipun B memiliki apa yang dibituhkan A. pertukaran diantara

mereka hanya mungkin terjadi jika kebetulan ada orang ketiga, yang dalam hal ini si C

yang mempunyai jagung dan membutuhkan beras. A dapat menukarkan beras yang

dimilikinya kepada jagung yang dimiliki oleh C, dan C dapat menukarkan jagung itu

langsung kepada ayam si B yang dibutuhkannya.

Terdapatnya kesulitan-kesulitan dalam sistem barter, telah mendorong orang

untuk menemukan suatu barang yang dapat dipergunakan sebagai alat penukar. Barang

tersebut bukanlah sembarang barang, tetapi barang tersebut merupakan barang yang

sangat disukai masyarakat. Selain itu jumlahnya pun terbatas. Barang yang dapat

berfungsi sebagai alat penukar ini pada dasarnya merupakan “ uang barang “ (commodity

money “ . Barang-barang yang pernah berfungsi sebagai uang tersebut diantaranya : besi,

tembaga, perunggu, nikel, timah hitam, emas, perak, kerang, taring babi hutan, gigi ikan

paus, porselen, kulit binatang, gading, garam, beras, tembakau, babi, kuda, kambing,

lembu, dsb.

Dalam perkembangan berikutnya, barang-barang yang berfungsi uang tersebut

banyak yang tidak digunakan lagi, karena kurang memenuhi syarat sebagai uang,

sehingga akhirnya yang tetap dipergunakan adalah barang logam saja. Logam mulia

seperti emas dan perak, dianggap cocok sekali sebagai alat tukar karena berbagai alasan,

yaitu : (1) tahan lama, tidak mudah aus, (2) mudah menyimpannya, (3) mudah
dipindahkan, (4) mudah dibagi-bagi dengan tidak kehilangan nilainya, (5) untuk jangka

waktu yang lama nilainya tetap, sebab kemungkinan untuk menghasilkannya relatif

terbatas.

B.Definisi dan Fungsi Uang

Dari uraian tentang sejarah timbulnya uang, kita telah mengetahui bahwa uang

memiliki fungsi sebagai alat penukar. Karena itu uang dapat didefinisikan sebagai segala

sesuatu yang umum dipergunakan sebagai alat tukar. Definisi ini dikemukakan oleh A.C

Pigou, dalam bukunya “ The Veil of Money “ . Sejalan dengan pendapat ini, Robertson

dalam bukunya “ Money “ mendefinisikan uang sebagai segala sesuatu yang umum

diterima dalam pembayaran barang-barang.

Dari definisi uang yang telah dikemukakan, sesungguhnya sudah tersirat fungsi

pokok dari uang, yakni sebagai alat tukar. Uraian berikut ini akan memperjelas

pemahaman kita tentang fungsi uang.

(1)Uang sebagai alat tukar

Fungsi uang sebagai alat tukar (medium of exchange) sangat memegang peranan

penting dalam setiap perekonomian di manapun juga, sebab dengan adanya uang akan

mempermudah kegiatan ekonomi/perdagangan.

Tanpa adanya uang yang berfungsi sebagai alat tukar, konsumen pada umumnya

akan dipersulit kehidupannya untuk memperoleh barang dan jasa yang dibutuhkannya.

Demikian pula sebagai produsen, buruh, dokter, guru, dan yang lainnya akan mengalami

kesulitan dalam menerima balas jasa yang diterimanya, bilamana tidak ada benda yang

diterima umum sebagai alat tukar.


(2) Uang sebagai alat pengukur nilai. Ada pula yang mengatakan uang sebagai satuan

hitung atau satuan nilai. Dengan uang, kita dapat menentukan nilai suatu barang, dengan

menghitung jumlah uang yang dipeerlukan untuk memperoleh barang yang diinginkan.

Di samping itu, dengan membandingkan nilai berbagai jenis barang, dapat ditentukan

dengan mudah nilai suatu barang jika dibandingkan dengan nilai barang yang lain.

Misalnya, dengan mengetahui nilai pesawat Televisi merk Sharp seharga Rp 2.000.000,

maka nilai sebuah jam tangan merk Titus seharga Rp 200.000, dapat dengan mudah kita

tentukan. Dalam hal ini nilai pesawat Televisi 10 kali nilai jam tangan.

Di samping itu fungsi uang sebagai alat pengukur nilai ini telah mempermudah

perhitungan dan pengambilan keputusan dalam bidang ekonomi. Untuk menunjukkan

betapa pentingnya fungsi ini, dapat diberikan contoh sebagai berikut. Pak Akhmad

memiliki sebidang tanah seluas 1 ha. Tanah tersebut hanya baik untuk ditanami jagung

atau singkong. Pak Akhmad harus memutuskan harus menanam apa, jagung atau

singkong yang paling menguntungkan ? Pengambilan keputusan akan mudah dilakukan

bilamana ia sudah mengetahui harga jagung dan singkong di pasar. Dalam hal ini adanya

uang yang berfungsi sebagai alat pengukur nilai, akan mempermudah pengambilan

keputusan dalam bidang ekonomi. Pak Akhmad tinggal menghitung saja, berapa

kilogram jagung yang akan diperolehnya jika tanah tersebut ditanami jagung, berapa

kilogram pula singkong yang akan diperolehnya jika tanah tersbut ditanami singkong.

Dengan mengetahui harga jagung dan singkong di pasar, kemudian ia dapat menghitung

berapa nilai yang diperoleh bila ia menamam jagung atau singkong.Pengambilan

keputusan akan dilakukan setelah ia dapat membandingkan nilai yang akan diperoleh dari

menanam jagung dan menanam singkong.


(3) Uang sebagai alat penimbun kekayaan

Dalam hal ini orang sering menimbun kekayaan dalam bentuk uang. Bagi orang

yang memiliki kelebihan uang dari kebutuhan-kebutuhan yang diperlukannya, sering

menyimpan uang tunai untuk disimpan di rumah ataupun di bank, yang sewaktu-waktu

bisa diambil kembali. Fungsi yang ketiga ini akan mempengaruhi jumlah uang tunai yang

ada pada masyarakat.

