Anda di halaman 1dari 5

BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Al-Qur’an sebagai korpus resmi pemahaman muslim secara universal mengandung
pembahasan menyeluruh mengenai segala aspek kehidupan, termasuk diantaranya
persoalan kepribadian manusia. Al-Qur’an sering menyentuh aspek psikologis manusia
dengan terminologi nafs (jiwa). Ini membuktikan bahwa alQur’an sudah berperan aktif
dalam proyeksi kepribadian manusia, di samping peran al-Qur’an sebagai penawar
penyakit kejiwaan (syifa). Sehingga al-Qur’an sudah memberikan landasan normatif bagi
ummat Islam untuk mengatasi permasalahan kepribadian, jauh sebelum ilmu psikologi
secara resmi lahir pada tahun 1879. Untuk melihat manusia dengan semua segi minimal
melalui tiga pelacakan, yaitu psikologis, etika, dan theodocy (teologi). Dalam ilmu
psikologi manusia dilihat melalui teori yang disusun berdasar tiga hal pokok, yaitu
spekulasi pemikiran, rumusan data-data empiris dan eksperimental.1 Ketiga hal metode
psikologis umum ini apabila digunakan untuk melihat manusia secara keseluruhan akan
mengalami kegagalan karena manusia mempunyai satu dimensi yang tidak dapat di
deteksi kecuali dengan hakikat penciptaan manusia, yaitu melalui khabar wahyu.
Sementara para psikolog memandang kepribadian sebagai struktur dan proses psikologis
yang tetap, yang menyusun pengalaman-pengalaman individu serta membentuk berbagai
tindakan dan respons individu terhadap lingkungan tempat hidup. Dalam masa
pertumbuhannya, kepribadian bersifat dinamis, berubah-ubah dikarenakan pengaruh
lingkungan, pengalaman hidup, ataupun pendidikan. Kepribadian tidak terjadi secara
serta merta, tetapi terbentuk melalui proses kehidupan yang panjang. Dengan demikian,
apakah kepribadian seseorang itu baik atau buruk, kuat atau lemah, beradab atau biadab
sepenuhnya ditentukan oleh faktor-faktor yang mempengaruhi dalam perjalanan
kehidupan seseorang tersebut. Secara filosofis, ada beberapa cara pendekatan
untukmenyelidiki manusia dari aspek psikologis dan kepribadian, yaitu metode intuitif,
metode kontemplatif dan metode filosofis religius.2 Dari ketiga metode ini, penulis
menggunakan metode terakhir, yaitu metode filosofis religius untuk mengungkap
dimensi-dimensi psikologis dan kepribadian manusia menurut alQur`an. Dari pemaparan

1
Sukamto, Nafsiologi: Refleksi Analitis Tentang Diri dan Tingkah Laku Manusia (Surabaya: Risalah Gusti, 1996), h. 69.
2
Sukamto, Nafsiologi: Refleksi Analitis Tentang Diri, h. 39-40.
nanti diharapkan dari bahasan ini muncul suatu deskripsi tentang “manusia qur`ani,
manusia yang secara psikis (jiwa) dan fisik (pribadi) benar-benar merupakan cerminan al-
Qur`an, sehingga kita sebagai manusia bisa memposisikan diri dalam segala aspek
kehidupan
B. Rumusan masalah
C. Tujuan

BAB II
PEMBAHASAN
A. Istilah manusia dalam Al Qur`an
Dalam al-Qur`an digambarkan bahwa manusia diciptakan setelah Allah swt. menciptakan
malaikat dan iblis. Penjelasan ini disampaikan dalam suatu dialog antara Allah dan
malaikat dalam surat as-Shad, yang arti nya:
(Ingatlah) ketika Tuhan-Mu berfirman kepada malaikat: ”Sesungguhnya Aku akan
menciptakan basyar dari tanah”, Maka apabila telah Aku sempurnakan kejadiannya dan
telah Aku tiupkan kepadanya ruh (ciptaan) Ku, maka hendaklah kamu bersujud
kepadanya. (QS. al-Shad, 38: 71-72)
Lafadz ”Basyar” pada ayat itu merupakan salah satu lafadz untuk menyebut manusia
yang dicptakan dari tanah yang kemudian oleh Allah swt dinamai Adam.
jelas menunjukkan bahwa manusia pada awalnya adalah berupa benda mati, seperti tanah
pada umumnya, tetapi kemudian dilengkapi dengan ruh yang membuat manusia itu bisa
melakukan sesuatu, seperti mengenal sesuatu disekitarnya. Ada berbagai istilah al-Qur`an
untuk menyebut manusia dalam arti yang berbeda-beda, tetapi pada satu kesamaan tujuan
untuk menunjuk manusia sebagai makhluk yang tersendiri disamping makhluk Allah swt.
yang lain, seperti malaikat, iblis, jin, hewan, tumbuh-tumbuhan. Sedikitnya ada tiga
kelompok istilah yang digunakan al-Qur`an dalam menjelaskan manusia secara totalitas,
baik fisik maupun psikis. Pertama, kelompok kata basyar, kedua, kelompok kata al-ins,
al-insan, al-nas, alunas, dan ketiga kata bani `adam. 3

