Anda di halaman 1dari 29

BAHAN AJAR Kurikulum

PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

BAB II
DASAR-DASAR MANAJEMEN SUMBER DAYA AIR
TERPADU

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 1


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

BAB. II
DASAR-DASAR MANAJEMEN SUMBER
DAYA AIR TERPADU

A. PENDAHULUAN

Deskripsi Singkat

Materi ini membahas tentang batasan sistem keairan, dimana batas sistem

keairan berbeda dengan batas administrative, namun lebih pada batas hidrologis.

Sehingga dalam pengelolaannya, batas sistem adalah hidrologis sumberdaya air

yaitu cekungan airanah (CAT), Daerah Aliran Sungai (DAS) dan Wilayah Sungai

(WS). Komponen sumber daya air sebagai infrastruktur keairan juga dibahas, baik

secara alami maupun buatan. Demikian halnya dengan metode pengendalian daya

rusak dari sumber daya air keairan dibahas dengan beberapa contoh, terutama

pengendalian banjir yang merupakan bencana yang selalu dating setiap musim

hujan tiba.

Manfaat Mata Kuliah

1. Mahasiswa mampu mengidentifikasi tentang batasan sistem keairan sumber

daya air.

2. Mahasiswa mengetahui komponen sumber daya air sebagai dasar

menajemen sumber daya air terpadu

3. Mahasiswa mampu merancang sistem infrastruktur keairan untuk

mengendalikan daya rusak air

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 2


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

Tujuan Intruksional Umum

Membantu mahasiswa dalam memahami hal-hal yang berkaitan dengan

Batas sistem keairan. Sehingga dalam pengelolaannya, batas sistem adalah

hidrologis sumberdaya air yaitu cekungan airanah (CAT), Daerah Aliran Sungai

(DAS) dan Wilayah Sungai (WS). Sehingga mempermudah identifikasi terhadap

penyebab banjir kemudian dilakukan perumusan teknik pengendaliannya dengan

pertimbangan beberapa aspek. Sistem airtanah yang menjadi fokus adalah sumber

aliran dan potensinya.

B. PENYAJIAN MATERI

2.1. Batas Teknis Hidrologis


Ada tiga wilayah/daerah teknis atau hidrologis Pengelolaan Sumber Daya

Air yaitu: cekungan air tanah (CAT), daerah aliran sungai (DAS) dan wilayah

sungai (WS). Secara administratif untuk pemerintahan wilayah Indonesia dibagi

beberapa wilayah administrasi dengan hararki seperti berikut : Nasional, Provinsi,

Kabupaten/Kota, Kecamatan, Kelurahan dan atau Desa. Perbedaan batas teknis

dan batas administrasi ditunjukkan berikut ini.

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 3


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

Gambar 2.1.: Ilustrasi DAS, CAT, WS dan Wilayah Administratif


Kabupaten/Kota (Kodoatie dan Sjarief, 2008).

2.1.1. Daerah Aliran Sungai Sebagai Satu Kerangka Kerja


Untuk aliran permukaan daerah aliran sungai merupakan satu kesatuan

system sumber daya air. Sesuai dengan definisinya rnaka daerah aliran sungai

(DAS)merupakan suatu kesatuan wilayah tata air yang terbentuk secara alamiah,

dimana air akan mengalir melalui sungai dan anak sungai yang bersangkutan yang

terletak di dalam wilayah DAS tersebut. Secara alami sesuai hukum gravitasi, air

mengalir dari hulu ke hilir, dari gunung (daerah yang tinggi) menuju ke laut

(daerah yang lebih rendah). Beberapa komponen, fungsi dan sistem sumber daya

air ditunjukkan dalam Gambar 4.2

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 4


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

Gambar 2.2. Daerah Aliran Sungai merupakan daerah kesatuan sistem


infrastruktur keairan (Kodoatie dan Sjarief, 2008)

Dari gambar di atas dapat dijelaskan bahwa dalam suatu DAS banyak
komponen, sistem dan fungsi/peran terkait dengan sumber daya

air. Oleh karena itu pengelolaan sumber daya air harus dilihat secara utuh dalam

satu kesatuan minimal dalam suatu daerah aliran sungai. Karena pada

prinsipnya sistem sumber daya air mempakan sebuah kombinasi

dari fasilitas pengendalian air dan elemen lingkungan yang bekerja bersama

untuk mencapai tujuan pengelolaan air dan membutuhkan suatu sistem keputusan

yang memerlukan kajian menyeluruh. Pada hakekatnya definisi ini sulit

diimplementasikan karena mencakup banyak dimensi, banyak aspek, melibatkan

semua pihak dan saling tergantung.

