Anda di halaman 1dari 9

Morfologi tumbuhan

Morfologi tumbuhan merupakan ilmu yang mempelajari bentuk fisik


dan struktur tubuh dari tumbuhan, morfologi berasal dari bahasa Latin
morphus yang berarti wujud atau bentuk, dan logos yang berarti
ilmu.[1][2] Morfologi tumbuhan berbeda dengan anatomi tumbuhan
yang secara khusus mempelajari struktur internal tumbuhan pada
tingkat mikroskopis.[3] Morfologi tumbuhan berguna untuk
mengidentifikasi tumbuhan secara visual, dengan begitu keragaman
tumbuhan yang sangat besar dapat dikenali dan diklasifikasikan serta
diberi nama yang tepat untuk setiap kelompok yang terbentuk, ilmu
yang mempelajari klasifikasi serta pemberian nama tumbuhan adalah
taksonomi tumbuhan.[2][4]
Irisan melintang bunga sakura
Morfologi tumbuhan tidak hanya menguraikan bentuk dan susunan
Jepang (Prunus serrulata).
tubuh tumbuhan saja, tetapi juga untuk menentukan fungsi dari
Bentuk bunga menjadi penciri
masing-masing bagian dalam kehidupan tumbuhan, dan selanjutnya
penting dalam taksonomi
juga berusaha mengetahui dari mana asal dan susunan tubuh yang
tumbuhan.
terbentuk.[4] Informasi morfologi dibutuhkan dalam pemahaman siklus
hidup, penyebaran geografis, ekologi, evolusi, konservasi, serta
pendefinisian spesies.[5]

Daftar isi
Sejarah dan perkembangan
Urpflanze
Biologi molekular
Ruang lingkup
Deskripsi
Klasifikasi
Morfogenesis
Tata nama
Bagian-bagian tumbuhan
Alat hara
Morfologi daun
Morfologi batang dan akar
Alat perkembangbiakan
Lihat juga
Referensi

Sejarah dan perkembangan


Morfologi tumbuhan diperkenalkan pertama kali oleh ilmuwan
berkebangsaan Jerman yaitu Johann Wolfgang von Goethe pada tahun
1790.[7] Sejarah perkembangan morfologi tumbuhan berpusat di
Jerman, selain Goethe tokoh lain yang paling berpengaruh antara lain
yaitu: Wilhelm Hofmeister, Karl von Goebel, Walter Zimmermann,
dan Wilhelm Troll.[7] Metode yang digunakan oleh Goethe adalah
morfologi komparatif atau tipologi yang berpandangan bahwa
meskipun organ pada tumbuhan berbunga menunjukkan keragaman,
terdapat sebuah bentuk rancangan dasar yang disebut Bauplan yang
mendasari keragaman bentuk tubuh tumbuhan tersebut.[6] Studi
morfologi di Jerman melibatkan perbedaan pandangan dan perdebatan
oleh masing-masing ilmuwan. Goethe yang hanya bisa menerima
konsep jenis tumbuhan sedangkan Zimmermann yang hanya
Johann Wolfgang von Goethe,
menerima kelompok secara alami terbentuk melalui evolusi serta
seorang ilmuwan yang
berasal dari nenek moyang yang sama.[8] Pada saat yang sama, Agnes
berpengaruh dalam ilmu morfologi
Arber pada tahun 1950 mempublikasikan kelompok alami tumbuhan,
tumbuhan. Salah satu konsep
yang berangkat dari pandangan bahwa perkembangan tumbuhan akan
yang dipublikasikannya adalah
terjadi terus-menerus.[8] Sejak pertama kali diperkenalkan oleh Goethe Urpflanze.[6]
sampai melalui sejarah perdebatan antar ilmuwan, konsep morfologi
tumbuhan telah berkembang dan diterima secara umum bahwa
tumbuhan merupakan organisme yang berkembang melibatkan aspek dasar botani yaitu: morfologi,
dimensi, fungsi, dan anatomi; Fungsinya pun berkembang selaras dengan evolusi organisme moyangnya.[9]