C. Jenis-jenis Uang

Uang yang yang beredar di masyarakat secara garis besar dapat dibedakan

menjadi dua macam yaitu :

1.Uang kartal, yakni uang yang secara umum digunakan sebagai alat pembayaran yang

syah dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat. Uang kartal ini dikeluarkan oleh Bank

Sentral, terdiri atas dua jenis, yakni uang logam dan uang kertas. Dibandingkan dengan

uang logam, uang kertas merupakan yang yang paling banyak digunakan hampir di

seluruh dunia. Ada tiga alasan mengapa mengapa lebih banyak digunakan yang kertas :

(1) ongkos pembuatannya lebih murah daripada uang logam, (2) mudah dibawa dari

tempat yang satu ke tempat yang lain, (3) jika kebutuhan suatu negara akan uang

bertambah, maka kebutuhan tersebut akan mudah dipenuhi, sebab kertas mudah

diperoleh.

Sekalipun kebanyakan uang kartal terbuat dari kertas dan memiliki nilai

instrinsik (nilai bahan) yang rendah, masyarakat akan tetap menerimanya sebagai alat

pembayaran, sebab dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki wewenang dan hak

monopoli dari pemerintah. Masyarakat percaya pada mata uang yang dikeluarkan Bank
Sentral, memiliki kekuatan sebagai alat pembayaran syah. Atas dasar itu, uang kertas

sering disebut pula sebagai “ uang kepercayaan “ .

Menurut sejarahnya, pada masa lalu tiap-tiap uang kertas yang beredar diwakili

oleh suatu kesatuan berat dari logam murni (emas atau perak). Logam murni tersebut

harus disimpan oleh Bank Sentral sebagai dekking, yang pada umumnya sebesar 40%

dari nilai uang kertas bank yang beredar. Dekking tersebut menjadi dasar kepercayaan

masyarakat untuk menerima mata uang kertas yang dikeluarkan oleh Bank Sentral

tersebut. Pada zaman sekarang, sekalipun tidak ada lagi dekking untuk setiap mata uang

rupiah yang dikeluarkan oleh Bank Sentral, masyarakat tetap mempercayai mata uang

tersebut sebagai alat pembayaran yang sah.

2.Uang giral. Dalam perkembangan perdagangan, uang kertas dirasakan dirasakan

memiliki kelemahan dalam menyelesaikan transaksi dalam jumlah besar, di mana

sejumlah uang kertas harus dibawa dalam jumlah yang banyak, sehingga kurang praktis

dan menimbulkan resiko. Timbullah gagasan untuk menggunakan uang giral. Uang giral

dapat terjadi dari simpanan dalam bentuk giro di bank. Bila penyimpan akan melakukan

pembayaran untuk transaksi jual belinya, ia dapat menggunakan selembar cek yang di

atasnya ditulis sejumlah pembayaran yang diinginkan. Dalam pembayaran dengan cek,

nilai nominal yang tertulis dalam cek harus lebih kecil dari simpanan gironya. Dalam hal

ini bilamana ternyata nilai nominal yang tertulis dalam cek lebih besar dari simpanan

gironya, maka cek tersebut merupakan “ cek kosong “ . Terbentuknya uang giral dalam

contoh di atas, disebut cara substitusi atau pengganti. Ada cara lainnya, yang disebut

dengan “ Exchange of Claim “. Misalnya, Bank memberikan kredit kepada nasabahnya

sebesar Rp 200.000.000,00. Namun Bank tidak memberikan uang tunai kepada


nasabahnya, melainkan membuka rekening giro atas nama peminjam tersebut, dan

mencantumkan saldo sebesar Rp 200.000.000,00. Kemudian kepada nasabahnya

diberikan buku cek untuk bisa digunakan kapan saja ia mengambil kredit tersebut melalui

rekening gironya.

D.Nilai Uang

Nilai uang dapat dibedakan menjadi tiga macam, yakni nilai intrinsik, nilai

nominal dan nilai tukar.

1. Nilai intrinsik, adalah nilai bahan yang dipakai untuk membuat uang.Mata uang yang

terbuat dari logam emas nilai intrinsiknya sangat tinggi jika dibandingkan dengan

mata uang yang terbuat dari kertas.

2. Nilai nominal, adalah nilai yang tertera pada mata uang itu. Nilai nominal selembar

uang lima ribu rupiah, nilainya lima ribu rupiah.

3. Nilai tukar atau sering juga disebut tenaga beli uang, adalah tenaga beli uang untuk

membeli barang dan jasa yang kita butuhkan. Robertson, seorang akhli ekonomi

merumuskannya sebagai berikut “ the value of money is the power of money to

purchase the things people want “ . Dalam hal ini nilai uang Rp 5.000,00 adalah

jumlah barang dan jasa sebagai pengganti uang Rp 5.000,00 itu. Tinggi rendahnya

nilai uang, dapat ditunjukkan oleh tenaga belinya, yaitu kekuatan uang itu untuk

membeli barang-barang dan jasa-jasa. Nilai uang dikatakan turun bilamana tenaga

belinya turun, diukur oleh banyaknya barang dan jasa yang dapat dibeli oleh satu

kesatuan uang. Misalnya, jika dalam bulan Januari 2001 uang senilai Rp 5.000,00 kita

dapat membeli 2 kilogram beras, kemudian pada bulan Januari 2002 dengan uang
senilai Rp 5.000, 00 hanya bisa membeli 1 kilogram beras, maka nilai uang tersebut

mengalami penurunan.

E.Teori Nilai Uang

Sebagaimana telah disinggung di atas, nilai uang (tenaga beli) uang itu dapat naik

atau turun. Hal ini sangat tergantung dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, yaitu :

1.Jumlah uang, atau disebut juga penawaran uang.

2.Kecepatan peredaran uang, atau disebut juga permintaan uang.

3.Jumlah barang yang diperdagangkan.

Penawaran uang berkaitan dengan jumlah uang yang beredar di masyarakat, yakni

uang kartal dan uang giral. Kedua macam uang ini adalah uang yang digunakan dalam

kehidupan sehari-hari di masyarakat. Kecepatan peredaran uang atau berpindahnya uang

dari satu tangan ke tangan yang lain, disebut juga perputaran uang. Jadi, kecepatan

peredaran uang menyatakan berapa kali tiap-tiap rupiah dalam jangka waktu tertentu

berpindah tangan. Dalam kehidupan ekonomi, uang berpindah dari produsen ke

konsumen, sebaliknya pula uang dapat berpindah dari konsumen ke produsen.