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 5


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

2.1.2. Wilayah Sungai


Satu wilayah sungai (WS) terdiri atas beberapa DAS. Berikut ini

ditunjukkan contoh wilayah sungai.

Gambar 2.3 WS Pemali Comal dan WS Jratunseluna di Jawa Tengah (PIPWS


Jratunseluna, 2001 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2008)

2.1. 3. Cekungan Air Tanah


Cekungan air tanah (CAT) atau groundwater basin terdiri atas akuifer

tertekan (confined aquifer) dan akuifer bebas (unconfined aquifer). CAT juga

dapat disebutkan merupakan gabungan dari beberapa akuifer. Berikut dalam

Gambar 4.4 ditunjukkan konfigurasi beberapa akuifer.

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 6


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

Gambar 2.4. Potongan melintang beberapa akuifer (Todd, 1995 dalam


Suhardi, 2008)

2. Komponen Sumber Daya Air


Sumber Daya Air tidak termasuk komponen infrastruktur, namun bagian-

bagian dari pengelolaan sumber daya air bisa dikategorikan sebagai infrastruktur

keairan, misalnya sistem air bersih, irigasi, drainase, pengendalian banjir, dan lain-

lain.

1. . Komponen Alami Sumber


Komponen alami dari sumber daya air dapat disebutkan antara lain: sungai,

muara/estuari, rawa, danau, daerah retensi, pantai, airtanah, mata air, air terjun,

dan lain-lain. Masing-masing komponen terbentuk secara alami akibat dari sifat

air yang mengalir dari hulu ke hilir dengan sistem gravitasi. Alam telah

membentuk komponen tersebut secara seimbang sesuai dengan peran dan

fungsinya masing-masing. Karena sifat air yang

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 7


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

dinamis maka keseimbangan alam dari komponen tersebut juga

tergantung dari proses aliran air.


Secara alami ada yang sudah stabil, ada yang berubah bentuk, dan ada

yang hilang. Hal tersebut dipengaruhi oleh banyak hal antara lain siklus hidrologi,

kondisi geologi, kondisi wilayah dan kehidupan yang ada baik itu, hewan,

tumbuh-tumbuhan dan aktifitas manusia.

2. 2.2. Komponen buatan Sumber Daya Air


Komponen buatan sumber daya air merupakan bangunan air yang dibuat

oleh manusia untuk suatu tujuan tertentu. Komponen-komponen itu antara lain

meliputi :

 Waduk : bangunan penyimpan air. Waduk sebagai bangunan utama

memiliki bangunan penunjang lainnya seperti: bangunan pelimpah (spinway)

yang berfungsi untuk melimpahkan kelebihan air di dalam waduk, bangunan

pengambilan (intake) berfungsi untuk pengambilan air dari waduk, pipa pesat

berfungsi sebagai pembangkit listrik tenaga air, dan lain-lain. Waduk dari segi

konstruksinya juga ada bermacam- macam, misalnya: waduk tipe urugan, waduk

beton, dan lain-lain.Nama lain waduk antara lain dam, reservoir.

 Embung: merupakan waduk-waduk kecil luasnya jauh lebih kecil dibandingkan

dengan waduk (bisa seukuran lapangan sepak bola atau lebih).

 Bendung (weir): berfungsi untuk membendung aliran sehingga ada

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 8


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

perbedaan ketinggian di hulu dan hilir bendung.

 Checkdam, sabo dam (bangunan pengendali sedimen).

 Sistem drainase berfungsi untuk membuang air: baik di perkotaan

(urban) maupun di pedesaan (rural).

 Sistem irigasi berfungsi untuk mengairi areal irigasi terdiri atas: bangunan

pengambilan, saluran induk, saluran sekunder, saluran tersier, bangunan bagi,

bangunan sadap, bangunan ukur, daerah irigasi dan lain-lain.

 Jaringan air bersih (umumnya dikelola oleh PDAM) terdiri dari sumber,

onveyor, tampungan air baku, water treatment plant (WTP), tampungan air

bersih, jaringan transmisi, jaringan distribusi, komponen-komponen untuk

keperIuan pengguna air bersih, dan lain-lain.

 Talang.

 Siphon.

 Tanggul pengendali banjir.

 Saluran pintu air.

 Sistem pengendali banjir.

 Sistem buangan limbah cair.

 Dan lain-lain

Komponen-komponen tersebut dapat disebut sebagai infrastruktur keairan.

