OLEH :
NAMA : Florentina Selfania Tanda
NIM : PO5303211211532
PRODI : Profesi Ners
Koma diabetik
Batas melebihi ambang ginjal Anabolisme Protein Menurun
Resiko Infeksi
Ketidakefektifan
perfusi jaringan Nekrosis
Dehidrasi
perifer
Ganggren
Resiko Syok
Gangguan integritas
Poliphagi kulit
Poliphagi
Poliphagi
Ketidakstabilan
kadar gula darah
6. Manifestasi klinis
Gejala dan tanda-tanda DM dapat digolongkan menjadi 2 yaitu gejala akut dan gejala
kronik (Siti, 2015) :
1) Gejala akut penyakit DM
Gejala penyakit DM bervariasi pada setiap penderita, bahkan mungkin tidak
menunjukkan gejala apa pun sampai saat tertentu. Permulaan gejala yang ditunjukkan
meliputi serba banyak (poli) yaitu banyak makan (poliphagi), banyak minum
(polidipsi), dan banyak kencing (poliuri). Keadaan tersebut, jika tidak segera diobati
maka akan timbul gejala banyak minum, banyak kencing, nafsu makan mulai
berkurang atau berat badan turun dengan cepat (turun 5-10 kg dalam waktu 2-4
minggu), mudah lelah, dan bila tidak lekas diobati, akan timbul rasa mual
2) Gejala kronik penyakit DM
Gejala kronik yang sering dialami oleh penderita DM adalah kesemutan, kulit
terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum, rasa tebal di kulit, kram, mudah
mengantuk, mata kabur, biasanya sering ganti kacamata, gatal di sekitar kemaluan
terutama pada wanita, gigi mudah goyah dan mudah lepas, kemampuan seksual
menurun, dan para ibu hamil sering mengalami keguguran atau kematian janin dalam
kandungan, atau dengan bayi berat lahir lebih dari 4 kg.
7. Komplikasi
1) Komplikasi akut
Ketoasidosis diabetik (KAD)
KAD merupakan komplikasi akut DM yang ditandai dengan peningkatan kadar
glukosa darah yang tinggi (300-600 mg/dL), disertai dengan adanya tanda dan
gejala asidosis dan plasma keton kuat. Osmolaritas plasma meningkat (300-320
mOs/mL) dan terjadi peningkatan anion gap (PERKENI, 2015).
Hiperosmolar non ketotik (HNK)
Pada keadaan ini terjadi peningkatan glukosa darah sangat tinggi (600-1200
mg/dL), tanpa tanda dan gejala asidosis, osmolaritas plasma sangat meningkat
(330-380 mOs/mL), plasma keton (+/-), anion gap normal atau sedikit meningkat
(PERKENI, 2015)
Hipoglikemia, ditandai dengan menurunnya kadar glukosa darah mg/dL. Pasien
DM yang tidak sadarkan diri harus dipikirkan mengalami keadaan hipoglikemia.
Gejala hipoglikemia terdiri dari berdebar-debar, banyak keringat, gementar, rasa
lapar, pusing, gelisah, dan kesadaran menurun sampai koma (PERKENI, 2015).
2) Komplikasi kronik
Komplikasi jangka panjang menjadi lebih umum terjadi pada pasien DM saat ini
sejalan dengan penderita DM yang bertahan hidup lebih lama. Penyakit DM yang
tidak terkontrol dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya komplikasi
kronik.
Secara umum komplikasi jangka panjang terdiri dari :
Komplikasi makrovaskular
Komplikasi makrovaskular pada DM terjadi akibat aterosklerosis dari pembuluh-
pembuluh darah besar, khususnya arteri akibat timbunan plak ateroma.
