Anda di halaman 1dari 16

PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT

PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG NAPZA PADA REMAJA

DI SMKN 1 LINGSAR KABUPATEN LOMBOK BARAT

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK IV

1. ALVIN ANUGRAH PRATAMA


2. ELSA RAHMADI JANUASTUTI
3. HENY NURUL AHDAYANI
4. ITA HARDININGSIH
5. NIKEN APRIANI
6. TINA SARI
7. WIDIA ROSA
8. YULIA NINGSIH
9. NI KADEQ DWI APRILIANI PUSPITASARI
10. SELAMAT HARIYADI

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES) MATARAM

2021/2022
LEMBAR PENGESAHAN

PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT

PENYULUHAN KESEHATAN TENTANG NAPZA PADA REMAJA DI SMKN 1 LINGSAR


KABUPATEN LOMBOK BARAT

Telah dibaca dan disetujui pada:

Hari :

Tanggal :

Disusun oleh: Kelompok IV

1. ALVIN ANUGRAH PRATAMA


2. ELSA RAHMADI JANUASTUTI
3. HENY NURUL AHDAYANI
4. ITA HARDININGSIH
5. NIKEN APRIANI
6. TINA SARI
7. WIDIA ROSA
8. YULIA NINGSIH
9. NI KADEQ DWI APRILIANI PUSPITASARI
10. SELAMAT HARIYADI

Disahkan Oleh:

Pembimbing Akademik Pembimbing Lahan

( ) ( )
NIP. NIP.
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
atas berkat rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan proposal
ini dengan baik dan tepat pada waktunya. Adapun judul dari proposal
ini adalah : ” PROPOSAL PENGABDIAN MASYARAKAT PENYULUHAN KESEHATAN
TENTANG NAPZA PADA REMAJA DI SMKN 1 LINGSAR KABUPATEN LOMBOK BARAT”.

Adapun tujuan dari pembuatan proposal ini yaitu agar remaja


meningkatkan kesadarannya di Dusun SMKN 1 Lingar Kecamatan Lingsar
Lombok Barat dapat mengetahui konsep NAPZA dengan benar.

Saya menyadari bahwa proposal ini masih jauh dari


kesempurnaan, oleh sebab itu saya sangat mengharapkan adanya kritik
dan saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan SAP ini. Akhir
kata saya mengucapkan banyak terima kasih.

Mataram,..............2021
Mahasiswa Program Profesi Ners

( )
NPM.
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL................................................

LEMBAR PENGESAHAN............................................

KATA PENGANTAR...............................................

DAFTAR ISI:

RINGKASAN PROPOSAL...........................................

BAB I PENDAHULUAN............................................

A. ANALISA SITUASI......................................
B. PERMASALAHAN.........................................
C. SOLUSI YANG DITAWARKAN...............................

BAB II TINJAUAN TEORI........................................

A. PENGERTIAN NAPZA.....................................
B. JENIS-JENIS NAPZA....................................
C. PENYALAHGUNAAN NAPZA.................................
D. RESIKO PENYALAHGUNAAN NAPZA..........................
E. DAMPAK PENYALAHGUNAAN NAPZA..........................
F. PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NAPZA......................
G. TERAPI UNTUK NAPZA..............................

BAB III METODE PELAKSANAAN...................................

BAB IV BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN.............................

A. ANGGARAN BIAYA.......................................
B. JADWAL KEGIATAN......................................

BAB V DAFTAR PUSTAKA.........................................


