Anda di halaman 1dari 35
JAKARTA 10110, KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT GEDUNG KARYA, TELP (021) 3606138, Fax (021) 3507202, 3506129, JL. MERDEKA BARAT NO.8 3506129, 506145, 5505146, 3508143, 3062179 3506149, 3062220 Email: ijennubaat@epnub go id. Home Pago itp nubdat soph. PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT NOMOR SK.1809/HK.201/DRJD/2018 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, Menimbang : a. bahwa berdasarkan ketentuan Pasal 14 ayat (4) huruf a dan Lampiran III angka 1 huruf f, 1), d), (2) Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 39 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian Perhubungan dan Pasal 12 PM 133 Tahun 2016 tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Menteri Perhubungan Dalam Rangka Pengelolaan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian Perhubungan, maka sewa merupakan salah satu bentuk pemanfaatan Barang Milik Negara dan dibuat dalam bentuk Perjanjian Sewa; b, bahwa untuk mewujudkan kelancaran dan ketertiban dalam pelaksanaan perjanjian sewa barang milik negara di bidang transportasi darat, perlu disusun pedoman pelaksanaan perjanjian sewa barang milik negara di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat; Mengingat . bahwa berdasarkan —_pertimbangan _sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat tentang Pedoman Pelaksanaan Perjanjian Sewa Barang Milik Negara Di Lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat; -Undang-Undang Nomor 1 ‘Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); . Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Dacrah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533); . Peraturan Presiden Nomor 40 Tahun 2015 tentang Kementerian Perhubungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 75); . Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 39 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian Perhubungan; Menetapkan 6. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 117 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2017 Nomor 1891); 7. Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM 133 Tahun 2016 tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Menteri Perhubungan Dalam Rangka Pengelolaan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1614); MEMUTUSKAN: PERATURAN DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PERJANJIAN SEWA BARANG MILIK NEGARA DI LINGKUNGAN DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT. BABI KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Direktur Jenderal ini yang dimaksud dengan: 1. Perjanjian adalah suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih. Sewa adalah pemanfaatan Barang Milik Negara oleh pihak lain dalam jangka waktu tertentu dan menerima imbalan uang tunai. Barang Milik Negara selanjutnya disebut BMN adalah semua barang yang dibeli atau diperoleh atas beban Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau berasal dari perolehan lainnya yang sah Objek Sewa adalah tanah dan/atau bangunan dan/atau BMN selain tanah dan/atau bangunan. Pengelola Barang adalah Pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab menetapkan kebijakan dan pedoman serta melakukan _pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah. Pengguna Barang adalah Pejabat pemegang kewenangan — penggunaan_—- Barang_—MMilik Negara/ Daerah. Kuasa Pengguna Barang adalah Kepala Satuan Kerja atau Pejabat yang ditunjuk oleh Pengguna Barang untuk menggunakan barang yang berada dalam penguasaannya dengan sebaik-baiknya. Badan Hukum adalah —organisasi_—_ atau perkumpulan yang didirikan dengan akta yang otentik, memiliki tujuan tertentu, kekayaan yang terpisah, hak dan kewajiban _ sehingga diperlakukan sebagai subyek hukum. Pejabat Pengguna BMN adalah Pejabat di lingkungan Kementerian Perhubungan yang mendapat limpahan wewenang dari Pengguna Barang berdasarkan perundang-undangan untuk mengajukan permohonan pemanfaatan BMN kepada Pengelola Barang di tingkat Kanwil DJKN atau KPKNL. 10. Direktur Jenderal adalah Direktur Jenderal Perhubungan Darat. 11. Balai Pengelola Transportasi Darat selanjutnya disebut BPTD adalah instansi vertikal Direktorat Jenderal Perhubungan Darat yang berada di bawah dan bertanggung jawab langsung kepada Direktur Jenderal Perhubungan Darat. 12. Pihak Kesatu adalah Pengguna Barang yang berwenang dalam —penandatanganan Surat Perjanjian Sewa. 13. Pihak Kedua adalah Penyewa yang sudah mendapat persetujuan sewa dari Pengelola Barang. Pasal 2 (1) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi Pengguna Barang atau Kuasa Pengguna Barang dalam pelaksanaan Perjanjian Sewa BMN. (2) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat ini bertujuan untuk terselenggaranya pelaksanaan Sewa BMN yang tertib, terarah, adil, dan akuntabel guna mewujudkan pengelolaan BMN yang efisien, efektif, dan optimal. Pasal 3 Ruang lingkup pengaturan dalam Peraturan Direktur Jenderal ini meliputi a. pendelegasian kewenangan _penandatanganan Perjanjian Sewa BMN; b. bentuk Perjanjian Sewa BMN. BAB II PENDELEGASIAN KEWENANGAN PENANDATANGANAN PERJANJIAN SEWA BMN Bagian Kesatu Umum Pasal 4 Perjanjian Sewa BMN harus memenuhi ketentuan sebagai berikut: a. BMN yang dalam kondisi belum atau tidak digunakan oleh Pengguna Barang atau Pengelola Barang; b. jangka waktu Sewa paling lama 5 (lima) tahun sejak ditandatangani perjanjian, dan dapat diperpanjang; c. perpanjangan jangka waktu Sewa dilakukan oleh Pengguna Barang setelah terlebih dahulu dievaluasi oleh Pengguna Barang dan disetujui oleh Pengelola Barang; d. Penghitungan nilai BMN dalam rangka penentuan besaran Sewa dilakukan sebagai berikut: 1. Penghitungan nilai BMN untuk tanah dan/atau bangunan yang berada pada Pengguna Barang ditetapkan oleh Pengguna Barang dan dapat melibatkan instansi teknis terkait dan/atau penilai; 2. Penghitungan nilai BMN selain tanah dan/atau bangunan, ditetapkan oleh Pengguna Barang dan dapat melibatkan instansi teknis terkait dan/atau penilai. Bagian Kedua Kriteria Pendelegasian Kewenangan Pasal 5 Perjanjian Sewa BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 dibedakan dalam 2 (dua) golongan sebagai berikut: a. golongan 1 (satu), berupa: 1, tanah dan/atau bangunan dengan nilai BMN yang akan disewakan dihitung secara proporsional dari nilai_ perolehaan BMN per usulan di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah);dan 2.selain tanah dan/atau bangunan dengan nilai perolehan BMN yang akan disewakan per usulan di atas Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah). b. golongan 2 (dua), berupa: 1, tanah dan/atau bangunan, dengan nilai BMN yang akan disewakan dihitung secara proposional dari nilai perolehan BMN per usulan sampai dengan Rp10.000,000.000,00 (sepuluh miliar rupiah); dan 2.selain tanah dan/atau bangunan, dengan. nilai perolehan BMN yang akan disewakan per usulan sampai dengan Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) Pasal 6 (1) Perjanjian Sewa BMN golongan 1 (satu) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a ditandatangani oleh Direktur Jenderal. (2) Perjanjian Sewa BMN golongan 2 (dua) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf b ditandatangani oleh Kepala BPTD. BAB III BENTUK PERJANJIAN SEWA BMN Pasal 7 Perjanjian Sewa BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 paling sedikit memuat: a. waktu dan tempat perjanjian; b. para pihak perjanjian sewa (subjek sewa); c. dasar hukum perjanjian; d. maksud dan tujuan; ¢. ruang lingkup; f. objek sewa; g. nilai sewa; h. tata cara pembayaran; jangka waktu berlakunya perjanjian; hak dan kewajiban; k. larangan pengalihan; 1, penyerahan bangunan pada saat _berakhirnya perjanjian; keadaan kahar (force majeure); 5 penyelesaian perselisihan; ° bea materai, pajak-pajak dan biaya lain-lain; kerahasiaan; korespondensi; nop addendum; dan 2 tandatangan para pihak perjanjian sewa. Pasal 8 (1) Waktu dan tempat Perjanjian Sewa BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf a memuat: a. hari, tanggal, dan tahun perjanjian Sewa BMN; dan b. tempat Perjanjian Sewa BMN. (3) (4) (7) (8) (9) Para pihak Perjanjian Sewa (subjek Sewa BMN) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf b memuat: a. identitas perorangan, yaitu nama, jabatan, dan alamat; b. identitas badan hukum, yaitu badan usaha milik negara, badan usaha milik daerah, perseroan terbatas, atau koperasi. Dasar hukum Perjanjian Sewa BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf c memuat dasar-dasar hukum yang menjadi acuan dalam pelaksanaan Perjanjian Sewa BMN. Maksud dan tujuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf d memuat maksud dan tujuan pelaksanaan Perjanjian Sewa BMN Ruang lingkup sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf e memuat objek yang akan disewakan. Objek Sewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf f memuat data objek dan/atau BMN yang akan disewakan. Nilai sewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf g memuat besaran uang sewa yang harus dibayar oleh penyewa. Tata cara pembayaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf h memuat ketentuan dan batas waktu pembayaran Sewa dan dokumen — pendukung penagihan, Jangka waktu berlakunya Perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf i memuat tanggal berlaku dan berakhirnya pelaksanaan Perjanjian Sewa BMN. (10) (11) (12) (13) (14) (15) (16) Hak dan kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf j memuat hak dan kewajiban dari masing-masing pihak. Larangan pengalihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf k memuat ketentuan bagi Pihak Kedua untuk tidak mengalihkan hak dan kewajiban yang diperoleh berdasarkan Perjanjian Sewa BMN kepada pihak lain dan larangan pada bangunan Pihak Kesatu untuk dijadikan agunan atau pinjaman bagi Pihak Kedua, Penyerahan bangunan pada saat _berakhirnya perjanjian sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf 1 memuat ketentuan-ketentuan bagi kedua pihak pada saat Perjanjian Sewa BMN berakhir. Keadaan kahar (force majeure) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf m memuat ketentuan apabila terjadi suatu keadaan di luar kehendak masing- masing pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Penyelesaian perselisihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf n memuat aturan yang harus dilakukan dalam melakukan penyelesaian apabila terjadi permasalahan selama pelaksanaan Perjanjian Sewa BMN. Bea materai, pajak-pajak dan biaya _lain-lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf o memuat hal-hal yang menjadi beban dan tanggung jawab masing-masing pihak. Kerahasiaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf p memuat bahwa Perjanjian Sewa BMN bersifat rahasia dan tidak untuk dipublikasikan. (17) Korespondensi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf q memuat penyampaian maksud melalui surat- menyurat antara dari Pihak Kesatu dan Pihak Kedua. (18) Addendum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf r memuat tambahan ketentuan_perjanjian berdasarkan kesepakatan antar kedua pihak, (19) Tandatangan Perjanjian Sewa BMN_ scbagaimana dimaksud dalam Pasal 7 huruf s memuat tandatangan dari kedua pihak. Pasal 11 (1) Perjanjian Sewa BMN sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 sesuai dengan contoh format yang tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Direktur Jenderal ini. (2) Perjanjian sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat disesuaikan dengan kebutuhan, sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan sewa sesuai peraturan perundang-undangan. BAB IV KETENTUAN PENUTUP Pasal 12 Peraturan Direktur Jenderal ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal : 23 Maret 2018 Salinan sesuai dengan aslinya DIREKTUR JENDERAL KEPALA BAGIAN HUKUM DAN PERHUBUNGAN DARAT, HUBUNGAN MASYARAKAT a Ttd. Hi poe Drs. BUDI SETIYADI, S.H., M.Si. f NRP. 6205 0784 DWIYEKTI WINDAYANI Pembina Tingkat I (IV/b) NIP. 19600524 198703 2 001 Lampiran Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor : SK.1809/HK.201/DRJD/2018 Tanggal 23 Maret 2018 A. CONTOH PERJANJIAN SEWA PENANDATANGANAN OLEH DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT. PIHAK SEWA PERJANJIAN SEWA MENYEWA BARANG MILIK NEGARA ANTARA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN Nomor TENTANG. ‘EWA MENYEWA BARANG MILIK NEGARA (BMN) PADA TERMINAL TIPE A/PELABUHAN PENYEBERANGAN/ UNIT PELAKSANA PENIMBANGAN KENDARAAN BERMOTOR (UPPKB) Pada hari ini tanggal bulan tahun Dua Ribu Delapan Belas (... - ..... - 2018) bertempat di Jakarta, oleh dan antara yang bertandatangan di bawah ini |. Direktur Jenderal Perhubungan Darat_: Direktur Jenderal Perhubungan —_Darat Kementerian Perhubungan, berkedudukan di Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 8, Jakarta Pusat berdasarkan —Peraturan — Menteri Perhubungan Nomor PM 133 Tahun 2016 tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Menteri Perhubungan Dalam Rangka Pengelolaan Barang Milk Negara di Lingkungan Kementerian Perhubungan, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, untuk selanjutnya disebut PIHAK KESATU. dalam hal ini bertindak berkedudukan di Jalan » untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA yang secara bersama - sama dalam Perjanjian ini selanjutnya disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal - hal sebagai berikut 1. Dalam rangka mendukung peningkatan perekonomian masyarakat dan optimalisasi pelayanan pada pengoperasian Terminal Tipe A/Pelabuhan Penyeberangan/ Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB), PIHAK KEDUA memanfaatkan Barang Milik Negara (BMN) berupa sebagian bangunan (kios) yang berada dibawah penggunaan PIHAK KESATU; 2. PIHAK KEDUA telah mendapatkan persetujuan dari Pengelola Barang untuk memanfaatkan Barang Milk Negara (BMN) berupa sebagian bangunan (kios) yang berada dibawah penggunaan PIHAK KESATU berdasarkan Surat Menteri Keuangan Nomor tanggal perihal Persetujuan Sewa Atas Barang Milk Negara (BMN) Berupa Bangunan (kios) pada Kementerian Perhubungan; 3. Terhadap persetujuan dari Pengelola Barang sebagaimana dimaksud pada angka 2 tersebut di atas, telah diterbitkan Keputusan Sekretaris Jenderal/Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Nomor tentang Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara (BMN) Pada Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan kepada 4. Berdasarkan hal - hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk melaksanakan Perjanjian Sewa Menyewa Barang Milik Negara (BMN), dengan ketentuan dan syarat - syarat sebagai berikut: Pasal 1 DASAR HUKUM PERJANJIAN 1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); 2, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355): 10. " 12, 13. 14. 15. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5025); Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533); Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5); Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara; Peraturan Menteri Keuangan Nomor 179/PMK.06/2009 tentang Penilaian Barang Milik Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 435); Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milk Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 588); Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 540); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 6 Tahun 2016, (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1012); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 133 Tahun 2016 tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Menteri Perhubungan Dalam Rangka Pengelolaan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1614); Keputusan Menteri Keuangan Nomor 174/KM.6/2011 tanggal 15 Nopember 2011 tentang Penetapan Status Penggunaan Barang Millk Negara pada Kementerian Perhubungan; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.39 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian perhubungan: Keputusan Menteri Keuangan Nomor 352/KM.6/2013 tanggal 30 Desember 2013 tentang Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Negara pada Kementerian Perhubungan, Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 229/KM.6/2016 tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Menteri Keuangan Yang Telah Dilimpahkan Kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kepada Pejabat di Lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Untuk Dan Atas Nama Menteri Keuangan Menandatangani Surat Dan/Atau Keputusan Menteri Keuangan; 16. 17, (2) (O) a) Keputusan Sekretaris Jenderal/Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Nomor tentang Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara (BMN) pada Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Kepada ; Surat Direktur Jenderal Kekayaan Negara atas nama Menteri Keuangan Nomor tanggal perihal Persetujuan Sewa Barang Milk Negara (BMIN) Berupa Bangunan (Kios) pada Kementerian Perhubungan. Pasal 2 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud Perjanjian ini adalah dalam rangka untuk mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milk Negara (BMN) dengan menyewakan bagian dari bangunan (kios) kepada PIHAK KEDUA dalam rangka mendukung peningkatan perekonomian masyarakat dan optimalisasi pelayanan pada pengoperasian Terminal Tipe A/Pelabuhan Penyeberangan/ Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) Tujuan Perjanjian ini adalah dalam rangka tertib administrasi, tertib pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) berupa bagian dari bangunan (kios) dan penatausahaan, pembinaan serta pengawasan atas pelaksanaan sewa bangunan (kios) Pasal 3 RUANG LINGKUP PIHAK KESATU menyewakan sebagian bangunan (kios) yang berlokasi di Terminal Tipe AlPelabuhan Penyeberangan/ Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB), yang selanjutnya di sebut sebagai Objek Sewa kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA setuju untuk menyewa Objek Sewa dimaksud serta membayar sejumlah uang sewa atas penggunaan Objek Sewa tersebut berdasarkan ketentuan dan syarat- syarat dalam Perjanjian ini Objek Sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini akan dimanfaatkan oleh PIHAK KEDUA untuk kegiatan usahanya yaitu yang berada dalam Terminal Tipe A/Pelabuhan Penyeberangan! Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB). Pasal 4 OBJEK SEWA Objek Sewa adalah bagian dari bangunan yang dikelola oleh PIHAK KESATU di dalam Terminal Tipe A/Pelabuhan Penyeberangan/ Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) yang berada pada lokasi berikut: 1 | Bangunan (kios) di dalam Terminal/Pelabuhan/PPKB (2) Objek Sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, sesuai dengan Keputusan Sekretaris Jenderal/Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Nomor tentang Pelaksanaan Sewa Barang Milk Negara (BMN) pada Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Kepada Pasal NILAI SEWA (1) Nilai sewa untuk Objek Sewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sesuai yang diatur dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor dan Surat Direktur Jenderal Kekayaan Negara atas nama Menteri_ Keuangan Nomor adalah sebesar Rp. /m*ftahun, (2) PIHAK KEDUA melakukan pembayaran atas nilai sewa bangunan (kios) milk PIHAK KESATU, dengan perincian sebagai berikut a. Harga sewa Bangunan di , dengan luas yaitu per tahun. b. Harga sewa Bangunan di dengan luas yaitu per tahun. (@) Tanda bukti pelunasan pembayaran oleh PIHAK KEDUA akan dilampirkan sebagai Lampiran Perjanjian ini Pasal 6 TATA CARA PEMBAYARAN (1) PIHAK KEDUA melakukan pembayaran atas total nilai sewa seluruh bangunan (kios) PIHAK KESATU dengan pembayaran lunas dimuka paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum penandatanganan perjanjian sewa a, _Harga sewa Toko dan Kios, dengan luas _m? yaitu Rp per tahun. b. Harga sewa Toko dan Kios, dengan luas__m? yaitu Rp _per tahun. c. Harga sewa Toko dan Kios, dengan luas _m? yaitu Rp _per tahun. d. Harga sewa Toko dan Kios, dengan las _m? yaitu Rp _per tahun. e. Harga sewa Toko dan Kios, dengan luas m? yaitu Rp per tahun. (2) (1) Nota tagihan (invoice) yang dikirimkan oleh PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA dilampiri dokumen pendukung penagihan sebagai berikut: a) Surat Tagihan Sewa atas BMN; b) Bukti Pembuatan Tagihan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP); ©) Copy Perjanjian ini Pembayaran atas harga sewa toko dan kios oleh PIHAK KEDUA berdasarkan tempat atau rekening yang telah ditentukan oleh PIHAK KESATU. Pasal 7 JANGKA WAKTU BERLAKUNYA PERJANJIAN Perjanjian ini berlaku selama (cece) jam/hari/bulanitahun terhitung: sejak tanggal sampai dengan tanggal dan dapat diperpanjang setelan_mendapatkan persetujuan dari Pengelola Barang sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa Barang Milik Negara; Perpanjangan Jangka Waktu Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dapat diajukan secara tertulis oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK KESATU paling lambat 1 (satu) tahun sebelum Jangka Waktu perjanjian ini berakhir; Dalam hal Perjanjian ini berakhir berdasarkan ketentuan ayat (1) Pasal ini dan tidak dilakukan perpanjangan maka selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender setelah berakhirnya Perjanjian ini maka PIHAK KEDUA harus mengembalikan bangunan (kios) yang disewanya kepada PIHAK KESATU. PIHAK KESATU dapat melakukan evaluasi atas perjanjian ini setiap 1 (satu) tahun sekali Apabila PIHAK KEDUA dalam waktu berdasarkan ketentuan ayat (3) Pasal ini tidak menyerahkan bangunan (kios) dimaksud maka PIHAK KEDUA menyetujui PIHAK KESATU untuk mengambil kembali Bangunan tersebut dengan cara-cara menurut PIHAK KESATU Pasal 8 HAK DAN KEWAJIBAN PIHAK KESATU berhak: a. Menerima bukti pelunasan pembayaran nilai sewa yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA kepada Kas Umum Negara yang besarannya sebagaimana diatur dalam Pasal 5 Perjanjian ini, b, Meminta ganti rugi kepada PIHAK KEDUA sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku apabila dalam pelaksanaan Perjanjian ini terjadi gangguan dalam penyelenggaraan pelayanan Terminal Tipe A/Pelabuhan Penyeberangan/ Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) yang diakibatkan dari kegiatan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA; (2) 3) (4) c. Menguasai kembali Objek Sewa yang disewa oleh PIHAK KEDUA dengan kondisi semula seperti sebelum disewakan kepada PIMAK KEDUA apabila Objek Sewa tersebut akan dipergunakan sendiri oleh PIHAK KESATU dan telah diserahkan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK KESATU untuk melaksanakan tugas dan fungsi PIHAK KESATU, dengan syarat PIHAK KESATU sebelumnya memberikan pemberitahuan tertulis kepada PIHAK KEDUA selambat-lambatnya 1 (satu) hari/ minggu/bulan/tahun sebelum menguasai kembali Objek Sewa sebagaimana dimaksud; d. Melarang PIHAK KEDUA untuk memindahtangankan atau mengalihkan hak sewa kepada pihak ketiga; e. Memberikan persetujuan terhadap pembangunan/perubahan yang diusulkan oleh PIHAK KEDUA; f Menghentikan pelaksanaan pembangunan diatas Bangunan apabila PIHAK KEDUA melakukan penyimpangan dari persetujuan pemanfaatan bangunan PIHAK KESATU berkewajiban a. Menyerahkan Obyek Sewa sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian ini untuk dikelola dan digunakan oleh PIHAK KEDUA setelah dilakukan pembayaran atas biaya sewa bangunan dari PIHAK KEDUA; b. Menjamin bangunan yang menjadi Obyek Sewa dalam Perjanjian ini tidak dalam sengketa atau digunakan oleh pihak lain; cc. Menjamin dan membebaskan PIHAK KEDUA dari gugatan maupun tuntutan apapun dari pihak lainnya sebagai akibat adanya pemanfaatan Bangunan oleh PIHAK KEDUA dari PIHAK KESATU; d. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan sewa oleh PIHAK KEDUA; . Memberikan pemberitahuan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA selambat- lambatnya 1 (satu) hari/minggulbulan/tahun sebelum penggunaan, apabila PIHAK KESATU bermaksud menggunakan Objek Sewa dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya PIHAK KEDUA berhak menggunakan Objek Sewa selama jangka waktu perjanjian sesual peruntukannya; PIHAK KEDUA berkewajiban a. Membayar uang sewa Bangunan yang berlokasi pada Objek Sewa kepada PIHAK KESATU, dengan menyetorkan ke Kas Umum Negara melalui Setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak atas nama Rekening Bendahara Penerimaan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dan menyerahkan bukti setor; b. Menanggung segala biaya operasional dan pemeliharaan terhadap Bangunan Objek ‘Sewa yang digunakan sesuai jangka waktu Perjanjian ini; ¢. Mengembalikan Bangunan Objek Sewa yang digunakan kepada PIHAK KESATU apabila perjanjian sewa-menyewa ini berakhir sesuai dengan kondisi semula sebelum perjanjian ini ditandatangani; d. Tidak diperbolehkan untuk memindahtangankan hak sewa kepada pihak lain; e. Melaksanakan segala ketentuan yang diatur didalam Perjanjian Sewa ini. Pasal 9 LARANGAN PENGALIHAN (1) PIHAK KEDUA tidak dapat mengalihkan hak dan kewajibannya yang diperoleh berdasarkan Perjanjian ini kepada pihak lain; (2) Bangunan PIHAK KESATU dilarang dijadikan agunan ataupun pinjaman oleh PIHAK KEDUA maupun pihak lainnya. Pasal 10 PENYERAHAN BANGUNAN PADA SAAT BERAKHIRNYA PERJANJIAN (1) Apabila Perjanjian ini berakhir karena telah berakhimya Jangka Waktu Sewa, maka PIHAK KEDUA wajib mengosongkan dan menyerahkan kembali bangunan (kios) yang disewakan kepada PIHAK KESATU dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender setelah diterimanya permintaan/pemberitahuan secara tertulis dari PIHAK KESATU untuk mengosongkan dan penyerahan Bangunan tersebut. (2) Apabila setelan PIHAK KEDUA mengosongkan dan menyerahkan bangunan (kios) kepada PIHAK KESATU masih juga terdapat barang-barangimesin-mesin/peralatan- peralatan milk PIHAK KEDUA yang tertinggal di atas bangunan (kios) yang disewakan, maka PIHAK KESATU berhak untuk menyingkirkan _barang-barang/mesin- mesin/peralatan - peralatan tersebut dengan cara yang dianggapnya balk dan wajar PIHAK KEDUA dengan ini sepakat untuk tidak mengajukan tuntutan dan/atau keberatan- keberatan yang mungkin dapat diajukan terhadap PIHAK KESATU berkenaan dengan penyingkiran barang-barang/mesin-mesin/peralatan-peralatan tersebut di atas. (3) Apabila PIHAK KEDUA lalai untuk mengosongkan dan menyerahkan bangunan (kios) yang disewakan pada PIHAK KESATU dalam jangka waktu yang ditentukan dalam ayat (1) di atas maka PIHAK KESATU berhak membongkar barang yang ada di dalam bangunan (kios) tersebut dan menguasai bangunan dengan cara yang baik oleh PIHAK KESATU tanpa perlu meminta izin dari PIHAK KEDUA, Pengadilan atau instansi yang berwenang (4) Hak untuk melakukan sendiri pengosongan toko dan kios termasuk segala sesuatu yang berada di dalam toko dan kios adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini, sehingga untuk itu suatu Surat Kuasa Khusus tidak diperlukan lagi, jika PIHAK KEDUA cidera janji dan PIHAK KESATU akan menggunakan haknya. (6) Setelah penyerahan Objek Sewa kepada PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA tidak berhak untuk mengajukan tuntutan pembayaran uang pindah atau pengganti lainnya dari biaya- biaya yang mungkin telah dikeluarkan. Pasal 11 KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE) (1) Keadaan Kahar (Force Majeure) adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam Kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi: (2) Dalam hal terjadi Keadaan Kahar (Force Majeure), PIHAK yang mengalami Keadaan Kahar (Force Majeure) wajib memberitahukan kepada PIHAK lainnya selambat- lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah terjadinya peristiwa Keadaan Kahar (Force Majeure), dimana dalam surat pemberitahuan tersebut juga harus dimuat keterangan mengenai perkiraan lama terjadinya Keadaan Kahar (Force Majeure) disertai surat keterangan dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan. (3) Apabila dalam waktu sebagaimana