Beberapa diantaranya dari infrastruktur keairan diuraikan sebagai berikut :

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 9


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

3. Sistem Pengendalian Banjir

1. Penyebab Banjir
Banjir dan genangan yang terjadi akibat tindakan manusia dan oleh alam di

suatu lokasi diakibatkan antara lain oleh sebab-sebab berikut ini (Kodoatie dan

Sugiyanto, 2002 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2008) :

 Perubahan tata guna lahan (land-use) di daerah aliran sungai (DAS).

 Pembuangan sampah.

 Erosi dan sedimentasi.

 Kawasan kumuh di sepanjang sungai/drainase.

 Perencanaan sistem pengendalian banjir tidak tepat.

 Curah hujan.

 Pengaruh fisiografi/geofisik sungai.

 Kapasitas sungai dan drainase yang tidak memadai.

 Pengaruh air pasang.

 Penurunan tanah dan rob (genangan akibat pasang air laut).

 Drainase lahan.

 Bendung dan bangunan air.

 Kerusakan bangunan pengendali banjir.

Ada 4 strategi dasar untuk pengelolaan daerah banjir yang meliputi (Grigg,

1996):

1. Modifikasi kerentanan dan kerugian banjir (penentuan zona

atau pengaturan tata guna lahan).

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 10


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

2. Pengaturan peningkatan kapasitas alam untuk dijaga

kelestariannya seperti penghijauan.


3. Modifikasi dampak banjir dengan penggunaan teknik mitigasi

seperti asuransi, penghindaran . banjir (flood proofing).

4. Modifikasi banjir yang terjadi (pengurangan) dengan bangunan

pengontrol (waduk) atau perbaikan sungai

2.3.2. Penyebab banjir paling dominan


Perubahan tata guna lahan rnerupakan penyebab utarna banjir

dibandingkan dengan yang lainnya. Sebagai contoh, apabila suatu hutan yang

berada dalam suatu daerah aliran sungai diubah menjadi pemukiman, maka debit

puncak sungai akan meningkat antara 6 sampai 20 kali. Angka 6 dan angka 20 ini

tergantung dari jenis hutan dan jenis pemukiman. Demikian pula untuk perubahan

yang lainnya maka akan terjadi peningkatan debit puncak yang signifikan. Secara

kuantitatif pengaruh perubahan tata guna lahan ditunjukkan dalarn Garnbar 3.5

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 11


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

Gambar 2.5. Peningkatan debit puncak akibat perubahan tata guna lahan
(Raudkivi, 1979; Subarkah, 1980; Schwab dkk., 1981; Loebis,
1984 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2008)

Perlu pula diketahui bahwa perubahan tata guna lahan memberikan

kontribusi dominan kepada aliran permukaan (run-off). Hujan yang jatuh ke tanah

airnya akan menjadi aliran permukaan di atas tanah dan sebagian meresap ke

dalam tanah tergantung kondisi tanahnya. Suatu kawasan hutan bila diubah

menjadi permukiman maka yang terjadi adalah bahwa hutan yang bisa menahan

run-off cukup besar diganti menjadi pemukiman dengan resistensi run-off yang

kecil. Akibatnya ada peningkatan aliran permukaan tanah yang menuju sungai dan

hal ini berakibat adanya peningkatan debit sungai yang besar.

Apabila kondisi tanahnya relatif tetap, air yang meresap ke dalam tanah

akan relatif tetap. Sudah sering ada pernyataan bahwa "apabila

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 12


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

hutan digunduli atau menjadi kawasan permukiman resapannya hilang


terjadilah banjir". Pernyataan ini kurang tepat, seharusnya yang perIu disampaikan

adalah "apabila hutan digunduli atau menjadi kawasan pemukiman maka run-off

(aliran permukaan) akan meningkat signifikan dan terjadilah banjir".

Resapan yang masuk ke dalam tanah relatif tetap karena jenis tanahnya

tidak berubah. Namun kuantitas resapan menjadi kecil karena di atas tanah yang

bisa meresap air berubah menjadi bangunan permanen yang yang kedap

air. Hubungan antara run-off dan resapan

mempunyaiperbedaan tingkat besaran (order of magnitude) yang besar.