RINGKASAN PROPOSAL

Fenomena penyalahgunaan zat mempunyai banyak implikasi untuk


penelitian otak, psikiatri klinis, dan masyarakat pada umumnya.
Dinyatakan dengan sederhana, beberapa zat dapat mempengaruhi
keadaan mental yang dirasakan dari dalam (sebagai contohnya,
mood) maupun aktivitas yang dapat diobservasi dari luar (yaitu,
perilaku). Sebetulnya NAPZA banyak dipakai untuk kepentingan
pengobatan, misalnya menenangkan pasien atau mengurangi rasa
sakit. Tetapi karena efeknya “enak” bagi pemakai, maka NAPZA
kemudian dipakai secara salah, yaitu bukan untuk pengobatan
tetapi untuk mendapat rasa nikmat.
Fenomena penyalahgunaan napza adalah fenomena ice berg
(gunung es) artinya jumlah penderita penyalahgunaan napza yang
tampak dipermukaan lebih kecil dibanding dengan yang tersembunyi
(kasus yang tak nampak). Telah banyak usaha yang dilakukan oleh
banyak orang dan para ahli bahkan dari banyak negara tetapi
korban penyalahgunaan napza masih saja terus terjadi. Maraknya
korban penyalahgunaan napza dibanyak tempat itu membuktikan bahwa
usaha yang dilakukan belum mampu mencegah penyalahgunaan napza
itu secara optimal. Banyak hal dan banyak faktor yang dapat
mempengaruhi terjadinya penyalahgunaan napza tersebut, oleh
karena itu penyalahgunaan napza selalu bersifat multifaktorial.
Tingginya angka insidensi dan prevalensi penyalahgunaan napza,
bukan hanya menjadi tanggung jawab para dokter/psikiater saja dan
bukan pula hanya menjadi fanggung jawab para penegak hukum
(polisi) tetapi harus menjadi tanggung jawab semua pihak.
Masyarakat tidak boleh terlalu permisif terhadap para pelaku
penyalahgunaan napza tetapi harus lebih peduli terutama dalam
usaha pencegahannya. Dari survey organisasi kesehatan dunia (WHO)
yang dilakukan pada 14 negara dapat diperlihatkan bahwa 24 %
pengunjung fasilitas pelayanan kesehatan umum menderita gangguan
jiwa dan 6 % penderita penyalahgunaan Napza. Tidak pernah problem
yang berkaitan dengan penyalahgunaan napza itu berdiri sendiri.
Hampir semua profesi disiplin ilmu terlibat dalam usaha
penanggulangan napza.
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan di Dusun
Pondok Buak Kecamatan Lingsar Lombok Barat yang dilakukan oleh
mahasiswa STIKES Mataram Program Profesi Ners Angkatan XVII pada
bulan November 2021 lalu didapatkan data remaja sebanyak 175
remaja. Kebiasaan yang sering di lakukan salah satunya adalah
merokok sebanyak 22 remaja (13%). Untuk penggunaan waktu luang,
data yang di dapatkan sebanyak 50 remaja (28,6%) remaja yang
begadang, rekreasi sebanyak 5 remaja (2,85%) dan lain-lainnya
(mengaji, menonton TV, bermain) sebanyak 120 remaja (68,5%). Dari
hasil pengkajian yang di dapatkan, ada solusi yang ditawarkan
agar remaja terhindar dari penyalahgunaan NAPZA yaitu melakukan
penyuluhan, dan remaja dapat memahami tentang bahaya NAPZA.
BAB I
PENDAHULUAN

A. ANALISA SITUASI
Penyalahgunaan NAPZA di Indonesia saat ini sangat
memprihatinkan, terlihat dengan makin banyaknya pengguna NAPZA
dari semua kalangan. Namun yang lebih memprihatinkan
penyalahgunaan NAPZA saat ini justru banyak dilakukan oleh
kalangan remaja (BNN, 2011). Padahal mereka adalah generasi
penerus bangsa di masa depan. Para pecandu NAPZA itu pada umumnya
berusia 11 sampai 24 tahun artinya usia tersebut tergolongkan
usia produktif atau usia pelajar. Hasil penelitian yang dilakukan
Dadang Hawari (Mahi 2008: 46) diperoleh data dan kesimpulan bahwa
pada umumnya kasus penyalahgunaan NAPZA dilakukan pada usia
remaja yakni sebanyak 97% karena pada masa remaja sedang
mengalami keadaan emosional yang labil dan mempunyai keinginan
besar untuk mencoba serta mudah terpengaruh oleh lingkungan dan
teman sebaya. Di kalangan para pelajar terutama bagi mereka yang
berada di bangku SMP maupun SMA biasanya diawali dengan
perkenalannya dengan rokok dan terlanjur kebiasaan karena
kebiasaan merokok ini, menjadi hal yang wajar di kalangan pelajar
saat ini kemudian berlanjut mengonsumsi NAPZA. Hal ini terjadi
biasanya karena penawaran, bujukan, atau tekanan seseorang atau
sekelompok orang kepadanya, misalnya oleh kawan sebayanya atau
bisa saja stress yang berkepanjangan, kurangnya perhatian orang
tua, keretakan rumah tangga/broken home dan sekaligus didorong
rasa ingin tahu, ingin mencoba, atau ingin memakai.
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan di Dusun
Pondok Buak Kecamatan Lingsar Lombok Barat yang dilakukan oleh
mahasiswa STIKES Mataram Program Profesi Ners Angkatan XVII pada
bulan November 2021 lalu didapatkan data remaja sebanyak 175
remaja. Kebiasaan yang sering di lakukan salah satunya adalah
merokok sebanyak 22 remaja (13%). Untuk penggunaan waktu luang,
data yang di dapatkan sebanyak 50 remaja (28,6%) remaja yang
begadang, rekreasi sebanyak 5 remaja (2,85%) dan lain-lainnya
(mengaji, menonton TV, bermain) sebanyak 120 remaja (68,5%). Dari
hasil pengkajian yang di dapatkan, ada solusi yang ditawarkan
agar remaja terhindar dari penyalahgunaan NAPZA yaitu melakukan
penyuluhan, dan remaja dapat memahami tentang bahaya NAPZA.

