PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR
BAB II
DASAR-DASAR MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR
TERPADU
BAB. II
DASAR-DASAR MANAJEMEN SUMBER
DAYA AIR TERPADU
A. PENDAHULUAN
Deskripsi Singkat
Materi ini membahas tentang batasan sistem keairan, dimana batas sistem
keairan berbeda dengan batas administrative, namun lebih pada batas hidrologis.
yaitu cekungan airanah (CAT), Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Wilayah Sungai
(WS). Komponen sumber daya air sebagai infrastruktur keairan juga dibahas, baik
secara alami maupun buatan. Demikian halnya dengan metode pengendalian daya
rusak dari sumber daya air keairan dibahas dengan beberapa contoh, terutama
pengendalian banjir yang merupakan bencana yang selalu dating setiap musim
hujan tiba.
daya air.
hidrologis sumberdaya air yaitu cekungan airanah (CAT), Daerah Aliran Sungai
pertimbangan beberapa aspek. Sistem airtanah yang menjadi fokus adalah sumber
B. PENYAJIAN MATERI
Air yaitu: cekungan air tanah (CAT), daerah aliran sungai (DAS) dan wilayah
system sumber daya air. Sesuai dengan definisinya rnaka daerah aliran sungai
(DAS)merupakan suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah,
dimana air akan mengalir melalui sungai dan anak sungai yang bersangkutan yang
terletak di dalam wilayah DAS tersebut. Secara alami sesuai hukum gravitasi, air
mengalir dari hulu ke hilir, dari gunung (daerah yang tinggi) menuju ke laut
(daerah yang lebih rendah). Beberapa komponen, fungsi dan sistem sumber daya
Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa dalam suatu DAS banyak
komponen, sistem dan fungsi/peran terkait dengan sumber daya
air. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya air harus dilihat secara utuh dalam
satu kesatuan minimal dalam suatu daerah aliran sungai. Karena pada
dari fasilitas pengendalian air dan elemen lingkungan yang bekerja bersama
untuk mencapai tujuan pengelolaan air dan membutuhkan suatu sistem keputusan
tertekan (confined aquifer) dan akuifer bebas (unconfined aquifer). CAT juga
bagian dari pengelolaan sumber daya air bisa dikategorikan sebagai infrastruktur
keairan, misalnya sistem air bersih, irigasi, drainase, pengendalian banjir, dan lain-
lain.
muara/estuari, rawa, danau, daerah retensi, pantai, airtanah, mata air, air terjun,
dan lain-lain. Masing-masing komponen terbentuk secara alami akibat dari sifat
air yang mengalir dari hulu ke hilir dengan sistem gravitasi. Alam telah
yang hilang. Hal tersebut dipengaruhi oleh banyak hal antara lain siklus hidrologi,
kondisi geologi, kondisi wilayah dan kehidupan yang ada baik itu, hewan,
oleh manusia untuk suatu tujuan tertentu. Komponen-komponen itu antara lain
meliputi :
pengambilan (intake) berfungsi untuk pengambilan air dari waduk, pipa pesat
berfungsi sebagai pembangkit listrik tenaga air, dan lain-lain. Waduk dari segi
konstruksinya juga ada bermacam- macam, misalnya: waduk tipe urugan, waduk
Sistem irigasi berfungsi untuk mengairi areal irigasi terdiri atas: bangunan
Jaringan air bersih (umumnya dikelola oleh PDAM) terdiri dari sumber,
onveyor, tampungan air baku, water treatment plant (WTP), tampungan air
Talang.
Siphon.
Dan lain-lain
1. Penyebab Banjir
Banjir dan genangan yang terjadi akibat tindakan manusia dan oleh alam di
suatu lokasi diakibatkan antara lain oleh sebab-sebab berikut ini (Kodoatie dan
Pembuangan sampah.
Curah hujan.
Drainase lahan.