Bila yang dibicarakan adalah run-off, maka kecepatan air berkisar dari

0,1 – 1 m/detik bahkan bisa mencapai lebih dari 10 m/detik tergantung dari

kemiringan lahan, tinggi aliran dan penutup lahan. Bila yang dibicarakan adalah

resapan, maka kecepatan air yang meresap ke dalam tanah tergantung dari jenis

tanah. Bila jenis tanah lempung (clay), kecepatan aliran (konduktifitas hidraulik)

sangat kecil berkisar antara 1/1.000.000.000.000 sampai 1/1000.000.000 m/detik

(10-12 sampai 10-9 m/detik), sedangkan bila jenis tanah lanau (silt) maka

kecepatan aliran berkisar antara 1/100.000.000 - 1/10.000 m/detik (10-8 sampai

10-4

m/detik).
Bila jenis pasir maka kecepatan aliran berkisar antara 1/100.000- 1/100

m/detik(10-5 sampai 10-2 m/detik). Faktor penutup lahan vegetasi cukup

signifikan dalam pengurangan ataupun peningkatan aliran permukaan. Hutan

yang lebat mempunyai tingkat penutup lahan yang

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 13


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

tinggi, sehingga apabila hujan turun ke wilayah hutan tersebut, faktor


penutup lahan ini akan memperlambat kecepatan aliran permukaan, bahkan bisa

terjadi kecepatannya mendekati nol. Ketika suatu kawasan hutan berubah menjadi

pemukiman, maka penutup lahan kawasan ini akan berubah menjadi penutup

lahan yang tidak mempunyai resistensi untuk menahan aliran. Yang terjadi ketika

hujan turun, kecepatan air akan meningkat sangat tajam di atas lahan ini.

Namun resapan air yang masuk ke dalam tanah relatif tetap kecuali

lahannya berubah. Kuantitas totalnya berubah karena tergantung dari luasan

penutup lahan. Umumnya untuk mengurangi banjir atau genangan yang terjadi

dilakukan perbaikan penampang sungai sering disebut dengan istilah populer

normalisasi. Perbaikan sungai yang dilakukan umumnya dengan melebarkan

sungai atau memperdalam (pengerukan) sungai.

Sesungguhnya istilah normalisasi kurang tepat, karena sebenamya sungai

(alami) sudah normal lalu mengapa harus dinormalkan. Secara alami sungai

hampir selalu merubah kondisi fisiknya sesuai dengan perubahan yang terjadi di

sungai.

Sebagai contoh perubahan debit sungai akan diikuti dengan

perubahan morfologi sungai. Pengertian ini lebih dominan meluruskan sungai,

melebarkan atau memperdalam penampang, agar aliran air lebih cepat dan

kapasitas sungai menampung air lebih besar. Pelebaran sungai tergantung dari tata

guna lahan di sekitamya. Apabila sudah dipadati penduduk maka persoalan

menonjol yang terjadi adalah pembebasan

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 14


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

tanah.
Semakin padat penduduk dan semakin strategis lokasinya, biaya

pembebasan akan semakin mahal. Dalam kondisi ini untuk melebarkan menjadi

dua kali lebar semula akan sangat mahal dan menghadapi persoalan pembebasan

tanah yang cukup sulit dipecahkan. Di samping itu perIu diperhatikan ketersediaan

air di DAS untuk cadangan air di musim kemarau. Memperbesar kapasitas sungai

berarti memperkecil air yang tertahan di DAS. Pelebaran atau pengerukan sungai

hampir linear dengan debit.

Bila sungai dilebarkan menjadi dua kali, maka debitnya meningkat dua

sampai empat kali. Demikian pula bila sungai diperdalam dua kali maka debit

pada awalnya juga menjadi dua sampai empat kali dari debit semula, namun

karena ada sedimentasi maka kedalaman sungai ada kemungkinan akan kembali

seperti semula, bahkan bila laju sedimentasi besar luas penampang sungai akan

menjadi lebih keciI. Uraian tersebut diilustrasikan dalam Gambar 2.6

a) Diperlebar dua kali (debit hanya naik menjadi 2 sampai 4 kali debit

semula)

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 15


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

b) Dikeruk (diperdalam) dua kali, kedalaman akan ada kecenderungan

kembali kedalaman semula akibat sedimentasi

Gambar 2.6. Contoh sederhana proses perbaikan sungai (Kodoatie dan Sjarief,
2008)

Sebagai catatan dalam upaya memperdalam atau melebarkan sungai perIu dikaji

stabilitas sungai. Dalam kaitan upaya untuk stabilitas sungai, para ahli teknik

sungai dianjurkan oleh Simons dan Senturk (1992) agar tidak berupaya

mengembangkan sungai lurus.

2.3. 3. Metode Pengendalian Banjir


Pada prinsipnya ada 2 metode pengendalian banjir yaitu metode struktur

dan metode non-struktur. Pada masa lalu metode struktur lebih diutamakan

dibandingkan dengan metode non-struktur. Namun saat ini banyak negara maju

mengubah pola pengendalian banjir dengan lebih dulu mengutamakan metode

non-struktur lalu baru metode struktur.