Urpflanze

Urpflanze merupakan konsep tumbuhan moyang yang menggambarkan


asal-muasal keberagaman bentuk tumbuhan.[10] Konsep urpflanze
diperkenalkan oleh Goethe melalui publikasinya berjudul Metamorfosis
tumbuhan (bahasa Inggris:The Metamorphosis of Plants) pada tahun
1978, ide Goethe mengenai konsep urpflanze berawal dari sebuah
pertanyaan “bagaimana saya dapat mengetahui kalau suatu bentuk
merupakan sebuah tumbuhan kalau itu semua tidak tercipta dan berasal
dari suatu ‘bentuk dasar’ yang sama?”.[10] Pada tahun 1786 sampai 1788
Goethe melakukan perjalanan ke Italia, pada saat itu pengetahuan tentang
tumbuhan dan botani belum begitu menjadi perhatian, bahkan
diabaikan.[11] Perjalanannya ke Italia dilakukan secara bertahap, sembari
mengembangkan dan memodifikasi konsep urpflanze yang tercatat pada
buku catatannya.[11] Bersamaan dengan perjalanannya ke Italia Goethe
mengembangkan dan memodifikasi konsep urpflanze secara bertahap.[11]
Dalam buku catatan perjalanannya, Goethe sendiri berpendapat bahwa
Gambaran konsep Urpflanze
(tumbuhan moyang) dari J.W.
tanaman moyang dalam konsep urpflanze akan menjadi mahluk paling
von Goethe. Cetak cukil kayu
aneh di dunia, namun dengan model tumbuhan moyang ini akan mungkin
karya P.J.F. Turpin.
untuk terus-menerus tercipta berbagai jenis tumbuhan yang eksistensinya
dapat diterima secara logis; artinya, jika tumbuhan moyang itu tidak benar
benar ada, keberadaanya tetap logis, karena mereka bukan sekadar
imajinasi yang sia-sia, namun merupakan sebuah proses pencarian kebenaran dan kebutuhan batin.[6][11]
Beberapa teori botani modern mulai menyetujui konsep pemikiran awal Goethe seperti pada penemuan
dalam studi genetika pada tumbuhan berbunga yang menunjukkan, bahwa tampaknya terdapat suatu gen
tunggal yang memicu munculnya bunga.[11] Penemuan ini dianggap telah mengkonfirmasi teori yang
diajukan Goethe, bahwa organ-organ yang berbeda dalam bunga, seperti kelopak dan benang sari, dan
semua variasi yang terbentuk berada pada satu tema "Bauplan".[11]

Biologi molekular

Seiring dengan berkembangnya biologi molekular, data morfologi juga ikut disertakan untuk mempelajari
hubungan antara kelompok moyang tumbuhan sebagai asal usulnya dalam studi filogeni.[5] Salah satu
bentuk penggunaan data morfologi dalam studi filogeni adalah dengan mengkombinasikannya dengan data
struktur molekul atau sekuens.[12] Studi morfologi tumbuhan, genetika, dan biogeografi dapat menjadi cara
untuk menelusuri populasi tumbuhan moyang dan juga bagi populasi yang sering terseleksi.[5] Penelusuran
populasi tersebut berfungsi untuk melestarikan karakteristik morfologi tumbuhan.[5]

Ruang lingkup

Contoh tumbuhan paku (atas), dan tumbuhan berbiji (bawah), keduanya merupakan golongan tumbuhan yang
menjadi bahasan morfologi tumbuhan karena bagian-bagiannya terdiferensiasi secara nyata (dapat
dibedakan).[4]

