Anda di halaman 1dari 22

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Angkutan Umum

1. Pengertian Angkutan

Di dalam kamus bahasa Indonesia angkutan berasal dari kata dasar

angkut /ang-kut/ yang berarti mengangkut, sedangkan angkutan /ang-kut-

an/ yang berarti barang-barang (orang-orang dan sebagainya) yang

diangkut. Angkutan atau transportasi, menurut ahli Salim (2000):

Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang (muatan) dan

penumpang dari suatu tempat ke tempat lain. Dalam transportasi ada dua

unsur yang terpenting yaitu pemindahan/pergerakan (movement) dan

secara fisik mengubah tempat dari barang (comoditi) dan penumpang ke

tempat lain.14 Waparni (1990) angkutan umum penumpang adalah

angkutan penumpang yang dilakukan dengan sistem sewa atau bayar dan

tujuan di selenggarakannya angkutan umum adalah memberikan

pelayanan angkutan yang baikdan layak bagi masyarakat. 15 Vuchic (1981)

menyatakan bahwa angkutan kota adalah sarana transportasi penumpang

perkotaan yang biasanya dijalankan di jalan raya pada kondisi lalu lintas

campuran (mixed trafffic) yang disediakan oleh swasta atau operator

umum dan berada dalam kelompok dan rute tertentu.16

14
Silontong, “7 Pengertian Transportasi Menurut Para Ahli”, (Online), (http://www.
silontong.com/2018/03/04/pengertian-transportasi-menurut-para-ahli/#, diakses 02 Juli 2018),
2018.
15
Saifudin, Ahmad, “Pengertian Angkutan Umum”, (Online), (https://www.belajarsipil.
com/2014/01/16/pengertian-angkutan-umum/, diakses 01 Juli 2018), 2018.
16
Ibid.

11
12

Angkutan Umum adalah angkutan penumpang yang dilakukan

dengan sewa atau bayar. Termasuk dalam pengertian angkutan penumpang

adalah angkutan kota (bus, minibus, dsb), kereta api, angkutan air dan

angkutan udara.17

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat disimpulkan bahwa

angkutan adalah orang dan/atau barang yang diangkut menggunakan

kendaraan bermotor dari tempat satu ke tempat lain dengan membayar

tarif yang telah ditetapkan.

2. Pelayanan Angkutan

Pelayanan angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum di

dalam Pasal 140 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan terdiri atas :

a. Angkutan orang dengan Kendaraan Bermotor Umum dalam trayek

Angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek

adalah angkutan yang dilayani dengan mobil penumpang umum atau

bus umum dalam wilayah perkotaan dan/ atau kawasan tertentu atau

dari suatu tempat ke tempat lain, mempunyai asal dan tujuan lintasan

dan waktu yang tetap.

b. Angkutan orang dengan kendaraan Bermotor Umum tidak dalam

trayek

Angkutan orang dengan kendaraan Bermotor Umum tidak dalam

trayek adalah angkutan yang dilayani dengan mobil penumpang umum

17
Waparni, P. Suwardjoko. (1990). Merencanakan Sistem Pengakuan. Bandung: Penerbit
ITB.
13

atau bus umum dalam wilayah perkotaan dan/ atau kawasan tertentu

atau dari suatu tempat ke tempat lain, mempunyai asal dan tujuan

tetapi tidak mempunyai lintasan dan waktu yang tetap (Pasal 1 ayat (3)

Peraturan Menteri Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2016 tentang

Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor

Umum Tidak Dalam Trayek).

Angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek

sebagaimana dimaksud dijelaskan dalam Pasal 142 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan meliputi:

a. Angkutan Lintas Batas Negara

Angkutan lintas batas Negara adalah angkutan dari satu kota ke kota

lain yang melewati lintas batas negara dengan menggunakan mobil bus

umum yang terikat dalam trayek (Penjelasan Pasal 142 huruf a

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).

b. Angkutan Antarkota Antar Provinsi

Angkutan antarkota antar Provinsi adalah angkutan dari satu kota ke

kota lain yang melalui daerah kabupaten/kota yang melewati satu

daerah provinsi yang terikat dalam trayek (Penjelasan Pasal 142 huruf

b Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).