Contoh dalam Gambar 4.6 menunjukkan bahwa dengan kondisi tata guna

lahan yang sudah padat (adanya bangunan untuk pemukiman, industri dan lain-

lain) perbaikan sungai akan memberikan pengaruh maksimal dua hingga empat

kali lipat saja, itupun bila proses pelebaran


YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 16
BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

ataupun pengerukan sebesar dua kali lipatnya bisa berjalan lancar. PerIu
diperhatikan pelebaran sungai/drainase harus dipertahankan sampai ke lokasi

sungai paling hilir (di muara) artinya kajian morfologi sungai perlu dilakukan

secara menyeluruh.

Bilamana dilakukan pelebaran namun pada lokasi tertentuk di bagian hilir

tidak dapat dilebarkan maka akan terjadi penyempitan aIur sungai (bottleneck).

Hal ini akan menyebabkan daerah hulu yang sudah dilebarkan akan kembali ke

posisi lebar semua. Di samping itu setelah dilebarkan potensi kembali ke lebar

sungai semula cukup besar akibat sedimentasi dan morphologi sungai yang belum

stabil, demikian pula kedalaman sungai yang dikeruk menjadi dua kali akan

kembali ke kedalaman semula akibat besarnya sedimentasi. Oleh karena itu ke

depan metode non-struktur harus dikedepankan lebih dahulu karena pengaruh

perubahan tataguna lahan mengkontribusi debit puncak di sungai mencapai 5

sampai 35 kali debit semula. Metode struktur yang hanya memberikan

penurunan/reduksi debit jauh lebih kecil dibandingkan peningkatan debit akibat

perubahan tata guna lahan atau degradasi lingkungan. Istilah populer yang dipakai

adalah flood control toward flood management (Hadimuljono, 2005). Flood

management berarti melakukan tindakan pengelolaan yang menyeluruh yaitu

gabungan antara metode non-struktur dan metode struktur. Flood control lebih

dominan pada pembangunan fisik (atau dikenal dengan metode struktur). Hal ini

sebenarnya wajar apabila sebelumnya telah dilakukan kajian pengelolaan banjir

secara menyeluruh dengan salah satu rekomendasi adalah

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 17


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

melakukan flood control. Untuk lebih jelasnya metode tersebut dapat

dilihat dalam tabel berikut ini.


Tabel 2.1. Metode pengendalian banjir (Grigg, 1996; Kodoatie dan
giyanto, 2002; Hadimuljono, 2005 dalam Kodoatie dan
Sjarief, 2008)

Apabila perubahan tata guna lahan sudah bisa dipastikan sampai

ke masa yang akan datang, maka dapat diketahui debit rencana yang
pasti melalui sungai tersebut. Bilamana hal ini terjadi maka perbaikan

sungai dengan metode struktur dapat dilakukan.

Departemen PU membuat suatu ketentuan kebijakan tentang debit sungai

akibat dampak perubahan tata guna lahan di daerah aliran sungai tersebut yaitu

dengan menyatakan bahwa DAS boleh dikembangkan

/dirubah fungsi lahannya dengan delta Q zero policy atau Q=0 (Lee, 2002; Kemur,

2004; Hadimuljono, 2005 dalam Kodoatie dan Sjarief, 2008).

Arti kebijakan ini adalah bila suatu lahan di DAS berubah maka
YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 18
BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

debit sebelum dan sesudah lahan berubah harus tetap sama. Misalnya,
suatu lahan hutan diubah menjadi pemukiman maka debit yang di suatu titik

sungai harus tetap sama. Hal ini dapat dilakukan dengan cara kompensasi yaitu

pada lahan pemukiman harus disisakan lahan untuk penahan run-off akibat

perubahan misal dengan cara pembuatan sumur resapan, penanaman rumput atau

semak-semak (tanaman) yang lebat dan rendah, pembuatan embung, pembuatan

tanggul-tanggul kecil dalam sistem drainase dan lain-lain.

Salah satu ciri kerusakan DAS dapat dilihat dari besamya ratio antara debit

maksimum dan debit minimum. Semakin besar rationya dapat dikatakan DAS

semakin rusak. Di lapangan hal ini terjadi pada waktu musim hujan debit sangat

besar bahkan bisa meluap namun sebaliknya pada waktu musim kemarau debit

sangat kecil bahkan mendekati nol.