Ada 4 strategi dasar untuk pengelolaan daerah banjir yang meliputi (Grigg,
1996):
dibandingkan dengan yang lainnya. Sebagai contoh, apabila suatu hutan yang
berada dalam suatu daerah aliran sungai diubah menjadi pemukiman, maka debit
puncak sungai akan meningkat antara 6 sampai 20 kali. Angka 6 dan angka 20 ini
tergantung dari jenis hutan dan jenis pemukiman. Demikian pula untuk perubahan
yang lainnya maka akan terjadi peningkatan debit puncak yang signifikan. Secara
kuantitatif pengaruh perubahan tata guna lahan ditunjukkan dalarn Garnbar 3.5
Gambar 2.5. Peningkatan debit puncak akibat perubahan tata guna lahan
(Raudkivi, 1979; Subarkah, 1980; Schwab dkk., 1981; Loebis,
1984 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2008)
kontribusi dominan kepada aliran permukaan (run-off). Hujan yang jatuh ke tanah
airnya akan menjadi aliran permukaan di atas tanah dan sebagian meresap ke
dalam tanah tergantung kondisi tanahnya. Suatu kawasan hutan bila diubah
menjadi permukiman maka yang terjadi adalah bahwa hutan yang bisa menahan
run-off cukup besar diganti menjadi pemukiman dengan resistensi run-off yang
kecil. Akibatnya ada peningkatan aliran permukaan tanah yang menuju sungai dan
Apabila kondisi tanahnya relatif tetap, air yang meresap ke dalam tanah
adalah "apabila hutan digunduli atau menjadi kawasan pemukiman maka run-off
Resapan yang masuk ke dalam tanah relatif tetap karena jenis tanahnya
tidak berubah. Namun kuantitas resapan menjadi kecil karena di atas tanah yang
bisa meresap air berubah menjadi bangunan permanen yang yang kedap
Bila yang dibicarakan adalah run-off, maka kecepatan air berkisar dari
0,1 – 1 m/detik bahkan bisa mencapai lebih dari 10 m/detik tergantung dari
kemiringan lahan, tinggi aliran dan penutup lahan. Bila yang dibicarakan adalah
resapan, maka kecepatan air yang meresap ke dalam tanah tergantung dari jenis
tanah. Bila jenis tanah lempung (clay), kecepatan aliran (konduktifitas hidraulik)
(10-12 sampai 10-9 m/detik), sedangkan bila jenis tanah lanau (silt) maka
10-4
m/detik).
Bila jenis pasir maka kecepatan aliran berkisar antara 1/100.000- 1/100
terjadi kecepatannya mendekati nol. Ketika suatu kawasan hutan berubah menjadi
pemukiman, maka penutup lahan kawasan ini akan berubah menjadi penutup
lahan yang tidak mempunyai resistensi untuk menahan aliran. Yang terjadi ketika
hujan turun, kecepatan air akan meningkat sangat tajam di atas lahan ini.
Namun resapan air yang masuk ke dalam tanah relatif tetap kecuali
penutup lahan. Umumnya untuk mengurangi banjir atau genangan yang terjadi
(alami) sudah normal lalu mengapa harus dinormalkan. Secara alami sungai
hampir selalu merubah kondisi fisiknya sesuai dengan perubahan yang terjadi di
sungai.
melebarkan atau memperdalam penampang, agar aliran air lebih cepat dan
kapasitas sungai menampung air lebih besar. Pelebaran sungai tergantung dari tata
tanah.
