Anda di halaman 1dari 6

Nama : Noveandro Dwi Adhiyaksa

Npp : 32.0460
Kelas : C4

1.1.2. LATIHAN SOAL

1. Sosiologi lahir dan berkembang dari pemikiran dan perhatian intelektual terhadap masalah-
masalah serta isu-isu yang berhubungan dengan sosiologi sudah lama berkembang sebelum
sosiologi itu lahir menjadi suatu disiplin ilmu. Sejarawan dan filsuf sosial Islam Tunisia Ibnu
Khaldun (1332-1406), sudah merumuskan suatu model tentang suku bangsa nomaden yang keras
dan masyarakat-masyarakat halus bertipe menetap dalam suatu hubungan yang kontras. Pendapat
Khaldun tentang watak-watak masyarakat manusia ini dijadikannya sebagai landasan
konsepsinya bahwa kebudayaan dalam berbagai bangsa berkembang melalui empat fase, yaitu:
fase primitif atau nomaden, fase urbanisasi, fase kemewahan, dan fase kemunduran yang
mengantarkan kehancuran. Kemudian keempat perkembangan ini oleh Khaldun sering disebut
dengan fase; pembangun pemberi gambar gembira, penurut, dan penghancur (Al-Muqqaddimah,
1284 H: 137;Sharqawi, 1986: 145).

Pada zaman keemasan filsafat Yunani Pada masa ini sosiologi dipandang sebagai bagian tentang
kehidupan bersama secara filsafati. Seorang filosof barat yang untuk pertama kalinya masalah
masyarakat secara sistematis adalah Plato (429:347 SM). Pada masa itu, Plato (429-347 SM)
seorang filosof terkenal dari Yunani dalam pencariannya tentang makna negara, dia berhasil
merumuskan teori organis tentang masyarakat yang mencakup kehidupan sosial dan ekonomi.
Plato menganggap bahwa institusi- institusi dalam masyarakat saling bergantung secara
fungsional kalau ada satu institusi yang tidak jalan maka secara keseluruhan kehidupan
masyarakat akan terganggu.

Pada zaman renaissance (1200-1600), Machiavelli adalah orang pertama yang memisahkan antara
politik dan moral sehingga terjadi suatu pendekatan yang mekanis terhadap masyarakat di sini
muncul ajaran bahwa teori-teori politik dan sosial memusatkan perhatian pada mekanisme
pemerintahan sejak masa ini maka pengaruh kaum agamawan memperoleh tantangan. Pada abad
pencerahan abad ke 16 dan 17 muncul Thomas Hobbes (1588:1679), menulis buku yang dikenal
dengan The Leviathan. Inti ajarannya dialami oleh hukum alam fisika dan matematika.

Pada abad ke-18 munculnya John Locke (1632:1704) yang dianggap sebagai Bapak hak asasi
manusia (HAM). Dia berpandangan, bahwa pada dasarnya setiap manusia mempunyai hak-hak
dasar yang sangat pribadi yang tidak dapat dirampas oleh siapapun termasuk oleh negara seperti
hak hidup hak berpikir dan berbicara berserikat dan lain-lain.

Pada abad ke-19 dapat dianggap sebagai abad mulai berkembangnya sosiologi terutama sesudah
Auguste Comte (1798: 1853) memperkenalkan istilah sosiologi sebagai usaha untuk menjawab
adanya perkembangan interaksi sosial. Dalam masa industrialisasi pada masa ini, sosiologi
dianggap mulai dapat
mandiri. Kondisi yang baru dalam taraf mulai mandiri ini disebabkan walaupun sosiologi sudah
dapat menunjukkan adanya objek yang dijadikan fokus pembahasan interaksi manusia namun di
dalam pengembangan ilmunya masih menggunakan metode- metode ilmu-ilmu yang lain, ilmu
ekonomi misalnya baru pada abad ke-20. Inilah sosiologi dapat benar-benar dianggap mandiri
karena:
a) Mempunyai objek khusus yaitu interaksi antar manusia
b) Mampu mengembangkan teori-teori sosiologi
c) Mampu mengembangkan metode khusus sosiologi untuk pengembangan sosiologi
d) Sosiologi menjadi sangat relevan dengan semakin banyaknya kegagalan pembangunan
karena tidak mendasarkan dan memperhatikan masukan dari sosiologi