Hal ini berarti bahwa pada waktu hujan, aliran permukaan tinggi karena

tidak ada yang menahan laju run-off namun pada musim kemarau karena tidak ada

air yang tertahan di DAS, tidak ada aliran di sungai. Oleh karena itu secara

substansi salah satu upaya yang perlu dilakukan dalam pengelolaan air adalah

dengan membuat penghalang aliran permukaan (run-off) DAS sebesar-besamya

2.4. Sistem Drainase


Air hujan yang jatuh di suatu daerah perlu dialirkan atau dibuang agar tidak

terjadi genangan atau banjir. Caranya yaitu dengan pembuatan saluran yang dapat

menampung air hujan yang mengalir di permukaan

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 19


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

tanah tersebut. Sistem saluran di atas selanjutnya dialirkan ke sistem yang


lebih besar. Sistem yang terkecil juga dihubungkan dengan saluran rumah

tangga dan sistem bangunan infrastruktur lainnya.

Sehingga apabila cukup banyak limbah cair yang berada dalam saluran

tersebut perlu diolah (treatment). Selurnh proses ini disebut sistem drainase.

Persamaan dasarnya sama untuk pengendalian banjir. Drainase pada prinsipnya

terbagi atas 2 (dua) macam yaitu: drainase untuk daerah perkotaan dan drainase

untuk daerah pertanian. Pada perencanaan dan pengembangan sistem drainase kota

perlu kombinasi antara perkembangan perkotaan, daerah rural dan daerah aliran

sungai (DAS).

Untuk pengembangan suatu wilayah baru di perkotaan, perancangannya

harus disesuaikan dengan system drainase alami yang sudah ada maupun yang

telah dibuat. Sesuai dengan prinsip sebagai jalur pembuangan maka pada waktu

hujan, air yang mengalir di permukaan diusahakan secepatnya dibuang agar tidak

menimbulkan genangan- genangan yang dapat mengganggu aktivitas di perkotaan

dan bahkan dapat menimbulkan kerugian sosial ekonomi terntama yang

menyangkut aspek-asperk kesehatan lingkungan pemukiman kota.

Namun bagi pengembangan sumber daya air, perlu diperhatikan pula

daerah resapan yang bisa difungsikan, sehingga air hujan tidak terbuang percuma

ke laut karena merupakan sumber air yang dipakai pada musim kemarau Ukuran

dan kapasiras saluran sistem drainase

semakin ke hilir semakin besar, karena semakin luas daerah alirannya.

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 20


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

2.4.1. Fungsi Drainase

Fungsi dari drainase adalah :

 Membebaskan suatu wilayah (terutama yang padat pemukiman) dari genangan

air atau banjir.

 Apabila air dapat mengalir dengan lancar maka drainase juga berfungsi

memperkecil resiko kesehatan lingkungan; bebas dari malaria (nyamuk) dan

penyakit lainnya.

 Drainase juga dipakai untuk pembuangan air rumah tangga. Semua sistem

aliran pembuangan rumah dialirkan menuju sistem drainase. Dalam

menentukan dimensi sistem drainase, intensitas hujan dengan periode ulang

tertentu di suatu sistem jaringan drainase dipakai sebagai dasar analisis

perhitungan karena kuantitasnya jauh lebih besar dibandingkan aliran dari

rumah tangga atau domestik lainnya.

Di daerah perkotaan dengan permukiman yang padat pelaksanaan

konstruksi maupun pemeliharaan sistem drainase sering kali mengalami berbagai

kendala antara lain :

 Kurangnya lahan untuk pengembangan sistem drainase karena sudah

berfungsi untuk tata guna lahan tertentu yang permanen.

 Pemeliharaan saluran juga mengalami kesulitan karena bagian atas sudah

ditutup oleh bangunan.

 Sampah terutama sampah domestik banyak menumpuk di saluran


sehingga mengakibatkan pengurangan kapasitas dan penyumbatan

saluran. Pemahaman masyarakat bahwa sungai (drainase) sebagai

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 21


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

tempat buangan sudah menjadi budaya yang sulit untuk dihilangkan.

 Akibat sampah, sedimentasi, atau tersumbatnya saluran maka perlu

dilakukan pemeliharaan secara kontinyu. Kenyataan di hampir seluruh kota

di Indonesia dana untuk pemeliharaan sangat terbatas.

 Sistem drainase sering tidak berfungsi optimal akibat adanya pembangunan

infrastruktur lainnya yang tidak terpadu dan tidak melihat keberadaan sitem

drainase sepelii jalan, kabel telkom, pipa PDAM

 Secara estetika, drainase tidak merupakan infrastruktur yang bisa dilihat

keindahannya karena fungsinya sebagai pembuangan air dari semua sumber.

Umumnya drainase di perkotaan kumuh dan berbau tak sedap.

2.4. 2. Sistem Jaringan Drainase


Sistem jaringan drainase di dalam wilayah kota dibagi atas 2 bagian yaitu

drainase major dan drainase minor. Konfigurasi sistem drainase secara umum

seperti gambar berikut ini.