Makroangiopati tidak spesifik pada DM namun dapat timbul lebih cepat, lebih
sering terjadi dan lebih serius. Berbagai studi epidemiologis menunjukkan bahwa
angka kematian akibat penyakit kardiovaskular dan penderita DM meningkat 4-5
kali dibandingkan orang normal. Komplikasi makroangiopati umumnya tidak ada
hubungan dengan kontrol kadar gula darah yang baik. Tetapi telah terbukti secara
epidemiologi bahwa hiperinsulinemia merupakan suatu faktor resiko mortalitas
kardiovaskular dimana peninggian kadar insulin dapat menyebabkan terjadinya
risiko kardiovaskular menjadi semakin tinggi. Kadar insulin puasa > 15 mU/mL
akan meningkatkan risiko mortalitas koroner sebesar 5 kali lipat. Makroangiopati,
mengenai pembuluh darah besar antara lain adalah pembuluh darah jantung atau
penyakit jantung koroner, pembuluh darah otak atau stroke, dan penyakit pembuluh
darah. Hiperinsulinemia juga dikenal sebagai faktor aterogenik dan diduga berperan
penting dalam timbulnya komplikasi makrovaskular (Smeltzer dan Bare, 2015)
Komplikasi mikrovaskular
Komplikasi mikrovaskular terjadi akibat penyumbatan pada pembuluh darah
kecil khususnya kapiler yang terdiri dari retinopati diabetik dan nefropati diabetik.
Retinopati diabetik dibagi dalam 2 kelompok, yaitu retinopati non proliferatif dan
retinopati proliferatif. Retinopati non proliferatif merupakan stadium awal dengan
ditandai adanya mikroaneurisma, sedangkan retinopati proliferatif, ditandai dengan
adanya pertumbuhan pembuluh darah kapiler, jaringan ikat dan adanya hipoksia
retina. Seterusnya, nefropati diabetik adalah gangguan fungsi ginjal akibat
kebocoran selaput penyaring darah. Nefropati diabetik ditandai dengan adanya
proteinuria persisten (>0,5 gr/24 jam), terdapat retinopati dan hipertensi. Kerusakan
ginjal yang spesifik pada DM mengakibatkan perubahan fungsi penyaring, sehingga
molekul-molekul besar seperti protein dapat masuk ke dalam kemih (albuminuria).
Akibat dari nefropati diabetik tersebut dapat menyebabkan kegagalan ginjal
progresif dan upaya preventif pada nefropati adalah kontrol metabolisme dan
kontrol tekanan darah (Smeltzer dan Bare, 2015).
Neuropati
Diabetes neuropati adalah kerusakan saraf sebagai komplikasi serius akibat DM.
Komplikasi yang tersering dan paling penting adalah neuropati perifer, berupa
hilangnya sensasi distal dan biasanya mengenai kaki terlebih dahulu, lalu ke bagian
tangan. Neuropati berisiko tinggi untuk terjadinya ulkus kaki dan amputasi. Gejala
yang sering dirasakan adalah kaki terasa terbakar dan bergetar sendiri, dan lebih
terasa sakit di malam hari. Setelah diagnosis DM ditegakkan, pada setiap pasien
perlu dilakukan skrining untuk mendeteksi adanya polineuropatidistal. Apabila
ditemukan adanya polineuropati distal, perawatan kaki yang memadai akan
menurunkan risiko amputasi. Semua penyandang DM yang disertai neuropati
perifer harus diberikan edukasi perawatan kaki untuk mengurangi risiko ulkus kaki
(PERKENI, 2015).
