Anda di halaman 1dari 10

Name : Sephia Maharani

NPM : 21024010133
Class : Agribisnis ( C )

PRODI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS UPN VETERAN JAWA TIMUR


2021
 Menulis Resensi

 JUDUL : HUKUM DAN DEMOKRASI DALAM PRESPEKTIF ISLAM & FAKTA


APLIKASINYA DI INDONESIA
 IDENTITAS JURNAL : Farida Nur’Afifah, “DEMOKRASI DALAM AL-QUR’AN:
IMPLEMENTASI DEMOKRASI DI INDONESIA”, Volume 10, Nomor 1 (Februari 2020)
 RINGKASAN ISI :
Demokrasi bukanlah akhir dari sebuah sistem yang dijadikan landasan bagi sebuah
negara, karena pada dasarnya demokrasi adalah suatu cara bukan tujuan. Akan tetapi tidak
dapat dipungkiri bahwa demokrasi merupakan satusatunya cara yang paling dekat dengan
Islam, tentunya dengan berladasan pada prinsip-prinsip yang ada dalam al-Qur’an.
Demokrasi juga merupakan sebuah cara untuk memahami rakyat dalam suatu Negara, yang
membutuhkan pertolongan melalui ide dan gagasan untuk menciptakan kebijaksanaan yang
tepat, berbuat adil, bermusyawarah adalah bentuk kewajiban dan anjuran yang diajarkan Al-
Qur’an yang menncerminkan ajaran demokrasi. Demokrasi memiliki prinsip yang sesuai
dengan Al-qur’an seperti syura, persamaan, kemerdekaan, persamaan HAM dan keadilan.
Demokrasi ini mengejawantahkan nilai-nilai Ilahi dalam segala kehidupan, seperti halnya
yang telah diterapkan Rasulullah pada masyarakat Madinah yang tercantum dalam piagam
Madinah.
 ULASAN KEUNGGULAN DAN KEKURANGAN ISI :
HUKUM DAN DEMOKRASI DALAM PRESPEKTIF ISLAM &
FAKTA APLIKASINYA DI INDONESIA

A. PENDAHULUAN
Hukum sebagai sarana rekayasa sosial (a tool of social engineering) perlu diberdayakan
sedemikian rupa sehingga dapat terwujud supremasi hukum dalam kehidupan masyarakat. Dalam
kaitan ini terdapat perbedaan dengan pandangan aliran hukum positif yang menganggap hukum tidak
lain hanya kumpulan peraturan, tujuan hukum tidak lain dari sekedar menjamin terwujudnya
kepastian hukum, karena aliran tersebut hanya melihat hukum dari segi apa yag seharusnya (das
sollen), dan bukan pada kenyataan (das sein).1 Aliran hukum positif di atas banyak mempengaruhi
pemikiran para penguasa (pemerintah), sehingga kadang mereka terlalu optimis bahwa semakin
banyak peraturan akan semakin menjamin terwujudnya kepastian hukum. Namun dalam kenyataan,
masih ditentukan adanya penyimpangan dalam bentuk Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN).
Kondisi tersebut untuk jangka panjang dapat menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap
penegakan hukum dan lembaga-lembaga hokum.
Dalam hukum Islam, telah menjadi prinsip keharusan adanya law in books dan law in action,
yakni Al-Qur’an dan hadits dijadikan sebagai hukum fundamental, sedang penjabarannya dalam
bentuk action telah diatur dalam fiqih, yaitu ketentuan yang mengatur perilaku dan kenyataan hidup
dalam masyarakat melalui metode ijtihad. Prinsip Hukum Islam tersebut sesungguhnya secara tidak
langsung telah dipahami oleh banyak ahli hukum, seperti apa yang dikemukakan Soerjono, bahwa
faktor hukum, penegak hukum, sarana hukum, masyarakat dan kebudayaan adalah faktor-faktor yang
mempengaruhi penegakan hokum.
Demokrasi berasal dari kata Yunani demos dan kratos. Demos artinya rakyat, kratos berarti
pemerintahan. Jadi, demokrasi berarti pemerintahan rakyat, yaitu pemerintahan yang rakyatnya
memegang peranan yang sangat menentukan. Demokrasi sering diartikan sebagai penghargaan
terhadap hak-hak asasi manusia, partisipasi dalam pengambilan keputusan dan persamaan hak di
depan hukum. Dari sini kemudian muncul idiom-idiom demokrasi, seperti
egalite (persamaan), equality (keadilan), liberty (kebebasan), human right (hak asasi manusia), dst.