3
Baharudin, Paradigma Psikologis Islami: Studi Tentang Elemen Psikologi dari Al-Qur`an (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2007), h. 63-113.
Pertama, Al-Basyar secara bahasa berarti fisik manusia. Makna ini diabstraksikan dari
berbagai uraian tentang makna al-basyar tersebut. Di antaranya adalah uraian dari Abu
alHusain Ahmad ibn Faris ibn Zakariya dalam Mu`jam al-Muqayis fi al Lughah, yang
menjelaskan bahwa semua kata yang hurufhuruf asalnya terdiri dari huruf ba`, syim, dan
ra`, berarti sesuatu yang nampak jelas dan biasanya cantik dan indah. Sejalan dengan itu,
al-Rahib al-Ashfahaniy. Qurays Shihab, memandang al-basyar karena manusia nampak
jelas kulitnya berbeda dengan hewan yang tertutup bulu. Dalam al-Qur`an kata al-basyar
untuk menjelaskan manusia diulang sebanyak 36 kali dalam bentuk tunggal dan hanya
sekali dalam bentuk jamak.
Kedua, Al-Insan yang kelompok kedua meliputi kata-kata sejenisnya, yaitu al-ins, al-
nas, dan uns. Menurut Ibn Mundzir, kata al-insan mempunyai tiga asal kata. Pertama,
berasal dari annasa yanga berarti absara yaityu melihat , `alima yang berarti mengetahui,
dan i`tizab yang berarti minta izin. Kedua, dari kata nasiya yang berarti lupa. Ketiga,
berasal dari kata al-nus yang berarti jinak, lawan dari kata al-wakhsyah yang berarti buas.
Ibn Zakariya mencari makna yang umum dari berbagai makna yang spesifik, yaitu dari
huruf alif, nun, sin yang mempunyai makna , jinak, harmonis, dan tampak dengan jelas.
Sebenarnya dari kedua hal ini memiliki inti yang sama, yaitu bahwa manusia yang
diistilahkan dengan insan itu tampak pada ciriciri khasnya, yaitu jinak, tampak jelas
kulitnya, juga potensial untuk memelihara dan melanggar aturan. Kata anasa berarti
melihat, mengetahui dan meminta izin, maka ia potensial dan actual untuk mampu
berpikir dan bernalar. Sedangkan kata nasiya yang berarti lupa, bahkan hilang ingatan
menunjukkan bahwa manusia punya potensi lupa. Rumpun kata al-insan dalam al-Qur`an
tersebut, yaitu al-ins diulang sebanyak 17 kali (ayat) dalam 9 surat, al-unas diulang
sebanyak 5 kali dalam 4 surat, al-insan diulang sebanyak 65 kali, masing-masing dalam
63 ayat dan 43 surat. Ketiga, Bani Adam adalah kelompok terakhir untuk mengungkap
manusia. Secara bahasa bani merupakan bentuk jamak dari kata ibnun yang berarti anak.
Istilah bani `adam dalam al-Qur`an disebutkan sebanyak 7 kali, masing-masing dalam 7
ayat dan 7 surat.
B. Potensi manusia dalam Al Qur`an
Potensi Manusia menurut Al Qur’an yaitu:
1. QS. Al-A’raf, 7:179
Artinya: “Dan Sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan
dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk
memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak
dipergunakannya untuk melihat (tandatanda kekuasaan Allah), dan mereka
mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat
Allah). mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. mereka
Itulah orang-orang yang lalai” Penjelasan: Ayat tersebut di atas menjelaskan tentang
bahaya bagi orang-orang yang tidak yang mempergunakan potensi yang dimilikinya
(pendengaran, penglihatan dan hati/pikiran) baik di dunia maupu di akhirat.
2. QS. An-Nahl, 16:78
Artinya: “Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam Keadaan tidak
mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati,
agar kamu bersyukur” Penjelasan: Ayat tersebut di atas menjelaskan tentang perintah
untuk mensyukuri potensi yang diberikan (pendengaran, penglihatan, dan
hati/pikiran).
3. QS. Al Israa, 17:36
Artinya: “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai
pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya
itu akan diminta pertanggungan jawabnya” Penjelasan: Ayat tersebut di atas
menjelaskan tentang pertanggungjawaban manusia atas potensi yang dimilikinya
(pendengaran, penglihatan, dan hati/pikiran).
4. QS. Al-Mu’minuun, 23:78
Artinya: Dan Dialah yang telah menciptakan bagi kamu sekalian, pendengaran,
penglihatan dan hati. Amat sedikitlah kamu bersyukur” Penjelasan: Ayat tersebut di
atas menjelaskan tentang perintah untuk mensyukuri potensi yang diberikan
(pendengaran, penglihatan, dan hati/pikiran).
5. QS. As Sajdah, 32:9
Artinya: “Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalamnya roh
(ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu pendengaran, penglihatan dan hati;
(tetapi) kamu sedikit sekali bersyukur. Penjelasan: Ayat tersebut di atas menjelaskan
tentang perintah untuk mensyukuri potensi yang diberikan (pendengaran, penglihatan,
dan hati/pikiran).
6. QS. Al Mulk, 67:23
Artinya: “Katakanlah: "Dia-lah yang menciptakan kamu dan menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati". (tetapi) Amat sedikit kamu bersyukur”
Penjelasan: Ayat tersebut di atas menjelaskan tentang perintah untuk mensyukuri
potensi yang diberikan (pendengaran, penglihatan, dan hati/pikiran).
C. Ciri-ciri manusia dalam Al Qur`an

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
B. Saran
DAFTAR PUTAKA

Anda mungkin juga menyukai