Anda di halaman 1dari 27

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY.R Dg HIPERBILIRUBIN DI RU.

PERINATAL RS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG

Oleh :

Putri Melati 2112089

Putri Pajaria 2112090

Qurnia Ananda 21120091

Rafika 21120092

Pembimbing : Suratun M.kep

Tempat Praktik : RS Muhammadiyah Plg ( R.perinatal )

Prodi S1 ilmu keperawatan


Fakultas Ilmu Kesehatan
Institut ilmu kesehatan dan teknologi Muhammaddiyah Palembang 2021/2022
Laporan Pendahuluan

Bayi Dengan Hyperbilirubin

1. Definisi
Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar serum bilirubin dalam darahsehingga
melebihi nilai normal. Pada bayi baru lahir biasanya dapat mengalami hiperbilirubinemia
pada minggu pertama setelah kelahiran. Keadaan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir
disebabkan oleh meningkatnya produksi bilirubin atau mengalami hemolisis, kurangnya
albumin sebagai alat pengangkut, penurunan uptake oleh hati, penurunan konjugasi bilirubin
oleh hati, penurunan ekskresi bilirubin, dan peningkatan sirkulasi enterohepatik (IDAI,
2013).
Bilirubin diproduksi oleh kerusakan normal sel darah merah. Bilirubin dibentuk oleh hati
kemudian dilepaskan ke dalam usus sebagai empedu atau cairan yang befungsi untuk
membantu pencernaan (Mendri dan Prayogi, 2017).
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana meningkatnya kadar bilirubin dalam darah
secara berlebihan sehingga dapat menimbulkan perubahan pada bayi baru lahir yaitu warna
kuning pada mata, kulit, dan mata atau biasa disebut dengan jaundice. Hiperbilirubinemia
merupakan peningkatan kadar bilirubin serum yang disebabkan oleh salah satunya yaitu
kelainan bawaan sehingga menyebabkan ikterus (Imron, 2015). Hiperbilirubinemia atau
penyakit kuning adalah penyakit yang disebabkan karena tingginya kadar bilirubin pada
darah sehingga menyebabkan bayi baru lahir berwarna kuning pada kulit dan pada bagian
putih mata (Mendri dan Prayogi, 2017).

2. Etiologi

a. Produksi yang berlebihan


Produksi yang berlebihan, lebih dari kemampuan bayi untuk mengeluarkannya,
misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, ABO,
defisiensi enzim G6PD, Pyruvate kinase, perdarahan tertutup, dan sepsis.
b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar.
Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat untuk
konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar akibat asidosis, hipoksia, dan infeksi atau
tidak terdapatnya enzim glucoronil transferase. Penyebab lain adalah defisiensi protein
Y dalam hepar yang berperan penting dalam uptake bilirubin ke sel-sel hepar.

c. Gangguan dalam transportasi.


Bilirubin dalam darah terikat oleh albumin kemudian diangkut ke hepar. Ikatan
bilirubin dan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat-obat, misalnya : salisilat dan
sulfaforaole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin
indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak (Surasmi, 2013)

d. Gangguan dalam ekskresi.


Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar. Kelainan di
luar hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar (Surasmi, 2013)

3. Anatomi Fisiologi
- Fisiologi

Hepar adalah suatu organ tubuh sekaligus kelenjar yang terbesar ditubuh manusia.
Terletak di dalam rongga abdomen di regio dextra di bawah difragma.Hati berfungsi sebagai
metabolisme glukosa, lemak, sintesis protein seperti albumin globulin dan faktor
koagulan,eksresi bilirubin,metabolisme obat dan hormon serta detoksifikasi (Rosida, 2016).

