PERINATAL RS
MUHAMMADIYAH PALEMBANG
Oleh :
Rafika 21120092
1. Definisi
Hiperbilirubinemia adalah peningkatan kadar serum bilirubin dalam darahsehingga
melebihi nilai normal. Pada bayi baru lahir biasanya dapat mengalami hiperbilirubinemia
pada minggu pertama setelah kelahiran. Keadaan hiperbilirubinemia pada bayi baru lahir
disebabkan oleh meningkatnya produksi bilirubin atau mengalami hemolisis, kurangnya
albumin sebagai alat pengangkut, penurunan uptake oleh hati, penurunan konjugasi bilirubin
oleh hati, penurunan ekskresi bilirubin, dan peningkatan sirkulasi enterohepatik (IDAI,
2013).
Bilirubin diproduksi oleh kerusakan normal sel darah merah. Bilirubin dibentuk oleh hati
kemudian dilepaskan ke dalam usus sebagai empedu atau cairan yang befungsi untuk
membantu pencernaan (Mendri dan Prayogi, 2017).
Hiperbilirubinemia adalah keadaan dimana meningkatnya kadar bilirubin dalam darah
secara berlebihan sehingga dapat menimbulkan perubahan pada bayi baru lahir yaitu warna
kuning pada mata, kulit, dan mata atau biasa disebut dengan jaundice. Hiperbilirubinemia
merupakan peningkatan kadar bilirubin serum yang disebabkan oleh salah satunya yaitu
kelainan bawaan sehingga menyebabkan ikterus (Imron, 2015). Hiperbilirubinemia atau
penyakit kuning adalah penyakit yang disebabkan karena tingginya kadar bilirubin pada
darah sehingga menyebabkan bayi baru lahir berwarna kuning pada kulit dan pada bagian
putih mata (Mendri dan Prayogi, 2017).
2. Etiologi
3. Anatomi Fisiologi
- Fisiologi
Hepar adalah suatu organ tubuh sekaligus kelenjar yang terbesar ditubuh manusia.
Terletak di dalam rongga abdomen di regio dextra di bawah difragma.Hati berfungsi sebagai
metabolisme glukosa, lemak, sintesis protein seperti albumin globulin dan faktor
koagulan,eksresi bilirubin,metabolisme obat dan hormon serta detoksifikasi (Rosida, 2016).
4. Patofisiologi
Bilirubin di produksi sebagian besar (70-80%) dari eritrosit yang telah rusak. Kemudian
bilirubin indirek (tak terkonjugasi) dibawa ke hepar dengan cara berikatan dengan albumin.
Bilirubin direk (terkonjugasi) kemudian diekskresikan melalui traktus gastrointestinal. Bayi
memiliki usus yang belum sempurna, karna belum terdapat bakteri pemecah, sehingga
pemecahan bilirubin tidak berhasil dan menjadi bilirubin indirek yang kemudian ikut masuk
dalam aliran darah, sehingga bilirubin terus bersirkulasi (Atika dan Jaya, 2016).
Pembentukan bilirubin yang terjadi di sistem retikuloendotelial, selanjutnya dilepaskan
ke sirkulasi yang akan berikatan dengan albumin. Neonatus mempunyai kapasitas ikatan plasma
yang rendah terhadap bilirubin karena konsentrasi albumin yang rendah dan kapasitas ikatan
molar yang kurang. Bilirubin yang terikat dengan albumin tidak dapat memasuki susunan syaraf
pusat dan bersifat toksik (Kosim, 2012).
Hiperbilirubinemia dapat disebabkan oleh pembentukan bilirubin yang melebihi
kemampuan hati untuk mengekskresikan bilirubin yang telah diekskresikan dalam jumlah
normal. Selain itu, hiperbilirubinemia juga dapat disebabkan oleh obstruksi saluran ekskresi hati.
Apabila konsentrasi bilirubin mencapai 2 – 2,5 mg/dL maka bilirubin akan tertimbun di dalam
darah. Selanjutnya bilirubin akan berdifusi ke dalam jaringan yang kemudian akan menyebabkan
kuning atau ikterus (Khusna, 2013).
Berikut ini adalah tabel hubungan kadar bilirubin dengan daerah ikterus menurut Kramer
(Mansjoer, 2013).
6. Komplikasi
Kern ikterus adalah perubahan neuropatologi yang ditandai oleh deposisi pigmen
bilirubin pada beberapa daerah di otak terutama di ganglia basalis, pons dan serebelum.
