Daftar isi
Sejarah dan perkembangan
Urpflanze
Biologi molekular
Ruang lingkup
Deskripsi
Klasifikasi
Morfogenesis
Tata nama
Bagian-bagian tumbuhan
Alat hara
Morfologi daun
Morfologi batang dan akar
Alat perkembangbiakan
Lihat juga
Referensi
Urpflanze
Biologi molekular
Seiring dengan berkembangnya biologi molekular, data morfologi juga ikut disertakan untuk mempelajari
hubungan antara kelompok moyang tumbuhan sebagai asal usulnya dalam studi filogeni.[5] Salah satu
bentuk penggunaan data morfologi dalam studi filogeni adalah dengan mengkombinasikannya dengan data
struktur molekul atau sekuens.[12] Studi morfologi tumbuhan, genetika, dan biogeografi dapat menjadi cara
untuk menelusuri populasi tumbuhan moyang dan juga bagi populasi yang sering terseleksi.[5] Penelusuran
populasi tersebut berfungsi untuk melestarikan karakteristik morfologi tumbuhan.[5]
Ruang lingkup
Contoh tumbuhan paku (atas), dan tumbuhan berbiji (bawah), keduanya merupakan golongan tumbuhan yang
menjadi bahasan morfologi tumbuhan karena bagian-bagiannya terdiferensiasi secara nyata (dapat
dibedakan).[4]
Definisi dari morfologi tumbuhan adalah “studi tentang perkembangan bentuk, dan struktur tumbuhan,
yang berimplikasi upaya untuk menginterpretasi berdasarkan kesamaan asal dan tujuan”.[13] Fokus dari
morfologi tumbuhan adalah bentuk dan susunan luar tubuh tumbuhan pada tumbuhan yang telah
terdiferensiasi yang termasuk dalam kelompok kormus (Cormophyta).[4] Sedangkan golongan lain:
Cyanobacteria, Thallophyta, dan Bryophyta yang masuk kedalam bahasan anatomi tumbuhan karena
tubuhnya belum terdiferansiasikan.[4] Sehingga hanya dua golongan tumbuhan yang menjadi bahasan
morfologi tumbuhan yaitu: Pteridophyta (tumbuhan paku), dan Spermatophyta (tumbuhan biji).[4] Studi
tentang morfologi tumbuhan harus melihat dari tiga aspek utama yang merepresentasikan arti dan fakta dari
studi morfologi, yaitu: deskripsi secara lisan dari suatu bentuk, klasifikasi bentuk, genesis bentuk atau
morfogenesis.[14]
Sistematika tumbuhan dan morfologi tumbuhan saling bersinggungan, meskipun begitu
keduanya
merupakan disiplin ilmu yang berbeda dengan fokus dan tujuan yang berbeda pula.[7] Sistematika lebih
menekankan homologi atau kesamaan dari dua spesies dengan asal nenek moyang yang sama, sedangkan
morfologi menekankan pada analogi atau konvergensi.[7] Praktik dua disiplin ilmu ini bekerja secara
berlawanan, sistematika menggunakan karakteristik morfologi untuk mengelompokan keragaman kedalam
subunit taksonomi-nya, sedangkan morfologi tumbuhan menggunakan keragaman tersebut untuk
menyimpulkan dasar-dasar bentuk tanpa memperhatikan hubungan sistematikanya.[7]
Deskripsi
Keragaman bentuk tumbuhan sangat beragam bahkan tak terbatas, sehingga tidak akan pernah mungkin
untuk membeberikan istilah untuk semua bentuk yang ada.[14] Beberapa kategori yang sering muncul
dikelompokkan dan diberi nama, contohnya Angiospermae: jumlah bentuk daunnya tidak terhitung dan
bahkan dalam satu tumbuhan setiap daun dapat berbeda secara ukuran dan bentuk, meskipun sesuai dengan
bentuk umum seperti lonjong, linear, lanset, dan lainnya.[14] Misalnya bentuk lonjong menunjukkan bentuk
yang lebih panjang dibandingkan dengan luasnya, tidak ada batasan yang jelas antar dimensi sehingga hal
ini yang mengakibatkan jumlah variasi bentuk yang tidak terbatas.[14] Deskripsi teknis dari bentuk botani
merupakan petunjuk yang paling mungkin digunakan ketika ditemukan bentuk yang tidak seorang pun
pernah melihat secara langsung bentuk tersebut, sehingga ilustrasi visualnya dapat tergambarkankan.[14]
Klasifikasi
Seluruh bidang klasifikasi botani didasarkan pada variasi dalam bentuk keseluruhan organ dan bagian yang
berbeda dalam tubuh tumbuhan.[14] Bentuk dari suatu tumbuhan merupakan gabungan dari setiap bagian
yang menjadi kesatuan, namun bukan untuk menyatakan bagian-bagian yang sangat rinci.[14] Seluruh
bentuk individu dan semua individu yang memiliki tingkat kemiripan tertentu, sebagian besar ditentukan