4. Patofisiologi
Bilirubin di produksi sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang telah rusak. Kemudian
bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dibawa ke hepar dengan cara berikatan dengan albumin.
Bilirubin direk (terkonjugasi) kemudian diekskresikan melalui traktus gastrointestinal. Bayi
memiliki usus yang belum sempurna, karna belum terdapat bakteri pemecah, sehingga
pemecahan bilirubin tidak berhasil dan menjadi bilirubin indirek yang kemudian ikut masuk
dalam aliran darah, sehingga bilirubin terus bersirkulasi (Atika dan Jaya, 2016).
Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikuloendotelial, selanjutnya dilepaskan
ke sirkulasi yang akan berikatan dengan albumin. Neonatus mempunyai kapasitas ikatan plasma
yang rendah terhadap bilirubin karena konsentrasi albumin yang rendah dan kapasitas ikatan
molar yang kurang. Bilirubin yang terikat dengan albumin tidak dapat memasuki susunan syaraf
pusat dan bersifat toksik (Kosim, 2012).
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang melebihi
kemampuan hati untuk mengekskresikan bilirubin yang telah diekskresikan dalam jumlah
normal. Selain itu, hiperbilirubinemia juga dapat disebabkan oleh obstruksi saluran ekskresi hati.
Apabila konsentrasi bilirubin mencapai 2 – 2,5 mg/dL maka bilirubin akan tertimbun di dalam
darah. Selanjutnya bilirubin akan berdifusi ke dalam jaringan yang kemudian akan menyebabkan
kuning atau ikterus (Khusna, 2013).
Berikut ini adalah tabel hubungan kadar bilirubin dengan daerah ikterus menurut Kramer

(Mansjoer, 2013).

Tabel 2.2 Hubungan Kadar Bilirubin dengan Daerah Ikterus

Derajat Kadar Bilirubin (mg/dL)


Luas Daerah Ikterus
Ikterus Preterm Aterm
I Kepala dan leher 4–8 4–8
II Dada sampai pusat 5 - 12 5 – 12
Bagian bawah pusat sampai
III 7 – 15 8 – 16
lutut
Lutut sampai pergelangan
IV kaki dan bahu sampai 9 – 18 11 – 18
pergelangan tangan
Kaki dan tangan termasuk
V telapak kaki dan telapak > 10 > 15
tangan
Sumber : Mansjoer (2013)
5. Manifestasi klinis
Bayi baru lahir dikatakan mengalami hiperbilirubinemia apabila bayi baru lahir tersebut
tampak berwarna kuning dengan kadar serum bilirubin 5mg/dL atau lebih (Mansjoer,
2013).
Hiperbilirubinemia merupakan penimbunan bilirubin indirek pada kulit sehingga
menimbulkan warna kuning atau jingga. Pada hiperbilirubinemia direk bisanya dapat
menimbulkan warna kuning kehijauan atau kuning kotor (Ngatisyah, 2012).
Menurut Ridha (2014) bayi baru lahir dikatakan mengalami hiperbilirubinemia apabila
tampak tanda-tanda sebagai berikut :
a. Sklera, selaput lendir, kulit atau organ lain tampak kuning akibat
penumpukan bilirubin.
b. Terjadi pada 24 jam pertama kehidupan.
c. Peningkatan konsentasi bilirubin 5mg/dL atau lebih setelah 24 jam.
d. Konsentrasi bilirubin serum 10 mg/dL pada neonatus cukup bulan dan 12,5
mg/dL pada neonatus kurang bulan.
e. Ikterik yang disertai proses hemolisis.
f. Ikterik yang disertai berat badan lahir kurang dari 2000 gram, masa gestasi
kurang dari 36 minggu, hipoksia, sindrom gangguan pernafasan, infeksi
trauma lahir kepala, hipoglikemia, hiperkarbia.

6. Komplikasi

Kern ikterus adalah perubahan neuropatologi yang ditandai oleh deposisi pigmen
bilirubin pada beberapa daerah di otak terutama di ganglia basalis, pons dan serebelum.
Akut bilirubin ensefalopati terdiri dari 3 fase yaitu:
a. Fase Inisial: ditandai dengan letargis, hipotonik, berkurangnya gerakan bayi dan
reflek hisap buruk http://repository.unimus.ac.id
b. Fase Intermediate: tanda-tanda kardinal fase ini adalah moderate stupor, iritabilitas
dan peningkatan tonus (retrocollis dan opisthotonus). Demam muncul selama fase ini.
c. Fase Lanjut: ditandai dengan stupor yang dalam atau koma, peningkatan tonus, tidak
mampu makan, high-pitch cry dan kadang kejang.
Manifestasi klinis kernikterus: pada tahap kronis bilirubin ensefalopati, bayi yang
selamat biasanya menderita gejala sisa berupa bentuk athetoid cerebral palsy yang berat,
gangguan pendengaran, paralisis upward gaze dan displasia dentalenamel (Academy
Academy of Pediatrics, 2014).
7. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang perlu dilakukan pada ikterik neonatus adalah(Huda,