2. Pendapat Khaldun tentang watak-watak masyarakat manusia ini dijadikannya sebagai landasan
konsepsinya bahwa kebudayaan dalam berbagai bangsa berkembang melalui empat fase, yaitu:
fase primitif atau nomaden, fase urbanisasi, fase kemewahan, dan fase kemunduran yang
mengantarkan kehancuran. Kemudian keempat perkembangan ini oleh Khaldun sering disebut
dengan fase; pembangun pemberi gambar gembira, penurut, dan penghancur (Al-Muqqaddimah,
1284 H: 137;Sharqawi, 1986: 145).

3. Sosiologi lahir dan berkembang dari pemikiran dan perhatian intelektual terhadap masalah-
masalah serta isu-isu yang berhubungan dengan sosiologi sudah lama berkembang sebelum
sosiologi itu lahir menjadi suatu disiplin ilmu. Sejarawan dan filsuf sosial Islam Tunisia Ibnu
Khaldun (1332-1406), sudah merumuskan suatu model tentang suku bangsa nomaden yang keras
dan masyarakat-masyarakat halus bertipe menetap dalam suatu hubungan yang kontras. Pendapat
Khaldun tentang watak-watak masyarakat manusia ini dijadikannya sebagai landasan
konsepsinya bahwa kebudayaan dalam berbagai bangsa berkembang melalui empat fase, yaitu:
fase primitif atau nomaden, fase urbanisasi, fase kemewahan, dan fase kemunduran yang
mengantarkan kehancuran. Kemudian keempat perkembangan ini oleh Khaldun sering disebut
dengan fase; pembangun pemberi gambar gembira, penurut, dan penghancur (Al-Muqqaddimah,
1284 H: 137;Sharqawi, 1986: 145).

Pada zaman keemasan filsafat Yunani Pada masa ini sosiologi dipandang sebagai bagian tentang
kehidupan bersama secara filsafati. Seorang filosof barat yang untuk pertama kalinya masalah
masyarakat secara sistematis adalah Plato (429:347 SM). Pada masa itu, Plato (429-347 SM)
seorang filosof terkenal dari Yunani dalam pencariannya tentang makna negara, dia berhasil
merumuskan teori organis tentang masyarakat yang mencakup kehidupan sosial dan ekonomi.
Plato menganggap bahwa institusi- institusi dalam masyarakat saling bergantung secara
fungsional kalau ada satu institusi yang tidak jalan maka secara keseluruhan kehidupan
masyarakat akan terganggu.

Pada zaman renaissance (1200-1600), Machiavelli adalah orang pertama yang memisahkan antara
politik dan moral sehingga terjadi suatu pendekatan yang mekanis terhadap masyarakat di sini
muncul ajaran bahwa teori-teori politik dan sosial memusatkan perhatian pada mekanisme
pemerintahan sejak masa ini maka pengaruh kaum agamawan memperoleh tantangan. Pada abad
pencerahan abad ke 16 dan 17 muncul Thomas Hobbes (1588:1679), menulis buku yang dikenal
dengan The Leviathan. Inti ajarannya dialami oleh hukum alam fisika dan matematika.
Pada abad ke-18 munculnya John Locke (1632:1704) yang dianggap sebagai Bapak hak asasi
manusia (HAM). Dia berpandangan, bahwa pada dasarnya setiap manusia mempunyai hak-hak
dasar yang sangat pribadi yang tidak dapat dirampas oleh siapapun termasuk oleh negara seperti
hak hidup hak berpikir dan berbicara berserikat dan lain-lain.