Perubahan jumlah uang dan perubahan kecepatan peredaran uang memberi

pengaruh yang sama terhadap nilai uang dan harga barang. Tiap kenaikkan jumlah uang

atau kenaikkan kecepatan peredaran uang, selalu menyebabkan turunnya nilai uang dan

naiknya harga barang. Sebaliknya, tiap penurunan jumlah uang atau penurunan kecepatan

peredaran uang, selalu menyebabkan naiknya nilai uang dan turunnya harga barang.

Persoalan tentang nilai uang telah lama menjadi pusat perhatian para akhli

ekonomi. Dua teori yang akan dibahas dalam modul ini adalah teori dari David Ricardo

dan teori dari Irving Fisher.


Teori Ricardo, yang disebut juga teori kuantitas sederhana, adalah teori yang

membahas hubungan antara nilai uang dengan jumlah uang. Ricardo menyatakan bahwa

jumlah uang dengan nilai uang mempunyai hubungan terbalik, sehingga jika jumlah uang

naik menjadi dua kali lipat, maka nilai uang akan turun juga dua kali lipat. Sebaliknya,

jika jumlah uang berkurang sehingga menjadi setengah dari semula, maka nilai uang akan

naik dua kali lipat.

Bila teori Ricardo tersebut dikaitkan dengan tingkat harga, maka akan memiliki

makna sebagai berikut. Bila jumlah uang naik dua kali lipat, maka harga akan naik dua

kali lipat, sebaliknya jika jumlah uang turun dua kali lipat, maka harga juga akan

menjadi setengah dari semula. Teori Ricardo ini dirumuskan dalam bentuk persamaan

sebagai berikut. M = kP atau P 1/k X M , di mana M adalah jumlah uang, P adalah

tingkat harga, dan k adalah faktor yang tetap bilamana segala sesuatu tidak berubah.Teori

kuantitas ini disebut sederhana karena hanya memperhatikan faktor yang sederhana

yakni M (jumlah uang) , di mana faktor kecepatan peredaran uang (V) dan jumlah barang

yang diperdagangkan (T) tidak diperhatikan.

Teori Ricardo kemudian disempurnakan oleh Irving Fisher. Ia menyatakan bahwa

faktor-faktor yang mempengaruhi nilai uang itu terdiri atas tiga faktor, yakni jumlah uang

(M), kecepatan peredaran uang (V) dan jumlah barang yang diperdagangkan (T). Fisher

merumuskannya dalam bentuk persamaan MV = PT. Notasi P dalam rumus tersebut

berarti tingkat harga (price). Ketiga faktor tersebut (M,V, dan T) berpengaruh terhadap

tingkat harga (P), melalui mekanisme sebagai berikut.

1. Jika M naik, sedangkan kedua faktor lainnya (Vdan T) tetap, maka P akan naik,

sebaliknya jika M turun, sedangkan kedua faktor lainnya (V dan T) tetap, maka P
akan turun. Dengan kata lain, jika M naik sedangkan V dan T tetap, akan

mengakibatkan nilai uang turun, sebaliknya jika M turun sedangkan V dan T tetap,

akan mengakibatkan nilai uang naik.

2. Jika V naik,sedangkan kedua faktor lainnya (M dan T) tetap, akan mengakibatkan P

naik, sebaliknya jika V turun sedangkan kedua faktor lainnya(M dan T) tetap, akan

mengakibatkan P turun. Dengan kata lain, jika V naik sedangkan M dan T tetap akan

mengakibatkan nilai uang turun, sebaliknya apabila V turun sedangkan M dan T tetap

akan mengakibatkan nilai uang naik.

3. Jika T naik, sedangkan kedua faktor lainnya (M dan V) tetap, akan mengakibatkan P

turun, sebaliknya jika T turun, sedangkan kedua faktor lainnya (M dan V) tetap, akan

mengakibatkan P naik. Dengan kata lain, jika T naik sedangkan M dan V tetap akan

mengakibatkan nilai uang naik, sebaliknya jika T turun sedangkan M dan V tetap,

akan mengakibatkan nilai uang turun.

F. Inflasi

Inflasi adalah kecenderungan naiknya harga-harga secara terus menerus. Dalam

hal ini kenaikkan harga satu atau dua jenis barang saja yang tidak menyeret harga-harga

barang lain, tidak bisa disebut inflasi. Demikian pula kenaikkan harga-harga barang

secara musiman, misalnya menjelang hari-hari besar keagamaan seperti lebaran, natal dan

tahun baru yang tidak disertai pengaruh lanjutan, tidak bisa disebut inflasi.

Terdapat tiga penggolongan inflasi :

(1) Didasarkan atas parah tidaknya inflasi tersebut, yang terbagi atas inflasi ringan (di

bawah 10% setahun), inflasi sedang (antara 10% - 30% setahun), inflasi berat ( antara

31 % - 100 % setahun), hiper inflasi (di atas 100 % setahun).


(2) Didasarkan atas sebab-sebab timbulnya inflasi.

MODUL 10

BANK

Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat memahami permasalahan

tentang bank, lebih khusus lagi anda diharapkan dapat :

1. Menjelaskan sejarah timbulnya bank


2. Menjelaskan arti dan fungsi bank

3. Menyebutkan jenis-jenis bank

4. Menjelaskan sistem perbankan di Indonesia

A.Sejarah Timbulnya Bank

Seperti dikemukakan oleh Kaslan A. Tohir (1970), sesungguhnya tidak diketahui

dengan pasti di mana dan kapan bank itu dilahirkan. Namun, dalam sejarahnya, ada dua

golongan orang yang memegang peranan penting dalam kelahiran bank, yakni : (1)

golongan tukang penukar uang, dan (2) golongan tukang emas.

Di Athena, orang yang melakukan pekerjaan tukar menukar uang itu dinamakan “

trapezites “ dan di Roma dinamakan “ argentarius “ sedangkan di Genoa dinamakan “

bancherri “ . Kata bank itu sendiri berasal dari “ banco “ yang berarti meja atau bangku,

sebab para tukang penukar uang ini lazimnya duduk di belakang meja, menghadapi orang

yang membutuhkan pelayanan penukaran uang.

Di samping melayani penukaran uang, golongan tukang penukar uang ini juga

menerima simpanan berupa perhiasan, logam mulia batangan, maupun dalam bentuk

uang . Kemudian dibuatlah tanda-tanda khusus sebagai idenditas si penyimpan. Pada saat

si pemilik mengambil simpanannya, ia dikenai biaya/ongkos penyimpanan. Dengan

demikian, usaha mereka tidak terbatas pada tukar menukar uang (berperan sebagai money

changer), tetapi juga menerima simpanan dalam bentuk uang dan perhiasan.