secara subjektif dan dilambangkan dengan tata nama binomial yang memang merupakan istilah untuk
bentuk yang paling kompleks.[14] Istilah yang digunakan untuk takson yang lebih tinggi akan lebih
komprehensif sehingga kurang konkret secara bentuk visual.[14]
Morfogenesis
Morfogenesis merupakan aspek studi yang mempelajari bagaimana suatu organ atau bagian dapat
terbentuk.[14] Kajian aspek morfogeneis dalam ilmu morfologi tumbuhan melibatkan studi pemahaman
inisiasi dan perubahan dari sebuah organ dan bagian (termasuk yang sedang mengalami pertumbuhan),
serta mekanisme yang mengakibatkan perubahan bahkan yang terjadi secara spesifik.[14] Proses inisiasi dan
konstruksi dari berbagai bentuk terjadi sampai dengan tingkat sel.[14]
Tata nama
Artikel utama: Tata nama biologi
Setiap daerah memiliki nama lokal untuk masing-masing tumbuhan atau bentuk organ yang dikenal oleh
orang awam, sehingga suatu tumbuhan atau organ tumbuhan dapat memiliki berbagai macam nama.[2]
Komunikasi antar ilmuwan botani harus menggunakan istilah yang dapat dimengerti oleh semua orang dan
bersifat universal, istilah dan nama ilmiah yang menyangkut takson-takson tumbuhan diatur dalam Kode
Internasional Tatanama Tumbuhan (bahasa Inggris: International Code of Botanical Nomenclature) yang
k k k t hli hli il t b h l h d i dit t k d k
merupakan kesepakatan ahli-ahli ilmu tumbuhan seluruh dunia yang ditetapkan pada kongres
internasional.[2] Kode Internasional Tatanama Tumbuhan berisi tentang ketentuan yang berkaitan dengan
morfologi dan terminologi. Penggunaan nama ilmiah merupakan kesepakatan ilmuwan seluruh dunia,
pemilihan nama ilmiah bertujuan untuk menghindari timbulnya makna yang berbeda serta dapat dimengerti
oleh semua orang di manapun berada, untuk itu dalam ilmu morfologi tumbuhan pada penulisan nama lokal
tetap menyertakan padanan nama ilmiahnya.[2] Pemberian nama pada suatu takson atau spesies baru yang
belum pernah dikenal sebelumnya harus melalui publikasi yang sahih berupa barang cetakan yang
didistribusikan kepada umum, dalam pemberian nama takson harus mengikuti pemberian nama yang sesuai
dengan ketentuan serta menyertakan deskripsi lengkap atau diagnosis yang ditulis dalam bahasa Latin.[2]
Fungsi dari morfologi tumbuhan adalah untuk menggambarkan bagaimana wujud atau bentuk tumbuhan
dengan deskripsi.[2] Deskripsi dari bentuk tumbuhan sangat penting karena jika hanya sekadar nama tidak
akan menggambarkan dengan jelas bagaimana wujud tumbuhan tersebut.[2] Pendeskripsian mengenai
wujud dan suatu bentuk tubuh tumbuhan menggunakan istilah atau terminologi berupa kata-kata tertentu
untuk mengungkapkan makna yang tertentu pula.[2]
Bagian-bagian tumbuhan
Bagian tumbuhan yang secara nyata dapat
menunjukkan perbedaan (diferensiasi) dinamakan
kormus yang merupakan bagian pokok tumbuhan,
terdiri dari tiga bagian yaitu:[15]
1. Akar (radix).[15]
2. Batang (caulis).[15]
3. Daun (folium).[15]
Selain itu pada organ tumbuhan tertentu dapat ditemukan alat-alat lain yang biasanya lebih kecil atau lebih
halus yang dinamakan alat tambahan atau alat pelengkap (organa accessoria), misalnya:[15]
Masing-masing organ tumbuhan memiliki fungsi untuk menunjang kehidupan tumbuhan, organ yang
berkaitan dengan pencarian serta penyerapan makanan bagi tumbuhan disebut alat hara (organum
nutritivum) yang terdiri dari daun, batang, dan akar.[15]
Morfologi daun
Artikel utama: Morfologi daun
Daun merupakan alat hara yang hanya terletak pada batang dan
tidak pernah terdapat pada bagian lain, bagian batang tempat duduk
atau melekatnya daun dinamakan buku-buku (nodus) batang,
sedangkan tempat di atas daun yang berupa sudut antara batang
dan daun dinamakan ketiak daun (axilla).[16] Pada sebagian besar
Angiospermae bagian-bagian daun dapat dibedakan antara lain;
dasar daun, tangkai daun, dan helai daun.[17] Daun dibagi terbagi
menjadi daun tunggal dan daun majemuk, pada daun majemuk
terdapat sejumlah anak daun yang melekat pada tangkai daun atau
perpanjangannya pada sumbu (rachis) yang sama.[17] Anak daun Bentuk daun ;a. pedang/belati, b.