4. Soekanto mengemukakan bahwa Auguste Comte  yang pertama-tama memakai istilah “sosiologi”
adalah orang pertama yang membedakan antara ruang lingkup dengan isi sosiologi dari ruang
lingkup dan isi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Dia menyusun suatu sistematika dari filsafat
sejarah dalam dalam rangka tahap-tahap pemikiran yang berbeda-beda. Menurut Comte ada tiga
tahap perkembangan intelektual yang masing-masing merupakan perkembangan dari tahap
sebelumnya . tahap pertama, dinamakan tahap teologis atau fiktif yaitu suatu tahap dimana
manusia menafsirkan gejala gejala disekelilingnya secara teologis yaitu dengan kekuatan
kekuatan yang dikendalikan oleh roh dewa dewa atau Tuhan yang maha kuasa. Tahap kedua,
yang merupakan perkembangan dari tahap pertama adalah tahap metafisik pada tahap ini manusia
menganggap bahwa di dalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang
pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Hal yang terakhir inilah yang merupakan tugas dari pada
ilmu pengetahuan positif yang merupakan tahap ketiga atau tahap terakhir dari perkembangan
manusia. ( Soekanto :  25 – 26 ). Menurut Comte suatu ilmu pengetahuan bersifat positif apabila
ilmu pengetahuan tersebut memusatkan perhatian pada gejala-gejala yang nyata dan konkrit tanpa
ada halangan dari pertimbangan-pertimbangan lainnya.

5. A. Mazhab geografi dan lingkungan

Ajaran-ajaran atau teori-teori yang masuk dalam mazhab ini telah lama berkembang,
masyarakat hanya mungkin timbul dan berkembang apabila ada tempat berpijak dan tempat hidup
bagi masyarakat tersebut. Teori-teori tersebut sangat logis dan sederhana karena dapat mencakup
sejarah perkembangan masyarakat masyarakat tersebut Karya Edward Buckle dari Inggris
(1821:1862) yang berjudul History of Civilization in England (yang tidak selesai) meneruskan
ajaran-ajaran sebelumnya tentang pengaruh keadaan alam terhadap manusia, didalam analisanya
dia telah menemukan beberapa keteraturan dari hubungan antara keadaan alam dengan tingkah
laku manusia misalnya terjadinya bunuh diri akibat sebagai rendahnya penghasilan dan tinggi
rendahnya penghasilan tergantung dari keadaan alam taraf kemakmuran suatu masyarakat juga
sangat tergantung pada keadaan alam di mana masyarakat hidup. ( 1987 : 28 )
B. Mazhab Organis dan Evolusioner
Herbert Spencer (1820:1903) adalah orang yang pertama-tama menulis tentang
masyarakat atas dasar data empiris yang konkrit, dalam hal ini dia telah memberikan
suatu model konkrit yang secara sadar maupun tidak sadar diikuti oleh para sosiologi
sesudah dia. Suatu organisme menurut Spencer, akan bertambah sempurna apabila
bertambah kompleks dan dengan adanya diferensiasi antara bagian-bagiannya. Hal ini
berarti adanya organisasi fungsi yang lebih matang antara bagian-bagian organisme
tersebut dan integrasi yang lebih sempurna pula. Secara evolusioner, maka tahap
organisme tersebut akan semakin sempurna sifatnya, dengan demikian maka organisme
tersebut ada kriterianya yaitu kompleksitas, diferensiasi dan integrasi, kriteria mana akan
dapat diterapkan pada setiap masyarakat. Evolusi  sosial dan perkembangan sosial pada
dasarnya berarti bertambahnya diferensiasi dan integrasi peningkatan pembagian kerja
dan suatu transisi dari keadaan homogen keadaan yang  heterogen. ( Soekanto : 29 )