Definisi dari morfologi tumbuhan adalah “studi tentang perkembangan bentuk, dan struktur tumbuhan,
yang berimplikasi upaya untuk menginterpretasi berdasarkan kesamaan asal dan tujuan”.[13] Fokus dari
morfologi tumbuhan adalah bentuk dan susunan luar tubuh tumbuhan pada tumbuhan yang telah
terdiferensiasi yang termasuk dalam kelompok kormus (Cormophyta).[4] Sedangkan golongan lain:
Cyanobacteria, Thallophyta, dan Bryophyta yang masuk kedalam bahasan anatomi tumbuhan karena
tubuhnya belum terdiferansiasikan.[4] Sehingga hanya dua golongan tumbuhan yang menjadi bahasan
morfologi tumbuhan yaitu: Pteridophyta (tumbuhan paku), dan Spermatophyta (tumbuhan biji).[4] Studi
tentang morfologi tumbuhan harus melihat dari tiga aspek utama yang merepresentasikan arti dan fakta dari
studi morfologi, yaitu: deskripsi secara lisan dari suatu bentuk, klasifikasi bentuk, genesis bentuk atau
morfogenesis.[14]
Sistematika tumbuhan dan morfologi tumbuhan saling bersinggungan, meskipun begitu
keduanya
merupakan disiplin ilmu yang berbeda dengan fokus dan tujuan yang berbeda pula.[7] Sistematika lebih
menekankan homologi atau kesamaan dari dua spesies dengan asal nenek moyang yang sama, sedangkan
morfologi menekankan pada analogi atau konvergensi.[7] Praktik dua disiplin ilmu ini bekerja secara
berlawanan, sistematika menggunakan karakteristik morfologi untuk mengelompokan keragaman kedalam
subunit taksonomi-nya, sedangkan morfologi tumbuhan menggunakan keragaman tersebut untuk
menyimpulkan dasar-dasar bentuk tanpa memperhatikan hubungan sistematikanya.[7]

Deskripsi

Keragaman bentuk tumbuhan sangat beragam bahkan tak terbatas, sehingga tidak akan pernah mungkin
untuk membeberikan istilah untuk semua bentuk yang ada.[14] Beberapa kategori yang sering muncul
dikelompokkan dan diberi nama, contohnya Angiospermae: jumlah bentuk daunnya tidak terhitung dan
bahkan dalam satu tumbuhan setiap daun dapat berbeda secara ukuran dan bentuk, meskipun sesuai dengan
bentuk umum seperti lonjong, linear, lanset, dan lainnya.[14] Misalnya bentuk lonjong menunjukkan bentuk
yang lebih panjang dibandingkan dengan luasnya, tidak ada batasan yang jelas antar dimensi sehingga hal
ini yang mengakibatkan jumlah variasi bentuk yang tidak terbatas.[14] Deskripsi teknis dari bentuk botani
merupakan petunjuk yang paling mungkin digunakan ketika ditemukan bentuk yang tidak seorang pun
pernah melihat secara langsung bentuk tersebut, sehingga ilustrasi visualnya dapat tergambarkankan.[14]

Klasifikasi

Seluruh bidang klasifikasi botani didasarkan pada variasi dalam bentuk keseluruhan organ dan bagian yang
berbeda dalam tubuh tumbuhan.[14] Bentuk dari suatu tumbuhan merupakan gabungan dari setiap bagian
yang menjadi kesatuan, namun bukan untuk menyatakan bagian-bagian yang sangat rinci.[14] Seluruh
bentuk individu dan semua individu yang memiliki tingkat kemiripan tertentu, sebagian besar ditentukan
secara subjektif dan dilambangkan dengan tata nama binomial yang memang merupakan istilah untuk
bentuk yang paling kompleks.[14] Istilah yang digunakan untuk takson yang lebih tinggi akan lebih
komprehensif sehingga kurang konkret secara bentuk visual.[14]

Morfogenesis

Morfogenesis merupakan aspek studi yang mempelajari bagaimana suatu organ atau bagian dapat
terbentuk.[14] Kajian aspek morfogeneis dalam ilmu morfologi tumbuhan melibatkan studi pemahaman
inisiasi dan perubahan dari sebuah organ dan bagian (termasuk yang sedang mengalami pertumbuhan),
serta mekanisme yang mengakibatkan perubahan bahkan yang terjadi secara spesifik.[14] Proses inisiasi dan
konstruksi dari berbagai bentuk terjadi sampai dengan tingkat sel.[14]