Berdasarkan pengalamannya, mereka mengetahui bahwa meskipun semua

simpanan itu harus dikembalikan atas permintaan penyimpannya, akan tetapi simpanan

tersebut tidak pernah diambil sekaligus dalam waktu yang bersamaan. Selalu ada
simpanan baru, untuk mengembalikan simpanan yang diambil. Bahkan saldo simpanan

semakin membesar. Hal ini mendorong mereka untuk memberikan pinjaman dari

sebagian saldo simpanan kepada para pedagang yang membutuhkan. Para pedagang yang

mengembalikan pinjamannya dikenakan balas jasa berupa bunga.

Dengan demikian usaha yang dilakukan para tukang penukar uang tersebut

berkembang menjadi sebuah bank. Mereka tidak lagi mengharapkan jasa dari para

penyimpan uang, bahkan mereka mulai membayar bunga atas simpanan yang

diterimanya, sebab semakin besar simpanan yang bisa diterimanya, semakin besar pula

kemampuan mereka untuk memberikan pinjaman. Keuntungan mereka didapatkan dari

selisih bunga yang didapatkan dari para peminjam, dengan bunga yang ia harus bayarkan

kepada para penyimpan.

Selain di Athena dan Roma, di Inggris terdapat tukang-tukang emas yang bersedia

menerima simpanan uang logam (emas dan perak). Para pedagang menyimpan uang

logamnya pada tukang emas karena merasa aman. Sebagai tanda penyimpanan uang, para

pedagang menerima surat tanda bukti yang disebut “ goldsmith’s “. Tanda bukti tersebut

yang merupakan pula tanda pengakuan hutang dari tukang emas, kemudian digunakan

sebagai alat pembayaran. Banyak utang-piutang dapat diselesaikan dengan

mempergunakan “ goldsmith’s notes “ . Pada abad ke-17 “ goldsmith’s notes “ telah

beredar sebagai alat pembayaran. Kemudian para tukang emas ini mulai meningkatkamn

usahanya dengan memberikan pinjaman. Berkat pengalamannya, mereka mengetahui

berapa besar persediaan kas harus dipertahankan, dan berapa besar yang dapat

dipinjamkan. Dengan semakin meningkatnya permintaan pinjaman, mereka berani

mengeluarkan “ goldsmith’s notes “ tanpa didukung oleh simpanan. Para tukang emas ini
disebut “ goldsmith bank “ .Dalam perkembangan berikutnya, “ goldsmith bank “

menciptakan sarana keuangan baru yang disebut cek. Dengan cek, para pedagang dapat

menarik simpanan gironya setiap saat atau melakukan pembayaran kepada pihak yang

lain.

2.Arti dan Fungsi Bank

Dari uraian tentang sejarah timbulnya bank, sudah terlintas gambaran apa yang

disebut bank dengan fungsinya. Banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para

penulis sesuai dengan tahap perkembangan bank. Ada yang menekankan fungsi bank

sebagai penerima simpanan, ada yang menonjolkan fungsi bank sebagai penerima kredit,

dan ada pula yang mengkombinasikannya.

Pierson, mendefinisikan bank sebagai “ badan yang menerima kredit “ . Menurut

penulis ini, ciri utama sebuah bank adalah menerima kredit. Karena itu, bank tidak boleh

meminjamkan uang yang jumlahnya melebihi jumlah simpanan pada bank tersebut.

Berbeda dengan pendapat tersebut, Mac Leod mendefisikan bank sebagai “ suatu

toko penjualan kredit “ (a shop for the sale of credit), sedangkan seorang bankir

dikatakannya sebagai seorang pedagang kredit.

Definisi yang lebih lengkap dikemukakan oleh G.M Verrijn Stuart, yang

berpendapat bahwa bank adalah “ badan yang wujudnya memuaskan keperluan orang

akan kredit, baik dengan uang yang diterimanya dari orang lain sebagai uang

simpanan,maupun dengan jalan pengeluaran uang baru sebagai uang kertas dan uang

giro”. Definisi ini menonjolkan dua tugas utama dari bank, yakni bank sebagai perantara

kredit, dan bank sebagai pencipta uang.


Di Indonesia, berdasarkan UU No.7/1992 yang kemudian disempurnakan dengan

UU No.10/1998, disebutkan bahwa bank adalah “ badan usaha yang menghimpun dana

dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam

bentuk kredit dan/atau dalam bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup

rakyat banyak “

Menurut Insukindro (1995), fungsi bank pada dasarnya dapat dikategorikan

menjadi dua, yakni fungsi perantara (intermediation role), dan fungsi transmisi

(transmission role).

Fungsi perantara adalah fungsi yang berkaitan dengan penyediaan kemudahan

untuk aliran dana dari mereka yang memiliki dana nganggur atau kelebihan dana selaku

penabung kepada mereka yang memerlukan dana untuk memenuhi berbagai kebutuhan

sebagai peminjam. Dalam hal ini, bank bertindak sebagai perantara untuk menerima,

memindahkan atau menyalurkan di antara kedua belah pihak yang terpisah, tanpa

mengenal satu sama lain. Fungsi ini memiliki keuntungan-keuntungan bagi masyarakat

yakni :

1. Membantu pihak pemilik dana, dalam bentuk keuntungan bunga yang diperoleh dan

keamanan dana itu dibandingkan kalau disimpan sendiri. Dalam hal ini resiko telah

dialihkan atau ditanggung bank. Pada umumnya sebagai penabung ingin

menanamkan dananya dalam jangka waktu yang relatif pendek, sementara itu di

pihak peminjam lebih menyukai pinjaman dalam jangka waktu yang panjang. Kedua

kepentingan yang berbeda ini dapat dijembatani oleh pihak bank.

2. Pihak peminjam merasa sangat dibantu untuk membiayai berbagai keperluannya, baik

untuk konsumsi maupun investasi.


Fungsi tranmisi berkaitan dengan peranan bank dalam lalu lintas pembayaran dan

peredaran uang dengan menciptakan instrumen-instrumen keuangan,seperti penciptaan

uang kartal oleh Bank Sentral, penciptaan uang giral oleh Bank Umum, penciptaan kartu

bank (bank card) yang dapat digunakan nasabahnya sebagai alat pembayaran di berbagai

tempat (hotel, swalayan, rumah sakit,dll.). Kartu ini juga bisa digunakan untuk

mengambil uang tunai setiap saat selama 24 jam pada Anjungan Tunai Mandiri (ATM).