2015) :
a. Kadar bilirubin serum (total). Kadar bilirubin serum direk dianjurkan untuk diperiksa,
bila dijumpai bayi kuning dengan usia kurang lebih dari 10 hari dan tau dicurigai adanya
suatu kolestatis.
b. Darah tepi lengkap dan gambaran apusan darah tepi untuk melihat morfologi eritrosit
dan hitumg retikulosit
c. Penentuan golongan darah dan factor Rh dari ibu dan bayi. Bayi yang berasal dari ibu
dengan Rh negative harus dilakukan pemeriksaan golongan darah, faktor Rh uji coombs
pada saat bayi dilahirkan, kadar hemoglobin dan bilirubin tali pusat juga diperiksa (Normal
bila Hb >14mg/dl dan bilirubin Tali Pusat , < 4 mg/dl ).
d. Pemeriksaan enzim G-6-PD (glukuronil transferase ).
e. Pada Ikterus yang lama, lakukan uji fungsi hati (dapat dilanjutkan dengan USG hati,
sintigrafi system hepatobiliary, uji fungsi tiroid, uji urine terhadap galaktosemia.
f. Bila secara klinis dicurigai sepsis, lakukan pemeriksaan kultur darah, dan pemeriksaan C
reaktifprotein(CRP)
8. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan medis pada ikterik neonatus menurut (Marmi , 2015):


a. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin
1) Menyusui bayi denga ASI, bilirubin dapat pecah jika bayi banyak mengeluarkan
feses dan urine, untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI. Seperti yang
diketahui ASi memiliki zat zat terbaik yang dapat memperlancar BAB dan BAK
2) Pemberian fenobarbital, fenobarbital berfungsi untuk mengadakan induksi enzim
mikrosoma, sehingga konjungsi bilirubin berlangsung dengan cepat.
b. Fototerapi
Fototerapi diberikan jika kadar bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol yang
sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam air, dan
dikeluarkan melalui urine, tinja, sehingga kadar bilirubin menurun.
1) Cara kerja fototerapi Foto terapi dapat menimbulkan dekomposisi bilirubin dari
suatu senyawa tetrapirol yang sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang
mudah larut dalam air dan cairan empedu duodenum dan menyebabkan
bertambahnya pengeluaran cairan empedu kedalam usus sehingga peristaltic usus
menngkat dan bilirubin akan keluar dalam feses.
2) Komplikasi fototerapi Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada fototerapi
adalah:
a) Terjadi dehidrasi karena pengaruh sinar lampu dan mengakibatkan
peningkatan Insensible Water Loss (penguapan cairan). Pada BBLR
kehilangan cairan dapat meningkat 2-3 kali lebih besar.
(b) Frekuensi defekasi meningkat sebagai akibat meningkatnya bilirubin
indirek dalam cairan empedu dan meningkatkan peristaltic usus.
(c) Timbul kelainan kulit sementara pada daerah yang terkena sinar (berupa
kulit kemerahan) tetapi akan hilang jika fototerapi selesai.
(d) Gangguan pada retina jika mata tidak ditutup.
(e) Kenaikan suhu akibat sinar lampu, jika hal ini terjadi sebagian lampu
dimatikan, tetapi diteruskan dan jika suhu terus naik, lampu semua
dimatikan sementara, dan berikan ekstra minum kepada bayi.
c. Transfusi tukar
Transfuse tukar dilakukan pada keadaan hyperbilirubinemia yang tidak dapat diatasi
dengan tindakan lain, misalnya telah diberikan fototerapi kadar bilirubin tetap tinggi. Pada
umumnya transfuse tukar dilakukan pada ikterus yang disebabkan hemolisis yang terdapat
pada ketidakselarasan rhesus ABO, defisiensi enzim glukuronil transferase G-6-PD, infeksi
toksoplasmosis dan sebagainya. Indikasi untuk melakukan transfusi tukar adalah kadar
bilirubin indirek lebih dari 20 mg%, peningkatan kadar bilirubin indirek cepat yaitu 0,3-1
mg% per-jam, anemia berat pada neunatus dengan gejala gagal jantung, bayi dengan kadar
hemoglobin tali pusat kurang dari 14 mg% dan uji comb positif. Tujuan transfuse tukar
adalah mengganti ertitrosit yang dapat menjadi hemolisis, membuang antibody yang
menyebabkan hemolisis, menurunkan kadar bilirubin indirek dan memperbaikianemia.
ASUHAN KEPERAWATAN