8. Pemeriksaan Penunjang
a. Kadar Glukosa Darah
Glukosa Plasma Sewaktu : >200 mg/dl
Glukosa Plasma Sewaktu : > 140 mg/dl
Glukosa 2 jam post prandial : >200 mg/dl
b. Tes untuk mendeteksi komplikasi
Ureum, kreatinin, asam urat
Koleterol total, kolesterol LDL, HDL
Trigliserida
9. Penatalaksanaan
Menurut Smeltzer dan Bare (2015), tujuan utama penatalaksanaan terapi pada Diabetes
Mellitus adalah menormalkan aktifitas insulin dan kadar glukosa darah, sedangkan tujuan
jangka panjangnya adalah untuk menghindari terjadinya komplikasi; Penatalaksana diabetes
dibagi dalam 4 pilar seperti :
Edukasi
Penderita diabetes perlu mengetahui seluk beluk penyakit diabetes. Dengan
mengetahui faktor risiko diabetes, proses terjadinya diabetes, gejala diabetes,
komplikasi penyakit diabetes, serta pengobatan diabetes, penderita diharapkan dapat
lebih menyadari pentingnya pengendalian diabetes, meningkatkan kepatuhan gaya
hidup sehat dan pengobatan diabetes. Penderita perlu menyadari bahwa mereka mampu
menanggulangi diabetes, dan diabetes bukanlah suatu penyakit yang di luar kendalinya.
Pengaturan makan (Diit)
Pengaturan makan pada penderita diabetes bertujuan untuk mengendalikan gula
darah, tekanan darah, kadar lemak darah, serta berat badan ideal. Dengan demikian,
komplikasi diabetes dapat dihindari, sambil tetap mempertahankan kenikmatan proses
makan itu sendiri. Pada prinsipnya, makanan perlu dikonsumsi teratur dan disebar
merata dalam sehari. Seperti halnya prinsip sehat umum, makanan untuk penderita
diabetes sebaiknya rendah lemak terutama lemak jenuh, kaya akan karbohidrat
kompleks yang berserat termasuk sayur dan buah dalam porsi yang secukupnya, serta
seimbang dengan kalori yang dibutuhkan untuk aktivitas sehari-hari penderita.
Olahraga / Latihan Jasmani
Pengendalian kadar gula, lemak darah, serta berat badan juga membutuhkan
aktivitas fisik teratur. Selain itu, aktivitas fisik juga memiliki efek sangat baik
meningkatkan sensitivitas insulin pada tubuh penderita sehingga pengendalian diabetes
lebih mudah dicapai. Porsi olahraga perlu diseimbangkan dengan porsi makanan dan
obat sehingga tidak mengakibatkan kadar gula darah yang terlalu rendah. Panduan
umum yang dianjurkan yaitu aktivitas fisik dengan intensitas ringan-selama 30 menit
dalam sehari yang dimulai secara bertahap. Jenis olahraga yang dianjurkan adalah
olahraga aerobik seperti berjalan, berenang, bersepeda, berdansa, berkebun, dll.
Penderita juga perlu meningkatkan aktivitas fisik dalam kegiatan sehari-hari, seperti
lebih memilih naik tangga ketimbang lift, dll. Sebelum olahraga, sebaiknya penderita
diperiksa dokter sehingga penyulit seperti tekanan darah yang tinggi dapat diatasi
sebelum olahraga dimulai.
Obat / Terapi Farmakologi
Obat oral ataupun suntikan perlu diresepkan dokter apabila gula darah tetap tidak
terkendali setelah 3 bulan penderita mencoba menerapkan gaya hidup sehat di atas.
Obat juga digunakan atas pertimbangan dokter pada keadaan-keadaan tertentu seperti
pada komplikasi akut diabetes, atau pada keadaan kadar gula darah yang terlampau
tinggi
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian ( PERKENI,2015 )
a) Identitas Pasien
b) Keluhan Utama
Biasanya pasien mengeluh sering lapar (polifagi) disertai banyak kencing (poliuri) dan
banyak minum (polidipsi), sudah makan tapi mengeluh lemas, nafsu makan menurun
(mungkin disertai mual atau muntah), berat badan yang terus menurun secara signifikan
dibawah BB ideal, keluhan pusing, tremor
c) Riwayat Penyakit Sekarang
Adalah riwayat yang menyebabkan klien MRS saat ini. Biasanya penderita diabetes
mellitus datang berobat karena ada keluhan mual dan tiga gejala khas yaitu (polifagi,
poliuri, polidipsi), kelemahan, mati rasa, kesemutan, sakit kepala, pandangan mata kabur,
perubahan mood/suasana hati, luka atau bisul yang tidak sembuh-sembuh.