3.Jenis-jenis Bank

Jenis-jenis bank dapat digolongkan menurut berbagai aspek, diantaranya : (1)

fungsi, (2) kepemilikan.

(1) Menurut Fungsi

a. Bank Sentral, yakni bank yang fungsinya mengatur dan mengawasi bank,mengatur

dan menjaga kelancaran sistem pembayaran, dan menetapkan kebijaksanaan moneter.

Di Indonesia namanya Bank Indonesia, sebagaimana diatur dalam UU No.23/1999.

b. Bank Umum, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama dalam bentuk

giro dan deposito, serta memberikan kredit dalam jangka pendek. Contohnya : BNI,

Bank Duta, Bank Lippo,dll.

c. Bank Tabungan, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama menerima

simpanan dalam bentuk tabungan, dan dalam usahanya terutama memperbungakan

dananya dalam kertas berharga. Contohnya : Bank Tabungan Pensiunan Nasional,

Bank Tabungan Nasional.

d. Bank Pembangunan, yaitu bank yang dalam pengumpulan dananya terutama

menerima simpanan dalam bentuk deposito, serta dalam usahanya terutama


memberikan kredit jangka menengah dan panjang di bidang pembangunan. Contoh :

Bank Pembangunan Indonesia, Bank Pembangunan Daerah.

UU No.10/1998 memuat ketentuan baru mengenai manajemen bank berdasarkan

hukum Islam, yang disebut prinsip syariah. Dengan prinsip syariah ini disusun aturan

perjanjian berdasarkan hukum Islam antara bank dengan pihak lain untuk penyimpanan

dana, dan/atau pembiayaan kegiatan usaha yang dinyatakan sesuai dengan syariah.

Antara lain, pembiayaan berdasarkan bagi hasil (mudharabah), pembiayaan berdasarkan

prinsip penyertaan modal (musharakah).

Pengelolaan dengan prinsip syariah ini membawa konsekuensi adanya jenis bank

baru yang bersifat khusus, misalnya Bank Muamalat di Jakarta dengan beberapa

cabangnya.

(2) Menurut Kepemilikan

a. Bank Pemerintah/Bank Negara, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki

pemerintah. Contoh Bank Negara Indonesia 1946 (BNI), Bank Rakyat Indonesia

(BRI), Bank Mandiri.

b. Bank Swasta Nasional, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki pihak swasta

nasional. Contoh : Bank Central Asia (BCA), Bank Niaga, Bank Lippo, dll.Bank

Swasta Nasional ini dapat dibagi lagi menjadi dua golongan berdasarkan kemampuan

melaksanakan transaksi internasional dan transaksi valuta asing, yakni :

Bank Devisa, yaitu bank yang dapat mengadakan transaksi internasional seperti

ekspor-impor, jual beli valuta asing . Contoh : BCA, Bank Niaga,dll.

Bank Non Devisa, yaitu bank yang tidak dapat mengadakan transaksi

internasional. Contoh : Bank Intan, Bank Rama, Bank Asta, dll.


c. Bank Asing, yaitu bank yang seluruh sahamnya dimiliki pihak asing. Untuk jenis

bank ini hanya membuka cabangnya saja di Indonesia, sedangkan kantor pusatnya

berada di luar negeri. Contoh ; Chase Manhattan Bank, Citibank, Rabo Bank dll.

d. Bank Campuran, yaitu bankyang sebagian sahamnya dimiliki pihak asing, dan

sebagian lagi dimiliki pihak swasta nasional. Contoh : Sanwa Indonesia Bank (Bank

Bali Indonesia dengan Sanwa Bank Jepang), Fuji International Bank (BII dengan Fuji

Bank Jepang), Rabobank Duta Indonesia (Bank Duta dengan Rabobank

Nederland),dll.

4.Bank Sentral

Telah disinggung di atas, bahwa salah satu jenis bank adalah Bank Sentral.

Berdasarkan pada fungsinya,Bank Sentral dapat diartikan sebagai bank yang dimiliki

pemerintah, yang diserahi tanggung jawab untuk mengatur dan mengawasi bank,

mengatur dan menjaga sistem pembayaran, dan menetapkan serta melaksanakan

kebijakan moneter.

Pada umumnya Bank Sentral di berbagai negara termasuk di Indonesia,

melaksanakan fungsinya sebagai berikut.

(1) Bank Sentral sebagai Bank Sirkulasi. Sebagai Bank Sirkulasi, Bank Indonesia

memiliki hak tunggal (monopoli) untuk mengedarkan uang kertas dan uang logam

sebagai alat pembayaran yang sah. Hak ini disebut dengan hak oktroi. Dalam UU

No.23/1999 tentang Bank Indonesia, termuat ketentuan sebagai berikut.

Bank Indonesia berwenang menetapkan macam, harga, ciri uang yang akan

dikeluarkan, bahan yang digunakan dan tanggal berlakunya sebagai alat

pembayaran yang sah (pasal 19).


Bank Indonesia merupakan satu-satunya lembaga yang berwenang untuk

mengeluarkan dan mengedarkan uang rupiah serta mencabut, menarik dan

memusnahkan uang dimaksud dari peredaran (pasal 20).

(2) Bank Sentral sebagai Banker’s Bank, maksudnya Bank Sentral dianggap sebagai

bankir dari bank-bank lain, di mana bank-bank tersebut dapat meminta bantuan Bank

Indonesia untuk menambah permodalan mereka dalam rangka pemberian kredit

kepada nasabahnya. Bentuk bantuan permodalan dari Bank Indonesia ini disebut

dengan kredit likuiditas. Di samping itu, Bank Sentral berfungsi pula sebagai “ lender

of last resort “ (pemberi pinjaman pada tingkat yang terakhir). Dalam hal ini Bank

Indonesia memberikan bantuannya dengan fasilitas “ kredit likuiditas darurat “.

Fasilitas ini diberikan Bank Indonesia bilamana bank-bank mengalami kesulitan

likuiditas, sehingga dikhawatirkan tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban yang

segera dapat ditagih. Pada awalnya bank yang mengalami kesulitan likuiditas harus

berusaha sendiri untuk mengatasi kesulitan likuiditas ini dengan membenahi

manajemennya. Bila tidak berhasil, barulah pada tingkat terakhir Bank Indonesia

membantu dengan memberikan kredit likuiditas darurat. Lazimnya bantuan kredit

likuiditas darurat ini disertai dengan bimbingan manajemen dan pengawasan, agar

bank tersebut dalam waktu yang relatif singkat dapat sehat kembali.