Akut bilirubin ensefalopati terdiri dari 3 fase yaitu:
a. Fase Inisial: ditandai dengan letargis, hipotonik, berkurangnya gerakan bayi dan
reflek hisap buruk http://repository.unimus.ac.id
b. Fase Intermediate: tanda-tanda kardinal fase ini adalah moderate stupor, iritabilitas
dan peningkatan tonus (retrocollis dan opisthotonus). Demam muncul selama fase ini.
c. Fase Lanjut: ditandai dengan stupor yang dalam atau koma, peningkatan tonus, tidak
mampu makan, high-pitch cry dan kadang kejang.
Manifestasi klinis kernikterus: pada tahap kronis bilirubin ensefalopati, bayi yang
selamat biasanya menderita gejala sisa berupa bentuk athetoid cerebral palsy yang berat,
gangguan pendengaran, paralisis upward gaze dan displasia dentalenamel (Academy
Academy of Pediatrics, 2014).
7. Pemeriksaan penunjang
1. IDENTITAS
(✓ ) Aspirasi Mekonium : -
35 Thn 2 2 -
Persalinan :
Pervaginam ( - )
Sectio Caesarea ( ✓
) alasan : pendarahan
yang abnormal
pembukaan yang
- Suspect sepsis (- )
B.PEMERIKSAAN FISIK
3.Kepala
a.Fontanel anterior : Lunak (✓) Tegas (. - ) Datar (✓) Menonjol (.- ) Cekung (.- )
4.Mata
Masalah keperawatan : -
SISTEM RESPIRASI
7. Toraks
Simetris ( ✓ ) Retraksi dada terlihat pada hari ke3 ( ✓ ). Klavikula normal (✓)
Paru paru
kanul ( - ) O² /
incubator
8. Jantung
Masalah keperawatan : -
SISTEM PENCERNAAN
Selera makan : --
Pola makan dan minum ( 8x/ 24 jam gelas /hari ). Jenis air minum (ASI dan PASI )
9. Abdomen
Konsistensi :..... lembek ..... Darah (--) lendir(--) ampas(--) konstipasi (--)
SISTEM REPRODUKSI
Laki - Laki --
Perempuan ✓
Vagina : normal (✓ ) Sekret (-) warna
Masalah keperawatan : -
SISTEM MUSKULOSKELETAL
Reflek
Tonus / aktivitas
Extermitas
Reflek patologis
Reflek fisiologis
Triceps : ada
Masalah keperawatan : --
SISTEM INTEGUMEN
Kulit
d.Turgor kulit : elastis (.-- ) Tidak elastis (✓) edema (--) lanugo (✓)
Suhu Lingkungan
Hubungan Peran
= Meninggal
= Sehat
= Sakit
=Laki- laki
=Perempuan
Agama : Islam
Hubungan Orang tua dan bayi : ibu dan anak / ayah dan anak
TERAPI
1. Darah lengkap
Hb : 13,5 gr /
dl
Trombosit : 304.000/mm³
Direk : 0,30 mg / dl
Indirek : 17,9 mg / dl
Analisa data
Diagnosa keperawatan
Direk :
0,30 mg / dl
Indirek : 17,9mg /
dl
Risiko kekurangan Setelah dilakukan 1. Berikan D5% dengan
volume cairan tindakan selama 3x24 jam di GTT 6×/mnt
berhubungan harapkan volume cairan
2. Periksa turgor kulit
dengan efek terpenuhi
fototerapi 3. observasi membrane
Dengan kriteria hasil :
Ds = - mukosa
1. Mukosa bibir tidak kering
4. obsevasi warna urin
Do = - Bayi
tampak lemah , 2. Volume cairan dalam batas 5. observasi pemberian
Bayi tampak lebih normal (kebutuhan 558
kebutuhan cairan
banyak cc/m) 3. Warna urine normal
tidur ,Mukosa bibir (kuning muda)
tampak
kering ,Turgor
kulit jelek, urine
tampak pekat
Ku : Lemah
TTV:
RR : 46×/
mnt ,HR :
140×/mnt ,T:36,6°c
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
EVALUASI KEPERAWATAN
Indirek : 17,9mg / dl
P: intervensi di lanjutkan
Pototherapy 3× 24 jam
Risiko
kekurangan
volume cairan Ds = -
berhubungan Do = - Bayi tampak lemah
dengan efek
fototerapi - Bayi tampak lebih banyak tidur
Ku : Lemah
TTV:
P: intervensi di lanjutkan
Indirek : 17,9mg / dl
P: intervensi di lanjutkan
Pototherapy 3× 24 jam
Risiko Ds = -
kekurangan
Do = - Bayi masih tampak lemah
volume cairan
berhubungan - Bayi tampak lebih banyak tidur
dengan efek
fototerapi - Mukosa bibir masih tampak kering
jernih Ku : Lemah
TTV:
P: intervensi di lanjutkan
P: intervensi di lanjutkan
jernih Ku : Lemah
TTV:
P: intervensi di lanjutkan