ditetapkan pada ayat (2), PIHAK yang mengalami Keadaan Kahar (Force Majeure) tidak memberitahukan kepada PIHAK lainnya, maka keadaan tersebut dianggap tidak pernah ada dan PARA PIHAK harus tetap melaksanakan kewajiban masing - masing (4) Tidak dilaksanakannya atau tertundanya pelaksanaan sebagian atau keseluruhan Perjanjian ini oleh salah satu PIHAK atau PARA PIHAK, tidak dianggap sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian ini apabila hal tersebut terjadi karena Keadaan Kahar (Force Majeure). Namun demikian, PIHAK tersebut wajib melakukan upaya terbaiknya untuk menghindari dampak yang berkelanjutan dari kejadian Keadaan Kahar (Force Majeure) dan wajib menjalankan kembali kewajibannya segera setelah berakhimya kejadian Keadaan Kahar (Force Majeure). (6) Semua kerugian dan biaya yang diderita oleh salah satu PIHAK sebagai akibat terjadinya Keadaan Kahar (Force Majeure) bukan merupakan tanggung jawab PIHAK yang lainnya (6) Dalam hal terjadi kejadian Keadaan Kahar (Force Majeure) secara terus menerus melebihi jangka waktu 60 (enam puluh) hari, maka salah satu PIHAK dapat mengajukan pengakhiran Jangka Waktu Perjanjian ini Pasal 12 PENYELESAIAN PERSELISIHAN (1) Perjanjian ini dan pelaksanaannya harus diberlakukan, ditafsirkan, diartikan dan diatur serta tunduk pada peraturan perundang-undangan dan hukum yang berlaku di wilayah Negara Republik Indonesia. (2) PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikan setiap perselisihan yang timbul dalam pelaksanaan Perjanjian ini melalui musyawarah. (3) Apabila perselisinan yang timbul tidak dapat diselesaikan secara musyawarah dan mufakat dalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak soal yang diperselisihkan itu pertama kali dikemukakan oleh salah satu PIHAK, maka PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikan perselisinan tersebut melalui Pengadilan Negeri (sesuai dengan lokasi Objek Sewa). (4) PARA PIHAK sepakat untuk tetap melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian ini selama proses penyelesaian perselisihan berlangsung Pasal 14 BEA MATERAI, PAJAK-PAJAK DAN BIAYA LAIN-LAIN Bea Materai, Pajak-Pajak serta biaya lainnya yang timbul sehubungan dengan Perjanjian ini, menjadi beban dan tanggung jawab masing-masing PIHAK sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku Pasal 15, KERAHASIAAN (1) PARA PIHAK menjamin akan menjaga setiap data/keterangan dan informasi-informasi lain yang berkaitan dengan bisnis, produk dan pelayanan yang diketahui atau timbul berdasarkan perjanjian ini dan tidak akan diberitahukan kepada PIHAK lain yang tidak berkepentingan dengan alasan apapun juga selama dan sesudah berakhimya Perjanjian ini, kecuali hal-hal yang merupakan milik umum (publik domain) atau diharuskan dibuka berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, dengan ketentuan bahwa PIHAK yang bersangkutan: a. telah mengupayakan sebaik-baiknya untuk berkonsultasi dengan PIHAK lainnya; b. membatasi pengumuman atau melepaskan informasi tersebut _sebatas pengungkapan informasi yang minimum dipersyaratkan oleh ketentuan hukum yang berlaku. (2) PARA PIHAK menjamin untuk menyimpan asli maupun salinan dari dokumen/surat-surat dalam bentuk apapun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan akan senantiasa menjaga kerahasiaannya selama dan sesudah berakhimmya Perjanjian ini. Pasal 16 KORESPONDENSI (1) Semua surat-menyurat atau pemberitahuan mengenai atau sehubungan dengan Perjanjian ini dari PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA dan/atau sebaliknya, disampaikan secara langsung atau melalui pos, teleks/faksimili yang dialamatkan kepada sebagai berikut: 10 PIHAK KESATU PIHAK KEDUA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT KEMENTERIAN PERHUBUNGAN kepada eee Sekretaris Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Rant Alamat Gedung Karsa Lantai 3, Jalan Medan Merdeka Barat Nomor 8 Jakarta Pusat 10110 Telepon Telepon Faksimili Faksimili (2) Surat pemberitahuan yang disampaikan secara langsung dianggap telah diterima pada hari penyerahan dengan bukti tanda tangan penerima pada buku ekspedisi pengiriman, sedangkan pengiriman melalui teleks atau faksimili dianggap telah diterima pada saat kode jawabannya pada akhir penerimaan teleks dan konfirmasi faksimili dalam hal pengiriman melalui faksimil (3) Perubahan penggunaan alamat dan media komunikasi lainnya wajib diberitahukan dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari kerja sebelum dilakukan perubahan tersebut. Pasal 17 KETENTUAN LAINNYA (1) Apabita dalam waktu___(__) bulan terhitung setelah ditandatanginya Perjanjian Sewa PIHAK KEDUA belum memanfaatkan objek sewa, maka PIHAK KESATU berhak untuk mengambil Objek Sewa; a (2) Sebelum dilakukan pengambilan Objek Sewa, PIHAK KESATU akan memberikan pemberitahuan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA yang belum memanfaatkan Objek ‘Sewa untuk segera memanfaatkan Objek Sewa Pasal 18 ADDENDUM (1) Hal-hal yang belum diatur dan/atau terjadi perubahan dalam Perjanjian Sewa ini, akan diatur lebih lanjut dalam bentuk addendum berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK, ‘sebelum Perjanjian Sewa ini berakhir. (2) Addendum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Sewa ini Demikian Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK pada hari, tanggal, bulan dan tahun tersebut pada bagian awal Perjanjian ini, dibuat dalam rangkap 2 (dua) asii bermeterai cukup, satu untuk PIHAK KESATU dan yang lainnya untuk PIHAK KEDUA masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama PIHAK KEDUA PIHAK KESATU Direktur Jenderal Perhubungan Darat 2 B. CONTOH PERJANJIAN SEWA PENANDATANGANAN OLEH KEPALA BALAI PENGELOLA TRANSPORTASI DARAT PIHAK PERJANJIAN SEWA MENYEWA oe BARANG MILIK NEGARA ANTARA DIREKTORAT JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN TENTANG ‘SEWA MENYEWA BARANG MILIK NEGARA (BMN) PADA TERMINAL TIPE A/PELABUHAN PENYEBERANGAN/ UNIT PELAKSANA PENIMBANGAN KENDARAAN BERMOTOR (UPPKB) Pada hari ini tanggal bulan tahun Dua Ribu Delapan Belas (... - .....- 2018) bertempat di leh dan antara yang bertandatangan di bawah ini |. Kepala —Balai_~—=—Pengelola_:_ Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah Transportasi Darat Wilayah berkedudukan di i berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: tentang Pedoman Pelaksanaan Perjanjian Sewa Barang Milk Negara (BMN) di lingkungan —Direktorat_ Jenderal Perhubungan Darat, dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, untuk selanjutnya disebut PIHAK KESATU. 