(3) Bank Sentral sebagai Pengatur dan Pengawas Perbankan

Sesuai dengan ketentuan yang termuat pada UU No.23/1999, Bank Indonesia

sebagai Bank Sentral memiliki kewenangan penuh dalam menetapkan

peraturan,memberikan dan mencabut izin atas kelembagaan dan kegiatan usaha tertentu

bank, melaksanakan pengawasan serta mengenakan sanksi terhadap bank. Dalam hal ini
Bank Indonesia berwenang menetapkan ketentuan-ketentuan perbankan yang memuat

prinsip kehati-hatian. Sementara itu dalam bidang perizinan, wewenang Bank Indonesia,

mencakup : (1) memberikan dan mencabut izin usaha bank, (2) memberikan izin

pembukaan, penutupan damn pemindahan kantor bank, (3) memberikan persetujuan atas

kepemilikan dan kepengurusan bank, (4) memberikan izin kepada bank untuk

menjalankan kegiatan-kegiatan usaha tertentu.

Dalam bidang pengawasan, Bank Indonesia berwenang mewajibkan bank untuk

menyampaikan laporan, keterangan dan penjelasan sesuai dengan tata cara yang

ditetapkan.

(4) Bank Sentral sebagai Pelaksana Kebijakan Moneter

Dalam modul 6 telah dibahas beberapa aspek yang berkaitan dengan kebijakan

ekonomi, antara lain kebijakan moneter. Kebijakan moneter yang dimaksudkan adalah

kebijakan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia sebagai Bank Sentral dalam rangka

mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah.

Dalam UU No.23/1999 pasal 10, dinyatakan bahwa Bank Indonesia memiliki

kewenangan :

menetapkan sasaran-sasaran moneter dengan memperhatikan sasaran laju inflasi

yang ditetapkannya

melakukan pengendalian moneter dengan menggunakan cara-cara antara lain :

operasi pasar terbuka, penetapan tingkat diskonto, penetapan cadangan wajib

minimum, pengaturan kredit.


MODUL 11

KREDIT

Setelah mempelajari modul 11 ini, diharapkan dapat memahami masalah

perkreditan, dan secara khusus diharapkan dapat :

1. Menjelaskan arti kredit

2. Menyebutkan unsur-unsur kredit


3. Menjelaskan fungsi kredit

4. Menjelaskan jenis-jenis kredit

A.Pengertian Kredit

Dalam kehidupan sehari-hari, perkataan kredit bukan merupakan sesuatu yang

asing lagi. Para pengusaha, pedagang, pegawai, bahkan ibu rumah tangga sangat

berkepentingan dengan kredit. Tidak saja di kota-kota, di pelosok-peloksok desa pun,

perkataan kredit sangat populer.

Kata kredit berasal dari bahasa Yunani “ credere “ yang berarti kepercayaan.

Karena itu yang menjadi azas kredit adalah kepercayaan, sehingga seseorang yang

memperoleh kredit pada dasarnya memperoleh kepercayaan.

Dalam pemberian kredit, terdapat dua pihak yang berkepentingan secara la

ngsung, yakni pihak pemberi kredit dan pihak penerima kredit. Bilamana terjadi transaksi

kredit, berarti pihak pemberi kredit memberikan uangnya (dalam istilah perkreditan

sering disebut prestasi), kepada pihak yang memerlukan uang (penerima kredit), dan

pihak yang menerima kredit akan mengembalikan uang tersebut di masa yang akan

datang. Dalam hal ini, terdapat faktor waktu antara pemberian uang dan penerimaan

kembali uang tersebut. Di samping itu, dalam kredit terdapat unsur “resiko”, sebab

pemberian kredit mengandung suatu resiko pemberi kredit tersebut.

Dari uraian tersebut, muncul pertanyaan apa sesungguhnya yang disebut kredit ?

Sinungan (1983), mendefinisikan kredit sebagai “ pemberian prestasi oleh suatu pihak

kepada pihak lain dan prestasi itu akan dikembalikan lagi pada suatu masa tertentu yang

akan datang dengan suatu kontra prestasi berupa bunga “ . Sementara itu dalam UU

Perbankan No.10/1998 pasal 1 dinyatakan bahwa kredit adalah “ penyediaan uang atau
tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan kesepakatan pinjam-meminjam

antara bank dengan pihak yang lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi

utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga “ .

Kedua definisi tersebut, pada dasarnya memiliki makna dan unsur yang sama.

Bahwa terjadinya kesepakatan pinjam-meminjam, didasarkan pada kepercayaan dari

pemberi kredit kepada penerima kredit. Kemudian terdapat tenggang waktu antara

pemberian pinjaman (prestasi) dengan pengembaliannya, di mana pada saat

pengembalian terdapat unsur balas jasa berupa bunga dari si peminjam sebagai kontra

prestasi.

B. Fungsi Kredit

Dalam kehidupan perekonomian dewasa ini, kredit memiliki banyak fungsi.

Diantara berbagai fungsi kredit, ialah :

1.Meningkatkan kegunaan (utility) dari modal/uang

Dalam hal ini para penabung menyimpan uangnya di bank dalam berbagai bentuk,

seperti giro, deposito, dan tabungan. Kemudian, oleh bank dana tersebut disalurkan

kepada para pengusaha, pedagang, dan sebagainya untuk memperbesar

usahanya,sehingga produktivitasnya meningkat.Dengan demikian, dana yang tersimpan

di bank, tidaklah menganggur, melainkan dimanfaatkan untuk memperluas usaha,

sehingga dana yang tersimpan tadi meningkat kegunaannya.

2.Meningkatkan kegunaan (utility) sesuatu barang

Produsen dengan bantuan kredit bank dapat mengolah bahan mentah menjadi

bahan jadi, sehingga kegunaan barang tersebut menjadi meningkat. Demikian pula

produsen dengan bantuan krdit dari bank dapat memindahkan barang dari suatu tempat

yang kegunaannya kurang bermanfaat ke tempat yang lebih bermanfaat.