Tata nama
Artikel utama: Tata nama biologi

Setiap daerah memiliki nama lokal untuk masing-masing tumbuhan atau bentuk organ yang dikenal oleh
orang awam, sehingga suatu tumbuhan atau organ tumbuhan dapat memiliki berbagai macam nama.[2]
Komunikasi antar ilmuwan botani harus menggunakan istilah yang dapat dimengerti oleh semua orang dan
bersifat universal, istilah dan nama ilmiah yang menyangkut takson-takson tumbuhan diatur dalam Kode
Internasional Tatanama Tumbuhan (bahasa Inggris: International Code of Botanical Nomenclature) yang
k k k t hli hli il t b h l h d i dit t k d k
merupakan kesepakatan ahli-ahli ilmu tumbuhan seluruh dunia yang ditetapkan pada kongres
internasional.[2] Kode Internasional Tatanama Tumbuhan berisi tentang ketentuan yang berkaitan dengan
morfologi dan terminologi. Penggunaan nama ilmiah merupakan kesepakatan ilmuwan seluruh dunia,
pemilihan nama ilmiah bertujuan untuk menghindari timbulnya makna yang berbeda serta dapat dimengerti
oleh semua orang di manapun berada, untuk itu dalam ilmu morfologi tumbuhan pada penulisan nama lokal
tetap menyertakan padanan nama ilmiahnya.[2] Pemberian nama pada suatu takson atau spesies baru yang
belum pernah dikenal sebelumnya harus melalui publikasi yang sahih berupa barang cetakan yang
didistribusikan kepada umum, dalam pemberian nama takson harus mengikuti pemberian nama yang sesuai
dengan ketentuan serta menyertakan deskripsi lengkap atau diagnosis yang ditulis dalam bahasa Latin.[2]

Fungsi dari morfologi tumbuhan adalah untuk menggambarkan bagaimana wujud atau bentuk tumbuhan
dengan deskripsi.[2] Deskripsi dari bentuk tumbuhan sangat penting karena jika hanya sekadar nama tidak
akan menggambarkan dengan jelas bagaimana wujud tumbuhan tersebut.[2] Pendeskripsian mengenai
wujud dan suatu bentuk tubuh tumbuhan menggunakan istilah atau terminologi berupa kata-kata tertentu
untuk mengungkapkan makna yang tertentu pula.[2]

Bagian-bagian tumbuhan
Bagian tumbuhan yang secara nyata dapat
menunjukkan perbedaan (diferensiasi) dinamakan
kormus yang merupakan bagian pokok tumbuhan,
terdiri dari tiga bagian yaitu:[15]

1. Akar (radix).[15]
2. Batang (caulis).[15]
3. Daun (folium).[15]

Organ-organ lain dapat digolongkan sebagai organ


sekunder karena terbentuk dari modifikasi bagian
pokok atau kombinasi bagian-bagian pokok
yaitu:[15]

Kuncup (gemma), modifikasi dari batang


dan daun.[15]
Bunga (flos), modifikasi dari batang dan
daun.[15]
Duri (spina), modifikasi dari dahan
maupun daun.[15]
Alat-alat pembelit (cirrhus), dapat berupa
modifikasi daun maupun dahan.[15]
Umbi (tuber), modifikasi dari batang.[15] Diagram bagian-bagian tumbuhan
Rimpang (rhizome), modifikasi dari
batang beserta daun-daunnya.[15]
Umbi lapis (bulbus), modifikasi dari batang dan daun.[15]

Selain itu pada organ tumbuhan tertentu dapat ditemukan alat-alat lain yang biasanya lebih kecil atau lebih
halus yang dinamakan alat tambahan atau alat pelengkap (organa accessoria), misalnya:[15]

Rambut atau bulu (pilus).[15]


Sisik (lepis) [15]
Sisik (lepis).
Lentisel (lenticulus).[15]
Alat hara

Masing-masing organ tumbuhan memiliki fungsi untuk menunjang kehidupan tumbuhan, organ yang
berkaitan dengan pencarian serta penyerapan makanan bagi tumbuhan disebut alat hara (organum
nutritivum) yang terdiri dari daun, batang, dan akar.[15]