d) Riwayat penyakit Dahulu
Gambran kesehatan pasien sebelumnyayang mendasari penyakit diabetes melitus
e) Riwayat Penyakit Keluarga
Apakah ada keluarga yang menederita penyakit yang sama sebelumnya untuk mengetahui
apakah penyakit yang dialami oleh pasien merupakan penyakit keturunan/genetic.
f) Riwayat Psikososial
Klien yang dirinya terkena diabetes mellitus biasanya mengalami denial dan takut
mengkonsumsi makanan dan minuman sembarangan atau malah enggan mengatur
makanannya karena sudah merasa bosan dengan penyakitnya yang bersifat kronis. Klien
juga bisa mengalami putus asa, serta cemas karena kurangnya pengetahuan tentang
penyakit diabetes mellitus yang dideritanya.
g) Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum
Biasanya klien nampak lemas karena sel-sel tubuh tidak optimal menyerap glukosa,
pasien dengan diabetes mellitus pada masa tua (> 30 tahun), obesitas disertai
komplikasi mikro/makro vaskuler. Namun status obesitas tersebut bisa jadi berubah
karena klien sering mengalami polifagi atau merasa lapar dalam frekuensi yang sering
sehingga terjadi masalah pada perubahan nutrisi klien yang beresiko mengalami
penurunan.
Kepala dan Rambut
Meliputi bentuk kepala,keadaan kulit kepala, keadaan dari penyebaran rambut, bau
rambut, ekspresi muka, bentuk muka, kulit muka, dan keadaan muka. Penderita
diabetes mellitus yang sudah menahun dan tidak terawat secara baik biasanya
rambutnya lebih tipis, rambutnya mudah rontok.
Mata
Penderita diabetes mellitus juga dapat mengalami pembentukan katarak. Katarak
mungkin disebabkan oleh adanya hiperglikemi yang berkepanjangan yang
menyebabkan pembengkakn lensa.
Integumen dan ekstemitas
Perubahan - perubahan makrovaskuler, perubahan mikrovaskuler dan neuropati
semuanya menyebabkan perubahan pada ekstermitas bahwa perubahan yang penting
yakni adanya anesthesia. Keadaan ini berperan dalam terjadinya trauma minor dan
tidak terdeteksinya infeksi yang menyebabkan gangren
Pemeriksaan saraf
Diabetes mellitus dapat mempengaruhi syaraf-syaraf perifer, jenis diabetes mellitus
neuropati yang paling lazim adalah polineuropati perifersimetris. Hal ini terlihat
pertama kali dengan hilangnya sensasi pada ujung-ujung ekstermitas bawah.
Kemudian hilangnya kemampuan motoric dan ekstermitas dan mati rasa.
Pendengaran
Karena urat syaraf bagian pendengaran penderita diabetes mellitus mudah rusak,
telinga sering mendenging. Bila keadaan ini tidak segera diobati dan diabetes mellitus
tidak terawat dengan baik, pendengaran akan merosot bahkan dapat menjadi tuli
sebelah ataupun tuli keduanya.
Sistem Pernapasan
Klien diabetes mellitus rentan terhadap penyakit infeksi termasuk infeksi saluran
pernapasan disebabkan penurunan kekebalan tubuh sampai terserang TBC paru.