B. PERMASALAHAN
Berdasarkan hasil pengkajian yang didapatkan di Dusun
Pondok Buak Kecamatan Lingsar Lombok Barat yang dilakukan oleh
mahasiswa STIKES Mataram Program Profesi Ners Angkatan XVII pada
bulan November 2021 lalu didapatkan data remaja sebanyak 175
remaja. Kebiasaan yang sering di lakukan salah satunya adalah
merokok sebanyak 22 remaja (13%). Untuk penggunaan waktu luang,
data yang di dapatkan sebanyak 50 remaja (28,6%) remaja yang
begadang, rekreasi sebanyak 5 remaja (2,85%) dan lain-lainnya
(mengaji, menonton TV, bermain) sebanyak 120 remaja (68,5%). Dari
hasil pengkajian yang di dapatkan, ada solusi yang ditawarkan
agar remaja terhindar dari penyalahgunaan NAPZA yaitu melakukan
penyuluhan, dan remaja dapat memahami tentang bahaya NAPZA.

C. SOLUSI YANG DITAWARKAN


Berdasarkan permasalahan diatas maka solusi yang dapat
ditawarkan oleh mahasiswa STIKES Mataram Program Profesi Ners
Angkatan XVII pada kegiatan pengabdian masyarakat tersebut yaitu:
1. Melakukan penyuluhan kesehatan tentang NAPZA
2. Mengajak Remaja untuk selalu menerapkan gaya hidup sehat
3. Mengajak remaja untuk selalu ikutserta dalam kegiatan
masyarakat yang bermanfaat.
Target luaran yaitu setelah dilakukan kegiatan pengabdian
masyarakat diharapkan:
1. Peserta mampu memahami tentang pengertian NAPZA
2. Peserta mampu menerapkan gaya hidup sehat.
3. Meningkatnya pengetahuan peserta yang ikut serta dalam
kegiatan masyarakat.
4. Menigkatkan kesadaran remaja akan NAPZA.
BAB II
TINJAUAN TEORI

