Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN

DEMAM BERDARAH DENGUE

(DBD)

Disusun oleh kelompok 6

1. Ana Zakiyyah ( 20233088 )


2. Laelatul Azizah ( 20231035 )
3. Dwi Putri Milla Puspita Ayu ( 20233089 )
4. Miranda Gista Maharani ( 20231040 )
5. Juli Mulyani Putri ( 20233098 )

Ns. Septa Meriana Lumbatoruan S.Kep., M.S.

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN TARUMANAGARA


2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dengan
rakhmatnya maka Laporan Pendahuluan yang berjudul ”Demam Berdarah Dengue” ini dapat
selesai pada waktunya.
Pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman
yang telah membantu dalam penyelesaian laporan ini. Laporan Pendahuluan ini disusun
sebagai salah satu tugas dari mata kuliah Biomedik.
. Penulis menyadari tulisan ini masih jauh dari sempurna dan banyak kekurangan,
sehingga saran dan kritik pembaca yang bersifat membangun sangat penulis harapkan untuk
kesempurnaan tulisan ini. Semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.

Tangerang, 18 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI

COVER.......................................................................................................................................
KATA PENGANTAR................................................................................................................
DAFTAR ISI...............................................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN..........................................................................................................
1.1 Latar Belakang..........................................................................................................
1.2 Tujuan.......................................................................................................................
BAB 2 ISI/PENJELASAN..........................................................................................................
2.1 Definisi......................................................................................................................
2.2 Etiologi......................................................................................................................
2.3 Epidemiologi.............................................................................................................
2.4 Manisfestasi Klinis....................................................................................................
2.5 Faktor Risiko.............................................................................................................
BAB 3 PATOSIFIOLOGI...........................................................................................................
BAB 4 APLIKASI/PENERAPAN KEPERAWATAN..............................................................
BAB 5 PENUTUP.......................................................................................................................
Kesimpulan.....................................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang

Demam Berdarah Dengue (DBD) merupakan salah satu masalah kesehatan


yang sering terjadi pada masyarakat. Menurut (Hadriyati, Marisdayana dan Ajizah.
2016) DBD disebabkan oleh kondisi lingkungan yang tidak memenuhi syarat
kesehatan yaitu terdapat genangan air yang merupakan tempat berkembangbiaknya
nyamuk Aedes aegypti. DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh virus dengue
yang masuk ke peredaran darah manusia melalui gigitan nyamuk dari genus Aedes
Aegypti atau Aedes Albopictus (Hadriyati, dkk. 2016).
Penyakit yang sudah menyebar luas di beberapa daerah di dunia dengan
jumlah penderita yang terus meningkat setiap tahunnya merupakan DBD. Menurut
WHO tahun s2016 menunjukan bahwa terjadi peningkatan jumlah kasus DBD dari
2,2 juta pada tahun 2010 menjadi 3,2 juta pada tahun 2015. Daerah yang jumlah
penderita DBD paling tinggi terkena dampak DBD yaitu Amerika, Asia Tenggara,
dan Pasifik Barat (Lumingas, Kaunang, dan Asrifuddin. 2016).
Di Indonesia kejadian DBD merupakan salah satu penyakit yang tertinggi.
Menurut profil kesehatan Indonesia tahun 2017 menunjukkan bahwa kasus DBD
berjumlah 68.407 dengan jumlah kematian sebanyak 0.72%. jumlah tersebut menurun
cukup drastis dari tahun sebelumnya, yaitu 204.171 kasus dengan jumlah kematian
sebanyak 0,78%. Angka kesakitan DBD tahun 2o17 menurun dibandingkan tahun
2016 yaitu 78,85 menjadi 26,10 per 100.000 penduduk dengan angka kematian atau
nilai Case Fatality Rate (CFR) tahun 2016 0,78% menjadi 0,72% pada tahun 2017
(Kemenkes RI, 2017).

1.2 Tujuan

1. Dapat mengetahui definsi dari DBD


2. Dapat mengetaui etiologi dari DBD
3. Dapat mengetaui epidemiologi dari DBD
4. Dapat mengetaui manisfestasi klinis dari DBD
5. Dapat mengetaui faktor risiko dari DBD
BAB 2
ISI DAN PENJELASAN

2.1 Definisi
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/ijphcm/article/download/27243/26806
Menurut World Health Organization (2018), Demam Berdarah Dengue adalah
penyakit menular yang dibawa oleh nyamuk yang menyebar sangat cepat. Demam
berdarah tersebar luas diseluruh daerah tropis yang dipegaruhi oleh curah hujan, suhu,
dan urbanisasi. Dalam beberapa dekade terakhir kejadian demam berdarah meningkat
secara drastis di seluruh dunia. Pada tahun 2010 jumlah kasus 2,2 juta dan pada tahun
2016 dilaporkan meningkat menjadi 3,34 juta kasus.

