Anda di halaman 1dari 2

Nama : Wisnu Adhi Nugraha

NIM : 2020015346

Kelas : 4 D

Tugas PKN

Berita tentang pelanggaran norma : Kasus Anak Gugat Orang Tua

unpad.ac.id, 25/1/2021] Kasus anak menggugat orang tua tidak hanya terjadi akhir-akhir ini. Fenomena
anak gugat orang tua ternyata kerap terjadi di Indonesia, baik yang masuk ke pengadilan ataupun yang
tidak masuk ranah pengadilan.

Menanggapi fenomena tersebut, Dosen Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Dr. Sonny Dewi
Judiasih, M.H., C.N., mengatakan, secara norma anak tidak diperbolehkan mengajukan gugatan ke orang
tua. Tindakan ini tidak sejalan dengan norma yang ditetapkan dalam Undang-undang Perkawinan.

“Ini sesuatu yang ironis,” ungkap Sonny saat diwawancarai Kantor Komunikasi Publik Unpad, Senin
(25/1).

Sonny menjelaskan, UU Perkawinan mewajibkan seorang anak untuk menghormati orang tua serta
wajib memelihara jika anak sudah dewasa, berdasarkan Pasal 46 Ayat 1 dan 2. Karena itu, fenomena
kasus anak gugat orang tua merupakan contoh dari ketidaksesuaian norma dari UU Perkawinan.

Jika dilihat, hampir sebagian besar kasus anak gugat orang tua didasarkan atas motif ekonomi, salah
satunya terkait pembagian harta waris. Karena itu, Sonny mengingatkan bahwa tidak seharusnya
masalah pembagian harta dipermasalahkan saat orang tua masih hidup.

"Seharusnya pembagian waris dilakukan nanti setelah orang tuanya meninggal. Karena itu perlu dikaji
apakah gugatan ini karena ada kepentingan ekonomi atau bagaimana,” ujar pakar hukum waris
tersebut.

Namun berbeda jika gugatan dilayangkan terkait kekerasan atau penelantaran yang dilakukan orang tua.
Sonny menjelaskan, UU Nomor 23 Tahun 2004 tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga
menyebut bahwa orang tua dilarang melakukan 4 jenis pelanggaran kekerasan dalam rumah tangga,
yaitu kekerasan fisik, psikis, seksual, hingga penelantaran rumah tangga.

Dalam kasus ini, korban berhak mendapatkan pendampingan dan perlindungan secara hukum. UU ini
berlaku bagi anak dengan kategori belum berusia 18 tahun serta belum pernah menikah.

Di luar itu, kata Sonny, anak diharapkan menyadari betul siapa yang akan digugat. “Harus direnungkan
kembali, apakah menggugat orang tua harus dilakukan atau tidak. Sepertinya tidak seharusnya mereka
menuntut orang tuanya (dalam urusan harta),” kata Sonny.*
Latar belakang terjadinya : Karena sang anak menginginkan pembagian harta waris daro orang tuanya.

Pendapat saya : Sangat sangat tidak patut dicontoh karena orang tua adalah seseorang yang melahirkan
dan merawat kita dari kecil. Seharusnya kita harus selalu menghormati, menyayangi dan selalu
membuat bahagia orang tua kita, tidak malah menggugat orang tua kita ke pengadilan.

Solusi : Untuk polisi dan pengadilan sebaiknya tidak menanggapi laporan laporan para anak yang
menggugat orang tuanya, atau malah kalau bisa memberika pengertian kepada sang anak untuk lebih
menghormati orang tuanya. Dan untuk pembagian pembagian warisan sebaiknya dilakukan ketika orang
tua sudah meninggal.

Anda mungkin juga menyukai