1. Pengertian NAPZA
NAPZA adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan
bahan adiktif lainnya, meliputi zat alami atau sintetis yang
bila dikonsumsi menimbulkan perubahan fungsi fisik dan psikis,
serta menimbulkan ketergantungan (BNN, 2004).
NAPZA adalah zat yang memengaruhi struktur atau fungsi
beberapa bagian tubuh orang yang mengonsumsinya. Manfaat maupun
risiko penggunaan NAPZA bergantung pada seberapa banyak,
seberapa sering, cara menggunakannya, dan bersamaan dengan obat
atau NAPZA lain yang dikonsumsi (Kemenkes RI, 2010).
2. Jenis-Jenis NAPZA
NAPZA dibagi dalam 3 jenis, yaitu narkotika, psikotropika,
dan bahan adiktif lainnya. Tiap jenis dibagi-bagi lagi ke dalam
beberapa kelompok.
a. Narkotika
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman
atau bukan tanaman, baik sintetis maupun bukan sintetis, yang
dapat menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran dan
hilangnya rasa. Zat ini dapat mengurangi sampai menghilangkan
rasa nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan. Narkotika
memiliki daya adiksi (ketagihan) yang sangat berat. Narkotika
juga memiliki daya toleran (penyesuaian) dan daya habitual
(kebiasaan) yang sangat tinggi. Ketiga sifat narkotika inilah
yang menyebabkan pemakai narkotika tidak dapat lepas dari
“cengkraman”-nya.
b. Psikotropika
Psikotropika adalah zat atau obat bukan narkotika, baik
alamiah maupun sintetis, yang memiliki khasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang
menyebabkan perubahan khas pada aktivitas normal dan
perilaku. Psikotropika adalah obat yang digunakan oleh dokter
untuk mengobati gangguan jiwa ( psyche).
c. Bahan Adiktif Lainnya
Golongan adiktif lainnya adalah zat-zat selain narkotika
dan psikotropika yang dapat menimbulkan ketergantungan.
Contohnya :
- Rokok
- Kelompok alkohol dan minuman lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan.
- Thinner dan zat-zat lain, seperti lem kayu, penghapus
cair, aseton, cat, bensin, yang bila dihisap, dihirup, dan
dicium, dapat memabukkan.
Jadi, alkohol, rokok, serta zat-zat lain yang memabukkan dan
menimbulkan ketagihan juga tergolong NAPZA (Partodiharjo,
2008).
3. Penyalahgunaan NAPZA
Penyalahgunaan NAPZA adalah penggunaan NAPZA yang bersifat
patologis, paling sedikit telah berlangsung satu bulan lamanya
sehingga menimbulkan gangguan dalam pekerjaan dan fungsi sosial.
Sebetulnya NAPZA banyak dipakai untuk kepentingan pengobatan,
misalnya menenangkan klien atau mengurangi rasa sakit. Tetapi
karena efeknya “enak” bagi pemakai, maka NAPZA kemudian dipakai
secara salah, yaitu bukan untuk pengobatan tetapi untuk
mendapatkan rasa nikmat. Penyalahgunaan NAPZA secara tetap ini
menyebabkan pengguna merasa ketergantungan pada obat tersebut
sehingga menyebabkan kerusakan fisik (Sumiati, 2009)
4. Faktor Risiko Penyalahgunaan NAPZA
Menurut Soetjiningsih (2004), faktor risiko yang menyebabkan
penyalahgunaan NAPZA antara lain faktor genetik, lingkungan
keluarga, pergaulan (teman sebaya), dan karakteristik individu.
a. Faktor Genetik
Risiko faktor genetik didukung oleh hasil penelitian bahwa
remaja dari orang tua kandung alkoholik mempunyai risiko 3-4
kali sebagai peminum alkohol dibandingkan remaja dari orang
tua angkat alkoholik. Penelitian lain membuktikan remaja
kembar monozigot mempunyai risiko alkoholik lebih besar
dibandingkan remaja kembar dizigot.
b. Lingkungan Keluarga
Pola asuh dalam keluarga sangat besar pengaruhnya terhadap
penyalahgunaan NAPZA. Pola asuh orang tua yang demokratis dan
terbuka mempunyai risiko penyalahgunaan NAPZA lebih rendah
dibandingkan dengan pola asuh orang tua dengan disiplin yang
ketat. Kebanyakan diantara penyalahguna NAPZA mempunyai
hubungan yang biasa-biasa saja dengan orang tuanya. Mereka
jarang menghabiskan waktu luang dan bercanda dengan orang
tuanya (Jehani, dkk, 2006).