C. Mazhab formal 
George Simmel (1858-1918) berpendapat, bahwa berbagai lembaga di dalam
masyarakat terwujud dalam bentuk superioritas, subordinasi dan konflik. Semua
hubungan-hubungan sosial, keluarga, agama, peperangan, perdagangan, kelas-kelas dapat
dibagi karakteristik menurut salah satu bentuk di atas atau ketiga-tiganya. Menurut
Simmel, maka seseorang menjadi warga masyarakat untuk mengalami proses
individualisasi dan sosialisasi tanpa menjadi warga masyarakat tidak akan mungkin
seseorang mengalami proses interaksi antara individu dengan kelompok. Dengan
perkataan lain, apa yang memungkinkan masyarakat berproses adalah bahwa setiap orang
mempunyai peranan yang harus dijalankan nya maka interaksi individu dengan kelompok
hanya dapat dimengerti dalam kerangka peranan yang dilakukan oleh individu.
Alfred vierkandt (1867:1953) menyatakan bahwa sosiologi menyoroti situasi-
situasi mental situasi situasi tersebut tidak dapat dianalisa secara sendiri akan tetapi
merupakan hasil perilaku yang timbul sebagai akibat interaksi antara individu individu
dan kelompok-kelompok dalam masyarakat. Dengan demikian, tugas sosiologi adalah
untuk menganalisa dan mengadakan sistematika terhadap gejala sosial dengan jalan
menguraikannya ke dalam bentuk-bentuk dalam kehidupan mental. Hal ini dapat
ditemukan dalam gejala-gejala seperti harga diri, perjuangan, simpati, imitasi dan lain
sebagainya. Itulah prekondisi-prekondisi daripada suatu masyarakat yang hanya dapat
berkembang penuh dalam kehidupan berkelompok atau dalam masyarakat setempat
(community), oleh karena itu sosiologi harus memusatkan perhatian terhadap kelompok-
kelompok sosial. ( Soekanto  : 31-32 )

D. Madzhab psikologi
Gabriel Tarde (1843:1904) dari Perancis memulai dengan suatu dugaan atau
pandangan awal bahwa gejala sosial mempunyai sifat psikologis yang terdiri dari
interaksi antara jiwa-jiwa individu-individu, di mana jiwa tersebut terdiri dari
kepercayaan-kepercayaan dan keinginan-keinginan bentuk-bentuk utama dari interaksi
mental individu adalah imitasi, oposisi dan adaptasi atau penemuan baru. Imitasi
seringkali berhadapan dengan oposisi yang menuju kepada bentuk adaptasi yang baru,
dengan demikian maka mungkin terjadi perubahan sosial yang disebabkan oleh
penemuan-penemuan baru Hal ini menimbulkan imitasi oposisi penemuan-penemuan
baru perubahan-perubahan dan seterusnya. L.T Hobhouse (1864:1929) seorang tokoh
yang terkenal, menolak penerapan-penerapan dari prinsip-prinsip biologis terhadap studi
masyarakat manusia; psikologi dan etika merupakan kriteria yang diperlukan untuk
mengukur perubahan sosial. Sebagai salah satu seorang pelopor psikologi sosial, maka
Hobhouse banyak memusatkan perhatian terhadap kondisi-kondisi psikologis dari
kehidupan sosial. Dia berusaha untuk membuktikan bahwa kehidupan sosial berkembang
ke arah keadaan yang lebih rasional dan harmonis dengan demikian maka perkembangan
sosial terjadi apabila kesadaran sosial dan kebutuhan kebutuhan sosial meningkat.
Hobhouse juga merupakan salah seorang pelopor di dalam penggunaan metode metode
perbandingan di dalam sosiologi ( Soekanto :  32- 33 )
E.Mazhab ekonomi
Durkheim dan Weber adalah dua orang tokoh sosiologi yang paling terkemuka
dalam sejarah perkembangan sosiologi sebagai ilmu pengetahuan. Karl Marx (1818-
1883) menurutnya selama masyarakat masih terbagi atas kelas-kelas, maka kelas yang
berkuasalah akan terhimpun segala kekuatan dan kekayaan hukum filsafat agama dan
kesenian merupakan suatu refleksi dari status ekonomi kelas tersebut. Namun demikian
hukum-hukum perubahan berperanan dalam sejarah, sehingga keadaan tersebut dapat
berubah baik melalui suatu revolusi maupun secara damai. Akan tetapi selama masih ada
kelas yang berkuasa maka tetap terjadi eksploitasi terhadap kelas yang lebih lemah. Oleh
karena itu selalu timbul pertikaian antara kelas-kelas tersebut pertikaian Manap akan
berakhir Apabila salah satu kelas yaitu kelas proletar menang sehingga terjadilah
masyarakat tanpa kelas.