14

c. Angkutan Antar Kota Dalam Provinsi

Angkutan antar Kota dalam Provinsi adalah angkutan dari satu kota ke

kota lain antardaerah kabupaten/kota dalam satu daerah provinsi yang

terikat dalam trayek (Penjelasan Pasal 142 huruf c Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan).

d. Angkutan Perkotaan

Angkutan perkotaan adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain

dalam kawasan perkotaan yang terikat dalam trayek (Penjelasan Pasal

142 huruf d Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).

Kawasan perkotaan yang dimaksud berupa:

1) Kota sebagai daerah otonom,

2) Bagian daerah kabupaten yang memiliki ciri perkotaan, atau

3) Kawasan yang berada dalam bagian dari dua atau lebih daerah

yang berbatasan langsung dan memiliki ciri perkotaan.

e. Angkutan Perdesaan

Angkutan perdesaan adalah angkutan dari satu tempat ke tempat lain

dalam satu daerah kabupaten yang tidak bersinggungan dengan trayek

angkutan perkotaan (Penjelasan Pasal 142 huruf e Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan).

Pelayanan Angkutan Umum berdasarkan Pasal 151 Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas


15

dan Angkutan Jalan merupakan Angkutan Orang Kendaraan Bermotor

Umum Tidak dalam Trayek, meliputi sebagai berikut:

a. Angkutan orang dengan menggunakan taksi

Angkutan orang dengan menggunakan taksi adalah Angkutan dengan

menggunakan Mobil Penumpang umum yang diberi tanda khusus dan

dilengkapi dengan argometer yang melayani Angkutan dari pintu ke

pintu dengan wilayah operasi dalam Kawasan Perkotaan (Pasal 1 ayat

15 Peraturan Menteri Perhubungan Republik Indonesia 108 Tahun

2017 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan

Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek).

b. Angkutan orang dengan tujuan tertentu

Angkutan orang dengan tujuan tertentu adalah Angkutan Orang

Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam Trayek dengan

menggunakan Mobil Penumpang umum atau Mobil Bus umum untuk

keperluan angkutan antar jemput, angkutan karyawan, angkutan

permukiman, angkutan carter, dan angkutan sewa umum serta

angkutan sewa khusus (Pasal 1 ayat 16 Peraturan Menteri

Perhubungan Republik Indonesia 108 Tahun 2017 tentang

Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor

Umum Tidak Dalam Trayek).

c. Angkutan orang untuk keperluan pariwisata

Angkutan orang untuk keperluan pariwisata adalah Angkutan dengan

menggunakan Mobil Penumpang umum dan Mobil Bus umum yang

dilengkapi dengan tanda khusus untuk keperluan wisata serta memiliki


16

tujuan tempat wisata (Pasal 1 ayat 17 Peraturan Menteri Perhubungan

Republik Indonesia 108 Tahun 2017 tentang Penyelenggaraan

Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak Dalam

Trayek).

d. Angkutan orang di kawasan tertentu.

Angkutan orang di kawasan tertentu adalah Angkutan dengan

menggunakan Mobil Penumpang umum yang dioperasikan dijalan

lokal dan jalan lingkungan (Pasal 1 ayat 18 Peraturan Menteri

Perhubungan Republik Indonesia 108 Tahun 2017 tentang

Penyelenggaraan Angkutan Orang Dengan Kendaraan Bermotor

Umum Tidak Dalam Trayek).

Standar Pelayanan Angkutan Orang, Perusahaan Umum wajib

memenuhi standar pelayanan minimal di atur di dalam Pasal 141 ayat (1)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan yang meliputi keamanan, keselamatan,

kenyamanan, keterjangkauan, kesetaraan, dan keteraturan. Berikut

merupakan penjelasan dari Pasal 141 ayat (1) Undang Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan sebagai

berikut:

a. Keamanan

Keamanan adalah suatu kondisi dimana para pengguna kendaraan

bermotor tidak terancam dari bahaya kecelakaan bagi penumpang dan

barang yang diangkut rusak atau hilang.