c. Pergaulan (Teman Sebaya)
Di dalam mekanisme terjadinya penyalahgunaan NAPZA, teman
kelompok sebaya ( peer group) mempunyai pengaruh yang dapat
mendorong atau mencetuskan penyalahgunaan NAPZA pada diri
seseorang. Menurut Hawari (2006) perkenalan pertama dengan
NAPZA  justru datangnya dari teman kelompok. Pengaruh teman
kelompok ini dapat menciptakan keterikatan dan kebersamaan,
sehingga yang bersangkutan sukar melepaskan diri.
5. Dampak Penyalahgunaan NAPZA
a. Terhadap kesehatan mental dan emosi
Intoksikasi alkohol atau sedatif-hipnotik menimbulkan
perubahan pada kehidupan mental emosional yang bermanifestasi
pada gangguan perilaku tidak wajar. Pemakaian ganja yang berat
dan lama menimbulkan sindrom amotivasional. Putus obat
golongan amfetamin dapat menimbulkan depresi sampai bunuh
diri.
b. Terhadap kehidupan social
Gangguan mental emosional pada penyalahgunaan obat akan
mengganggu fungsinya sebagai anggota masyarakat, bekerja atau
sekolah. Pada umumnya prestasi akan menurun, lalu
dipecat/dikeluarkan yang berakibat makin kuatnya dorongan
untuk menyalahgunakan obat. Dalam posisi demikian hubungan
anggota keluarga dan kawan dekat pada umumnya terganggu.
Pemakaian yang lama akan menimbulkan toleransi, kebutuhan akan
zat bertambah. Akibat selanjutnya akan memungkinkan terjadinya
tindak kriminal, keretakan rumah tangga sampai perceraian.
Semua pelanggaran, baik norma sosial maupun hukumnya terjadi
karena kebutuhan akan zat yang mendesak dan pada keadaan
intoksikasi yang bersangkutan bersifat agresif dan impulsif
(Alatas, dkk, 2006).
6. Pencegahan Penyalahgunaan NAPZA
Pencegahan penyalahgunaan NAPZA, meliputi (BNN, 2004) :
a. Pencegahan primer
Pencegahan primer atau pencegahan dini yang ditujukan
kepada mereka, individu, keluarga, kelompok atau komunitas
yang memiliki risiko tinggi terhadap penyalahgunaan NAPZA,
untuk melakukan intervensi agar individu, kelompok, dan
masyarakat waspada serta memiliki ketahanan agar tidak
menggunakan NAPZA. Upaya pencegahan ini dilakukan sejak anak
berusia dini, agar faktor yang dapat menghabat proses tumbuh
kembang anak dapat diatasi dengan baik.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder ditujukan pada kelompok atau
komunitas yang sudah menyalahgunakan NAPZA. Dilakukan
pengobatan agar mereka tidak menggunakan NAPZA lagi.
c. Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan kepada mereka yang sudah
pernah menjadi penyalahguna NAPZA dan telah mengikuti program
terapi dan rehabilitasi untuk menjaga agar tidak kambuh lagi.
Sedangkan pencegahan terhadap penyalahguna NAPZA yang kambuh
kembali adalah dengan melakukan pendampingan yang dapat
membantunya untuk mengatasi masalah perilaku adiksinya,
detoksifikasi, maupun dengan melakukan rehabilitasi kembali
7. Terapi dan Rehabilitasi
a. Terapi
Terapi pengobatan bagi klien NAPZA misalnya dengan
detoksifikasi. Detoksifikasi adalah upaya untuk mengurangi
atau menghentikan gejala putus zat, dengan dua cara yaitu:
1) Detoksifikasi Tanpa Subsitus
Klien ketergantungan putau (heroin) yang berhenti
menggunakan zat yang mengalami gajala putus zat tidak diberi
obat untuk menghilangkan gejala putus zat tersebut. Klien
hanya dibiarkan saja sampai gejala putus zat tersebut
berhenti sendiri.
2) Detoksifikasi dengan Substitusi
Putau atau heroin dapat disubstitusi dengan memberikan
jenis opiat misalnya kodein, bufremorfin, dan metadon.
Substitusi bagi pengguna sedatif-hipnotik dan alkohol dapat
dari jenis anti ansietas, misalnya diazepam. Pemberian
substitusi adalah dengan cara penurunan dosis secara
bertahap sampai berhenti sama sekali. Selama pemberian
substitusi dapat juga diberikan obat yang menghilangkan
gejala simptomatik, misalnya obat penghilang rasa nyeri,
rasa mual, dan obat tidur atau sesuai dengan gejala yang
ditimbulkan akibat putus zat tersebut (Purba, 2008).
BAB III
METODE PELAKSANAAN