1Ahmad Ali, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta: Chandra Pratama, Cet.I, 1996),
hlm.94.
Dalam tradisi Barat, demokrasi didasarkan pada penekanan bahwa rakyat seharusnya menjadi
“pemerintah” bagi dirinya sendiri, dan wakil rakyat seharusnya menjadi pengendali yang bertanggung
jawab atas tugasnya.
Keberadaan wakil rakyat didasarkan atas pertimbangan, bahwa tidak mungkin semua
rakyat dalam suatu negara mengambil keputusan karena jumlahnya yang terlalu besar. Oleh sebab
itu kemudian dibentuk dewan perwakilan. Di sini lantas prinsip amanah dan tanggung jawab
(credible and accountable) menjadi keharusan bagi setiap anggota dewan. Sehingga jika ada tindakan
pemerintah yang cenderung mengabaikan hak-hak sipil dan hak politik rakyat, maka harus segera
ditegur. Itulah perlunya perwakilan rakyat yang kuat untuk menjadi penyeimbang dan kontrol
pemerintah. Secara normatif, Islam juga menekankan pentingnya ditegakkan amar ma’ruf nahi
munkar bagi semua orang, baik sebagai individu, anggota masyarakat maupun sebagai pemimpin
negara. Doktrin tersebut merupakan prinsip Islam yang harus ditegakkan dimana pun dan kapan saja,
supaya terwujud masyarakat yang aman dan sejahtera.

B. PEMBAHASAN

 Hokum Dalam Prespektif Islam


Kata hukum Islam tidak ditemukan sarna sekali di dalam al-Qur'an dan literatur hukum dalam
Islam. Yang ada dalam al-Qur'an adalah kata syari'ah, fiqh, hukum Allah dan yang seakar dengannya.
Kata-kata hukum Islam merupakan terjemahan dari term "Islamic Law" dari literatur Barat. Dalam
penjelasan tentang hukum Islam dari literatur Barat ditemukan definisi hukum Islam yaitu:
keseluruhan kitab Allah yang mengatur kehidupan setiap muslim dalam segala aspeknya. 2 Dari
definisi ini arti hukum Islam lebih dekat dengan pengertian syariah.
Untuk lebih memberikan kejelasan tentang arti hukum Islam, perIu diketahui lebih dahulu
arti dari kata "hukum". Sebenamya tidak ada arti yang sempurna tentang hukum. Namun, untuk
mendekatkan kepada pengertian yang mudah dipahami, meski masih mengandung kelemahan,
definisi yang diambil oleh Muhammad Muslehuddin dari Oxford English Dictionary perlu
diungkapkan. Menurutnya, hukum adalah, "the body of rules, wether proceeding from formal
enactment or from custom, which a particular state or community recognizes as binding on its

2 Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional, Mardani, hal 178


members or subjects".3 (Sekumpulan aturan, baik yang berasal dari aturan formal maupun adat, yang
diakui oleh masyarakat dan bangsa tertentu sebagai mengikat bagi anggotanya). Bila hukum
dihubungkan dengan Islam, maka hukum Islam berarti: "Seperangkat peraturan berdasarkan wahyu
Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia mukallaf yang diakui dan diyakini berIaku dan
mengikat untuk semua umat yang beragama Islam".4 Dari definisi yang dikemukakan di atas dapat
dipahami bahwa hukum Islam mencakup Hukum Syari' ah dan Hukum Fiqh, karena arti syarak dan
fiqh terkandung di dalamnya.

