NPM : 21024010133
Class : Agribisnis ( C )
PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
A. PENDAHULUAN
Hukum sebagai sarana rekayasa sosial (a tool of social engineering) perlu diberdayakan
sedemikian rupa sehingga dapat terwujud supremasi hukum dalam kehidupan masyarakat. Dalam
kaitan ini terdapat perbedaan dengan pandangan aliran hukum positif yang menganggap hukum tidak
lain hanya kumpulan peraturan, tujuan hukum tidak lain dari sekedar menjamin terwujudnya
kepastian hukum, karena aliran tersebut hanya melihat hukum dari segi apa yag seharusnya (das
sollen), dan bukan pada kenyataan (das sein).1 Aliran hukum positif di atas banyak mempengaruhi
pemikiran para penguasa (pemerintah), sehingga kadang mereka terlalu optimis bahwa semakin
banyak peraturan akan semakin menjamin terwujudnya kepastian hukum. Namun dalam kenyataan,
masih ditentukan adanya penyimpangan dalam bentuk Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Kondisi tersebut untuk jangka panjang dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap
penegakan hukum dan lembaga-lembaga hokum.
Dalam hukum Islam, telah menjadi prinsip keharusan adanya law in books dan law in action,
yakni Al-Qur’an dan hadits dijadikan sebagai hukum fundamental, sedang penjabarannya dalam
bentuk action telah diatur dalam fiqih, yaitu ketentuan yang mengatur perilaku dan kenyataan hidup
dalam masyarakat melalui metode ijtihad. Prinsip Hukum Islam tersebut sesungguhnya secara tidak
langsung telah dipahami oleh banyak ahli hukum, seperti apa yang dikemukakan Soerjono, bahwa
faktor hukum, penegak hukum, sarana hukum, masyarakat dan kebudayaan adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi penegakan hokum.
Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat, kratos berarti
pemerintahan. Jadi, demokrasi berarti pemerintahan rakyat, yaitu pemerintahan yang rakyatnya
memegang peranan yang sangat menentukan. Demokrasi sering diartikan sebagai penghargaan
terhadap hak-hak asasi manusia, partisipasi dalam pengambilan keputusan dan persamaan hak di
depan hukum. Dari sini kemudian muncul idiom-idiom demokrasi, seperti
egalite (persamaan), equality (keadilan), liberty (kebebasan), human right (hak asasi manusia), dst.
1Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta: Chandra Pratama, Cet.I, 1996),
hlm.94.
Dalam tradisi Barat, demokrasi didasarkan pada penekanan bahwa rakyat seharusnya menjadi
“pemerintah” bagi dirinya sendiri, dan wakil rakyat seharusnya menjadi pengendali yang bertanggung
jawab atas tugasnya.
Keberadaan wakil rakyat didasarkan atas pertimbangan, bahwa tidak mungkin semua
rakyat dalam suatu negara mengambil keputusan karena jumlahnya yang terlalu besar. Oleh sebab
itu kemudian dibentuk dewan perwakilan. Di sini lantas prinsip amanah dan tanggung jawab
(credible and accountable) menjadi keharusan bagi setiap anggota dewan. Sehingga jika ada tindakan
pemerintah yang cenderung mengabaikan hak-hak sipil dan hak politik rakyat, maka harus segera
ditegur. Itulah perlunya perwakilan rakyat yang kuat untuk menjadi penyeimbang dan kontrol
pemerintah. Secara normatif, Islam juga menekankan pentingnya ditegakkan amar ma’ruf nahi
munkar bagi semua orang, baik sebagai individu, anggota masyarakat maupun sebagai pemimpin
negara. Doktrin tersebut merupakan prinsip Islam yang harus ditegakkan dimana pun dan kapan saja,
supaya terwujud masyarakat yang aman dan sejahtera.
B. PEMBAHASAN
Sebagai upaya pembinaan dan pembangunan hukum nasional, hukum Islam telah
memberikan kontribusi yang sangat besar, paling tidak dari segi jiwanya. Pernyataan ini diperkuat
oleh beberapa argumen.
Pertama, UU No. I Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pada pasal 2 Undang-undang ini, ditulis
bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya.
Sementara dalam pasal 63 menyatakan bahwa, yang dimaksud pengadilan dalam Undang-undang ini
adalah Pengadilan Agama bagi mereka yang beragama Islam.
Kedua, di dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan
bahwa dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya adalah beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, mempunyai ilmu pengetahuan dan keterampilan, sehat rohani,
mempunyai kepribadian yang mantap dan mandiri, mempunyal rasa tanggungjawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.
Ketiga, Kompilasi Hukum Islam (KHI), meski tidak terbentuk undang-undang, melainkan
Instruksi Presiden Nomor I Tahun 1991. Kompilasi ini sangat membantu para hakim dalam
memutuskan perkara, terutama di Peradilan Agama.
Hukum Islam sebagai tatanan hukum yang dipedomani dan ditaati oleh mayoritas penduduk
dan masyarakat Indonesia adalah hukum yang telah hidup dalam masyarakat, dan merupakan
sebagian dari ajaran dan keyakinan Islam yang eksis dalam kehidupan hukum nasional, serta
3 AS. Homby, "Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English ", (Britain : Oxford University Press, 1986),
hal. 478.