Bayi NY.R dengan Hyperbilirubin DI RU.PERINATAL RS MUHAMMADIYAH


PALEMBANG

TempatPraktik:RS Muhammadiyah Palembang (RU.Perinatal)


Tanggal Praktik/Tanggal masuk : 30 Mei 2022
Pengkajian Dilakukan Tanggal : 30 Mei 20 jam 14:00 WIB

1. IDENTITAS

Inisial Nama : BY. R Alamat :

Tempat / Tgl.Lahir : Palembang ,28 ,Mei 2022 Agama : Islam

Usia : 2 hari Pendidikan Ayah:SMA

Nama ayah / ibu : Tn.D dan Ny.R Pendidikan ibu :SMA

Pekerjaan Ayah : BURUH

Pekerjaan Ibu : IRT

Berat Bayi :2100 gr

Panjang Badan :47 cm

Apgar Score : 1’( pada menit pertama kelahiran):8

5’(pada menit kelima kelahiran) :9

Usia Gestasi : 38 Minggu

Berat Badan :.......2100 mg ....Panjang badan......47 cm ......

Indikasi Persalinan : ada ( ) Tidak ada

(✓ ) Aspirasi Mekonium : -

Denyut Jantung janin abnormal ( - )

Prolaps tali pusat/ lilitan tali pusat ( - )

Ketuban pecah dini ( ✓ ) beberapa jam > 18 jam


Usia Gravida Partus Abortus

35 Thn 2 2 -

Persalinan :

Pervaginam ( - )

Sectio Caesarea ( ✓

) alasan : pendarahan

yang abnormal

pembukaan yang

tidak bertambah 1×24

Komplikasi kehamilan : ada (✓) tidak ada (. )

- Perawatan Antenatal (✓)

- Ruptur Plasenta (- ) / plasenta Previa ( ✓)

- Per eklampsia /toxcemia (- )

- Suspect sepsis (- )

- Persalinan Prematur( ) / Matur ( ✓)

Masalah lain : ......--.......

B.PEMERIKSAAN FISIK

SISTEM PERSEPSI SENSORI

3.Kepala

a.Fontanel anterior : Lunak (✓) Tegas (. - ) Datar (✓) Menonjol (.- ) Cekung (.- )

b.Sutura Sagitalis : Tepat ( ✓) Terpisah ( - ) Menjauh ( - ) Tumpang tindih (. - )


C.Gambaran Wajah : Simetris ( ✓ ) Asimetris (. - )

d. Molding ( - ) Capit succedaneum ( - ). Cephalhematoma ( - )

4.Mata

Bersih ( ✓ ) sekresi ( -) jarak interkantus () sklera putih (-- ) ikterik () 5.Bibir

a.Bibir : Normal(✓) sumbing ( - )

b.Sumbing langit langit /palatum ( - )

6. Telinga ,Hidung , Tenggorokan

a.Telinga : Normal ( ✓ ) Abnormal ( - ) Sekret ( - )

b.Hidung : Simetris ( ✓ ) Asimetris ( - )

C.Tenggorokan Tonsil ( - ) Radang (- )

Masalah keperawatan : -

SISTEM RESPIRASI

7. Toraks

Simetris ( ✓ ) Retraksi dada terlihat pada hari ke3 ( ✓ ). Klavikula normal (✓)

Paru paru

a. Suara nafas kanan kiri sama(✓) tidak ( - )

b.Suara nafas bersih ( ✓ ) Ronchi ( - ) Sekresi ( - ) wheezing (- )

c.Respirasi Spontan ( ✓ ) Tidak spontan ( - )

Alat bantu nafas : ( ✓ ) Nasal

kanul ( - ) O² /

incubator

Konsentrasi O² : ...1..Ltr /mnt

Masalah keperawatan : ketidak efektifan pola nafas


SISTEM KARDIOVASKULAR

8. Jantung

Inspeksi: ictus cirdis / denyut apeks (✓) normal (✓ ) melebar (-)