 Aplikasi Hukum di Indonesia

Sebagai upaya pembinaan dan pembangunan hukum nasional, hukum Islam telah
memberikan kontribusi yang sangat besar, paling tidak dari segi jiwanya. Pernyataan ini diperkuat
oleh beberapa argumen.
Pertama, UU No. I Tahun 1974 tentang Perkawinan. Pada pasal 2 Undang-undang ini, ditulis
bahwa perkawinan adalah sah apabila dilakukan menurut hukum masing-masing agamanya.
Sementara dalam pasal 63 menyatakan bahwa, yang dimaksud pengadilan dalam Undang-undang ini
adalah Pengadilan Agama bagi mereka yang beragama Islam.
Kedua, di dalam UU No.2 Tahun 1989 tentang Sistem Pendidikan Nasional, disebutkan
bahwa dalam rangka pembangunan manusia seutuhnya adalah beriman dan bertakwa kepada Tuhan
Yang Maha Esa, berbudi pekerti luhur, mempunyai ilmu pengetahuan dan keterampilan, sehat rohani,
mempunyai kepribadian yang mantap dan mandiri, mempunyal rasa tanggungjawab kemasyarakatan
dan kebangsaan.
Ketiga, Kompilasi Hukum Islam (KHI), meski tidak terbentuk undang-undang, melainkan
Instruksi Presiden Nomor I Tahun 1991. Kompilasi ini sangat membantu para hakim dalam
memutuskan perkara, terutama di Peradilan Agama.
Hukum Islam sebagai tatanan hukum yang dipedomani dan ditaati oleh mayoritas penduduk
dan masyarakat Indonesia adalah hukum yang telah hidup dalam masyarakat, dan merupakan
sebagian dari ajaran dan keyakinan Islam yang eksis dalam kehidupan hukum nasional, serta

3 AS. Homby, "Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English ", (Britain : Oxford University Press, 1986),
hal. 478.
4 Amir Syarifuddin, "Pengertian dan Sumber Hukum Islam", dalam "Falsafah Hukum Islam", (Jakarta: Bumi Aksara,

1992), hal. 14.


merupakan bahan dalam pembinaan dan pengembangannya. Sejarah perjalanan hukum di Indonesia,
kehadiran hukum Islam dalam hukum nasional merupakan perjuangan eksistensi. Teori eksistensi
merumuskan keadaan hukum nasional Indonesia, masa lalu, masa kini, dan masa datang, menegaskan
bahwa hukum Islam itu ada dalam hukum nasional Indonesia, baik tertulis maupun yang tidak tertulis.
Ia ada dalam berbagai lapangan kehidupan hukum dan praktik hukum.
Teori eksistensi, dalam kaitannya dengan hukum Islam adalah teori yang menerangkan
tentang adanya hukum Islam dalam hukum nasional Indonesia, yaitu: (l) Ada, dalam arti sebagai
bagian integral dari hukum nasional Indonesia; (2) Ada, dalam arti kemandiriannya yang diakui,
adanya kekuatan dan wibawanya, dan diberi status sebagai hukum nasional; (3) Ada, dalam arti
hukum nasional dan norma hukum Islam yang berfungsi sebagai penyaring bahan-bah an hukum
nasional di Indonesia; (4) Ada, dalam arti sebagai bahan utama dan unsur utama. Jadi, secara
eksistensia/, kedudukan hukum Islam dalam hukum nasional merupakan sub sistem dari hukum
nasional. Karenanya, hukum Islam juga mempunyai peluang untuk memberikan sumbangan dalam
rangka pembentukan dan pembaharuan hukum nasional, meski harus diakui problema dan
kendalanya yang belum pernah usai.5
Secara sosiologis, kedudukan hukum Islam di Indonesia melibatkan kesadaran keberagaman
bagi masyarakat, penduduk yang sedikit banyak berkaitan pula dengan masalah kesadaran hukum,
baik norma agama maupun norma hukum, selalu sarna-sarna menuntut ketaatan. Dengan demikian,
jelaslah bahwa hubungan antara keduanya sangat erat. Keduanya sarna-sarna menuntut ketaatan dan
kepatuhan dari warga masyarakat. Keduanya harus dikembangkan secara searah, serasi, dan
seimbang. Keduanya tidak baleh dibiarkan saling bertentangan.6

