Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN DIAGNOSA HEPATITIS PADA NY.

DI RUANG MELATI 4 RSUD dr. SOEKARDJO KOTA TASIKMALAYA

Tugas ini di susun guna memenuhi salah satu tugas praktek kerja lapangan

Disusun oleh :

Asep Zamzam Rahayu

MB1218010

UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA TASIKMALAYA

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

2022
1. Pengertian Hepatitis

Hepatitis adalah kelainan hati berupa peradangan (sel) hati.


Peradangan ini ditandai dengan peningkatan kadar enzim hati.
Peningkatan ini disebabkan oleh adanya gangguan atau kerusakan
membran hati. Istilah Hepatitis dipakai untuk semua jenis peradangan
pada sel-sel hati, yang bisa disebabkan oleh infeksi (virus, bakteri,
parasit), obat-obatan (termasuk obat tradisional), konsumsi alkohol,
lemak yang berlebih dan penyakit autoimune. Pada umumnya penyakit
hepatitis ini dibagi menjadi 2 macam yakni hepatitis akut dan hepatitis
kronis. Hepatitis akut merupakan perangan hati yang terjadi selama 6
bulan saja, sedangkan hepatitis kronis merupakan peradangan hati
yang terjadi selama 6 bulan lebih. Penyakit Hepatitis merupakan
masalah kesehatan masyarakat di dunia termasuk di Indonesia, yang
terdiri dari Hepatitis A, B, C, D dan E. Hepatitis A dan E, sering
muncul sebagai kejadian Luar Biasa, ditularkan secara fecal oral dan
biasanya berhubungan dengan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat, bersifat
akut dan dapat sembuh dengan baik. Sedangkan Hepatitis B, C dan D
(jarang) ditularkan secara parenteral, dapat menjadi kronis dan
menimbulkan cirrhosis dan lalu kanker hati.
2. Etiologi

Hepatitis bisa disebabkan oleh beragam kondisi dan penyakit. Namun,


penyebab yang paling sering adalah infeksi virus. Berikut adalah beberapa jenis
hepatitis yang disebabkan oleh infeksi virus.

 Hepatitis A
Hepatitis A disebabkan oleh infeksi virus hepatitis A (HAV). Hepatitis A
ditularkan melalui makanan atau minuman yang terkontaminasi feses
penderita hepatitis A yang mengandung virus hepatitis A.
 Hepatitis B
Hepatitis B disebabkan oleh infeksi virus hepatitis B (HBV). Hepatitis B dapat 
ditularkan melalui kontak langsung dengan cairan tubuh penderita hepatitis B.
Cairan tubuh yang dapat menjadi sarana penularan hepatitis B adalah darah,
cairan vagina, dan air mani.
 Hepatitis C
Hepatitis C disebabkan oleh infeksi virus hepatitis C (HCV). Hepatitis C juga
ditularkan melalui cairan tubuh. Penularan bisa terjadi saat berhubungan seksual
tanpa kondom atau menggunakan jarum suntik bekas penderita hepatitis C. Jika
ibu hamil menderita hepatitis C, bayinya dapat tertular penyakit ini saat melewati
jalan lahir ketika persalinan.
 Hepatitis D
Hepatitis D disebabkan oleh infeksi virus hepatitis D (HDV). Hepatitis D
merupakan jenis hepatitis yang jarang terjadi, tetapi bisa bersifat serius. Virus
hepatitis D tidak bisa berkembang biak di dalam tubuh manusia tanpa adanya
hepatitis B. Hepatitis D ditularkan melalui darah dan cairan tubuh lainnya.
 Hepatitis E
Hepatitis E disebabkan oleh infeksi virus hepatitis E (HEV). Hepatitis E mudah
menular pada lingkungan yang memiliki sanitasi yang buruk. Salah satunya
melalui kontaminasinya pada sumber air.

Selain disebabkan oleh virus, hepatitis juga dapat disebabkan oleh beberapa
hal kondisi berikut:

 Konsumsi alcohol secara berlebihan


Konsumsi alkohol secara berlebihan bisa menyebabkan peradangan pada hati
(hepatitis) dan menimbulkan kerusakan permanen pada sel-sel hati, sehingga
fungsi hati akan terganggu. Jika dibiarkan, kondisi ini dapat berkembang menjadi
gagal hati dan sirosis.
 Obat-obatan tertentu
Penggunaan obat-obatan melebihi dosis dan paparan racun juga dapat
menyebabkan peradangan pada hati. Kondisi ini disebut toxic hepatitis.
 Penyakit autoimun
Pada hepatitis yang disebabkan oleh penyakit autoimun, sistem imun tubuh secara
keliru menyerang sel-sel hati sehingga menimbulkan peradangan dan kerusakan
sel.
3. Anatomi fisiologi

Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas
rongga perut di bawah diafragma. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 % dari berat
badan orang dewasa normal. Pada kondisi hidup berwarna merah
tua karena kaya akan persediaan darah. Hati terbagi menjadi lobus kiri
dan lobus kanan yang dipisahkan oleh ligamentum falciforme. Lobus
kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan mempunyai 3 bagian utama
yaitu : lobus kanan atas, lobus caudatus, dan lobus quadratus.