yang muncul pada sisi lateral dari sumbu disebut daun majemuk jarum, c. linear, d. lanset, e. lanset
bersirip, sedangkan jika semua anak daun muncul pada ujung oval, f. bulat telur, g. telur pipih, h.
sumbu yang amat pendek sehingga dapat dikatakan melekat pada oval meruncing, i. sudip, j. bulat
ujung tangkai daun bersama maka daun seperti itu disebut daun telur, k. lingkaran, l. ginjal, m.
majemuk menjari.[17] Selain itu terdapat lagi daun majemuk jantung terbalik, n. jantung, o. belah
bangun kaki dan daun majemuk campuran, pembagian daun ketupat, p. berbagi menyirip, r.
majemuk sebagai berikut:[16] tombak s. anak panah, t. segitiga.[16]
selain itu dapat pula penggolongan daun majemuk menyirip berdasarkan kedudukan
anak daun pada ibu tangkainya:[16]
1. Menyirip berpasangan.[16]
2. Menyirip berseling.[16]
3. Menyirip berselang-seling.[16]
pada daun menyirip ganda dapat dibedakan menurut tingkat kedudukan pada ibu
tangkainya, antara lain:[16]
1. Majemuk menyirip ganda dua (bipinnatus), jika anak daun berada pada cabang
tingkat satu dari ibu tangkai.[16]
2. Majemuk menyirip ganda tiga (tripinnatus), jika anak daun berada pada cabang tingkat
dua dari ibu tangkai.[16]
3. Pada posisi anak daun pada tingkat berikutnya dinamakan menyirip ganda empat,
namun pada umumnya jarang ditemukan daun yang menyirip ganda lebih dari tiga.[16]
Daun majemuk menjari (Palmatus atau Digitatus)[16]
1. Daun majemuk menjari beranak dua (bifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat dua anak
daun contohnya pada daun Cynometra cauliflora L.[16]
2. Daun majemuk menjari beranak daun tiga (trifoliolatus), pada ujung ibu tangkai terdapat tiga
anak daun contohnya pada daun para atau karet (Hevea brasiliensis)[16]
3. Daun majemuk menjari beranak daun lima (quinquefoliolatus), pada ujung ibu tangkai
terdapat tiga anak daun contohnya pada daun Gynandropsis pentaphylla[16]
4. Daun majemuk menjari beranak daun tujuh (septemfoliolatus), pada ujung ibu tangkai
terdapat tujuh anak daun contohnya pada daun randu (Ceiba pentandra).[16]
Daun majemuk bangun kaki (Pedatus), daun ini memiliki susunan mirip daun majemuk
menjari, tetapi dua anak daun paling pinggir tidak duduk pada ibu tangkai melainkan pada
tangkai anak daun yang di sampingnya.[16]
Daun majemuk campuran (Digitatopinnatus), berupa daun majemuk ganda yang memiliki
cabang-cabang ibu tangkai memencar seperti pada jadi dan terdapat anak-anak daun yang
menyirip, singkatnya daun majemuk campuran merupakan campuran susunan yang menjari
dan menyirip.[16]
Batang dan akar merupakan bagian yang dapat diibaratkan sebagai sumbu tumbuhan.[16][17] Batang akan
membentuk tajuk melingkupi percabangan yang berakhir sampai daun, sedangkan akar akan membentuk
perakaran berbentuk cabang-cabang akar yang berakhir sampai ujung akar.[16][17]
Fungsi dari batang antara lain: mendukung bagian tumbuhan yang berada diatas tanah, memperluas bidang
penyerapan sinar matahari sekaligus memposisikan bagian-bagian tumbuhan agar berada pada posisi yang
paling menguntungkan, jalan pengangkutan air dan zat makanan, dan menjadi tempat penimbunan
cadangan makanan.[16] Bagian ujung sumbu batang merupakan titik tumbuhnya yang dikelilingi oleh daun