17

b. Keselamatan

Keselamatan adalah diaturnya salah satu kendaraan bermotor

menyangkut awak kendaraan meliputi: Standar Operasional Prosedur

(SOP) pengoperasian kendaraan, kempetensi pengemudi, kondisi fisik

pengemudi dan jam istirahat pengemudi.

c. Kenyamanan;

Kenyamanan adalah merupakan suatu kenyamanan bagi penumpang

meliputi kenyamanan kendaraan baik tempat duduk, kemudahan dalam

keluar masuk dari kendaraan, tempat pemberhentian, tempat

meletakkan barang bawaan penumpang, dan perlindungan dari polusi

udara dan suara.

d. Keterjangkauan

Keterjangkauan adalah keterjangkauan tarif penggunaan sarana dan

prasarana pengangkutan secara optimum dengan mempertimbangkan

jarak lintasan yang bersangkutan secara efektif.

e. Kesetaraan

Kesetaraan adalah kesamaan antara haraga besar tarif antara angkutan

satu dengan angkutan yang lainnya.

f. Keteraturan

Keteraturan adalah keteraturan dalam berlalu lintas mulai dari jadwal

kedatangan dan keberangkatan, loket penjualan tiket, kantor

penyelenggara dan petugas operasional untuk menjaga ketertiban.


18

3. Jenis Angkutan

Menurut Utomo, transportasi adalah pemindahan barang dan

manusia dari tempatasal ke tempat tujuan. 18 Menurut Utomo, jenis-jenis

angkutan umum di bagi menjadi 3 (tiga) yaitu:

a. Angkutan Umum Darat

Alat transportasi darat dipilih berdasarkan faktor-faktor seperti jenis

dan spesifikasi kendaraan, jarak perjalanan, ketersediaan alat

transportasi, ukuran kota dan kerapatan permukiman, faktor sosial-

ekonomi,19 meliputi:

1) Kereta Api

Kereta api adalah kendaraan dengan tenaga gerak, baik berjalan

sendiri maupun dirangkaikan dengan kendaraan lainnya, yang akan

ataupun sedang bergerak di jalan rel (Pasal 1 ayat (2) Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1992 tentang

perkeretaapian).

2) Taksi

3) Angkutan Kota (Bus Umum / Angkot)

4) Trans Jakarta/Trans Semarang

5) Bajaj

b. Angkutan Umum Laut

Freight forwarder yaitu jasa / transportasi angkutan barang untuk

memenuhi kebutuhan pihak yang menyerahkan barang atas

18
Luk Jafar, “Pengertian, Fungsi, Manfaat dan Jenis-jenis Transportasi”, (Online),
(http://zonageograp.blogspot.com/2011/11/pengertian-transportasi.html, diakses 30 Juni 2018),
2018.
19
Ibid.
19

dasar konsinyasi atau penerima konsinyasi untuk melakukan

pengapalan dan pengangkutan, pengurusan bea cukai, dan lain-lain

kegiatan umum dilakukan oleh perusahaan / bisnis jasa angkutan

laut.20

Meliputi sebagai berikut :

1) Kapal feri

2) Kapal pesiar

c. Angkutan Umum Udara

Setiap kegiatan dengan menggunakan pesawat udara untuk

mengangkut penumpang, kargo, dan/atau pos untuk satu perjalanan

atau lebih dari satu bandar udara ke bandar udara yang lain atau

beberapa bandar udara.21 Meliputi sebagai berikut :

1) Pesawat terbang

2) Helikopter

3) Cessna Grand Caravan

4) Hawker 400

5) Piaggio P.180 Avanti

6) ATR 72

Berdasarkan uraian tersebut maka dapat diketahui bahwa jenis

angkutan dibagi menjadi 3 (tiga) kategori yaitu angkutan umum darat,

angkutan umum laut, dan angkutan umum udara.