3.Meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang

Melalui kredit, peredaran uang kartal akan meningkat, demikian pula halnya uang

giral, sebab sebagian kredit disalurkan melalui rekening giro para pengusaha.

4.Sebagai alat stabilisasi ekonomi

Untuk menekan laju inflasi dan memehuhi kebutuhan pokok rakyat, kredit bank

memegang peranan penting. Karena itu perlu diadakan pembatasan secara kualitatif,

yakni diarahkan ke sektor-sektor produktif dan sektor-sektor yang berpengaruh langsung

terhadap hajat hidup masyarakat.

C.Jenis-jenis Kredit

1.Menurut sifat penggunaan

Menurut sifat penggunaannya, kredit dapat dibedakan atas kredit konsumtif dan

konsumtif dan kredit produktif. Kredit konsumtif, dipergunakan oleh peminjam untuk

berbagai pemenuhan kebutuhan (membangun rumah, membeli perabot rumah tangga,

dsb). Dengan demikian kredit jenis ini tidak bernilai jika dilihat dari peningkatan

kegunaan (utility) uang, tetapi bermanfaat untuk membantu seseorang dalam memenuhi

kebutuhan hidupnya. Sementara itu kredit produktif, digunakan untuk peningkatan

berbagai kegiatan usaha dan perdagangan,sehingga dapat meningkatkan kegunaan

(utility) uang.

2.Menurut jangka waktu

Penggolongan kredit menurut jangka waktunya, disesuaikan dengan peraturan

yang ditetapkan Bank Indonesia sebagai berikut.

a. Kredit jangka pendek, yaitu kredit yang berjangka waktu selama-lamanya satu tahun.
b. Kredit jangka menengah, yaitu kredit yang jangka waktunya antara satu sampai tiga

tahun.

c. Kredit jangka panjang, adalah kredit yang jangka waktunya melebihi tiga tahun.

3.Menurut jaminannya.

Menurut jaminannya, kredit dapat dibedakan atas kredit tanpa jaminan (unsecured

loans) atau sering pula disebut kredit blanko, dan kredit tanpa jaminan (secured loans).

Kredit blanko, berarti kredit yang diberikan tanpa jaminan. Dalam dunia perbankan di

Indonesia bentuk kredit seperti ini belum lazim, dan tidak diizinkan oleh Bank Indonesia.

Sementara itu di Eropa dan Amerika, jenis kredit seperti ini sudah lazim diberikan untuk

perusahaan yang besar dan kuat (bonafid). Sekalipun jenis kredit diberikan ini tanpa

jaminan pisik, namun jaminan yang dipertimbangkan berupa bonafiditas perusahaan.

Dengan demikian, aspek analisa kredit ditekankan pada segi bonafiditas dan kekuatan

keuangan perusahaan, yang tercermin dalam Neraca dan laporan Rugi-Laba perusahaan.

Kredit dengan jaminan (secured loans), dipergunakan oleh seluruh bank di

Indonesia sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Jaminan kredit

(collateral), dapat berupa tanah, rumah, pabrik. Selain itu, jaminan kredit dapat pula

berupa surat-surat berharga, seperti obligasi, saham, sertifikat Bank, dsb.

D.Pemberian Kredit

Seperti telah disinggung di muka, azas kredit adalah kepercayaan. Kepercayaan

yang merupakan azas dalam pemberian kredit, bukan saja ditujukan kepada diri si

peminjam, tetapi juga kepada keadaan usahanya, harta bendanya, kemampuan membayar

kembali utangnya, dsb.Untuk itu pihak Bank perlu mencari data tentang calon peminjam

kredit, kemudian menganalisisnya. Untuk keperluan tesebut, telah di kenal beberapa


formulasi, diantaranya : 4 P (Personality, Purpose, Prospect, Payment), dan 5 C

(Character, Capacity, Capital, Collateral, Condition).

Formula 4 P

(1) Personality : Bank perlu mencari data tentang kepribadian si peminjam seperti

riwayat hidupnya, keadaan keluarganya, pergaulannya dalam masyarakat serta

bagaimana pendapat masyarakat tentang diri si peminjam, dan hal-hal lain yang erat

kaitannya dengan kepribadian si peminjam.

(2) Purpose : Bank perlu mencari data tentang tujuan atau keperluan penggunaan kredit.

Apakah akan digunakan untuk kepentingan investasi, membeli rumah atau keperluan

konsumtif lainnya. Dalam hal ini yang paling penting diketahui adalah apakah kredit

yang diberikan akan digunakan sesuai dengan tujuan penggunaan kredit yang telah

ditetapkan oleh Bank.

(3) Prospect : Bank perlu mengetahui prospect atau harapan masa depan dari kegiatan

usaha si peminjam. Hal ini dapat diketahui dari perkembangan usaha si peminjam

selama beberapa bulan/tahun. Demikian pula perlu diketahui kekuatan keuangan

perusahaanya.

(4) Payment : Bank perlu mengetahui kemampuan membayar kembali pinjaman yang

akan diberikan. Hal ini dapat diperoleh dari perkiraan tentang prospect usahanya,

kelancaran penjualan dan perkiraan keuntungan, sehingga dapat diperkirakan

kemampuan pengembalian pinjaman ditinjau dari sudut waktu serta jumlah

pengembaliannya.

Formula 5 C
(1) Character : Sama dengan personality dalam formula 4 P. Karakter ini merupakan

ukuran dari kemauan untuk membayar (willingness to pay).

(2) Capacity : Bank perlu mengetahui kapasitas atau kemampuan pengusaha sebagai

calon peminjam. Dalam hal kapasitas ini perlu diteliti tentang pengalamannya dalam

bisnis, pengalaman-pengalaman bisnisnya dalam menyesuaikan diri dengan kondisi

perekonomian, ketentuan-ketentuan pemerintah, dan perkembangan teknologi.

Demikian pula perlu diteliti bagaimana kekuatan perusahaan sekarang dalam sektor

usaha yang dijalankannya. Kapasitas ini merupakan ukuran dari kemampuan untuk

membayar (ability to pay).

(3) Capital : Bank perlu mengadakan penelitian tentang keadaan permodalan si

peminjam, tidak hanya dilihat dari besar kecilnya modal yang dimiliki, tetapi meliputi

pula pengaturan modal itu sehingga perusahaan berjalan lancar dan maju.

(4) Collateral : Bank perlu mengetahui collateral (jaminan) yang dimiliki si peminjam.

Jaminan dapat berupa rumah, tanah, surat-surat berharga,dan sebagainya.