muda.[17] Bentuk batang pada tumbuhan biji belah (Dicotyledoneae) bagian bawah umumnya lebih besar
dan semakin mengecil pada bagian ujung, sedangkan pada tumbuhan biji tunggal (Monocotyledoneae)
memiliki batang yang dari pangkal sampai ujung besarnya tidak begitu berbeda, hanya beberapa golongan
saja yang bagian pangkalnya membesar seperti pada bermacam suku pinang-pinangan.[16]
Akar merupakan bagian bawah dari sumbu tumbuhan yang biasanya berkembang di bawah permukaan
tanah, namun ada juga akar yang tumbuh di atas tanah.[16] Bagian-bagian akar dapat dibedakan menjadi;
pangkal akar (collum), bagian akar yang berdekatan dengan pangkal batang; ujung akar (apex radicis),
bagian akar yang paling muda terdiri atas jaringan yang masih aktif mengalami pertumbuhan; batang akar
(corpus radicis), bagian yang berada di antara pangkal dan ujung akar; cabang akar (radix lateralis), bagian
yang keluar dari akar pokok dan masih dapat membentuk percabangan lagi; serabut akar (fibrilla radicalis)
cabang-cabang akar yang halus dan berbentuk serabut; rambut akar (pillus radicalis) bagian yang
sebenarnya berupa tonjolan sel-sel kulit luar jaringan bentuknya menyerupai rambut; tudung akar (calyptra)
terdapat pada bagian ujung akar yang berfungsi melindungi ujung akar yang masih muda.[16]
Alat perkembangbiakan
Bagian tubuh tumbuhan yang dapat tumbuh kembali menjadi individu baru dinamakan alat
perkembangbiakan (organum reproductivum, diaspora, propagulum, disseminulum).[18] Alat
perkembangbiakan dapat dibedakan dalam dua golongan, yaitu:[18]
Alat perkembangbiakan vegetatif, yaitu bagian tubuh tumbuhan yang dapat menjadi individu
baru tanpa didahului oleh peristiwa perkawinan (peleburan sel kelamin jantan dan betina).
Alat perkembangbiakan vegetatif masih dapat dibedakan lagi dalam:[18]
1. Alat perkembangbiakan vegetatif alami, yang terjadi menurut sifat bawaan tumbuhan itu
sendiri, misalnya; umbi batang pada tanaman kentang, umbi lapis pada berbagai jenis
tumbuhan suku: Liliaceae dan Amaryllidaceae, rimpang pada tumbuhan (Canna edulis
Kerr.), geragih pada tumbuhan arbe (Fragraria vesca L.), dan anakan pada pisang.[18]
2. Alat perkembangbiakan vegetatif buatan, yang terjadi karena perbuatan sengaja oleh
manusia, misalnya: stek, yaitu bagian alat hara yang dipisahkan dari induk (dipotong) dan
kemudian dapat tumbuh kembali menjadi tumbuhan baru.[18]
Alat perkembangbiakan generatif, yaitu bagian tubuh tumbuhan yang terbentuk dengan
didahului oleh peristiwa perkawinan.[18] Pada tumbuhan berbiji alat perkembangbiakan
generatif adalah bijinya, biji terdapat dalam buah, dan buah berasal dari bunga.[18]
1. Bunga (flos), pada suatu tumbuhan adakalanya hanya terdapat satu bunga saja, misanya
pada (Zephyranthes rosea) namun pada umumnya pada suatu tumbuhan dapat ditemukan
banyak bunga.[18] Tumbuhan yang hanya menghasilkan satu bunga saja dinamakan
tumbuhan berbunga tunggal (planta uniflora), sedangkan tumbuhan yang menghasilkan
bunga lebih dari satu disebut tumbuhan berbunga banyak (planta multiflora).[18]
2. Buah (fructus).[18]
3. Biji (semen).[18]
Lihat juga
Anatomi tumbuhan
Fisiologi tumbuhan
Taksonomi (biologi)
Filogeni
Referensi
1. (Inggris) Raven, P. H., et. al. (2005). Biology of Plants, 7th ed. New York: W. H. Freeman.