Morfologi daun
Artikel utama: Morfologi daun

Daun merupakan alat hara yang hanya terletak pada batang dan
tidak pernah terdapat pada bagian lain, bagian batang tempat duduk
atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang,
sedangkan tempat di atas daun yang berupa sudut antara batang
dan daun dinamakan ketiak daun (axilla).[16] Pada sebagian besar
Angiospermae bagian-bagian daun dapat dibedakan antara lain;
dasar daun, tangkai daun, dan helai daun.[17] Daun dibagi terbagi
menjadi daun tunggal dan daun majemuk, pada daun majemuk
terdapat sejumlah anak daun yang melekat pada tangkai daun atau
perpanjangannya pada sumbu (rachis) yang sama.[17] Anak daun Bentuk daun ;a. pedang/belati, b.
yang muncul pada sisi lateral dari sumbu disebut daun majemuk jarum, c. linear, d. lanset, e. lanset
bersirip, sedangkan jika semua anak daun muncul pada ujung oval, f. bulat telur, g. telur pipih, h.
sumbu yang amat pendek sehingga dapat dikatakan melekat pada oval meruncing, i. sudip, j. bulat
ujung tangkai daun bersama maka daun seperti itu disebut daun telur, k. lingkaran, l. ginjal, m.
majemuk menjari.[17] Selain itu terdapat lagi daun majemuk jantung terbalik, n. jantung, o. belah
bangun kaki dan daun majemuk campuran, pembagian daun ketupat, p. berbagi menyirip, r.
majemuk sebagai berikut:[16] tombak s. anak panah, t. segitiga.[16]

Daun majemuk menyirip (Pinnatus)[16]

1. Daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus)[16]


2. Daun majemuk menyirip genap (abruptepinnatus)[16]
3. Daun majemuk menyirip ganjil (imparipinnatus)[16]

selain itu dapat pula penggolongan daun majemuk menyirip berdasarkan kedudukan
anak daun pada ibu tangkainya:[16]

1. Menyirip berpasangan.[16]
2. Menyirip berseling.[16]
3. Menyirip berselang-seling.[16]
pada daun menyirip ganda dapat dibedakan menurut tingkat kedudukan pada ibu
tangkainya, antara lain:[16]
1. Majemuk menyirip ganda dua (bipinnatus), jika anak daun berada pada cabang
tingkat satu dari ibu tangkai.[16]
2. Majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus), jika anak daun berada pada cabang tingkat
dua dari ibu tangkai.[16]
3. Pada posisi anak daun pada tingkat berikutnya dinamakan menyirip ganda empat,
namun pada umumnya jarang ditemukan daun yang menyirip ganda lebih dari tiga.[16]
Daun majemuk menjari (Palmatus atau Digitatus)[16]

1. Daun majemuk menjari beranak dua (bifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat dua anak
daun contohnya pada daun Cynometra cauliflora L.[16]
2. Daun majemuk menjari beranak daun tiga (trifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat tiga
anak daun contohnya pada daun para atau karet (Hevea brasiliensis)[16]
3. Daun majemuk menjari beranak daun lima (quinquefoliolatus), pada ujung ibu tangkai
terdapat tiga anak daun contohnya pada daun Gynandropsis pentaphylla[16]
4. Daun majemuk menjari beranak daun tujuh (septemfoliolatus), pada ujung ibu tangkai
terdapat tujuh anak daun contohnya pada daun randu (Ceiba pentandra).[16]

Daun majemuk bangun kaki (Pedatus), daun ini memiliki susunan mirip daun majemuk
menjari, tetapi dua anak daun paling pinggir tidak duduk pada ibu tangkai melainkan pada
tangkai anak daun yang di sampingnya.[16]
Daun majemuk campuran (Digitatopinnatus), berupa daun majemuk ganda yang memiliki
cabang-cabang ibu tangkai memencar seperti pada jadi dan terdapat anak-anak daun yang
menyirip, singkatnya daun majemuk campuran merupakan campuran susunan yang menjari
dan menyirip.[16]

Morfologi batang dan akar


Artikel utama: batang dan akar

Batang dan akar merupakan bagian yang dapat diibaratkan sebagai sumbu tumbuhan.[16][17] Batang akan
membentuk tajuk melingkupi percabangan yang berakhir sampai daun, sedangkan akar akan membentuk
perakaran berbentuk cabang-cabang akar yang berakhir sampai ujung akar.[16][17]