Palpasi : kardiomegali (--)

Perkusi : redup (-) pekak (✓)

Auskultasi : HR 140 ×/mnt , Aritmia ( - ) disritmia (✓) murmur

Masalah keperawatan : -

SISTEM PENCERNAAN

Mulut : Trismus ( --) ,Halitosis ( )

Bibir : Lembab ( ✓ ) ,pucat ( - ),sianosis (-) ,labio /palatoskizis (- ) stomatitis

(-) Gusi : (. ✓ ) ,plak putih ( -- ) ,lesi (. )

Lidah : Bersih (✓ ). Kotor/ putih (- ) , jamur ( - )

Kebutuhan nutrisi dan cairan

BB sebelum sakit : -. BB saat sakit : 2100 gr

Makanan yang di sukai : --

Selera makan : --

Alat makan yang di gunakan : OGT

Pola makan dan minum ( 8x/ 24 jam gelas /hari ). Jenis air minum (ASI dan PASI )

Porsi makan dan minum yang di habiskan : 5 × 5 CC Asi dan PASI

9. Abdomen

Inspeksi : Bentuk simetris (. ✓ ) ,tidak simetris (. ) Kembung (. ) Asites (. )

Palpasi : massa(- ) nyeri (-)

Kuadran l : Tidak ada pembesaran hepar

Kuadran ll : Tidak ada peradangan Lambung


Kuadran lll : Tidak ada pembesaran ginjal dan apendisitis

Kuadran lv : Tidak ada pembesaran ginjal dan konstipasi

Auskultasi : Bising usus.......x/ mnt teratur (✓ ) tidak teratur ( --

BAB : Warna..... Pucat ..... Frekuensi .....6-7....x/hari

Konsistensi :..... lembek ..... Darah (--) lendir(--) ampas(--) konstipasi (--)

Masalah keperawatan : - gg pemenuhan kebutuhan nutrisi dan cairan

SISTEM REPRODUKSI

Genetalia dan Anus

Laki - Laki --

Penis : normal (. ) ,Abnormal (. )

Scrotum dan testis : Normal (. ) ,Hernia (. ) ,Hidrokel (. )

Anus : Normal (. ). Atresia Ani (. )

Perempuan ✓
Vagina : normal (✓ ) Sekret (-) warna

(-) Anus : normal (✓) atresia Ani (-)

Masalah keperawatan : -

SISTEM MUSKULOSKELETAL

Reflek

Moro :ada (✓) Terdapat reflek terkejut

Menghisap : Lemah (✓ ) Reflek menghisap bayi masih

lemah Rooting : ada


ROM

Tonus / aktivitas

a.Aktif ( -- ) Tenang ( ✓ ) Letargi (. -- ) Kejang (. -- )

b.Menangis keras ( -- )Lemah ( ✓ ) melengking ( -- ) Sulit menangis ( -- )

Extermitas

Amelia (- ) sindaktili (-) polidaktili (-)

Reflek patologis

Babinsky : Bayi peka terhadap rangsangan benda tumpul

Kernig : Bayi mampu menekuk lutut hingga 135°

Brudzinsky : Bayi mampu menekuk Kepala hingga dagu menyentuh dada

Reflek fisiologis

Biseps : bayi mampu mengangkat lengan atas

Triceps : ada

Patela : Bayi mampu menekuk lutut

Masalah keperawatan : --

SISTEM INTEGUMEN

Kulit

a. Warna pink (--) pucat (--) Jaundice(✓)

sianos pada : kuku (--) sirkumoral (--) Periorbital(--) seluruh tubuh(--)

b.Kemerahan (Rash ) (--)

C.Tanda lahir (---) : sebutkan ......

d.Turgor kulit : elastis (.-- ) Tidak elastis (✓) edema (--) lanugo (✓)

Suhu Lingkungan

Penghangat Radian(--) Pengaturan suhu (--)

Inkubator ( ✓). Suhu ruang ( -- ) Box terbuka (--)


Masalah keperawatan : Gangguan peningkatan kadar bilirubin di dalam darah dan
gangguan perubahan suhu tubuh

Hubungan Peran

Struktur keluarga (Genogram 3 Generasi )