20
Kamus Bahasa Indonesia, “Kamus Bisnis dan Bank”, Online,
(http://www.mediabpr.com/kamusbisnisbank/angkutan_ laut.aspx, Diakses 28 Januari 2018),
2018.
21
Sekretariat Negara RI, Peraturan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 Tentang
Penerbangan (Jakarta, 2009), halaman 2.
20

B. Tinjauan Tentang Penyelenggara Angkutan Umum

Pada dasarnya, penyelenggaraan transportasi umum angkutan orang itu

terbagi 2 (dua), yakni penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan

bermotor umum dalam trayek yang diatur dalam Peraturan Menteri

Perhubungan Republik Indonesia Nomor 98 Tahun 2013 tentang Standar

Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum

dalam Trayek sebagaimana diubah dengan Peraturan Menteri Perhubungan

Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2015 tentang Perubahan Atas Peraturan

Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 98 Tahun 2013 tentang

Standar Pelayanan Minimal Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor

Umum dalam Trayek dan penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan

bermotor umum tidak dalam trayek yang diatur dalam Peraturan Menteri

Perhubungan Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2016 tentang

Penyelenggaraan Angkutan Orang dengan Kendaraan Bermotor Umum Tidak

Dalam Trayek.22

Berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74

Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan pada Pasal 23 ayat (3) Kendaraan yang

dipergunakan untuk pelayanan Angkutan orang :

1. Mobil penumpang umum

Mobil penumpang umum adalah Kendaraan Bermotor Angkutan orang

yang memiliki tempat duduk maksimal 8 (delapan) orang, termasuk untuk

pengemudi atau yang beratnya tidak lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus)

22
Klinik, “hal-hal yang Perlu Disiapkan Jika Ingin Membuka Usaha Jasa Angkutan
Umum”. (Online), (http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt5897200b4a4c7/hal-hal-yang-
perlu-disiapkan-jika-ingin-membuka-usaha-jasa-angkutan-umum, diakses 05 Juli 2018), 2018.
21

kilogram (Penjelasan Pasal 1 ayat 8 Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan).

2. Mobil bus umum

Mobil bus umum adalah Kendaraan Bermotor Angkutan orang yang

memiliki tempat duduk lebih dari 8 (delapan) orang, termasuk untuk

pengemudi atau yang beratnya lebih dari 3.500 (tiga ribu lima ratus)

kilogram (Penjelasan Pasal 1 ayat 9 Peraturan Pemerintah Republik

Indonesia Nomor 74 Tahun 2014 tentang Angkutan Jalan).

Syarat utama angkutan umum adalah harus berbadan hukum. Didalam

Pasal 173 ayat (1) huruf a, b, c Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan, Perusahaan Angkutan

Umum yang menyelenggarakan angkutan orang dan/atau barang wajib

memiliki :

1. Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek

Izin penyelenggarakan angkutan orang dalam trayek adalah izin untuk

pemenuhan standar pelayanan minimal dan persetujuan pengoperasian

bagi penyelenggara angkutan orang dalam trayek berupa izin bagi

pemohon baru, pembaharuan masa berlaku, dan perubahan dokumen izin.

2. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek

Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek adalah izin untuk

pemenuhan standar pelayanan minimal dan persetujuan pengoperasian

bagi penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek berupa izin bagi

pemohon baru, pembaharuan masa berlaku, dan perubahan dokumen izin.


22

3. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat

Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat adalah adalah

izin untuk pemenuhan standar pelayanan minimal dan persetujuan

pengoperasian bagi penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat

berat berupa izin secara khusus seperti pemohon baru, pembaharuan masa

berlaku, dan perubahan dokumen izin.

Perusahaan Angkutan Umum adalah badan hukum yang menyediakan

jasa angkutan orang dan/atau barang dengan Kendaraan Bermotor Umum

dijelaskan dalam Pasal 1 ayat (21) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor

22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

Kewajiban Perusahaan Angkutan Umum yang diatur dalam Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan antara lain :

1. Perusahaan Angkutan Umum wajib mengangkut orang dan/atau barang

setelah disepakati perjanjian angkutan dan/atau dilakukan pembayaran

biaya angkutan oleh Penumpang dan/atau pengirim barang (Pasal 186

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan).

2. Perusahaan Angkutan Umum wajib mengembalikan biaya angkutan yang

telah dibayar oleh Penumpang dan/atau pengirim barang jika terjadi

pembatalan pemberangkatan (Pasal 187 Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).
23

3. Perusahaan Angkutan Umum wajib mengganti kerugian yang diderita oleh

Penumpang atau pengirim barang karena lalai dalam melaksanakan

pelayanan angkutan (Pasal 188 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).

4. Perusahaan Angkutan Umum wajib mengasuransikan tanggung jawabnya

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 188 (Pasal 189 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan).

5. Pengemudi Kendaraan Bermotor Umum dapat menurunkan penumpang

dan/atau barang yang diangkut pada tempat pemberhentian terdekat jika

Penumpang dan/atau barang yang diangkut dapat membahayakan

keamanan dan keselamatan angkutan (Pasal 190 Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan).

6. Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang

diakibatkan oleh segala perbuatan orang yang dipekerjakan dalam kegiatan

penyelenggaraan angkutan (Pasal 191 Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).

7. Perusahaan Angkutan Umum bertanggung jawab atas kerugian yang

diderita oleh Penumpang yang meninggal dunia atau luka akibat

penyelenggaraan angkutan, kecuali disebabkan oleh suatu kejadian yang

tidak dapat dicegah atau dihindari atau karena kesalahan Penumpang

(Pasal 192 ayat 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan).


24

C. Tinjauan Tentang Pengusahaan Angkutan

Pasal 173 ayat (1) huruf a dan b Undang-Undang Republik Indonesia

Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan menjelaskan

bahwa Perusahaan Angkutan Umum yang menyelenggarakan angkutan orang

dan/atau barang wajib memiliki izin penyelenggara angkutan orang dalam

trayek dan izin penyelenggara angkutan orang tidak dalam trayek. Adapun

uraiannya adalah sebagai berikut:

1. Izin Penyelenggaraan Angkutan Orang Dalam Trayek

Izin penyelenggara angkutan orang dalam trayek terdapat di ketentuan

Pasal 176 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009

tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan.

2. Perizinan Angkutan Tidak Dalam Trayek

Pemberian izin penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan

bermotor tidak dalam trayek menurut ketentuan Pasal 179 ayat (2)

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan, mengatur bahwa Tata cara dan persyaratan

pemberian izin diatur dengan Peraturan Menteri yang bertanggung jawab

di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan. Izin

penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek menurut ketentuan

Pasal 64 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 35


25

Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang di Jalan Dengan

Kendaraan Umum, merupakan satu kesatuan dokumen yang terdiri dari :23

a. Surat keputusan izin operasi, yang sekurang-kurangnya :24

1) Nomor surat keputusan;

2) Nama perusahaan;

3) Nomor induk perusahaan;

4) Nama pimpinan perusahaan/ penanggung jawab;

5) Alamat perusahaan/ penanggung jawab;

6) Masa berlaku izin;

b. Surat keputusan pelaksanaan izin operasi, yang sekurang-kurangnya

memuat :25

1) Nomor surat keputusan;

2) Nama perusahaan;

3) Jumlah kendaraan yang diizinkan;

4) Masa berlaku izin;

c. Lampiran surat keputusan berupa daftar kendaraan, yang sekurang-

kurangnya memuat:26

1) Nomor surat keputusan;

2) Nama perusahaan;

3) Tanda nomor kendaraan;

4) Nomor uji;

23
SJ Freitas, “Izin Penyelenggara Angkutan Orang Di Jalan Dengan Kendaraan Bermotor
Umum Dalam Rangka Otonomi Daerah (Studi Kasus Di Kebumen Bantul)” Hal. 11, (Online),
(http://e-journal.uajy.ac.id/4821/3/2MIH01448.pdf, diakses 06 Juli 2018), 2018.
24
Ibid.
25
Ibid, halaman 12.
26
Ibid .
26

5) Merek pabrik;

6) Tahun pembuatan;

7) Daya angkut (orang);

8) Ketersediaan fasilitas pendingin udara, tempat duduk yang dapat

direbahkan, dan toilet;

d. Kartu pengawasan kendaraan, yang sekurang-kurangnya yaitu :27

1) Nomor surat keputusan;

2) Nomor induk kendaraan;

3) Nama perusahaan;

4) Masa berlaku izin;

5) Tanda nomor kendaraan;

6) Nomor uji;

7) Daya angkut orang;

8) Daya angkut bagasi;

e. Surat pernyataan kesanggupan untuk mentaati kewajiban sebagai

pemegang izin operasi, yang ditandatangani pemohon dan diketahui

pejabat pemberi izin.28

Permohonan untuk memperoleh izin operasi angkutan, pemohon

dapat menyampaikan permohonan kepada pejabat pemberi izin. Pejabat

pemberi izin wajib memberikan jawaban persetujuan atau penolakan

terhadap permohonan yang diajukan selambat-lambatnya dalam waktu 14

(empat belas) hari kerja sejak permohonan diterima. Apabila permohonan

ditolak, pemberi izin memberikan jawaban secara tertulis dengan disertai

27
Ibid.
28
Ibid, halaman 13.
27

alasan penolakan, alasan penolakam terdapat pada Pasal 64, 65, dan 66

Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia Nomor 35 Tahun

2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan Dengan

Kendaraan Umum.29

Persyaratan untuk memperoleh izin operasi angkutan, sesuai

ketentuan Pasal 67 Keputusan Menteri Perhubungan Republik Indonesia

Nomor 35 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Angkutan Orang Di Jalan

Dengan Kendaraan Umum, pemohon wajib memenuhi:30

a. Persyaratan administratif

1) Memiliki surat Izin usaha angkutan;

2) Menandatangani surat persyaratan kesanggupan untuk memenuhi

seluruh kewajiban sebagai pemegang Izin trayek;

3) Memiliki atau menguasai kendaraan yang laik jalan yang

dibuktikan dengan fotokopi Surat Tanda Nomor Kendaraan

(STNK) sesuai domisili perusahaan dan fotokopi Buku Uji

Kendaraan;

4) Menguasai fasilitas penyimpanan/ pool kendaraan bermotor yang

dibuktikan dengan gambar lokasi dan bangunan serta surat

keterangan mengenai kepemilikan dan penguasaan;

5) Memiliki atau bekerjasama dengan pihak lain yang mampu

menyediakan fasilitas pemeliharaaan kendaraan bermotor sehingga

dapat merawat kendaraannya untuk tetap dalam kondisi laik jalan;

29
Ibid.
30
Ibid.
28

6) Surat keterangan kondisi usaha, seperti permodalan dan sumber

daya manusia;

7) Surat keterangan komitmen usaha seperti jenis pelayanan yang

akan dilaksanakan dan standar pelayanan yang diterapkan;

8) Surat pertimbangan dari Gubernur, dalam hal ini Dinas Provinsi

atau Dinas Kabupaten/ Kota yang membidangi Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan.

b. Pertimbangan dari Walikota/Bupati, dalam hal ini Dinas

Kota/Kabupaten untuk angkutan taksi yang wilayah operasinya lebih

dari satu daerah Propinsi, angkutan taksi yang wilayah operasinya

lebih dari satu daerah Kabupaten/Kota dalam satu Propinsi, angkutan

sewa dan angkutan pariwisata menurut domisili kepemilikan lama dan

baru, yang meliputi :31

1) Pengecekan terhadap kebenaran dan keabsahan dokumen

pengalihan kepemilikan, seperti akte notaris dan status/bentuk

pengalihan pemilikan;

2) Fasilitas penyimpanan kendaraan bermotor atau pool;

3) Fasilitas pemeliharaan atau perawatan kendaraan;

c. Dokumen izin operasi yang dimiliki.

apabila permohonan yang diajukan pemohon dapat diterima

pejabat pemberi izin, pemberi izin memberikan izin operasi, berupa :

1) Surat keputusan izin operasi;

2) Surat keputusan pelaksanaan izin operasi;

31
Ibid, halaman 21.
29

3) Lampiran surat keputusan izin operasi berupa daftar kendaraan;

4) Kartu pengawasan kendaraan;

5) Surat pernyataan kesanggupan untuk mentaati seluruh kewajiban

sebagai pemegang izin operasi, yang ditandatangani pemohon dan

diketahui pejabat pemberi izin.