Fungsi dari batang antara lain: mendukung bagian tumbuhan yang berada diatas tanah, memperluas bidang
penyerapan sinar matahari sekaligus memposisikan bagian-bagian tumbuhan agar berada pada posisi yang
paling menguntungkan, jalan pengangkutan air dan zat makanan, dan menjadi tempat penimbunan
cadangan makanan.[16] Bagian ujung sumbu batang merupakan titik tumbuhnya yang dikelilingi oleh daun
muda.[17] Bentuk batang pada tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) bagian bawah umumnya lebih besar
dan semakin mengecil pada bagian ujung, sedangkan pada tumbuhan biji tunggal (Monocotyledoneae)
memiliki batang yang dari pangkal sampai ujung besarnya tidak begitu berbeda, hanya beberapa golongan
saja yang bagian pangkalnya membesar seperti pada bermacam suku pinang-pinangan.[16]

Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tumbuhan yang biasanya berkembang di bawah permukaan
tanah, namun ada juga akar yang tumbuh di atas tanah.[16] Bagian-bagian akar dapat dibedakan menjadi;
pangkal akar (collum), bagian akar yang berdekatan dengan pangkal batang; ujung akar (apex radicis),
bagian akar yang paling muda terdiri atas jaringan yang masih aktif mengalami pertumbuhan; batang akar
(corpus radicis), bagian yang berada di antara pangkal dan ujung akar; cabang akar (radix lateralis), bagian
yang keluar dari akar pokok dan masih dapat membentuk percabangan lagi; serabut akar (fibrilla radicalis)
cabang-cabang akar yang halus dan berbentuk serabut; rambut akar (pillus radicalis) bagian yang
sebenarnya berupa tonjolan sel-sel kulit luar jaringan bentuknya menyerupai rambut; tudung akar (calyptra)
terdapat pada bagian ujung akar yang berfungsi melindungi ujung akar yang masih muda.[16]

Alat perkembangbiakan

Bagian tubuh tumbuhan yang dapat tumbuh kembali menjadi individu baru dinamakan alat
perkembangbiakan (organum reproductivum, diaspora, propagulum, disseminulum).[18] Alat
perkembangbiakan dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu:[18]
Alat perkembangbiakan vegetatif, yaitu bagian tubuh tumbuhan yang dapat menjadi individu
baru tanpa didahului oleh peristiwa perkawinan (peleburan sel kelamin jantan dan betina).
Alat perkembangbiakan vegetatif masih dapat dibedakan lagi dalam:[18]
1. Alat perkembangbiakan vegetatif alami, yang terjadi menurut sifat bawaan tumbuhan itu
sendiri, misalnya; umbi batang pada tanaman kentang, umbi lapis pada berbagai jenis
tumbuhan suku: Liliaceae dan Amaryllidaceae, rimpang pada tumbuhan (Canna edulis
Kerr.), geragih pada tumbuhan arbe (Fragraria vesca L.), dan anakan pada pisang.[18]
2. Alat perkembangbiakan vegetatif buatan, yang terjadi karena perbuatan sengaja oleh
manusia, misalnya: stek, yaitu bagian alat hara yang dipisahkan dari induk (dipotong) dan
kemudian dapat tumbuh kembali menjadi tumbuhan baru.[18]
Alat perkembangbiakan generatif, yaitu bagian tubuh tumbuhan yang terbentuk dengan
didahului oleh peristiwa perkawinan.[18] Pada tumbuhan berbiji alat perkembangbiakan
generatif adalah bijinya, biji terdapat dalam buah, dan buah berasal dari bunga.[18]

1. Bunga (flos), pada suatu tumbuhan adakalanya hanya terdapat satu bunga saja, misanya
pada (Zephyranthes rosea) namun pada umumnya pada suatu tumbuhan dapat ditemukan
banyak bunga.[18] Tumbuhan yang hanya menghasilkan satu bunga saja dinamakan
tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora), sedangkan tumbuhan yang menghasilkan
bunga lebih dari satu disebut tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora).[18]
2. Buah (fructus).[18]
3. Biji (semen).[18]