13 dalam hal ini bertindak berkedudukan di Jalan untuk selanjutnya disebut PIHAK KEDUA. PIHAK KESATU dan PIHAK KEDUA yang secara bersama - sama dalam Perjanjian ini selanjutnya disebut PARA PIHAK, terlebih dahulu menerangkan hal - hal sebagai berikut 1 Dalam rangka mendukung peningkatan perekonomian masyarakat dan optimalisasi pelayanan pada pengoperasian Terminal Tipe A/Pelabuhan Penyeberangan/ Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB), PIHAK KEDUA memanfaatkan Barang Milk Negara (BMN) berupa sebagian bangunan (kios) yang berada dibawah penggunaan PIHAK KESATU. PIHAK KEDUA telah mendapatkan persetujuan dari Pengelola Barang untuk memanfaatkan Barang Milik Negara (BMN) berupa sebagian bangunan (kios) yang berada dibawah penggunaan PIHAK KESATU berdasarkan Surat Menteri Keuangan Nomor tanggal perihal Persetujuan Sewa Atas Barang Milk Negara (BMN) Berupa Bangunan (kios) pada Kementerian Perhubungan; Terhadap persetujuan dari Pengelola Barang sebagaimana dimaksud pada angka 2 tersebut di atas, telah diterbitkan Keputusan Sekretaris Jenderal/Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Nomor tentang Pelaksanaan Sewa Barang Milk Negara (BMN) Pada Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Pethubungan kepada Berdasarkan hal - hal tersebut di atas, PARA PIHAK sepakat untuk melaksanakan Perjanjian Sewa Menyewa Barang Milik Negara (BMN), dengan ketentuan dan syarat - syarat sebagai berikut Pasal 4 DASAR HUKUM PERJANJIAN Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286); Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355); Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 96, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6025); 4 10, "1 12, 13. 14, 15, 16 Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Barang Milik Negara/Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 92, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5533); Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 2015 Tentang Perubahan Keempat Atas Peraturan Presiden Nomor 54 Tahun 2010 Tentang Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 5); Peraturan Menteri Keuangan Nomor 120/PMK.06/2007 tentang Penatausahaan Barang Milik Negara; Peraturan Menteri Keuangan Nomor 179/PMK.06/2009 tentang Penilaian Barang Milik Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 435); Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.06/2014 tentang Tata Cara Pelaksanaan Pemanfaatan Barang Milik Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 588); Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan ‘Sewa Barang Milk Negara (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 540); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM. 189 Tahun 2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1844) sebagaimana telah diubah terakhir dengan Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 6 Tahun 2016, (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1012); Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 133 Tahun 2016 tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Menteri Perhubungan Dalam Rangka Pengelolaan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian Perhubungan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 1614); Keputusan Menteri Keuangan Nomor 174/KM.6/2011 tanggal 15 Nopember 2011 tentang Penetapan Status Penggunaan Barang Milik Negara pada Kementerian Perhubungan; Peraturan Menteri Perhubungan Nomor PM.39 Tahun 2011 tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Barang Milik Negara di Lingkungan Kementerian perhubungan; Keputusan Menteri Keuangan Nomor 352/KM.6/2013 tanggal 30 Desember 2013 tentang Penetapan Status Penggunaan Barang Mik Negara pada Kementerian Perhubungan; Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 229/KM.6/2016 tentang Pelimpahan Sebagian Wewenang Menteri Keuangan Yang Telah Dilimpahkan Kepada Direktur Jenderal Kekayaan Negara Kepada Pejabat di Lingkungan Direktorat Jenderal Kekayaan Negara Untuk Dan Atas Nama Menteri Keuangan Menandatangani Surat Dan/Atau Keputusan Menteri Keuangan; Keputusan Sekretaris Jenderal/Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Nomor tentang Pelaksanaan Sewa Barang Milk Negara (BMN) pada Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Kepada 17, 18. (3) (4) (4) @) Peraturan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: tentang Pedoman Pelaksanaan Perjanjian Sewa Barang Milik Negara (BMN) di lingkungan Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Surat Direktur Jenderal Kekayaan Negara atas nama Menteri Keuangan Nomor tanggal perihal Persetujuan Sewa Barang Milik Negara (BMN) Berupa Bangunan (Kios) pada Kementerian Perhubungan. Pasal 2 MAKSUD DAN TUJUAN Maksud Perjanjian ini adalah dalam rangka untuk mengoptimalkan pemanfaatan Barang Milik Negara (BMN) dengan menyewakan bagian dari bangunan (kios) kepada PIHAK KEDUA dalam rangka mendukung peningkatan perekonomian masyarakat dan optimalisasi pelayanan pada pengoperasian Terminal Tipe A/Pelabuhan Penyeberangan/ Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB). Tujuan Perjanjian ini adalah dalam rangka tertib administrasi, tertib pengelolaan Barang Milik Negara (BMN) berupa bagian dari bangunan (kios) dan penatausahaan, pembinaan serta pengawasan atas pelaksanaan sewa bangunan (kios). Pasal 3 RUANG LINGKUP. PIHAK KESATU menyewakan sebagian bangunan (kios) yang berlokasi di Terminal Tipe APelabuhan Penyeberangan! Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB), yang selanjutnya di sebut sebagai Objek Sewa kepada PIHAK KEDUA dan PIHAK KEDUA setuju untuk menyewa Objek Sewa dimaksud serta membayar sejumiah ang sewa atas penggunaan Objek Sewa tersebut berdasarkan ketentuan dan syarat- syarat dalam Perjanjian ini. Objek Sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini akan dimanfaatkan oleh PIHAK KEDUA untuk kegiatan usahanya yaitu yang berada dalam Terminal Tipe A/Pelabuhan Penyeberangan/ Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB). Pasal 4 OBJEK SEWA Objek Sewa adalah bagian dari bangunan yang dikelola oleh PIHAK KESATU di dalam Terminal Tipe A/Pelabuhan Penyeberangan/ Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) yang berada pada lokasi berikut: EES msyaas (4) (6) (4) (5) ff Bangunan (kios) di dalam ‘Terminal/Pelabuhar/PPKB Objek Sewa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini, sesuai dengan Keputusan Sekretaris Jenderal/Direktur Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Nomor. tentang Pelaksanaan Sewa Barang Milk Negara (BMN) pada Direktorat Jenderal Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan Kepada Pasal 5 NILAI SEWA Nilai sewa untuk Objek Sewa sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 sesuai yang diatur dalam Surat Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat_ Nomor dan Surat Direktur Jenderal Kekayaan Negara atas nama Menteri Keuangan Nomor adalah sebesar Rp. Jm?ftahun PIHAK KEDUA melakukan pembayaran atas nilai sewa bangunan (kios) milik PIHAK KESATU, dengan perincian sebagai berikut ¢. Harga sewa Bangunan di dengan luas yaitu per tahun. d. Harga sewa Bangunan di . dengan luas yaitu per tahun. Tanda bukti pelunasan pembayaran oleh PIHAK KEDUA akan dilampirkan sebagai Lampiran Perjanjian ini Pasal 6 TATA CARA PEMBAYARAN PIHAK KEDUA melakukan pembayaran atas total nilai sewa seluruh bangunan (kios) PIHAK KESATU dengan pembayaran lunas dimuka paling lambat 2 (dua) hari kerja