ISBN 0-7167-1007-2.
2. Tjitrosoepomo, Gembong (2009). "Penerapan Morfologi dan Peristilahannya dalam
Mencandra Tumbuhan". Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
hlm. 254-263. ISBN 979-420-241-X.
3. (Inggris) Evert, Ray Frankin (2006). Esau's Plant anatomy: meristems, cells, and tissues of
the plant body – their structure, function and development. New Jersey: Wiley. ISBN 0-471-
73843-3.
4. Tjitrosoepomo, Gembong (2009). Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press. hlm. 1-2. ISBN 979-420-241-X.
5. (Inggris) Bouchra Douaihy, Karolina Sobierajska, Anna Katarzyna Jasińska, Krystyna
Boratyńska, Tolga Ok, Angel Romo, Nathalie Machon, Yakiv Didukh, Magda Bou Dagher-
Kharrat and Adam Boratyński (18 April 2012). "Morphological versus molecular markers to
describe variability in Juniperus excelsa subsp. excels (Cupressaceae)" (PDF). AoB Plants.
Oxford University Press. doi:10.1093/aobpla/pls013.
6. (Inggris)
Mueller, B., And C. J. Engard (1952). Goethe’s botanical writings. Honololulu,
Hawaii USA: University Press of Hawaii ISBN 0 918024 69 2
Hawaii, USA: University Press of Hawaii. ISBN 0-918024-69-2.
7. (Inggris)
Kaplan, Donald R. (2001). "The science of plant morphology: definition, history, and
role in modern biology" (PDF). American Journal of Botany. Berkley: Academic Press. 88
(10): 1711–1741.
8. (Inggris)
Regine Claben-Bockhoff (14 August 2001). "Plant Morphology: The Historic
Concepts of Wilhelm Troll, Walter Zimmermann and Agnes Arber" (PDF). Annals of Botany.
Mainz, Germany: Academic Press. 88: 1153–1172. doi:10.1006/anbo.2001.1544.
9. (Inggris)
Daniel Barthelemy, And Yves Caraglio (11 January 2007). "Plant Architecture: A
Dynamic, Multilevel and Comprehensive Approach to Plant Form, Structure and Ontogeny"
(PDF) . Annals of Botany. Berkley: Oxford University Press. 99: 375–407.
doi:10.1093/aob/mcl260.
10. (Inggris) Goethe, J.F. (2009). "introduction and photography by Gordon L. Miller". The
Metamorphosis of Plants. Massachusetts: MIT Press. ISBN 978-0-262-01309-3.
11. (Inggris) Gábor, Zemplén. "Form as Movement in Goethe's 'The Metamorphosis of Plants' ".
Derpartment of History & Philosophy of Science. Diakses tanggal 17 April 2014.
12. (Inggris) Alexandra H. Wortley and Robert W. Scotland (2006). "The Effect of Combining
Molecular and Morphological Data in Published Phylogenetic Analyses" (PDF). Society of
Systematic Biologists. 55 (4): 677–685. doi:10.1080/10635150600899798. ISSN 1076-
836X.
13. (Inggris) Harold C. Bold, C. J. Alexoppoulos, and T. Delevoryas (1987). Morphology of
Plants and Fungi, 5th ed. Harper-Collins. ISBN 0-06-040839-1.
14. (Inggris) Periasamy, K.; Swamy, B. G. L. (1977-09-01). "The aim and scope of plant
morphology — I". Proceedings of the Indian Academy of Sciences - Section B. Springer
India. 86 (3): 181–187. ISSN 0370-0097.
15. Tjitrosoepomo, Gembong (2009). "Kormus dan Bagian-bagiannya". Morfologi Tumbuhan.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 4-5. ISBN 979-420-241-X.
16. Tjitrosoepomo, Gembong (2009). "Alat Hara". Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press. hlm. 7-47. ISBN 979-420-241-X.
17. Hidayat, Estiti B. (1995). Anatomi Tumbuhan Berbiji. Bandung: Penerbit ITB. ISBN 979-
8591-40-2.
18. Tjitrosoepomo, Gembong (2009). "Alat perkembangbiakan (organum reproductivum)".
Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. hlm. 120-251. ISBN 979-
420-241-X.
Teks tersedia di bawah Lisensi Creative Commons Atribusi-BerbagiSerupa; ketentuan tambahan mungkin berlaku.
Lihat Ketentuan Penggunaan untuk lebih jelasnya.