(5) Conditions : Pemberian kredit tidak hanya ditentukan oleh 4 C tersebut di atas, tetapi

harus memperhatikan pula kondisi ekonomi secara umum dan kondisi sektor usaha si

peminjam. Keadaan perdagangan dan persaingan di lingkungan sektor usaha si

peminta kredit perlu diketahui, sehingga kredit yang diberikan benar-benar

bermanfaat bagi perkembangan usahanya.

Untuk mendapatkan data tentang hal tersebut di atas, pihak Bank melakukan

berbagai upaya, baik melakukan wawancara dengan si peminta kredit maupun inspeksi

usaha nasabah serta penilaian Neraca dan Rugi Laba perusahaan.Data ini diperlukan

untuk kepentingan analisis kredit.


Secara umum, prosedur pemberian kredit pada sebuah Bank yang relatif kecil

dapat dijelaskan sebagai berikut.

(1) Permohonan kredit diajukan oleh nasabah kepada Bank. Permohonan itu disampaikan

kepada Direktur, dan oleh Direktur segera diteruskan ke Bagian Kredit untuk diolah.

(2) Kemudian oleh Kepala Bagian Kredit, permohonan itu diserahkan kepada Seksi

Analisis untuk dilakukan penelaahan atau analisis. Apabila datanya dipandang cukup,

maka analisis dapat dilakukan, tetapi apabila masih terdapat kekurangan, seksi

analisis kredit dapat meminta tambahan keterangan kepada nasabah yang

bersangkutan.

(3) Setelah analisis dilakukan, maka hasil analisis tersebut diperiksa oleh Kepala Bagian

Kredit untuk kemudian diteruskan kepada Direktur.

(4) Direktur memeriksa kembali hasil analisis dan mengambil keputusan

penerimaan/penolakan kredit, yang kemudian diteruskan ke Bagian Kredit untuk

dilaksanakan. Persiapan perjanjian kredit diurus oleh Seksi Analisis dan setelah

diparaf oleh Kepala Bagian Kredit, perjanjian ditandatangani oleh nasabah dan

Direktur.

(5) Pelaksanaan pemberian kredit.

(6) Pengawasan/pengamanan atas fasilitas kredit yang diberikan Bank dilakukan sampai

kredit tersebut lunas.


MODUL 12

KEUANGAN NEGARA

Setelah mempelajari modul ini, anda diharapkan dapat memahami persoalan yang

berkaitan dengan keuangan negara, dan secara khusus diharapkan dapat :

1.Kegiatan Pemerintah dan Pengeluaran Pemerintah

Dalam modul 5 telah disinggung tentang tugas/kewajiban pemerintah dalam

meningkatkan kesejahteraan masyarakatnya, yang antara lain mencakup menjaga

keamanan, menegakkan hukum, dan menyelenggarakan pekerjaan umum. Untuk

melaksanakan tugasnya ini, diperlukan pengeluaran/pembelanjaan, dan untuk itu

diperlukan pula penerimaan-penerimaan pemerintah untuk menutupi pengeluaran

tersebut.

Dengan makin majunya peradaban masyarakat, makin meningkatnya jumlah

penduduk, makin meningkatnya kebutuhan masyarakat, maka kegiatan dan pengeluaran

pemerintah pun semakin meningkat pula. Kegiatan dan pengeluaran pemerintah ini antara

lain ditujukan untuk penyediaan barang dan jasa publik (public goods), seperti pertahanan

dan keamanan, kestabilan politik, penyediaan infrastruktur taman-taman kota, pelebaran

dan perluasan jalan, pembangunan jalan layang, penyelenggaraan pendidikan, dan

sebagainya. Apabila penyediaan barang-barang publik ini tidak ditingkatkan, maka

menurut J.K Galbraith akan menimbulkan ketidakseimbangan sosial (social imbalance),


seperti munculnya berbagai macam kejahatan, banyaknya kemacetan lalu lintas, dan

sebagainya.

Dalam kaitannya dengan hal tersebut di atas, seorang akhli ekonomi politik yang

bernama Adolph Wagner telah mengadakan suatu penelitian tentang kegiatan dan

pengeluaran pemerintah di beberapa negara maju pada abad ke 19. Penelitian yang

dilakukan Wagner menyoroti kegiatan pemerintah di negara-negara yang mengalami

proses indutrialisasi. Pertumbuhan proses indutrialisasi memiliki kaitan yang erat dengan

berbagai kemajuan dalam bidang lain seperti kemajuan teknologi, perkembangan

pendidikan dan dampak yang ditimbulkannya, seperti meningkatnya urbanisasi,

meningkatnya kriminalitas, menurunnya tingkat kesehatan manusia karena polusi

udara,dan sebagainya. Hasil peneilian Wagner yang dirumuskan dalam “ Law of Ever

Increasing State Activity “ menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah itu selalu

meningkat dari tahun ke tahun dalam perbandingannya dengan pendapatan nasional

(GNP).

B.Anggaran Negara

Untuk membiayai kegiatan-kegiatan negara, pemerintah perlu melakukan

pengelolaan keuangan negara yang dituangkan dalam bentuk Anggaran Negara.

Anggaran Negara ini merupakan suatu “ daftar yang terinci mengenai penerimaan dan

pengeluaran negara yang diharapkan dalam jangka waktu tertentu, biasanya satu tahun "

Di Indonesia, dikenal dengan sebutan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

(APBN). Anggaran ini disusun berdasarkan tahun kalender, dimulai dari tanggal 1

Januari dan ditutup tanggal 31 Desember dari tahun yang bersangkutan. Sejak tahun
1969,Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara di Indonesia dimulai pada tanggal 1

April dan diakhiri pada tanggal 31 Maret tahun berikutnya.

Ketentuan yang mengatur APBN ini antara lain terdapat dalam UUD 1945 pasal

23 ayat 1 yang berbunyi bahwa “ Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara ditetapkan

tiap-tiap tahun dengan Undang-Undang “ . Kemudian dalam penjelasannya dikemukakan

pula bahwa apabila Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) tidak menyetujui atau menolak

APBN yang diusulkan pemerintah, maka pemerintah menggunakan ABPN tahun yang

lalu. Hal ini mengandung makna bahwa hak anggaran ada di tangan DPR, sebab APBN

ditetapkan dengan Undang-undang setelah disetujui oleh DPR.

Anda mungkin juga menyukai