Semakin padat penduduk dan semakin strategis lokasinya, biaya
pembebasan akan semakin mahal. Dalam kondisi ini untuk melebarkan menjadi
dua kali lebar semula akan sangat mahal dan menghadapi persoalan pembebasan
tanah yang cukup sulit dipecahkan. Di samping itu perIu diperhatikan ketersediaan
air di DAS untuk cadangan air di musim kemarau. Memperbesar kapasitas sungai
berarti memperkecil air yang tertahan di DAS. Pelebaran atau pengerukan sungai
Bila sungai dilebarkan menjadi dua kali, maka debitnya meningkat dua
sampai empat kali. Demikian pula bila sungai diperdalam dua kali maka debit
pada awalnya juga menjadi dua sampai empat kali dari debit semula, namun
karena ada sedimentasi maka kedalaman sungai ada kemungkinan akan kembali
seperti semula, bahkan bila laju sedimentasi besar luas penampang sungai akan
a) Diperlebar dua kali (debit hanya naik menjadi 2 sampai 4 kali debit
semula)
Gambar 2.6. Contoh sederhana proses perbaikan sungai (Kodoatie dan Sjarief,
2008)
Sebagai catatan dalam upaya memperdalam atau melebarkan sungai perIu dikaji
stabilitas sungai. Dalam kaitan upaya untuk stabilitas sungai, para ahli teknik
sungai dianjurkan oleh Simons dan Senturk (1992) agar tidak berupaya
dan metode non-struktur. Pada masa lalu metode struktur lebih diutamakan
dibandingkan dengan metode non-struktur. Namun saat ini banyak negara maju
Contoh dalam Gambar 4.6 menunjukkan bahwa dengan kondisi tata guna
lahan yang sudah padat (adanya bangunan untuk pemukiman, industri dan lain-
lain) perbaikan sungai akan memberikan pengaruh maksimal dua hingga empat
ataupun pengerukan sebesar dua kali lipatnya bisa berjalan lancar. PerIu
diperhatikan pelebaran sungai/drainase harus dipertahankan sampai ke lokasi
sungai paling hilir (di muara) artinya kajian morfologi sungai perlu dilakukan
secara menyeluruh.
tidak dapat dilebarkan maka akan terjadi penyempitan aIur sungai (bottleneck).
Hal ini akan menyebabkan daerah hulu yang sudah dilebarkan akan kembali ke
posisi lebar semua. Di samping itu setelah dilebarkan potensi kembali ke lebar
sungai semula cukup besar akibat sedimentasi dan morphologi sungai yang belum
stabil, demikian pula kedalaman sungai yang dikeruk menjadi dua kali akan
perubahan tata guna lahan atau degradasi lingkungan. Istilah populer yang dipakai
gabungan antara metode non-struktur dan metode struktur. Flood control lebih
dominan pada pembangunan fisik (atau dikenal dengan metode struktur). Hal ini
ke masa yang akan datang, maka dapat diketahui debit rencana yang
pasti melalui sungai tersebut. Bilamana hal ini terjadi maka perbaikan
akibat dampak perubahan tata guna lahan di daerah aliran sungai tersebut yaitu
/dirubah fungsi lahannya dengan delta Q zero policy atau Q=0 (Lee, 2002; Kemur,
Arti kebijakan ini adalah bila suatu lahan di DAS berubah maka
YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 18
BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR
debit sebelum dan sesudah lahan berubah harus tetap sama. Misalnya,
suatu lahan hutan diubah menjadi pemukiman maka debit yang di suatu titik
sungai harus tetap sama. Hal ini dapat dilakukan dengan cara kompensasi yaitu
pada lahan pemukiman harus disisakan lahan untuk penahan run-off akibat
perubahan misal dengan cara pembuatan sumur resapan, penanaman rumput atau
Salah satu ciri kerusakan DAS dapat dilihat dari besamya ratio antara debit
maksimum dan debit minimum. Semakin besar rationya dapat dikatakan DAS
semakin rusak. Di lapangan hal ini terjadi pada waktu musim hujan debit sangat
besar bahkan bisa meluap namun sebaliknya pada waktu musim kemarau debit
Hal ini berarti bahwa pada waktu hujan, aliran permukaan tinggi karena
tidak ada yang menahan laju run-off namun pada musim kemarau karena tidak ada
air yang tertahan di DAS, tidak ada aliran di sungai. Oleh karena itu secara
substansi salah satu upaya yang perlu dilakukan dalam pengelolaan air adalah
terjadi genangan atau banjir. Caranya yaitu dengan pembuatan saluran yang dapat
Sehingga apabila cukup banyak limbah cair yang berada dalam saluran
tersebut perlu diolah (treatment). Selurnh proses ini disebut sistem drainase.
terbagi atas 2 (dua) macam yaitu: drainase untuk daerah perkotaan dan drainase
untuk daerah pertanian. Pada perencanaan dan pengembangan sistem drainase kota
perlu kombinasi antara perkembangan perkotaan, daerah rural dan daerah aliran
sungai (DAS).
harus disesuaikan dengan system drainase alami yang sudah ada maupun yang
telah dibuat. Sesuai dengan prinsip sebagai jalur pembuangan maka pada waktu
hujan, air yang mengalir di permukaan diusahakan secepatnya dibuang agar tidak
daerah resapan yang bisa difungsikan, sehingga air hujan tidak terbuang percuma
ke laut karena merupakan sumber air yang dipakai pada musim kemarau Ukuran
Apabila air dapat mengalir dengan lancar maka drainase juga berfungsi
penyakit lainnya.