 Demokrasi Dalam Prespektif Islam

Di dalam al-Qur’an terdapat banyak ayat yang terkait dengan prinsip-prinsip utama
demokrasi, antara lain QS. Ali Imran: 159 dan al-Syura: 38 (yang berbicara tentang musyawarah); al-
Maidah: 8; al-Syura: 15 (tentang keadilan); al-Hujurat: 13 (tentang persamaan); al-Nisa’: 58 (tentang
amanah); Ali Imran: 104 (tentang kebebasan mengkritik); al-Nisa’: 59, 83 dan al-Syuro: 38 (tentang
kebebasan berpendapat) dst.7Jika dilihat basis empiriknya, menurut Aswab Mahasin, agama dan

5 Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008


6 Hokum Islam dalam Sistem Hukum Nasional, Mardani, hal 183
7Ibid., dan lihat al-Mu’jam al-Mufahras li alfaz al-Qur’an al-Karim
demokrasi memang berbeda. Agama berasal dari wahyu sementara demokrasi berasal dari
pergumulan pemikiran manusia. Dengan demikian agama memiliki dialeketikanya sendiri. Namun
begitu menurut Mahasin, tidak ada halangan bagi agama untuk berdampingan dengan demokrasi.
Sebagaimana dijelaskan di depan, bahwa elemen-elemen pokok demokrasi dalam perspektif Islam
meliputi: as-syura, al-musawah, al-‘adalah, al-amanah, al-masuliyyah dan al-hurriyyah. Kemudian
apakah makna masing-masing dari elemen tersebut? 1. as-Syura Syura merupakan suatu prinsip
tentang cara pengambilan keputusan yang secara eksplisit ditegaskan dalam al-Qur’an. Misalnya saja
disebut dalam QS. As-Syura: 38:
Dalam kenyataan sosial, karakter manusia sebagai makhluk sosial membutuhkan kerja sama
antara satu dengan lainnya. Para filosof dan sosiolog berpendapat bahwa manusia itu menurut
tabiatnya adalah makhluk sosial atau makhluk politik yang suka berkumpul dan bekerja sama yang
memerlukan pengorganisasian.8 Berbicara tentang prinsip- prinsip demokrasi dan al-Qur’an tentu saja
tidak lepas dari kata Islam. Demokrasi adalah suatu konsep sistem politik, bahkan sebelumnya, telah
disepakati bahwa dalam ajaran Islam tekandung prinsip-prinsip demokrasi. Demokrasi sendiri dapat
berupa lembaga dan sistem nilai. Berdasarkan hal ini, Islam seharusnya berdasarkan pada konsep
sistem politik atau konsep negara demokrasi.9 Sebab, setelah sistem nilai demokrasi "diislamkan",
preferensi sistem politik yang semula kosong menjadi berisi. Islam dan demokrasi saling melengkapi,
dimana Islam mengisi preferensi nilai, sedangkan demokrasi memberikan konsep atau bentuk sistem
politik. Dengan demikian, Islam mampu memberikan sumbangan berupa proses demokratisasi
selama yang dianut adalah Islam yang berusaha “membebaskan”.
Demokrasi ditemukan dalam ajaran Islam karena keduanya memiliki kandungan etik yang
sama. Di dalam ajaran Islam ditemukan banyak prinsip yang mengatur kehidupan bermasyarakat,
berbangsa, dan bernegara yang sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi. Demokrasi ditemukan
dalam ajaran Islam karena keduanya memiliki kandungan etik yang sama. Di dalam ajaran Islam
ditemukan banyak prinsip yang mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi. Ada beberapa prinsip Islam yang selaras dengan
demokrasi, yaitu: Musyawarah, Keadilan, Prinsip persamaan, Prinsip Amanah, Prinsip pengakuan
dan perlindungan terhadap HAM