2.2 Etiologi
Empat virus dengue yang berbeda diketahui menyebabkan demam berdarah.
Demam berdarah terjadi ketika seseorang digigit oleh nyamuk yang terinfeksi virus.
Nyamuk Aedes aegypti adalah spesies utama yang menyebar penyakit ini. Ada lebih
dari 100 juta kasus baru demam berdarah setiap tahun di seluruh dunia. Sejumlah
kecil ini berkembang menjadi demam berdarah. Kebanyakan infeksi di Amerika
Serikat yang dibawa dari negara lain. Faktor risiko untuk demam berdarah termasuk
memiliki antibodi terhadap virus demam berdarah dari infeksi sebelumnya (Vyas, et
al, 2014).
Virus dengue termasuk genus Flavirus, keluarga flaviridae terdapat 4 serotipe
virus dengan DEN-1, DEN-2, DEN-3 dan DEN-4, keempatnya ditemukan di
Indonesia dengan den-3 serotype terbanyak. Infeksi salah satu serotipe akan
menimbulkan antibodi terhadap serotipe yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang
terbentuk terhadap serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan yang memadai terhadap serotipe lain. Seseorang yang tinggal di daerah
epidermis dengue dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe selama hidupnya. Keempat
serotipe virus dengue dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia (Nurarif &
Hardhi, 2015).
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2139/2/BAB%20II.pdf

2.3 Epidemiologi
Kasus DBD ditingkat Global perkembangannya semakin meningkat. Pada
tahun 1954-1959 sebanyak 980 kasus dihampir 100 negara dan menjadi 1.016.612
kasus dihampir 60 negara (Kemenkes RI, 2017).
Menurut data Indonesia pada tahun 2017 jumlah kasus DBD mencapai 68.407
kasus, tahun 2018 mencapai 65.602 kasus, tahun 2019 (Januari-Juli 2020) mencapai
71.663 kasus di 34 provinsi dan 459 penderita meninggal. Pada akhir 2009 sampai
Desember 2019 mencapai 110.921 kasus (Kemenkes RI, 2019)
https://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/kesmas/article/download/31648/30217

2.4 Manisfestasi Klinis


Demam berdarah menurut (WHO, 2015) adalah, penyakit seperti flu berat
yang mempengaruhi bayi, anak-anak dan orang dewasa, tapi jarang menyebabkan
kematian. Dengue harus dicurigai bila demam tinggi (40 ° C / 104 ° F) disertai dengan
2 dari gejala berikut: sakit kepala parah, nyeri di belakang mata, nyeri otot dan sendi,
mual, muntah, pembengkakan kelenjar atau ruam. Gejala biasanya berlangsung
selama 2-7 hari, setelah masa inkubasi 4-10 hari setelah gigitan dari nyamuk yang
terinfeksi.
Dengue yang parah adalah komplikasi yang berpotensi mematikan karena
plasma bocor, akumulasi cairan, gangguan pernapasan, pendarahan parah, atau
gangguan organ. Tanda-tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama dalam
hubungannya dengan penurunan suhu (di bawah 38 ° C / 100 ° F) dan meliputi: sakit
parah perut, muntah terus menerus, napas cepat, gusi berdarah, kelelahan, kegelisahan
dan darah di muntah. 24-48 jam berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan;
perawatan medis yang tepat diperlukan untuk menghindari komplikasi dan risiko
kematian.
http://eprints.poltekkesjogja.ac.id/2139/2/BAB%20II.pdf