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 22


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

Gambar 2.7. Konfigurasi sistem drainase perkotaan (Grigg, 1996,


Kodoatie dan Sjarief, 2008)

2.5. Sistem Aliran Air Tanah


Aliran air tanah atau hidrogeologi merupakan perpaduan antara ilmu

geologi dan ilmu hidrolika di mana kajiannya menitikberatkan pada gerakan/aliran

air di dalam tanah secara hidrolik. Gabungan dua kata hidro dan geologi

menunjukkan secara implisit pengertian geologi dari air. Atau dengan kata lain

adalah merupakan suatu studi tentang interaksi antara kerangka sistem batuan dan

atau dengan airtanah. Dari sudut pandang hidrolika maka istilah gerakan aliran

dalam tanah dikenal dengan hidrolika dalam media porous, karena airtanah

mengalir di antara atau di sela-sela butiran tanah yang sekaligus sebagai media.

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 23


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

Pengetahuan tentang hidrogeologi ini penting bagi manusia, karena


fungsi dan kegunaannya meliputi tiga aspek (Toth, 1990) Aspek sebagai salah satu

sumber alam yang dimanfaatkan untuk berbagai macam keperluan bagi umat

manusia. Aspek bagian dari hidrologi di dalam tanah yang mempengaruhi

keseimbangan siklus hidrologi global Aspek sebagai anggota/agen dari geologi.

Lebih lanjut Toth (1990) mengatakan bahwa hidrogeologi


merupakan atau termasuk disiplin ilmu yang (relatip) masih muda dan masih terus

berkembang secara pesat sekali. Pada saat ini, secara umum pengembangannya

masih dalam batas-batas dasar (basic), sehingga bilamana seseorang mencoba

untuk mendalami dan mempelajari ilmu ini dapat sekaligus mengembangkannya

serta dapat dikaitkan dengan kondisi dan situasi setempat. Oleh karena itu

manfaat dan keuntungan lainnya dalam mempelajari ilmu hidrogeologi ini dapat

dilihat dari 3 (tiga) sudut pandang, yaitu :

Dari sudut pandang keilmuan bersifat menantang karena:

 Merupakan sesuatu yang pasti sehingga dibutuhkan spesialisasi

 Menjadi sesuatu yang menarik, karena dalam mempelajarinya

bersifat luwes dan harus sekaligus menguasai teori dan praktek.

 Cakupannya cukup luas sehingga membutuhkan pengertian disiplin

ilmu yang lain.

Dari sudut pandang professionalisme memberikan kepuasan karena:

 Menawarkan kesempatan yang bervariasi

 Bila seseorang dalam mempelajarinya tidak menyukai hal tentang

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 24


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

masalah kontaminasi airtanah bisa beralih ke bagian hidrogeologi yang

lainnya misalnya hanya persoalan-persoalan hidroliknya saja.

 Menawarkan keamanan dan pengembangan profesi yang kontinyu.

 Memberikan penghasilan yang baik.

Dari sudut pandang pengembangan individual merupakan

pelajaran yang kontinyu karena:

 Harus berinteraksi dengan ilmu yang lain seperti sosiologi, geografi,

sejarah dan lain-lain.

 Menawarkan kesempatan untuk melakukan perjalananjauh

 Menawarkan hubungan dengan berbagai orang/masyarakat

 Membuat hidup menarik dalam kaitannya dengan aneka peristiwa Prinsip-

prinsip dasar hidrogeologi meliputi (Toth, 1984): hukum

kekekalan yang dipakai, proses dan kejadian yang berhubungan dengan

bagaimana aliran air terjadi, gerakan aliran air dalam tanah, distribusinya, unsur

kimia yang ada dalam airtanah, serta dampak lingkungan dari aliran dalam tanah.

Hal yang cukup penting adalah bahwa gerakan aliran dalam tanah

hamperr selalu mengikuti prinsip gerakan aliran laminer

(Rajaratnam, 1989).

Sehingga dalam hal ini dari ilmu hidrolika pengertian tentang aliran

laminer akan lebih dominan dibandingkan dengan aliran turbulen. Hal ini penting

dikemukakan karena merupakan suatu batas (boundary) pengkajian dalam

menganalisis gerakan aliran dalam tanah ini. Biasanya

turbulensi hanya terjadi di sekitar sumur bilamana pengambilan air tanah

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 25


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

memakai sumur pompa baik itu sumur dangkal maupun dalam. Hal di atas
merupakan salah satu phenomenom yang menunjukkan bahwa

hidrogeologi juga dikenal dengan sebutan hidrolika media porous.