= Meninggal

= Sehat

= Sakit

=Laki- laki

=Perempuan

Agama : Islam

Bahasa utama : Daerah kota Palembang

Perencanaan Makanan bayi :Pemberian ASI dan PASI

Hubungan Orang tua dan bayi : ibu dan anak / ayah dan anak

Orang terdekat yang dapat di hubungi : Nenek

Orang tua berespon terhadap penyakit : ya (✓) tidak (--)

Respon : ny .r khawatir terhadap kondisi anaknya

Orang tua berespon terhadap hospitalisasi ; ya (✓) tidak (-)

Respon :ny r menginginkan anaknya di rawat di rumah sakit


Riwayat anak lain

Jenis kelamin anak Riwayat persalinan Riwayat imunisasi

Laki- laki sc Lengkap

TERAPI

No Nama Dosis G.obat Cara Indikasi Kontra indikasi


terapi pemberian

1 Infus D5% 6x/mnt Obat Intravena Penyimpanan Riwayat


keras glikogen, Hipersensitivitas
kadar natrium Terhadap
yang rendah Dextrose atau
darah dan Jagung,Dehidrasi
kehilangan berat,trauma
cairan, gagal kepala
ginjal, tingkat
kalsium yang
rendah, sirosis
hati, kadar
magnesium
yang rendah,
kadar kalium
rendah, tes
toleransi
glukosa

2 Ca 1 ampl Obat Intravena untuk tata pada pasien yang


glukonas bebas laksana kasus mengalami
hipokalsemia hiperkalsemia dan
akut yang fibrilasi ventrikel.
simptomatik

3 Ceftazidime 3x150mg Antibiotik Inj pneumonia, riwayat


meningitis, hipersensitivitas
infeksi tulang terhadap obat
dan sendi, antibiotik
peritonitis, golongan
serta infeksi sefalosporin,
saluran kemih. penisilin
Pemeriksaan penunjang

1. Darah lengkap

Hb : 13,5 gr /

dl

Leukosit : 12,350 /mm³

Trombosit : 304.000/mm³

Bilirubin Total :18,8 mg / dl

Direk : 0,30 mg / dl

Indirek : 17,9 mg / dl

Analisa data

Data Etiologi Analisa masalah

Ds= - Hepar tidak mampu Risiko tinggi cedera


melakukan konjugasi
DO :-Bayi Tampak terdapat
ikterus di daerah wajah , leher Sebagian masuk kembali ke
sampai dengan bagian atas siklus enterophepatik
lutut dan siku tangan.
Peningkatan UN konjungsi
Ku ; Lemah indirect bilirubin dalam
darah pengeluaran mekonium
Bilirubin Total :18,8 mg / dl
terlambat atau obstruksi usus
Direk : 0,30 mg / hingga berwarna pucat
dl
Ikterus pada sklera, leher dan
Indirek : 17,9mg / badan peningkatan bilirubin
dl indirect > 12 mg/dl

A: gg.peningkatan kadar Indikasi fototerapy


bilirubin di dlm darah
Sinar dengan intensitas tinggi
P: Pototherapy 3× 24 jam
Mukosa kering ,suhu >
37,5°c,kulit kering

Resiko tinggi cedera


Ds = - Hepar tidak mampu Risiko kekurangan volume
melakukan konjugasi cairan
Do = - Bayi tampak lemah
Sebagian masuk kembali ke
- Bayi tampak lebih siklus enterophepatik
banyak tidur
Peningkatan UN konjungsi
- Mukosa bibir tampak indirect bilirubin dalam
kering darah pengeluaran mekonium
- Turgor kulit jelek terlambat atau obstruksi usus
hingga berwarna pucat
- urine tampak pekat
Ikterus pada sklera, leher dan
Ku : Lemah badan peningkatan bilirubin
indirect > 12 mg/dl
TTV:
Indikasi fototerapy
RR : 46×/ mnt ,HR :
140×/mnt ,T:36,6°c Sinar dengan intensitas tinggi

A: Gangguan Pemenuhan Mukosa kering ,suhu >


kebutuhan cairan didalam 37,5°c,kulit kering
tubuh
Risiko kekurangan volume
P: IVFD D5% +ca glukonas 1 cairan
ampl GTT 6×/mnt ,inj
ceftazidime 3×150 mg ,OGT .