2.5 Faktor risiko


1. Lingkungan rumah (jarak rumah, tata rumah, jenis kontainer, ketinggian
tempat dan iklim)
Jarak antara rumah mempengaruhi penyebaran nyamuk dari satu rumah ke
rumah lain, semakin dekat jarak antar rumah semakin mudah nyamuk menyebar
kerumah sebelah menyebelah. Bahan-bahan pembuat rumah, konstruksi rumah,
warna dinding dan pengaturan barangbarang dalam rumah menyebabkan rumah
tersebut disenangi atau tidak disenangi oleh nyamuk. Berbagai penelitian penyakit
menular membuktikan bahwa kondisi perumahan yang berdesak-desakan dan kumuh
mempunyai kemungkinan lebih besar terserang penyakit.
Macam kontainer, termasuk macam kontainer disini adalah jenis/bahan
kontainer, letak kontainer, bentuk, warna, kedalaman air, tutup dan asal air
mempengaruhi nyamuk dalam pemilihan tempat bertelur. Ketingian tempat,
pengaruh variasi ketinggian berpengaruh terhadap syarat-syarat ekologis yang
diperlukan oleh vektor penyakit. Di Indonesia nyamuk Aedes aegypti dan Aedes
albopictus dapat hidup pada daerah dengan ketinggian 1000 meter diatas permukaan
laut. Iklim adalah salah satu komponen pokok lingkungan fisik, yang terdiri dari:
suhu udara, kelembaban udara, curah hujan dan kecepatan angin.
2. Lingkungan biologi
Banyaknya tanaman hias dan tanaman pekarangan, yang mempengaruhi
kelembaban dan pencahayaan didalam rumah. Adanya kelembaban yang tinggi dan
kurangnya pencahayaan dalam rumah merupakan tempat yang disenangi nyamuk
untuk hinggap beristirahat.
3. Lingkungan sosial
Kebiasaan masyarakat yang merugikan kesehatan dan kurang memperhatikan
kebersihan lingkungan seperti kebiasaan menggantung baju, kebiasaan tidur siang,
kebiasaan membersihkan TPA, kebiasaan membersihkan halaman rumah, dan juga
partisipasi masyarakat khususnya dalam rangka pembersihan sarang nyamuk, maka
akan menimbulkan resiko terjadinya transmisi penularan penyakit DBD di dalam
masyarakat. Kebiasaan ini akan menjadi lebih buruk dimana masyarakat sulit
mendapatkan air bersih, sehingga mereka cenderung untuk menyimpan air dalam
tandon bak air, karena TPA tersebut sering tidak dicuci dan dibersihkan secara rutin
pada akhirnya menjadi potensial sebagai tempat perindukan nyamuk Aedes aegypti.
https://juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/majority/article/download/
1449/1284

BAB 3
PATOFISIOLOGI
BAB 4
APLIKASI/PENERAPAN KEPERAWATAN
1. Tirah baring
2. Diet makan lunak.
3. Minum banyak (2-3 liter/24 jam) dapat berupa susu,jus jambu, teh manis, dan
pemberian cairan yang merupakan hal yang paling penting bagi penderita DBD.
4. Pemberian cairan intravena (biasanya ringer laktat, NaCl Faal).
5. Monitor tanda-tanda vital setiap 3 jam.
6. Monitor tanda-tanda pendarahan lebih lanjut.
7. Pemberian antibiotik bila ada kekuatiran infeksi sekunder.
8. Monitor tanda-tanda dari rejatan meliputi keadaan umum, perubahan tanda-tanda
vital, hasil laboratorium yang memburuk.
9. Bila timbul kejang dapat diberikan diazepam (kolaborasi dengan tim medis).
10. Pemberian obat anti piretik sebaiknya dari golongan Asetaminopen,
eukinim,atau dipiron.
11. Pemberian kompres dingin.
BAB 5
PENUTUP

Kesimpulan
Di Indonesia, demam bberdarah bukanlah penyakit yang asing dari
tahun ke tahun, penyakit ini selalu menghantui bangsa Indonesia dengan
bertambahnya informasi informasi yang diberikan masyarakat lewat berbagai
media dan bertambahnya kegiatan pemberantasan yang semakin banyak dan
dengan cara yang bervariasi, akan menurunkan jumlah korban demam
berdarah di waktu yang akan datang.
Demam berdarah atau demam berdarah dengue (DBD) adalah penyakit
febris akut yang ditemukan di daerah tropis, dengan penyebaran geografis
yang mirip dengan malaria. Demam berdarah disebarkan kepada manusia oleh
nyamuk Aedes aegypti. Penyakit ini ditunjukkan melalui munculnya demam
secara tiba-tiba, disertai sakit kepala berat, sakit pada sendi, dan ruam. Karena
seringnya terjadi perdarahan dan syok maka pada penyakit ini angka
kematiannya cukup tinggi, oleh karena itu setiap Penderita yang diduga
menderita Penyakit Demam Berdarah dalam tingkat yang manapun harus
segera dibawa ke dokter atau Rumah Sakit, mengingat sewaktu-waktu dapat
mengalami syok / kematian.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai