Anda di halaman 1dari 8

MATERNITAS

“KANKER SERVIKS”

Disusun oleh Kelompok 10 :


1. Ririn (21120096)
2. Risa Yulianti (21120097)
3. Rizqia Amrina (21120098)
4. Shal sabila Savitri (21120099)

Dosen Pengampu : Yuniza, S.Kep., Ns., M.Kep

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


INSTITUT ILMU KESEHATAN DAN TEKNOLOGI
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
TAHUN AKADEMIK 2021/2022
KANKER SERVIKS

A. Definisi
Kanker serviks merupakan kanker yang menyerang area serviks atau leher rahim, yaitu
area bawah pada rahim yang menghubungkan rahim dan vagina (Rozi, 2013). Kanker leher
rahim atau kanker serviks (cervical cancer) merupakan kanker yang terjadi pada serviks
uterus, suatu daerah pada organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah
rahim yang terletak antara rahim (uterus) dengan liang senggama (vagina)(Purwoastuti,
2015).
Kanker serviks adalah tumor ganas primer yang berasal dari sel epitel skuamosa. Kanker
serviks merupakan kanker yang terjadi pada serviks atau leher rahim, suatu daerah pada
organ reproduksi wanita yang merupakan pintu masuk ke arah rahim, letaknya antara rahim
(uterus) dan liang senggama atau vagina. Sebanyak 90% dari kanker serviks berasal dari sel
skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar penghasil lendir
pada saluran servikal yang menuju ke rahim.
Kanker serviks adalah penyakit akibat tumor ganas pada daerah mulut rahim sebagai
akibat dari adanya pertumbuhan jaringan yang tidak terkontrol dan merusak jaringan normal
disekitarnya (FKUI, 1990; FKKP, 1997 dalam Padila, 2012).

B. ETIOLOGI
Penyebab terjadinya kelainan pada sel - sel serviks tidak diketahui secara pasti, tetapi terdapat
beberapa faktor resiko yang berpengaruh terhadap terjadinya kanker serviks yaitu:
1. HPV (Human papilloma virus)
HPV adalah virus penyebab kutil genetalis (Kandiloma akuminata) yang ditularkan melalui
hubungan seksual. Varian yang sangat berbahaya adalah HPV tipe 16, 18, 45, dan 56.
2. Merokok
Tembakau merusak sistem kekebalan dan mempengaruhi kemampuan tubuh untuk melawan
infeksi HPV pada serviks. Tembakau mengandung bahan-bahan karsinogen baik yang
dihisap sebagai rokok/sigaret atau dikunyah.
3. Hubungan seksual pertama dilakukan pada usia dini.
Menikah pada usia kurang 20 tahun dianggap terlalu muda untuk melakukan hubungan
seksual dan berisiko terkena kanker leher rahim 10 - 12 kali lebih besar daripada mereka
yang menikah pada usia > 20 tahun. Hubungan seks idealnya dilakukan setelah seorang
wanita benar-benar matang. Ukuran kematangan bukan hanya dilihat dari sudah menstruasi
atau belum. Kematangan juga bergantung pada sel-sel mukosa yang terdapat di selaput kulit
bagian dalam rongga tubuh. Umumnya sel - sel mukosa baru matang setelah wanita berusia
20 tahun ke atas. Jadi, seorang wanita yang menjalin hubungan seks pada usia remaja, paling
rawan bila dilakukan di bawah usia 16 tahun. Hal ini berkaitan dengan kematangan sel-sel
mukosa pada serviks. Pada usia muda, sel-sel mukosa pada serviks belum matang. Artinya,
masih rentan terhadap rangsangan sehingga tidak siap menerima rangsangan dari luar
termasuk zat-zat kimia yang dibawa sperma. Karena masih rentan, sel-sel mukosa bisa
berubah sifat menjadi kanker. Sifat sel kanker selalu berubah setiap saat yaitu mati dan
tumbuh lagi. Dengan adanya rangsangan, sel bisa tumbuh lebih banyak dari sel yang mati,
sehingga perubahannya tidak seimbang lagi. Kelebihan sel ini akhirnya bisa berubah sifat
menjadi sel kanker. Lain halnya bila hubungan seks dilakukan pada usia di atas 20 tahun,
dimana sel-sel mukosa tidak lagi terlalu rentan terhadap perubahan.
4. Berganti-ganti pasangan seksual.
Banyak faktor yang disebut - sebut mempengaruhi terjadinya kanker serviks. Pada berbagai
penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa golongan wanita yang mulai melakukan
hubungan seksual pada usia < 20 tahun atau mempunyai pasangan seksual yang berganti-
ganti lebih berisiko untuk menderita kanker serviks.
5. Hygiene yang buruk
Ketika terdapat virus ini pada tangan seseorang, lalu menyentuh daerah genital, virus ini akan
berpindah dan dapat menginfeksi daerah serviks atau leher rahim Anda. Cara penularan lain
adalah di closet pada WC umum yang sudah terkontaminasi virus ini. Seorang penderita
kanker ini mungkin menggunakan closet, virus HPV yang terdapat pada penderita berpindah
ke closet. (Sarwono.2006)
6. Gangguan sistem kekebalan
Wanita dengan sistem kekebalan tubuh yang melemah lebih berisiko mengalami kanker
serviks. Misalnya pada penyakit HIV/AIDS, penggunaan obat kortikosteroid, transplantasi
organ, atau pengobatan kanker.
7. Pemakaian Pil KB.
Penggunaan pil kontrasepsi atau kb dalam jangka panjang dapat meningkatkan resiko
mengalami kanker serviks.
8. Golongan ekonomi lemah (karena tidak mampu melakukan pap smear secara rutin).
(Nurarif, 2016)
Pemeriksaan pap smear berguna untuk mendeteksi kelainan sel serviks (pra kanker). Dengan
begitu, jika ada kelainan pada serviks dapat segera diberi penanganan yang sesuai dan
mencegah kemungkinan terjadinya kanker serviks. Pemeriksaan pap smear disarankan pada
wanita sejak berusia 21 tahun.
C. Anatomi Fisiologi

Menurut Langhorne, Fulton, dan Otto (2011), serviks atau leher rahim adalah
sepertiga lebih rendah dari rahim atau uterus. Tubular serviks memanjang hingga ke
bawah ke bagian atas vagina. Serviks mengelilingi pembukaan disebut lubang serviks,
rahim berbentuk silinder jaringan yang menghubungkan vaginadan uterus. Serviks terbuat
dari tulang rawan yang ditutupi oleh jaringan halus, lembap, dan tebalnya sekitar 1 inci.
Ada dua bagian utama dari serviks, yaitu ektoserviks dan endiserviks.
Bagaian serviks yang dapat dilihat dari luar selama pemeriksaan ginekologi di kenal
sebagai ektoserviks. Pembuka dipusat ektoserviks, dikenal sebagai os eksternal, membuka
untuk memisahkan bagian antara uterys dan vagina. Endoserviks atau kanal endoserviks,
adala sebuah terowongan melalui serviks, dari os eksternal ke dalam uterus.
Selama masa praremaja, endoserviks terletak dibagian serviks (Langhorne, Fulton,
dan Otto, 2011). Pembatasan tumpang tindih antara endosrviks dan ektoserviks di sebut
zona transformasi. Serviks menghasilkan lendir serviks yang konsistensi atau
kekentalannya berubah selama siklus menstruasi untuk mencgah atau mempromosikan
kehamilan.
Zona transformasi dari waktu ke waktu menjadi lebuh rapuh, sel-sel epitel kolumnar
digantikan dengan sel-sel epitel skuamosa. Daerah ini sangat rentan terhadap perubahan
prakanker (displasia) karena tingkat turnover yang tinggi dan tingkat pematangan sel
rendah (Rahayu, 2015).
D. Patoflow
E. Manifestasi Klinis

a) Perdarahan Sifatnya dapat intermenstruit atau perdarahan kontak, kadang-kadang


perdarahan baru terjadi pada stadium selanjutnya. Pada jenis intraservikal perdarahan
terjadi lambat.
b) Biasanya menyerupai air, kadang-kadang timbulnya sebelum ada perdarahan. Pada stadium
lanjut perdarahandan keputihan lebih banyakdisertai infeksi sehingga cairan yang keluar
berbau (Padila, 2012).

Menurut (Purwoastuti, 2015), gejala kanker leher rahim adalah sebagai berikut:
1. Keputihan, makin lama makin berbau busuk.
2. Perdarahan setelah senggama yang kemudian berlanjut menjadi perdarahan abnormal,
terjadi secara spontan walaupun tidak melakukan hubungan seksual.
3. Hilangnya nafsu makan dan berat badan yang terus menurun.
4. Nyeri tulang panggul dan tulang belakang
5. Nyeri disekitar vagina
6. Nyeri abdomen atau nyeri pada punggung bawah
7. Nyeri pada anggota gerak (kaki).
8. Terjadi pembengkakan pada area kaki.
9. Sakit waktu hubungan seks.
10. Pada fase invasif dapat keluar cairan kekuning-kuningan, berbau dan bercampur
dengan darah.
11. Anemia (kurang darah) karena perdarahan yang sering timbul.
12. Siklus menstruasi yang tidak teratur atau terjadi pendarahan diantara siklus haid.
13. Sering pusing dan sinkope.
14. Pada stadium lanjut, badan menjadi kurus kering karena kurang gizi, edema kaki,
timbul iritasi kandung kencing dan poros usus besar bagian bawah (rectum),
terbentuknya fistel vesikovaginal atau rectovaginal, atau timbul gejala-gejala akibat
metastasis jauh.
Menurut Rubina Mukhtar tahun 2015 menyatakan bahwa tanda dan gejala Ca. Serviks
adalah perdarahan vagina abnormal seperti pendarahan pasca menopause, menstruasi tidak
teratur, menstruasi berat, metrorhagia menyakitkan, atau perdarahan postcoital. Keputihan
abnormal adalah keluhan utama dari sekitar 10% dari pasien; debit mungkin berair, bernanah,
atau berlendir. Gejala panggul atau nyeri perut dan saluran kencing atau rektum terjadi dalam
kasus-kasus lanjutan. Nyeri panggul mungkin hasil dari loco penyakit regional invasif atau
dari penyakit radang panggul hidup berdampingan.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