2.6. Sumber Resapan dan Potensi Airtanah


Sumber resapan penting hubungannya dengan kegiatan memprediksi

besarnya potensi airtanah. Sumber resapan dapat diprediksi berdasarkan pada data

kontur muka airtanah. Dari kontur muka airtanah, maka jejaring aliran (flownet)

dapat digambarkan dengan menggunakan Surfer 8. Berikut contoh jejaring aliran

airtanah pada Pulau Timor

Daerah Penerima

Lap. Kedap
air

Mata Air
Aquifer
Lap kedap air

Gambar : 2.8 Jejaring Air Tanah Pada Pulau Timor

Potensi airtanah dapat diduga bilamana diketahui gradien hidraulik dan


luas penampang akuifer. Gradien hidraulik merupakan selisih antara

muka airtanah tertinggi dengan muka airtanah terendah dibagi dengan jarak antara

kedua titik. Berdasarkan pada jejaring aliran, muka airtanah tertinggi pada DAS

adalah tersebut adalah 32 m dan terendah adalah 8 m

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 26


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

dpl dan jarak antara kedua titik tersebut rata-rata 4.000 m (Gambar 4.9).
Luas penampang aliran diduga melalui interpretasi peta litologi.

Berdasarkan hasil interpretasi peta litologi, diperoleh bahwa tebal akifer adalah 15

meter. Lebar penampang aliran diperoleh berdasarkan pada peta jejaring aliran

yang menunjukkan bahwa airtanah mengalir dari Barat ke Timur sehingga lebar

aliran sama dengan panjang DAS yaitu 10.000 m, sedangkan panjang aliran sama

dengan lebar DAS yaitu 4.000 m, karena DAS berhulu di Utara dan hilirnya pada

sisi Selatan.

Berdasarkan pada tebal dan lebar aliran tersebut, maka luas penampang

aliran diperoleh sebesar 150.000 m2 Dengan demikian, maka gradient hidraulik

adalah 24/4000 = 0,006 Berdasarkan persamaan Darcy’s, maka debit airtanah

dalam DAS dapat dihitung dengan persamaan:

Q  K.i.A

Q = 16,13 x (24/4.000) x (15 x 10.000)

Q = 14.517 m3/hari = 168,02 l/dt

Gambar 2.9. Gradien Aliran Airtanah (Suhardi, 2008)

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 27


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

C. PENUTUP

1. Rangkuman
Batas sistem keairan berbeda dengan batas administrative, namun lebih pada

batas hidrologis. Sehingga dalam pengelolaannya, batas sistem adalah

hidrologis sumberdaya air yaitu cekungan airanah (CAT), Daerah Aliran

Sungai (DAS) dan Wilayah Sungai (WS). Komponen sumber daya air terdiri

atas komponen alami dan komponen buatan. Sementara sistem pengendalian

bencana akibat sumber daya air seperti banjir dilakukan dengan terlebih

dahulu dilakukan identifikasi terhadap penyebab banjir kemudian dilakukan

perumusan teknik pengendaliannya. Demikian hal dengan sistem drainase

dilakukan dilakukan perancangan sesuai dengan fungsinya, kemudian

dilakukan desain jaringan drainase dengan pertimbangan beberapa aspek.

Sistem airtanah yang menjadi fokus adalah sumber aliran dan potensinya.

Kedua hal ini relative rumit jika dilakukan pada air permukaan, karena

obyeknya tidak kelihatan dan sulit terdeteksi. Pendekatan dengan model sering

dilakukan untuk mempermudah pekerjaan meski hasilnya kurang eksak.

2. Tugas dan Latihan


Kepada mahasiswa diharuskan melakukan studi lapangan pada suatu sistem

keairan kemudian membuat batasan sistem dan sub sistem keairan tersebut.

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 28


BAHAN AJAR Kurikulum
PNK
MANAJEMEN PRASARANA 2010
SUMBER DAYA AIR

3. Indikator Pencapaian

1. Mahasiswa dapat mendesain suatu system


2. Mahasiswa dapat merumuskan suatu formulasi penyelesaian

masalah dalam sumber daya air.

D. DAFTAR PUSTAKA

1. UU No. 7 tahun 2004 tentang Sumber Daya Air

2. UU No. 11 tahun 1974 tentang Pengairan

3. Kodoatie, R.J. dan R. Sjarief, 2008. Pengelolaan Sumber Daya Air


Terpadu,edisi revisi. Yogyakarta: Andi.

YUNUS, STAF PENGAJAR TEKNIK SIPIL - PNK, 2016 II - 29

Anda mungkin juga menyukai