4 Amir Syarifuddin, "Pengertian dan Sumber Hukum Islam", dalam "Falsafah Hukum Islam", (Jakarta: Bumi Aksara,
Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang terkait dengan prinsip-prinsip utama
demokrasi, antara lain QS. Ali Imran: 159 dan al-Syura: 38 (yang berbicara tentang musyawarah); al-
Maidah: 8; al-Syura: 15 (tentang keadilan); al-Hujurat: 13 (tentang persamaan); al-Nisa’: 58 (tentang
amanah); Ali Imran: 104 (tentang kebebasan mengkritik); al-Nisa’: 59, 83 dan al-Syuro: 38 (tentang
kebebasan berpendapat) dst.7Jika dilihat basis empiriknya, menurut Aswab Mahasin, agama dan
8
Suyuti Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah: Ditinjau dari Pandanagan Alquran,
144-145.
9
Mochamad Parmudi, Laporan Hasil Penelitian Individual Islam dan Demokrasi di Indonesia: (Dalam
Perspektif Pengembangan Pemikiran Politik Islam), Iain Walisongo Semarang 2014 37. Pad
Aplikasi Demokrasi di Indonesia
Contoh demokrasi yang sudah ada di Indonesia diataranya, sebuah budaya “tradisi
berembug”. Hal ini adalah modal yang baik bagi pertumbuhan demokrasi karena mendorong warga
masyarakat untuk mau berbicara, mengutarakan pendapat, mengutarakan persetujuan, dan
mengutarakan ketidaksetujuan atau kejengkelan. Kerja sama sukarela lebih mudah terjadi di dalam
suatu komunitas yang telah mewarisi sejumlah modal sosial yang substansial dalam bentuk-bentuk
aturan, pertukaran, timbal balik dan jaringan kesepakatan antar warga. Saat ini misalnya, isu korupsi
merupakan isu yang paling aktual dan strategis, baik dalam konteks nasional maupun lokal. Gerakan
demokrasi dapat menfokuskan gerakannya untuk membantu meningkatkan kepercayaan masyarakat
dengan membantu mengusut tuntas kasus-kasus korupsi dan menuntut para pelakunya diadili.
Membangun kepercayaan rakyat berati juga melibatkan mereka secara aktif dalam setiap proses
politik dengan memenangkan tuntutan-tuntutan yang menjadi kebutuhan mereka.11
C. PENUTUP/KESIMPULAN
Dalam kaitan ini terdapat perbedaan dengan pandangan aliran hukum positif yang
menganggap hukum tidak lain hanya kumpulan peraturan, tujuan hukum tidak lain dari sekedar
menjamin terwujudnya kepastian hukum, karena aliran tersebut hanya melihat hukum dari segi apa
yag seharusnya (das sollen), dan bukan pada kenyataan (das sein). Dalam hukum Islam, telah menjadi
prinsip keharusan adanya law in books dan law in action, yakni Al-Qur’an dan hadits dijadikan
Para filosof dan sosiolog berpendapat bahwa manusia itu menurut tabiatnya adalah makhluk
sosial atau makhluk politik yang suka berkumpul dan bekerja sama yang memerlukan
pengorganisasian. Islam dan demokrasi saling melengkapi, dimana Islam mengisi preferensi nilai,
sedangkan demokrasi memberikan konsep atau bentuk sistem politik. Di dalam ajaran Islam
ditemukan banyak prinsip yang mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi Ada beberapa prinsip Islam yang selaras dengan demokrasi,
yaitu: Musyawarah, Keadilan, Prinsip persamaan, Prinsip Amanah, Prinsip pengakuan dan
perlindungan terhadap HAM. Aplikasi Demokrasi di Indonesia telah berkembang dengan
dinamikanya, terutama tantangan-tantangan yang dihadapi di waktu belakangan ini. tantangan utama
terdiri dari berbagai kelompok sosial dan keagamaan yang menganggap bahwa demokrasi adalah
produk Barat, yang sering mereka sebut “kufur”.
DAFTAR PUSTAKA
Ali Ahmad, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta: Chandra Pratama, Cet.I,
1996), hlm.94.
AS. Homby, "Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English ", (Britain : Oxford University Press,
1986), hal. 478.
Ebyhara Abu Bakar, Pengantar Ilmu Politik, 323.
Ebyhara Abu Bakar, Pengantar Ilmu Politik, 367-369.
Hokum Islam dalam Sistem Hukum Nasional, Mardani, hal 183
Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional, Mardani, hal 178
Ibid., dan lihat al-Mu’jam al-Mufahras li alfaz al-Qur’an al-Karim
Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008
Parmudi Mochamad, Laporan Hasil Penelitian Individual Islam dan Demokrasi di Indonesia: (Dalam
Perspektif Pengembangan Pemikiran Politik Islam), Iain Walisongo Semarang 2014 37. Pad
Pulungan Suyuti, Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah: Ditinjau dari Pandanagan
Alquran, 144-145.
Syarifuddin Amir, "Pengertian dan Sumber Hukum Islam", dalam "Falsafah Hukum Islam", (Jakarta: Bumi
Aksara, 1992), hal. 14.