Sistem kardiovaskuler
Kadar glukosa darah yang tinggi dapat menimbulkan aterosklerosis, yang akan
menyebabkan deprivasi O2 di jaringan yang akan berlanjut menjadi Hipertensi, infark
miokard, dan stroke juga klien bisa terserang penyakit jantung koroner karena adanya
daya pompa jantung menurun dan rendahnya kadar HDL
Sistem Pencernaan
Adanya rasa lapar yang sering (polifagi) disebabkan karena glukosa yang diperleh
dari karbohidrat tidak dapat dimetabolisme seluruhnya menjadi energi, sehingga
menimbulkan kelemahan. Penurunan kemampuan mengosongkan isi yang
dikarenakan adanya neuropati syaraf-syaraf otonom system gastrointestinal
Sistem Perkemihan dan reproduksi
Kencing yang sering (poliuri) dan dalam jumlah yang banyak terutama malam hari
sangat mengganggu penderita sehingga mendorong periksa. Kerusakan syaraf-syaraf
pada ginjal tidak mampu melakukan absorbsi zat-zat yang terlarut dalam air seni
sehingga terjadi proteinuria. Kondisi seperti ini akan mudah terjadi infeksi salurah
kemih. Didapatkan keluhan kesulitan ereksi, impoten yang disebabkan neuropati.
Sistem Muskuloskeletal
Awalnya mungkin hanya nampak kondisi leah pada penderita sampai terjadinya
kejang pada otot kaki disebabkan dehidrasi dan kehilangan elektrolit, pada tulang
terjadi osteomielitis. Jika terjadi gangren, biasanya sering progresif dan memerlukan
amputasi.
Pemeriksaan Diagnostik
a) Glukosa darah Glukosa darah : meningkat 200-100 mg/dl atau lebih
b) Asam lemak bebas : kadar lipid dan kolesterol meningkat
c) Osmolalitas serum : meningkat tetapi biasanya kurang dari 300 mOsm/l
d) Elektrolit:
Natrium: mungkin normal, meningkat atau menurun
Kalium: normal atau peningkatan semu (perpindahan seluler),selanjutnya
akan menurun
Fosfor: lebih sering menurun
Gas darah arteri: biasanya menunjukkan pH rendah dan penurunan pada
HCO3 (asidosis metabolik) dengan kompensasi alkalosis respiratorik
Trombosit darah: hematokrit mungkin meningkat (dehidrasi), leukositosis,
hemokonsentrasi, merupakan respons terhadap stress atau infeksi.
e) Pemeriksaan fungsi tiroid: peningkatan aktivitas hormone tiroid dapat
meningkatkan glukosa darah dan kebutuhan akan insulin.
f) Urin: gula positif, berat jenis dan osmolalitas mungkin meningkat.
g) Kultur dan sensitivitas: kemungkinan adanya infeksi pada saluran kemih,
infeksi pernapasan, dan infeksi pada luka.
2. Diagnosis Keperawatan
1) Ketidakstabilan kadar glukosa Darah dibuktikan dengan ketidaktepatan pemantauan
glukosa darah
2) Perfusi Perifer tidak efektif berhubungan dengan Hiperglikemia dibuktikan dengan
pengisian kapiler >3 detik, nadi perifer menurun atau tidak teraba,, akral teraba
dingin, warna kulit pucat, turgor kulit menurun,edema, penyembuhan luka lama,
Nyeri ekstremitas
3) Pola Napas Tidak Efektif berhubungan penurunan energi dibuktikan dengan dyspnea,
penggunaan otot bantu pernapasan, fase ekspirasi memanjang, pola napas abnormal,
pernapasan pured-lip, pernapasan cuping hidung, diameter thoraks anterior –
posterior meningkat, ventilasi semenit menurun, kapasitas vital menurun, tekanan
eksiparsi menurun, tekanan inspirasi menurun, ekskursi dad berubah
4) Gangguan Eliminasi Urin berhubungan dengan iritasi kandung kemih ditandai dengan
desakan berkemih, urin menetes, sering buang air kecil, nokturia, mengompol,
enuresis, distensi kandung kemih, berkemih tidak tuntas, volume residu meningkat
5) Nausea berhubungan dengan gangguan pangkreas dibuktikan dengan mengeluh mual,
merasa ingin muntah, tidak berminat makan, merasa asam di mulut, sensasi
panas/dingin, sering menelan, saliva meningkat, pucat, diaforesis, takikardia, pupil
dilatasi
6) Risiko jatuh dibuktikan dengan gangguan keseimbangan
7) Gangguan Mobilitas Fisik berhubungan dengan gangguan neuromuscular dibuktikan
dengan mengeluh sulit menggerakan ekstremitas, Nyeri saat bergerak, enggan
melakukan pergerakan, merasa cemas saat bergerak, sendi kaku, kekuatan otot
menurun, rentang gerak menurun, fisik lemah, gerakan terbatas, gerakan tidak
terkoordinasi.