F.Mazhab hukum
Durkheim dalam Soekanto ( 1990 : 41 ) menaruh perhatian yang besar terhadap
hukum yang dihubungkan dengan jenis-jenis solidaritas yang terdapat di dalam
masyarakat. Sedangkan di dalam masyarakat dapat ditemukan dua sanksi kaidah-kaidah
hukum yaitu sanksi yang represif dan sanksi yang restitutif. Pada masyarakat yang
didasarkan pada solidaritas mekanis terdapat kaidah-kaidah hukum dengan sanksi yang
Represif sedangkan sanksi sanksi restitutif terdapat pada masyarakat atas dasar solidaritas
organis .

3.1.4 Test Formatif


1. a. Ibnu Khaldun(1332-14b0)

2. b. Pada dasarnya manusia setiap manusia memiliki hak hak dasar yang sangat pribadi termasuk
negara berupa hak   berpikir dan berbicara

3. a.  sebelum Auguste Comte

4. d.  Ibnu Khaldun(1332:140)

5. d.  Eropa dan Amerika

6. b. Astronomi lahir setelah psikologi yang merupakan bagian dari fisafat yang disebut kosmologi

7. d.  Ibnu Khaldun(1332:140)

8. d.  Eropa dan Amerika

9. b. Astronomi lahir setelah psikologi yang merupakan bagian dari fisafat yang disebut kosmologi

10. d.  Ibnu Khaldun(1332:1406)


   3.2.2 Latihan ke- 2
1.   Sebelum Perang Dunia II, Sekolah Tinggi hukum di Jakarta adalah satu-satunya
lembaga di Indonesia yang memberikan kuliah-kuliah sosiologi. Akan tetapi,
pembelajaran sosiologi dalam lembaga pendidikan tinggi tersebut belum merupakan
ilmu yang berdiri sendiri, melainkan hanya sebagai pelengkap bagi mata kuliah di
bidang hukum.

Setelah perang dunia II tepatnya setelah proklamasi kemerdekaan


diproklamirkan adalah untuk pertama kalinya Prof. Mr. Soenario Kolopaking
memberikan kuliah sosiologi pada Tahun 1948 di Akademi Ilmu Politik di
Yogyakarta yang kemudian dilebur dalam Universitas Negeri Gadjah Mada
Yogyakarta.

Perkembangan selanjutnya yaitu setelah revolusi fisik sekitar tahun 1950


terbit untuk kedua kalinya buku sosiologi karya Barsono. Selanjutnya Hasan Shadily
menulis sebuah buku yang berjudul Sosiologi Untuk Masyarakat Indonesia, yang
memuat kajian-kajian sosiologi modern. Akhirnya referensi-referensi sosiologi baik
dari karya anak negeri maupun buku impor yang kemudian diterjemahkan dalam
bahasa Indonesia banyak berdatangan ke negeri ini.

2. Dari paparan tersebut jelas bahwa perkembangan sosiologi Indonesia pada mulanya hanya
dianggap sebagai ilmu pelengkap saja. Akan tetapi dengan berdirinya perguruan tinggi di
negeri ini sosiologi memegang peranan sangat penting dalam menelaah masyarakat Indonesia
yang sedang berkembang. Berangkat dari kepentingan untuk membangun suatu bangsa inilah
maka sosiologi menempati tempat yang penting dalam daftar beberapa perguruan tinggi.
Bahkan ada beberapa perguruan tinggi di Indonesia yang pada saat ini membuka program
jurusan sosiologi

 3.2.4  TES FORMATIF 


1. d. pernyataan a, b, c benar 
2. a. UGM
3. b.  Sri Paduka dalam Wulan Reh
4. a. pengetahuan tentang bentuk dan susunan masyarakat serta proses prosesnya
tidak diperlukan dalam pendidikan hukum. 
5. a. Mr.  Djodi Gondokusumo
6. d. Mendapat penghasilan lebih besar
7. a. Sumber masalah
8. d.  Pengetahuan yang bersifat terapan
9. d.  manusia dengan manusia
10. d.  Ilmu sosial lainnya yang mampu menyelesaikan masyarakat sosial

Anda mungkin juga menyukai