Hati disuplai oleh dua pembuluh darah yaitu :

a. Vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, yang
kaya akan nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin
yang larut dalam air, dan mineral.

b. Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan


oksigen. Cabang-cabang pembuluh darah vena porta hepatica dan
arteri hepatica mengalirkan darahnya ke sinusoid. Hematosit
menyerap nutrien, oksigen, dan zat racun dari darah sinusoid. Di
dalam hematosit zat racun akan dinetralkan sedangkan nutrien
akan ditimbun atau dibentuk zat baru, dimana zat tersebut akan
disekresikan ke peredaran darah tubuh.

Fungsi utama hati yaitu :

a. Untuk metabolisme protein, lemak, dan karbohidrat. Bergantung


kepada kebutuhan tubuh, ketiganya dapat saling dibentuk.
b. Untuk tempat penyimpanan berbagai zat seperti mineral (Cu, Fe) serta
vitamin yang larut dalam lemak (vitamin A,D,E, dan K),
glikogen dan berbagai racun yang tidak dapat dikeluarkan dari
tubuh (contohnya : pestisida DDT).
c. Untuk detoksifikasi dimana hati melakukan inaktivasi hormon
dan detoksifikasi toksin dan obat.
d. Untuk fagositosis mikroorganisme, eritrosit, dan leukosit yang
sudah tua atau rusak.
e. Untuk sekresi, dimana hati memproduksi empedu yang berperan
dalam emulsifikasi dan absorbsi lemak.
4. Patofisiologi
Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh infeksi
virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahanbahan kimia. Unit
fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena memiliki
suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada hepar, pola
normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah normal pada sel-
sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel hepar. Setelah lewat
masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari tubuh oleh respon
sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang sehat. Oleh karenanya,
sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh dengan fungsi hepar
normal (Baraderu, 2008).

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun jumlah


billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap normal,
tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu intrahepatik, maka
terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam hati, selain itu juga
terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin tidak sempurna
dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi (akibat kerusakan
sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum mengalami konjugasi
(bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah mengalami konjugasi (bilirubin
direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama disebabkan karena kesukaran
dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi bilirubin (Smeltzer dan Bare, 2002).

Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah dan terbawa
sampai ke hati. Di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan peradangan dan
terjadi kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat dilihat pada pemeriksaan SGOT dan
SGPT). Akibat kerusakan ini maka terjadi penurunan penyerapan dan konjugasi
bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan mengakibatkan ikterik.
Peradangan ini akan mengakibatkan peningkatan suhu tubuh sehinga timbul
gejala tidak nafsu makan (anoreksia). Salah satu fungsi hati adalah sebagai
penetralisir toksin, jika toksin yang masuk berlebihan atau tubuh mempunyai
respon hipersensitivitas, maka hal ini merusak hati sendiri dengan berkurangnya
fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai penetral racun (Syaifuddin, 2006).

Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara cepat dapat


menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan juga
merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan
alkohol yang banyak dalam waktu yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada
alkoholik. Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas sehingga
terjadi pembesaran hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba atau palpasi
hati. Nyeri tekan dapat terjadi pada saat gejala ikterik mulai nampak
(Syaifuddin, 2006).

Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak
nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan adanya
rasa mual dan nyeri di ulu hati.

Pucat (abolis). Karena bilirubin konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat
dieksresi ke dalam kemih, sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih
berwarna gelap. Peningkatan kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai
peningkatan garam-garam empedu dalam darah yang akan menimbulkan gatal-
gatal pada ikterus (Smeltzer dan Bare, 2002).
5. Manifestasi klinis
Manifestasi klinis hepatitis menurut FKUI (2006) terdiri dari 3 tahapan meliputi:
1. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi
virus berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun
(pertama kali timbul), nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu
hati) dirasakan sakit. Seluruh badan pegal-pegal terutama di
pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore hari, suhu
badan meningkat sekitar 39oC berlangsung selama 2-5 hari,
pusing, nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada
hepatitis virus B.
2. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti the pekat, tinja berwarna pucat,
penurunan suhu badan disertai dengan bradikardi. Ikterus pada
kulit dan sklera yang terus meningkat pada minggu I, kemudian
menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari
Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu
dan lekas capai dirasakan selama 1-2 minggu.
3. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa
sakit di ulu hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-
15 hari setelah timbulnya masa ikterik. Warna urine tampak
normal, penderita mulai merasa segar kembali, namun lemas dan
lekas capai.
f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Syaifuddin (2002) adalah:
1. Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat.
Istirahat mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan
tetapi banyak pasien akan merasakan lebih baik dengan pembatas
aktifitas fisik, kecuali diberikan pada mereka dengan umur orang
tua dan keadaan umum yang buruk.

2. Obat-obatan
-Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat
penurunan bilirubin darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan
nyawa dimana ada reaksi imun yang berlebihan.
Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati.
Contoh obat : Asam glukoronat/ asam asetat,
Becompion, kortikosteroid.
Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan.
Obat-obatan yang memetabolisme hati hendaknya dihindari.
Karena terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka
penekanan lebih dialirkan pada pencegahan hepatitis, termasuk
penyediaan makanan dan air bersih dan aman. Higien umum,
pembuangan kemih dan feses dari pasien yang terinfeksi secara
aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai
akan menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah perlu
disaring terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima
menjadi panel donor.

Anda mungkin juga menyukai