Lihat juga
Anatomi tumbuhan
Fisiologi tumbuhan
Taksonomi (biologi)
Filogeni

Referensi
1. (Inggris) Raven, P. H., et. al. (2005). Biology of Plants, 7th ed. New York: W. H. Freeman.
ISBN 0-7167-1007-2.
2. Tjitrosoepomo, Gembong (2009). "Penerapan Morfologi dan Peristilahannya dalam
Mencandra Tumbuhan". Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
hlm. 254-263. ISBN 979-420-241-X.
3. (Inggris) Evert, Ray Frankin (2006). Esau's Plant anatomy: meristems, cells, and tissues of
the plant body – their structure, function and development. New Jersey: Wiley. ISBN 0-471-
73843-3.
4. Tjitrosoepomo, Gembong (2009). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. hlm. 1-2. ISBN 979-420-241-X.
5. (Inggris) Bouchra Douaihy, Karolina Sobierajska, Anna Katarzyna Jasińska, Krystyna
Boratyńska, Tolga Ok, Angel Romo, Nathalie Machon, Yakiv Didukh, Magda Bou Dagher-
Kharrat and Adam Boratyński (18 April 2012). "Morphological versus molecular markers to
describe variability in Juniperus excelsa subsp. excels (Cupressaceae)" (PDF). AoB Plants.
Oxford University Press. doi:10.1093/aobpla/pls013.
6. (Inggris)
Mueller, B., And C. J. Engard (1952). Goethe’s botanical writings. Honololulu,
Hawaii USA: University Press of Hawaii ISBN 0 918024 69 2
Hawaii, USA: University Press of Hawaii. ISBN 0-918024-69-2.

7. (Inggris)
Kaplan, Donald R. (2001). "The science of plant morphology: definition, history, and
role in modern biology" (PDF). American Journal of Botany. Berkley: Academic Press. 88
(10): 1711–1741.
8. (Inggris)
Regine Claben-Bockhoff (14 August 2001). "Plant Morphology: The Historic
Concepts of Wilhelm Troll, Walter Zimmermann and Agnes Arber" (PDF). Annals of Botany.
Mainz, Germany: Academic Press. 88: 1153–1172. doi:10.1006/anbo.2001.1544.
9. (Inggris)
Daniel Barthelemy, And Yves Caraglio (11 January 2007). "Plant Architecture: A
Dynamic, Multilevel and Comprehensive Approach to Plant Form, Structure and Ontogeny"
(PDF) . Annals of Botany. Berkley: Oxford University Press. 99: 375–407.
doi:10.1093/aob/mcl260.
10. (Inggris) Goethe, J.F. (2009). "introduction and photography by Gordon L. Miller". The
Metamorphosis of Plants. Massachusetts: MIT Press. ISBN 978-0-262-01309-3.
11. (Inggris) Gábor, Zemplén. "Form as Movement in Goethe's 'The Metamorphosis of Plants' ".
Derpartment of History & Philosophy of Science. Diakses tanggal 17 April 2014.
12. (Inggris) Alexandra H. Wortley and Robert W. Scotland (2006). "The Effect of Combining
Molecular and Morphological Data in Published Phylogenetic Analyses" (PDF). Society of
Systematic Biologists. 55 (4): 677–685. doi:10.1080/10635150600899798. ISSN 1076-
836X.
13. (Inggris) Harold C. Bold, C. J. Alexoppoulos, and T. Delevoryas (1987). Morphology of
Plants and Fungi, 5th ed. Harper-Collins. ISBN 0-06-040839-1.
14. (Inggris) Periasamy, K.; Swamy, B. G. L. (1977-09-01). "The aim and scope of plant
morphology — I". Proceedings of the Indian Academy of Sciences - Section B. Springer
India. 86 (3): 181–187. ISSN 0370-0097.
15. Tjitrosoepomo, Gembong (2009). "Kormus dan Bagian-bagiannya". Morfologi Tumbuhan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 4-5. ISBN 979-420-241-X.
16. Tjitrosoepomo, Gembong (2009). "Alat Hara". Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. hlm. 7-47. ISBN 979-420-241-X.
17. Hidayat, Estiti B. (1995). Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Penerbit ITB. ISBN 979-
8591-40-2.
18. Tjitrosoepomo, Gembong (2009). "Alat perkembangbiakan (organum reproductivum)".
Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 120-251. ISBN 979-
420-241-X.

Diperoleh dari "https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Morfologi_tumbuhan&oldid=17787161"

Halaman ini terakhir diubah pada 4 Januari 2021, pukul 06.33.

Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan mungkin berlaku.
Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.

Anda mungkin juga menyukai