Prioritas masalah keperawatan

1. Resiko tinggi cedera

2. Resiko kekurangan volume cairan

Diagnosa keperawatan

1. Risiko tinggi cedera berhubungan dengan peningkatan bilirubin sekunder dari


pemecahan sel darah merah

1 .Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan efek fototerapi


PLANNING KEPERAWATAN

Nama pasien : by.R. Diagnosa medis : Hyperbilirubin

Jenis kelamin : Perempuan Hari / tanggal : 30/05/2022

No kamar / bed : R.perinatal. Shift :Sore

DX keperawatan Tujuan Intervensi Nama


&TTd
Do & Ds NOC NIC
perawat

Risiko tinggi Setelah dilakukan 1. Lakukan Pototherapy


cedera tindakan keperawatan selama 3x24 jam
berhubungan 3x 24 jam di harapkan bayi
2. Observasi tanda-tanda
dengan bebas dari cedera
ikterus
peningkatan dengan
bilirubin sekunder 3. observasi letak
kriteria hasil:
dari pemecahan sel penutup mata bayi
darah merah
1. Serum bilirubin menurun 4. Tempatkan lampu
Ds= - fototerapi diatas bayi
DO :-Bayi Tampak 2. Tidak ada ikterus pada dengan tinggi 30-50 cm.
terdapat ikterus di wajah, leher, sampai dengan 5. Cek intensitas lampu
daerah wajah , bagian atas lutut dan siku setiap hari
leher sampai tangan berkuran
dengan bagian atas 6. Ukur suhu tubuh 1-2
lutut dan siku jam sekali
tangan.
7. ubah posisi bayi tiap
Ku ; Lemah 8 jam

Bilirubin 8. observasi tindakan


Total :18,8 mg / dl fototerapi

Direk :
0,30 mg / dl

Indirek : 17,9mg /
dl
Risiko kekurangan Setelah dilakukan 1. Berikan D5% dengan
volume cairan tindakan selama 3x24 jam di GTT 6×/mnt
berhubungan harapkan volume cairan
2. Periksa turgor kulit
dengan efek terpenuhi
fototerapi 3. observasi membrane
Dengan kriteria hasil :
Ds = - mukosa
1. Mukosa bibir tidak kering
4. obsevasi warna urin
Do = - Bayi
tampak lemah , 2. Volume cairan dalam batas 5. observasi pemberian
Bayi tampak lebih normal (kebutuhan 558
kebutuhan cairan
banyak cc/m) 3. Warna urine normal
tidur ,Mukosa bibir (kuning muda)
tampak
kering ,Turgor
kulit jelek, urine
tampak pekat

Ku : Lemah

TTV:

RR : 46×/
mnt ,HR :
140×/mnt ,T:36,6°c
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN

Nama pasien :by.R. Diagnosa medis : Hyperbilirubin

Jenis kelamin : Perempuan Hari / tanggal : 1/06/2022

No kamar / bed : R.perinatal. Shift :Sore

Tgl / jam Diagnosis Implementasi Respons Nama


perawat
Keperawatan
dan
TTd

30/05/2022 Risiko tinggi 1. Lakukan Pototherapy 1. Bayi tampak


cedera 3x24 jam tenang saat di
(15:00) masukan ke tempat
berhubungan
2. Observasi tanda-
dengan phototerapy
tanda ikterus
peningkatan
2. Bayi tampak
bilirubin 3. observasi letak tenang saat di
sekunder dari penutup mata bayi lakukan observasi ttv
pemecahan sel
darah merah 4. Tempatkan lampu
3. Letak penutup
fototerapi diatas bayi mata bayi tampak
dengan tinggi 30-50 bergeser saat di
cm lakuakan observasi
5. Cek intensitas 4. lampu tampak
lampu setiap hari baik
6. Ukur suhu tubuh 1-2 5.Suhu tubuh bayi
jam sekali mengalami
7. ubah posisi bayi tiap peningkatan saat di
8 jam observasi