sebelum penandatanganan perjanjian sewa f. Harga sewa Toko dan Kios, dengan luas__m* yaitu Rp per tahun. g. Harga sewa Toko dan Kios, dengan luas_m? yaitu Rp_per tahun, h. Harga sewa Toko dan Kios, dengan luas_m? yaituRp_ per tahun. i. Harga sewa Toko dan Kios, dengan luas__m? yaituRp_per tahun. |. Harga sewa Toko dan Kios, dengan luas_m® yaitu Rp per tahun. Nota tagihan (invoice) yang dikirimkan oleh PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA ditampiri dokumen pendukung penagihan sebagai berikut d) Surat Tagihan Sewa atas BMN; e) Bukti Pembuatan Tagihan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP); ) Copy Perjanjian ini (6) Pembayaran atas harga sewa toko dan kios oleh PIHAK KEDUA berdasarkan tempat atau rekening yang telah ditentukan oleh PIHAK KESATU. Pasal 7 JANGKA WAKTU BERLAKUNYA PERJANJIAN (6) Perjanjian ini berlaku selama ic ) jam/hari/bulan/tahun terhitung sejak tanggal sampai dengan tanggal dan dapat diperpanjang setelah _mendapatkan persetujuan dari Pengelola Barang sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 57/PMK.06/2016 tentang Tata Cara Pelaksanaan Sewa Barang Millk Negara; (7) Perpanjangan Jangka Waktu Perjanjian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Pasal ini dapat diajukan secara tertulis oleh PIMAK KEDUA kepada PIHAK KESATU paling lambat 1 (satu) tahun sebelum Jangka Waktu perjanjian ini berakhir, (8) Dalam hal Perjanjian ini berakhir berdasarkan ketentuan ayat (1) Pasal ini dan tidak dilakukan perpanjangan maka selambat-lambatnya dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender setelah berakhimya Perjanjian ini maka PIHAK KEDUA harus mengembalikan bangunan (kios) yang disewanya kepada PIHAK KESATU. (9) PIHAK KESATU dapat melakukan evaluasi atas perjanjian ini setiap 1 (satu) tahun sekali (10) Apabila PIHAK KEDUA dalam waktu berdasarkan ketentuan ayat (3) Pasal ini tidak menyerahkan bangunan (kios) dimaksud maka PIHAK KEDUA menyetujui PIHAK KESATU untuk mengambil Kembali Bangunan tersebut dengan cara-cara menurut PIHAK KESATU. Pasal 8 HAK DAN KEWAJIBAN (5) PIHAK KESATU berhak 9g. Menerima bukti pelunasan pembayaran nilai sewa yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA kepada Kas Umum Negara yang besarannya sebagaimana diatur dalam Pasal § Perjanjian ini; h, Meminta ganti rugi kepada PIHAK KEDUA sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku apabila dalam pelaksanaan Perjanjian ini terjadi gangguan dalam penyelenggaraan pelayanan Terminal Tipe A/Pelabuhan Penyeberangan/ Unit Pelaksana Penimbangan Kendaraan Bermotor (UPPKB) yang diakibatkan dari kegiatan yang dilakukan oleh PIHAK KEDUA; i. Menguasai kembali Objek Sewa yang disewa oleh PIHAK KEDUA dengan kondisi semula seperti sebelum disewakan kepada PIMAK KEDUA apabila Objek Sewa tersebut akan dipergunakan sendiri oleh PIHAK KESATU dan telah diserahkan oleh PIHAK KEDUA kepada PIHAK KESATU untuk melaksanakan tugas dan fungsi PIHAK KESATU, dengan syarat PIHAK KESATU sebelumnya memberikan pemberitahuan tertulis kepada PIHAK KEDUA selambat-lambatnya 1 (satu) hari/ 18 minggu/bulan/tahun sebelum menguasai kembali Objek Sewa sebagaimana dimaksud; |}. Melarang PIHAK KEDUA untuk memindahtangankan atau mengalihkan hak sewa kepada pihak ketiga; k, Memberikan persetujuan terhadap pembangunan/perubahan yang diusulkan oleh PIHAK KEDUA; |. Menghentikan pelaksanaan pembangunan diatas Bangunan apabila PIHAK KEDUA melakukan penyimpangan dari persetujuan pemanfaatan bangunan (6) PIHAK KESATU berkewajiban f. Menyerahkan Obyek Sewa sebagaimana dimaksud dalam Perjanjian ini untuk dikelola dan digunakan oleh PIHAK KEDUA setelah dilakukan pembayaran atas biaya sewa bangunan dari PIHAK KEDUA; g. Menjamin bangunan yang menjadi Obyek Sewa dalam Perjanijian ini tidak dalam sengketa atau digunakan oleh pihak lain; h. Menjamin dan membebaskan PIHAK KEDUA dari gugatan maupun tuntutan apapun dari pinak lainnya sebagai akibat adanya pemanfaatan Bangunan oleh PIHAK KEDUA dari PIHAK KESATU; i. Melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan sewa oleh PIHAK KEDUA; j, Memberikan pemberitahuan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA selambat- lambatnya 1 (satu) hari/minggu/bulan/tahun sebelum penggunaan, apabila PIHAK KESATU bermaksud menggunakan Objek Sewa dalam rangka pelaksanaan tugas dan fungsinya. (7) PIHAK KEDUA berhak menggunakan Objek Sewa selama jangka waktu perjanjian sesuai peruntukannya; (8) PIHAK KEDUA berkewajiban f, Membayar uang sewa Bangunan yang berlokasi pada Objek Sewa kepada PIHAK KESATU, dengan menyetorkan ke Kas Umum Negara melalui Setoran Penerimaan Negara Bukan Pajak atas nama Rekening Bendahara Penerimaan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Perhubungan Darat dan menyerahkan bukti setor; g. Menanggung segala biaya operasional dan pemeliharaan terhadap Bangunan Objek Sewa yang digunakan sesuai jangka waktu Perjanjian ini; h. Mengembalikan Bangunan Objek Sewa yang digunakan kepada PIHAK KESATU apabila perjanjian sewa-menyewa ini berakhir sesuai dengan kondisi semula sebelum perjanjian ini ditandatangani: i. Tidak diperbolehkan untuk memindahtangankan hak sewa kepada pihak lain. j. Melaksanakan segala ketentuan yang diatur didalam Perjanjian Sewa ini 19 Pasal 9 LARANGAN PENGALIHAN (3) PIHAK KEDUA tidak dapat mengalinkan hak dan kewajibannya yang diperoleh berdasarkan Perjanjian ini kepada pihak lain; (4) Bangunan PIHAK KESATU dilarang dijadikan agunan ataupun pinjaman oleh PIHAK KEDUA maupun pihak lainnya. Pasal 10 PENYERAHAN BANGUNAN PADA SAAT BERAKHIRNYA PERJANJIAN (6) Apabita Perjanjian ini berakhir Karena telah berakhirnya Jangka Waktu Sewa, maka PIHAK KEDUA wajib mengosongkan dan menyerahkan kembali bangunan (kios) yang disewakan kepada PIHAK KESATU dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kalender setelah ferimanya_permintaan/pemberitahuan secara tertulis dari PIMAK KESATU untuk mengosongkan dan penyerahan Bangunan tersebut. (7) Apabila setelah PIHAK KEDUA mengosongkan dan menyerahkan bangunan (kios) kepada PIHAK KESATU masih juga terdapat barang-barangimesin-mesin/peralatan- peraiatan milik PIHAK KEDUA yang tertinggal di atas bangunan (kios) yang disewakan, maka PIHAK KESATU berhak untuk menyingkirkan _ barang-barang/mesin- mesin/peralatan - peralatan tersebut dengan cara yang dianggapnya baik dan wajar. PIHAK KEDUA dengan ini sepakat untuk tidak mengajukan tuntutan dan/atau keberatan- keberatan yang mungkin dapat diajukan terhadap PIHAK KESATU berkenaan dengan penyingkiran barang-barang/mesin-mesin/peralatan-peralatan tersebut di atas, (8) Apabila PIHAK KEDUA lalai untuk mengosongkan dan menyerahkan bangunan (kios) yang disewakan pada PIHAK KESATU dalam jangka waktu yang ditentukan dalam ayat (1) di atas maka PIHAK KESATU berhak membongkar barang yang ada di dalam bangunan (kios) tersebut dan menguasai bangunan dengan cara yang baik oleh PIHAK KESATU tanpa perlu meminta izin dari PIHAK KEDUA, Pengadilan atau instansi yang berwenang. (9) Hak untuk