1. IVA (Inspeksi Visual dengan Asam Asetat)


Sesuai dengan namanya, IVA merupakan pemeriksaan leher rahim (serviks) dengan
cara melihat langsung (dengan mata telanjang) leher rahim setelah memulas leher
rahim dengan larutan asetat 3-5%. Apabila setelah pulasan terjadi perubahan warna
asam asetat yaitu tampak bercak putih, maka kemungkinan ada kelainan tahap
prakanker serviks. Jika tidak ada perubahan warna, maka dapat dianggap tidak ada
infeksi pada serviks (Wijaya, 2010). Proses skrining dengan IVA merupakan
pemeriksaan yang paling disarankan oleh Departemen Kesehatan. Salah satu
pertimbangannya karena biayanya yang sangat murah. Namun perlu diingat,
pemeriksaan ini dilakukan hanya untuk deteksi dini. Jika terlihat tanda yang
mencurigakan, maka metode deteksi lainnya yang lebih lanjut harus segera dilakukan
(Wijaya, 2010).
2. Sitologi/Pap Smear Keuntungan, murah dapat memeriksa bagian-bagian yang
tidakterlihat. Kelemahan, tidak dapat menentukan dengan tepat lokasinya.
3. Schillentest Epitel karsinoma serviks tidak mengandung glycogen karena dapat
mengikal yodium. Jika porsio diberi yodium maka epitel karsinoma yang normal akan
berwarna coklat tua, sedang yang terkena karsinoma tidak berwarna.
4. Koloskopi Memeriksa dengan menggunakan alat untuk melihat serviks dengan lampu
dan dibesarkan 10-40 kali. Keuntungan, dapat melihat jelas daerah yang bersangkutan
sehingga mudah untuk melakukan biopsy. Kelemahan, hanya dapat memeriksa daerah
yang terlihat saja yaitu porsio, sedang kelainan pada skuamosa columnar junction dan
intraservikal tidak terlihat.
1. Kolpomikroskopi melihat hapusan vagina (Pap Smeardengan pembesaran sampai
200 kali.
2. Biopsi Biopsy dapat ditemukan atau ditentukan jenis karsinomanya.
3. Konisasi Dengan cara mengangkat jaringan yang berisi selaput lender serviks dan
epitel gepeng dan kelenjarnya. Konisasi dilakukan bila hasil sitologi meragukan dan
pada serviks tidak tampak kelainan-kelainan yang jelas (Padila, 2012).

G. PENATALAKSANAAN MEDIS

1. Irradiasi
a. Dapat dipakai untuk semua stadium
b. Dapat dipakai untuk wanita gemuk tua dan pada medical risk.
c. Tidak menyebabkan kematian seperti operasi

2. Dosis Penyiaran ditunjukkan pada jaringan karsinoma yang terletak diserviks

3. Komplikasi irradiasi
a. Kerentanan kandungan kencing
b. Diarrhea
c. Perdarahan rectal
d. Fistula vesico atau rectovaginasis

4. Operasi
a. Operasi wentheim dan limfaktomi untuk stadium I dan II
b. Operasi schauta, histerektomi vagina yang radikal

5. Kombinasi Irradiasi dan pembedahan Tidak dilakukan sebagai hal yang rutin, sebab
radiasi menyebabkan bertambahnya vaskularisasi, odema. Sehingga tindakan operasi
berikutnya dapat mengalami kesukaran dansering menyebabkan fistula, disamping itu
juga menambah penyebaran kesistem limfe dan peredaran darah.

6. Cytostatik Bleomycin, terapi terhadap karsinoma serviks yang radio resisten. 5% dari
karsinoma serviks adalah resisten terhadap radioterapi, dianggap resisten bila 8-10
minggu post terapi keadaan masih tetap sama (Padila, 2012).

7. Vaksinasi.Vaksinasi HPV dapat memiliki implikasi penting bagi peningkatan


kesehatan perempuan dan menurunkan kematian akibat kanker serviks (Rubina
Mukhtar, 2015).

Anda mungkin juga menyukai