8
Suyuti Pulungan, Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah: Ditinjau dari Pandanagan Alquran,
144-145.
9
Mochamad Parmudi, Laporan Hasil Penelitian Individual Islam dan Demokrasi di Indonesia: (Dalam
Perspektif Pengembangan Pemikiran Politik Islam), Iain Walisongo Semarang 2014 37. Pad
 Aplikasi Demokrasi di Indonesia

Demokrasi di Indonesia telah berkembang dengan dinamikanya, terutama tantangan-


tantangan yang dihadapi di waktu belakangan ini. tantangan utama terdiri dari berbagai kelompok
sosial dan keagamaan yang menganggap bahwa demokrasi adalah produk Barat, yang sering mereka
sebut “kufur”. Dan karenanya merupakan suatu hal yang “haram”. Merekalah yang paling menolak
kata demokrasi maupun turunan-turunan tatanan dan kebijakannya. Adapin kelompok lain, seperti
kelompok kiri yang tumbuh dalam gerakan politik radikal (kelompok partai rakyat demokratis dan
varian-variannya). Kelompok ini jelas merupakan pendukung demokrasi dan hak asasi manusia serta
tidak menggunakan pendekatan agama.10

Contoh demokrasi yang sudah ada di Indonesia diataranya, sebuah budaya “tradisi
berembug”. Hal ini adalah modal yang baik bagi pertumbuhan demokrasi karena mendorong warga
masyarakat untuk mau berbicara, mengutarakan pendapat, mengutarakan persetujuan, dan
mengutarakan ketidaksetujuan atau kejengkelan. Kerja sama sukarela lebih mudah terjadi di dalam
suatu komunitas yang telah mewarisi sejumlah modal sosial yang substansial dalam bentuk-bentuk
aturan, pertukaran, timbal balik dan jaringan kesepakatan antar warga. Saat ini misalnya, isu korupsi
merupakan isu yang paling aktual dan strategis, baik dalam konteks nasional maupun lokal. Gerakan
demokrasi dapat menfokuskan gerakannya untuk membantu meningkatkan kepercayaan masyarakat
dengan membantu mengusut tuntas kasus-kasus korupsi dan menuntut para pelakunya diadili.
Membangun kepercayaan rakyat berati juga melibatkan mereka secara aktif dalam setiap proses
politik dengan memenangkan tuntutan-tuntutan yang menjadi kebutuhan mereka.11

C. PENUTUP/KESIMPULAN

Dalam kaitan ini terdapat perbedaan dengan pandangan aliran hukum positif yang
menganggap hukum tidak lain hanya kumpulan peraturan, tujuan hukum tidak lain dari sekedar
menjamin terwujudnya kepastian hukum, karena aliran tersebut hanya melihat hukum dari segi apa
yag seharusnya (das sollen), dan bukan pada kenyataan (das sein). Dalam hukum Islam, telah menjadi
prinsip keharusan adanya law in books dan law in action, yakni Al-Qur’an dan hadits dijadikan