8. observasi tindakan 7.Bayi tampak


fototerapi nyaman saat di ubah
posisi setiap 8 jam

30/05/2022 Risiko 1.Berikan D5% dengan 1. Bayi tampak baik


kekurangan GTT 6×/mnt saat di beri D5%
( 15 :50 )
volume cairan
berhubungan 2.turgor kulit bayi
dengan efek 2. Periksa turgor kulit tampak tidak elastis
fototerapi
3. observasi membrane 3.membran mukosa
mukosa bayi tampak kering

4. observasi warna urin 4.warna urine bayi


tampak pekat
5. observasi pemberian
kebutuhan cairan

EVALUASI KEPERAWATAN

Nama pasien :by.R. Diagnosa medis : Hyperbilirubin

Jenis kelamin : Perempuan Hari / tanggal : 04/06/2022

No kamar / bed : R.perinatal. Shift :Pagi

DX Tgl dan Evaluasi (Perkembangan ) Paraf


keperawatan jam Perawat

Risiko tinggi 30/05/2022 Ds= -


cedera
(15:00) DO :-Bayi Tampak terdapat ikterus di daerah
berhubungan
wajah , leher sampai dengan bagian atas lutut
dengan
dan siku tangan.
peningkatan
bilirubin Ku ; Lemah
sekunder dari
pemecahan sel Bilirubin Total :18,8 mg / dl
darah merah
Direk : 0,30 mg / dl

Indirek : 17,9mg / dl

A: Masalah blm teratasi

P: intervensi di lanjutkan
Pototherapy 3× 24 jam

Risiko
kekurangan
volume cairan Ds = -
berhubungan Do = - Bayi tampak lemah
dengan efek
fototerapi - Bayi tampak lebih banyak tidur

- Mukosa bibir tampak kering

- Turgor kulit jelek

- urine tampak pekat

Ku : Lemah

TTV:

RR : 46×/ mnt ,HR : 140×/mnt ,T:36,6°c

A: masalah blm teratasi

P: intervensi di lanjutkan

IVFD D5% +ca glukonas 1 ampl GTT


6×/mnt ,inj ceftazidime 3×150 mg ,OGT

Risiko tinggi 01/06/2022 Ds= -


cedera
16:50 DO :-Bayi masih tampak terdapat ikterus di
berhubungan
daerah wajah , leher sampai dengan bagian
dengan 17:30 atas lutut dan siku tangan.
peningkatan
bilirubin Ku ; Lemah
sekunder dari
pemecahan sel Bilirubin Total :18,8 mg / dl
darah merah
Direk : 0,30 mg / dl

Indirek : 17,9mg / dl

A: Masalah blm teratasi

P: intervensi di lanjutkan

Pototherapy 3× 24 jam
Risiko Ds = -
kekurangan
Do = - Bayi masih tampak lemah
volume cairan
berhubungan - Bayi tampak lebih banyak tidur
dengan efek
fototerapi - Mukosa bibir masih tampak kering

- Turgor kulit jelek

- Urine Sudah mulai kuning

jernih Ku : Lemah

TTV:

RR : 46×/ mnt ,HR : 140×/mnt ,T:36,6°c

A: masalah teratasi sebagian

P: intervensi di lanjutkan

IVFD D5% +ca glukonas 1 ampl GTT


6×/mnt ,inj ceftazidime 3×150 mg ,OGT

Risiko tinggi 04 /06 Ds= -


cedera /2022
berhubungan DO :- Bayi masih tampak agak ikterus
dengan 09:00
Ku ; Lemah
peningkatan 09:30
bilirubin Bilirubin Total :19,1 mg / dl
sekunder dari
pemecahan sel Direk : 0,30 mg / dl
darah merah Indirek : 18,5 mg / dl

A: Masalah blm teratasi

P: intervensi di lanjutkan

Pototherapy 3x24 jam


Risiko Ds = -
kekurangan
volume cairan Do = - Bayi sudah tampak sedikit baik
berhubungan
dengan efek - Mukosa bibir sudah tampak agak
fototerapi lembab
- Turgor kulit mulai Baik

- Urine Sudah mulai kuning

jernih Ku : Lemah

TTV:

RR : 46×/ mnt ,HR : 140×/mnt ,T:36,6°c

A: masalah teratasi sebagian

P: intervensi di lanjutkan

IVFD D5% +ca glukonas 1 ampl GTT


6×/mnt ,inj ceftazidime 3×150 mg ,OGT

Anda mungkin juga menyukai