3. Intervensi Keperawatan
NO Diagnosis Tujuan dan Kriteria hasil Intervensi
Kolaborasi :
16. Kolaborasi pemberian
Antiametik
6 Risiko jatuh yang Setelah dilakukan Pencegahan Jatuh ( I.14540)
dbuktikan dengan tindakan keperawatan 1 x Observasi :
gangguan 24 jam diharapkan 1. Identifikasi factor risiko
keseimbangan tingkat jatuh menurun jatuh ( usia >65 tahun,
(D.0143) dengan kriteria hasil : penurunan kesadaran,
Tingkat jatuh ( L.14138 ) defisit kognitif, hipotensi
1. Jatuh dari tempat ortostatik, gangguan
tidur meningkat keseimbangan, gangguan
2. Jatuh saat berdiri penglihatan, neuropati
meningkat 2. Hitung risiko jatuh
3. Jatuh saat duduk dengan menggunakan
meningkat skala
4. Jatuh saat berjalan 3. monitor kemampuan
meningkat berpindah dari tempat
tidur ke kursi roda atau
sebaliknya
Terapeutik :
4. Orientasikan ruangan
pada pasien dan keluarga
5. Pastikakan roda tempat
tidur dan kursi roda
selalu dalam kondisi
terkunci
6. Pasang handrall tempat
tidur
7. Atur tempat tidur
mekanis pada posisi
terendah
8. Tempatkan pasien
beresiko tinggi jatuh
dekat dengan pemantauan
perawat
9. Gunakan alat bantu
berjalan
10. Dekatkan bel pemanggil
dalam jangkauan pasien
Edukasi :
11. Anjurkan memanggil
perawat jika
membutuhkan bantuan
untuk berpindah
12. Anjurkan menggunakan
alas kaki yang tidak licin
13. Anjurkan berkonsentrasi
untuk menjaga
keseimbangan tubuh
14. Anjurkan melebarkan
jarak kedua kaki untuk
meningkatkan
keseimbangan saat
berdiri
15. Ajarkan cara
menggunakan bel
pemanggil untuk
memanggil perawat
4. Implementasi
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan dalam keperawatan.
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian kegiatan yang dilakukan oleh perawat
untuk membantu pasien dari maslaah status kesehatan yang dihadapi ke status kesehatan
yang baik yang menggambarkan kriteria hasil yang di harapkan (Siti, S. (2015).
5. Evaluasi
Evaluasi adalah proses keberhasilan tindakan keperawatan yang membandingkan anatara
proses dengan tujuan yang telah ditetapkan dan menilai efektif tidaknya dari proses
keperawatan yang telah di laksanakan (Siti, S. (2015).
DAFTAR PUSTAKA
Huda, A., & Kusuma, H. (2016). Asuhan Keperawatan Praktis. Jogyakarta: Mediaction.
PERKENI. (2015). Pengolahan dan Pencegahan Diabetes Melitus Tipe 2 di Indonesia. Jakarta.
Smelter & Bare (2015). Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta: EGC.
Siti, S. (2015). Buku Ajar Keperawatan Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: internal Publishing
PPNI, T. P. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.
PPNI, T. P. (2019). Standar luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan: DPP PPNI.