D. Tinjauan Tentang Tanggung Jawab Penyelenggaran Angkutan

Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dalam kegiatan

pelayanan langsung kepada masyrakat dilakukan oleh Pemerintah,

Pemerintah Daerah, badan hukum, dan/atau masyarakat.32

Dalam Pasal 2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22

Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dimuat asas-asas

dalam penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yakni : lalu

Lintas dan Angkutan Jalan diselenggarakan dengan memperhatikan

asas-asas penyelenggaraan angkutan yaitu:

1. Asas Transparan

Asas transparan adalah keterbukaan dalam penyelenggaraan Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan kepada masyarakat luas dalam

memperoleh informasi yang benar, jelas, dan jujur sehingga

masyarakat mempunyai kesempatan berpartisipasi bagi

pengembangan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Penjelasan Pasal

2 huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2009).

32
Sekretariat Negara RI, Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan
Angkutan Jalan (Jakarta, 2009), halaman 10.
30

2. Asas Akuntabel

Asas akuntabel yaitu penyelenggaraan Lalu Lintas dan Angkutan

Jalan yang dapat dipertanggungjawabkan (Penjelasan Pasal 2

huruf b Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun

2009).

3. Asas Berkelanjutan

Asas berkelanjutan adalah penjaminan kualitas fungsi lingkungan

melalui pengaturan persyaratan teknis laik kendaraan dan rencana

umum pembangunan serta pengembangan Jaringan Lalu Lintas

dan Angkutan Jalan (Penjelasan Pasal 2 huruf c Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009).

4. Asas Partisipasif

Asas partisipasi yaitu pengaturan peran serta masyarakat dalam

proses penyusunan kebijakan, pengawasan terhadap pelaksanaan

kebijakan, penanganan kecelakaan, dan pelaporan atas peristiwa

yang terkait dengan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Penjelasan

Pasal 2 huruf d Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22

Tahun 2009)

5. Asas Bermanfaat

Asas bermanfaat yaitu semua kegiatan penyelenggaraan Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan yang dapat memberikan nilai tambah

sebesar-besarnya dalam rangka mewujudkan kesejahteraan

masyarakat (Penjelasan Pasal 2 huruf e Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 22 Tahun 2009).


31

6. Asas Efisien dan Efektif

Asas efisien dan efektif yaitu pelayanan dalam penyelenggaraan

Lalu Lintas dan Angkutan Jalan yang dilakukan oleh setiap

pembina pada jenjang pemerintahan secara berdaya guna dan

berhasil guna (Penjelasan Pasal 2 huruf f Undang-Undang

Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009)

7. Asas Seimbang

Asas seimbang yaitu adalah penyelenggaraan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan yang harus dilaksanakan atas dasar keseimbangan

antara sarana dan prasarana serta pemenuhan hak dan kewajiban

Pengguna Jasa dan penyelenggara (Penjelasan Pasal 2 huruf g

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009)

8. Asas Terpadu

Asas terpadu adalah penyelenggaraan pelayanan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan yang dilakukan dengan mengutamakan keserasian

dan kesalingbergantungan kewenangan dan tanggung jawab

antarinstansi pembina (Penjelasan Pasal 2 huruf h Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009)

9. Asas Mandiri

Asas mandiri yaitu upaya penyelenggaraan Lalu Lintas dan

Angkutan Jalan melalui pengembangan dan pemberdayaan

sumber daya nasional (Penjelasan Pasal 2 huruf i Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 22 Tahun 2009).


32

Berdasarkan uraian tersebut maka, dapat diketahui bahwa dalam

pelayanan kepada masyarakat terkait dengan lalu lintas dan angkutan jalan

didasarkan atau berpedoman pada asas-asas penyelenggaraan lalu lintas

dan angkutan jalan, yaitu asas transparan, asas akuntabel, asas

berkelanjutan, asas partisipatif, asas bermanfaat, asas efesien dan efektif,

asas seimbang, asas terpadu, dan asas mandiri.

Anda mungkin juga menyukai