10 Abu Bakar Ebyhara, Pengantar Ilmu Politik, 323.


11
Abu Bakar Ebyhara, Pengantar Ilmu Politik, 367-369.
sebagai hukum fundamental, sedang penjabarannya dalam bentuk action telah diatur dalam fiqih,
yaitu ketentuan yang mengatur perilaku dan kenyataan hidup dalam masyarakat melalui metode
ijtihad. Prinsip Hukum Islam tersebut sesungguhnya secara tidak langsung telah dipahami oleh
banyak ahli hukum, seperti apa yang dikemukakan Soerjono, bahwa faktor hukum, penegak hukum,
sarana hukum, masyarakat dan kebudayaan adalah faktor-faktor yang mempengaruhi penegakan
hokum. Hukum Dalam Prespektif Islam Kata hukum Islam tidak ditemukan sarna sekali di dalam al-
Qur'an dan literatur hukum dalam Islam. Dalam penjelasan tentang hukum Islam dari literatur Barat
ditemukan definisi hukum Islam yaitu: keseluruhan kitab Allah yang mengatur kehidupan setiap
muslim dalam segala aspeknya. Bila hukum dihubungkan dengan Islam, maka hukum Islam berarti:
"Seperangkat peraturan berdasarkan wahyu Allah dan Sunnah Rasul tentang tingkah laku manusia
mukallaf yang diakui dan diyakini berIaku dan mengikat untuk semua umat yang beragama Islam".
Dari definisi yang dikemukakan di atas dapat dipahami bahwa hukum Islam mencakup Hukum Syari'
ah dan Hukum Fiqh, karena arti syarak dan fiqh terkandung di dalamnya. Hukum Islam sebagai
tatanan hukum yang dipedomani dan ditaati oleh mayoritas penduduk dan masyarakat Indonesia
adalah hukum yang telah hidup dalam masyarakat, dan merupakan sebagian dari ajaran dan keyakinan
Islam yang eksis dalam kehidupan hukum nasional, serta merupakan bahan dalam pembinaan dan
pengembangannya. Karenanya, hukum Islam juga mempunyai peluang untuk memberikan
sumbangan dalam rangka pembentukan dan pembaharuan hukum nasional, meski harus diakui
problema dan kendalanya yang belum pernah usai.

Para filosof dan sosiolog berpendapat bahwa manusia itu menurut tabiatnya adalah makhluk
sosial atau makhluk politik yang suka berkumpul dan bekerja sama yang memerlukan
pengorganisasian. Islam dan demokrasi saling melengkapi, dimana Islam mengisi preferensi nilai,
sedangkan demokrasi memberikan konsep atau bentuk sistem politik. Di dalam ajaran Islam
ditemukan banyak prinsip yang mengatur kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang
sejalan dengan prinsip-prinsip demokrasi Ada beberapa prinsip Islam yang selaras dengan demokrasi,
yaitu: Musyawarah, Keadilan, Prinsip persamaan, Prinsip Amanah, Prinsip pengakuan dan
perlindungan terhadap HAM. Aplikasi Demokrasi di Indonesia telah berkembang dengan
dinamikanya, terutama tantangan-tantangan yang dihadapi di waktu belakangan ini. tantangan utama
terdiri dari berbagai kelompok sosial dan keagamaan yang menganggap bahwa demokrasi adalah
produk Barat, yang sering mereka sebut “kufur”.
DAFTAR PUSTAKA

Ali Ahmad, Menguak Tabir Hukum (Suatu Kajian Filosofis dan Sosiologis), (Jakarta: Chandra Pratama, Cet.I,
1996), hlm.94.
AS. Homby, "Oxford Advanced Learner's Dictionary of Current English ", (Britain : Oxford University Press,
1986), hal. 478.
Ebyhara Abu Bakar, Pengantar Ilmu Politik, 323.
Ebyhara Abu Bakar, Pengantar Ilmu Politik, 367-369.
Hokum Islam dalam Sistem Hukum Nasional, Mardani, hal 183
Hukum Islam dalam Sistem Hukum Nasional, Mardani, hal 178
Ibid., dan lihat al-Mu’jam al-Mufahras li alfaz al-Qur’an al-Karim
Jurnal Hukum dan Pembangunan Tahun ke-38 No.2 April-Juni 2008
Parmudi Mochamad, Laporan Hasil Penelitian Individual Islam dan Demokrasi di Indonesia: (Dalam
Perspektif Pengembangan Pemikiran Politik Islam), Iain Walisongo Semarang 2014 37. Pad
Pulungan Suyuti, Prinsip-Prinsip Pemerintahan dalam Piagam Madinah: Ditinjau dari Pandanagan
Alquran, 144-145.
Syarifuddin Amir, "Pengertian dan Sumber Hukum Islam", dalam "Falsafah Hukum Islam", (Jakarta: Bumi
Aksara, 1992), hal. 14.

Anda mungkin juga menyukai