Drainase juga dipakai untuk pembuangan air rumah tangga. Semua sistem
infrastruktur lainnya yang tidak terpadu dan tidak melihat keberadaan sitem
drainase major dan drainase minor. Konfigurasi sistem drainase secara umum
air di dalam tanah secara hidrolik. Gabungan dua kata hidro dan geologi
menunjukkan secara implisit pengertian geologi dari air. Atau dengan kata lain
adalah merupakan suatu studi tentang interaksi antara kerangka sistem batuan dan
atau dengan airtanah. Dari sudut pandang hidrolika maka istilah gerakan aliran
dalam tanah dikenal dengan hidrolika dalam media porous, karena airtanah
mengalir di antara atau di sela-sela butiran tanah yang sekaligus sebagai media.
sumber alam yang dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan bagi umat
berkembang secara pesat sekali. Pada saat ini, secara umum pengembangannya
serta dapat dikaitkan dengan kondisi dan situasi setempat. Oleh karena itu
manfaat dan keuntungan lainnya dalam mempelajari ilmu hidrogeologi ini dapat
bagaimana aliran air terjadi, gerakan aliran air dalam tanah, distribusinya, unsur
kimia yang ada dalam airtanah, serta dampak lingkungan dari aliran dalam tanah.
Hal yang cukup penting adalah bahwa gerakan aliran dalam tanah
(Rajaratnam, 1989).
Sehingga dalam hal ini dari ilmu hidrolika pengertian tentang aliran
laminer akan lebih dominan dibandingkan dengan aliran turbulen. Hal ini penting
memakai sumur pompa baik itu sumur dangkal maupun dalam. Hal di atas
merupakan salah satu phenomenom yang menunjukkan bahwa
besarnya potensi airtanah. Sumber resapan dapat diprediksi berdasarkan pada data
kontur muka airtanah. Dari kontur muka airtanah, maka jejaring aliran (flownet)
Daerah Penerima
Lap. Kedap
air
Mata Air
Aquifer
Lap kedap air
muka airtanah tertinggi dengan muka airtanah terendah dibagi dengan jarak antara
kedua titik. Berdasarkan pada jejaring aliran, muka airtanah tertinggi pada DAS
dpl dan jarak antara kedua titik tersebut rata-rata 4.000 m (Gambar 4.9).
Luas penampang aliran diduga melalui interpretasi peta litologi.
Berdasarkan hasil interpretasi peta litologi, diperoleh bahwa tebal akifer adalah 15
meter. Lebar penampang aliran diperoleh berdasarkan pada peta jejaring aliran
yang menunjukkan bahwa airtanah mengalir dari Barat ke Timur sehingga lebar
aliran sama dengan panjang DAS yaitu 10.000 m, sedangkan panjang aliran sama
dengan lebar DAS yaitu 4.000 m, karena DAS berhulu di Utara dan hilirnya pada
sisi Selatan.
Berdasarkan pada tebal dan lebar aliran tersebut, maka luas penampang
Q K.i.A
C. PENUTUP
1. Rangkuman
Batas sistem keairan berbeda dengan batas administrative, namun lebih pada
Sungai (DAS) dan Wilayah Sungai (WS). Komponen sumber daya air terdiri
bencana akibat sumber daya air seperti banjir dilakukan dengan terlebih
Sistem airtanah yang menjadi fokus adalah sumber aliran dan potensinya.
Kedua hal ini relative rumit jika dilakukan pada air permukaan, karena
obyeknya tidak kelihatan dan sulit terdeteksi. Pendekatan dengan model sering
keairan kemudian membuat batasan sistem dan sub sistem keairan tersebut.
3. Indikator Pencapaian
D. DAFTAR PUSTAKA