melakukan sendiri pengosongan toko dan kios termasuk segala sesuatu yang berada di dalam toko dan kios adalah merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian ini, sehingga untuk itu suatu Surat Kuasa Khusus tidak diperlukan lagi, jika PIHAK KEDUA cidera janji dan PIHAK KESATU akan menggunakan haknya (10) Setelah penyerahan Objek Sewa kepada PIHAK KESATU, PIHAK KEDUA tidak berhak untuk mengajukan tuntutan pembayaran uang pindah atau pengganti lainnya dari biaya- biaya yang mungkin telah dikeluarkan 20 Pasal 11 KEADAAN KAHAR (FORCE MAJEURE) (7) Keadaan Kahar (Force Majeure) adalah suatu keadaan yang terjadi diluar kehendak para pihak dan tidak dapat diperkirakan sebelumnya, sehingga kewajiban yang ditentukan dalam Kontrak menjadi tidak dapat dipenuhi (8) Dalam hal terjadi Keadaan Kahar (Force Majeure), PIHAK yang mengalami Keadaan Kahar (Force Majeure) wajib memberitahukan kepada PIHAK lainnya selambat- lambatnya 14 (empat belas) hari kerja setelah terjadinya peristiva Keadaan Kahar (Force Majeure), dimana dalam surat pemberitahuan tersebut juga harus dimuat keterangan mengenai perkiraan lama terjadinya Keadaan Kahar (Force Majeure) disertai surat keterangan dari instansi yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan, (©) Apabila dalam waktu sebagaimana ditetapkan pada ayat (2), PIHAK yang mengalami Keadaan Kahar (Force Majeure) tidak memberitahukan kepada PIHAK lainnya, maka keadaan tersebut dianggap tidak pernah ada dan PARA PIHAK harus tetap melaksanakan kewajiban masing - masing (10) Tidak dilaksanakannya atau tertundanya pelaksanaan sebagian atau keseluruhan Perjanjian ini oleh salah satu PIHAK atau PARA PIHAK, tidak dianggap sebagai pelanggaran terhadap Perjanjian ini apabila hal tersebut terjadi karena Keadaan Kahar (Force Majeure). Namun demikian, PIHAK tersebut wajib melakukan upaya terbalknya untuk menghindari dampak yang berkelanjutan dari kejadian Keadaan Kahar (Force Majeure) dan wajib menjalankan kembali kewajibannya segera setelah berakhimya kejadian Keadaan Kahar (Force Majeure) (11) Semua kerugian dan biaya yang diderita oleh salah satu PIHAK sebagai akibat terjadinya Keadaan Kahar (Force Majeure) bukan merupakan tanggung jawab PIHAK yang lainnya. (12) Dalam hal terjadi kejadian Keadaan Kahar (Force Majeure) secara terus menerus melebihi jangka waktu 60 (enam puluh) hari, maka salah satu PIHAK dapat mengajukan pengakhiran Jangka Waktu Perjanjian ini Pasal 12 PENYELESAIAN PERSELISIHAN (5) Perjanjian ini dan pelaksanaannya harus diberlakukan, ditafsirkan, diartikan dan diatur serta tunduk pada peraturan perundang-undangan dan hukum yang berlaku di wilayah Negara Republik Indonesia (6) PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikan setiap perselisihan yang timbul dalam pelaksanaan Perjanjian ini melalui musyawarah (7) Apabila perselisinan yang timbul tidak dapat diselesaikan secara musyawarah dan mufakat dalam waktu 60 (enam puluh) hari sejak soal yang diperselisihkan itu pertama kali dikemukakan oleh salah satu PIHAK, maka PARA PIHAK sepakat untuk menyelesaikan perselisihan tersebut melalui Pengadilan Negeri (sesuai dengan lokasi Objek Sewa) a (8) PARA PIHAK sepakat untuk tetap melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Perjanjian ini selama proses penyelesaian perselisihan berlangsung. Pasal 14 BEA MATERAI, PAJAK-PAJAK DAN BIAYA LAIN-LAIN Bea Materai, Pajak-Pajak serta biaya lainnya yang timbul sehubungan dengan Perjanjian ini, menjadi beban dan tanggung jawab masing-masing PIHAK sesuai dengan ketentuan eraturan perundang-undangan yang berlaku Pasal 15 KERAHASIAAN (3) PARA PIHAK menjamin akan menjaga setiap data/keterangan dan informasi-informasi lain yang berkaitan dengan bisnis, produk dan pelayanan yang diketahui atau timbul berdasarkan perjanjian ini dan tidak akan diberitahukan kepada PIHAK lain yang tidak berkepentingan dengan alasan apapun juga selama dan sesudah berakhirnya Perjanjian ini, kecuali hal-hal yang merupakan milk umum (publik domain) atau diharuskan dibuka berdasarkan ketentuan hukum yang berlaku, dengan ketentuan bahwa PIHAK yang bersangkutan: ¢. telah mengupayakan sebaik-baiknya untuk berkonsultasi dengan PIHAK lainnya; d. membatasi pengumuman atau melepaskan informasi_tersebut sebatas Pengungkapan informasi yang minimum dipersyaratkan oleh ketentuan hukum yang beriaku (4) PARA PIHAK menjamin untuk menyimpan asli maupun salinan dari dokumen/surat-surat dalam bentuk apapun sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan akan senantiasa menjaga kerahasiaannya selama dan sesudah berakhimya Perjanjian ini Pasal 16 KORESPONDENSI (4) Semua surat-menyurat atau pemberitahuan mengenai atau sehubungan dengan Perjanjian ini dari PIHAK KESATU kepada PIHAK KEDUA dan/atau sebaliknya, disampaikan secara langsung atau melalui pos, teleks/faksimili yang dialamatkan kepada sebagai berikut: PIHAK KESATU PIHAK KEDUA KEPALA BALAI PENGELOLA TRANSPORTASI DARAT WILAYAH 2 Kepada Kepala Sub Bagian Tata Usaha Balai Kepada Pengelola Transportasi Darat Wilayah _ Alamat Alamat Telepon Telepon Faksimili Faksimili (5) Surat pemberitahuan yang disampaikan secara langsung dianggap telah diterima pada hari penyerahan dengan bukti tanda tangan penerima pada buku ekspedisi pengiriman, sedangkan pengiriman melalui teleks atau faksimili dianggap telah diterima pada saat kode jawabannya pada akhir penerimaan teleks dan konfirmasi faksimili dalam hal pengiriman melalui faksimil (6) Perubahan penggunaan alamat dan media komunikasi lainnya wajib diberitahukan dalam jangka waktu sekurang-kurangnya 14 (empat belas) hari kerja sebelum dilakukan perubahan tersebut Pasal 17 KETENTUAN LAINNYA (3) Apabila dalam waktu_(_) bulan terhitung setelah ditandatanginya Perjanjian Sewa PIHAK KEDUA belum memanfaatkan objek sewa, maka PIHAK KESATU berhak untuk mengambil Objek Sewa; (4) Sebelum dilakukan pengambilan Objek Sewa, PIHAK KESATU akan memberikan pemberitahuan secara tertulis kepada PIHAK KEDUA yang belum memanfaatkan Objek Sewa untuk segera memanfaatkan Objek Sewa 2B Pasal 18 ADDENDUM (3) Hal-hal yang belum diatur dan/atau terjadi perubahan dalam Perjanjian Sewa ini, akan diatur lebih lanjut dalam bentuk addendum berdasarkan kesepakatan PARA PIHAK, sebelum Perjanjian Sewa ini berakhir (4) Addendum sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Perjanjian Sewa ini, Demikian Perjanjian ini dibuat dan ditandatangani oleh PARA PIHAK pada hari, tanggal, bulan dan tahun tersebut pada bagian awal Perjanjian ini, dibuat dalam rangkap 2 (dua) asli, bermeterai cukup, satu untuk PIHAK KESATU dan yang lainnya untuk PIHAK KEDUA masing-masing mempunyai kekuatan hukum yang sama. PIHAK KEDUA PIHAK KESATU Kepala Balai Pengelola Transportasi Darat Wilayah DIREKTUR JENDERAL PERHUBUNGAN DARAT, Salinan sesuai dengan aslinya KEPALA BAGIAN HUKUM DAN ‘Ted. HUBUNGAN MASYARAKAT 1 Ve Drs. BUDI SETIYADI, S.H., M. NRP. 6205 0784 DWIYEKTI WINDAYANI Pembina Tingkat I (IV/b) NIP. 19600524 198703 2 001 Fy

Anda mungkin juga menyukai