Rancangan kegiatan pengabdian masyarakat sesuai dengan tahapan


sebagai berikut:
No. Tahapan Materi/Kegiatan Metode Tempat
1. Persiapan:
a. Persiapan bahan, a. Mempersiapkan a. Studi a. Posko
administrasi, surat tugas, literatur
surat menyurat, surat ijin
materi, dll melakukan
kegiatan,
materi

b. Persiapan media b. Laptop/Spanduk b. Penelusuran b. Posko


barang
c. Persiapan c. Lembar leaflet c. Studi c. Posko
leaflet dan literatur
power point

d. Konsumsi d. Persiapan d. Kerja sama d. Posko


kegiatan snack

e. Persiapan e. Pembagian e. diskusi e. Posko


petugas tugas dan
tanggung jawab
2. Pelaksanaan:
a. Kegiatan Melakukan Diskusi, Posko
penyuluhan penyuluhan dan ceramah dan
1) Pembukaan pengelolaan tanya jawab
2) Pelaksanaan
sampah
3) Evaluasi
3. Evaluasi: Posko
a. Evaluasi hasil Diskusi Diskusi
BAB IV
BIAYA DAN JADWAL KEGIATAN

A. Anggaran Biaya
Dana yang digunakan dalam kegiatan pengabdian masyarakat ini
akan dibebankan pada rencana anggaran belanja mahasiswa STIKES
Mataram. Adapun biaya yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
Rincian Anggaran Kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat
Penyuluhan:
NO RENCANA PEMBAYARAN JUMLAH (RP) PERSENTASE
Bahan habis pakai dan peralatan
1. penunjang

Poster ,leafleat dan spanduk Rp. 150.000


SUBTOTAL Rp. 150.000
2. Pelaksanaan kegiatan
Pengadaan materi ( >15 lembar ) Rp. 20.000
Konsumsi fasilitator (5x 10.000) Rp. 50.000
Konsumsi peserta(22 x Rp 5.000) Rp. 110.000

SUBTOTAL Rp. 180.000

TOTAL Rp. 330.000

B. Jadwal Pelaksanaan
Kegiatan pelaksanaan pengabdian kepada masyarakat ini akan
dilaksanakan pada bulan Desember 2021 dengan rincian kegiatan
sebagai berikut:
Jadwal Pelaksanaan

No. Kegiatan Hari I Hari Hari Hari


II III IV

1. Persiapan
2. Pelaksanaan
3. Evaluasi
BAB V
DAFTAR PUSTAKA

Alatas, H., Madiyono, B., 2006. Penanggulangan Korban Narkoba


Meningkatkan Peran Keluarga dan Lingkungan, Jakarta : Balai
Penerbit FKUI.
BKKBN, 2002. Remaja Sebagai Target NAPZA. Diakses
http://ceria.bkkbn.go.id/referensi/substansi/detail/190
BNN, 2003. Permasalahan Narkoba di Indonesia dan Penanggulangannya.
http://bnn.go.id
Danial, A., 2005. Faktor Penyebab Terjadinya Kekambuhan Kembali
(Relaps) Pasca Pengobatan Medis Penyalahguna NAPZA di Pondok
Pesantren Suralaya Tasikmalaya, Tesis : Universitas Diponegoro
Depkes RI, 2011. Surveilans Terpadu-Biologis Perilaku Pada Kelompok
Berisiko Tinggi di Indonesia.
http://www.pppl.depkes.go.id/index.php?c=berita&m=fullview&id=3
97
Dewi D., Margaretha, 2008. Faktor-Faktor Penyebab Relapse dan
Perubahannya (Studi Kasus Pada Residen UPT T & R BNN Lido, Tesis
: Universitas Indonesia.
Hawari, D., 2006. Penyalahgunaan & Ketergantungan NAZA, Jakarta :
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Husin, N., 2008. Faktor Yang Mempengaruhi Mantan Pecandu Untuk
Kembali Menyalahgunakan Narkoba (Relaps), Tesis : Universitas
Indonesia.
Martono, L.H., 2008. Peran Orang Tua dalam Mencegah dan
Menanggulangi Penyalahgunaan Narkoba, Jakarta : Balai Pustaka

Anda mungkin juga menyukai