Anda di halaman 1dari 3

WEBINAR RE-WATCH - Membangun Budaya Keselamatan

Pasien

Topik 1
Prof. Dr. dr. Dwiana Ocviyanti, Sp. OG(K), MPH

STRATEGI PELAYANAN ANC YANG BERKUALITAS DI MASA PANDEMI COVID-19


DAN ADAPTASI KEBIASAAN BARU

 Penyebab kematian ibu masih didominasi oleh pre eklampsi, perdarahan dan komplikasi
obstetric lainnya dimana hal hal ini dapat dicegah sejak masa kehamilan dan hal ini juga
ikut menyumbang penyebab dari kematian bayi.
 Kurang energi kronis dan obesitas merupakan masalah yang cukup banyak terjadi pada
ibu hamil, dengan 50% sisanya menderita anemia
 50% ibu hamil di Indonesia ada dalam kondisi yang tidak sehat  perlu intervensi
 Strategi penanganan AKI berdasarkan “safe motherhood” (KB, ANC, persalinan bersih
dan aman, PONED/PONEK)
 ANC  tidak hanya memeriksakan kondisi kehamilan untuk deteksi dini namun juga
menjadi sarana Pendidikan bagi ibu hamil, ANC membutuhkan interkolaborasi agar
dapat menjadi barrier yang kuat tidak hanya bidan namun dokter umum serta spesialis
obstetric dan ginekologi, dan apabila dibutuhkan dapat melibatkan spesialis penyakit
dalam
 ANC sendiri dilaksanakan 6x dengan 2x (di trimester 1 dan 3) oleh dokter umum atau
dokter spesialis sekaligus memutuskan apakah ibu harus dirujuk atau tidak. Konsep
pelayanan maternal saat ini berbasi tim dan fasilitas.
 Konsep pencegahan kematian ibu dengan deteksi dini saat ANC  deteteksi penyakit,
deteksi factor preeklampsia, deteksi anemia dan penyebabnya, deteksi masalah gizi
(KEK, obstetric)
 ANC harus tetap dilaksanakan walaupun saat pandemic. Bagaimana ibu dengan COVID
 harus segera ke rumah sakit/pkm, tidak boleh isolasi mandiri

Topik 2
Dr. dr. Teguh Triyono, M. Kes, Sp. PK (K)

KETERSEDIAAN DAN KEAMANAN KOMPONEN DARAH UNTUK MENDUKUNG


KESELAMATAN IBU MELAHIRKAN
 Kebutuhan darah  kehilangan darah, hemolisis, oksigenasi kardiorespiratori dan
jaringan, pada bidang obstetric didominasi oleh kehilangan darah/ blood loss
 Transfusi  memiliki beberapa komplikasi yang dapat terjadi, sehingga penggunaannya
harus sangat diperhatikan
 Ibu yang memiliki factor resiko perdarahan  harus melakukan persalinan di RS, dimana
RS tersebut harus mempersiapkan pelayanan darah
 Tujuan managemen transfusi pada perdarahan berat :
o Resusitasi segera dengan kristaloid untuk menjaga volume sirkulasi
o Transfusi darah untuk mencegah oksigenasi jaringan
o Perbaikan atau pencegahan koagulopati
 Perdarahan postpartum >1000ml disertai hipotensi maka dapat diberikan transfuse segera
dengan golongan darah O rh positif, maka dari itu rumah sakit hendaknya menyediakan
untuk berjaga jaga golongan darah O rh positif.
 Ditribusi penggunaan transfusi darah didominasi oleh perdarahan abortus, perdarahan
pasca salin, dan retroplacentalhematoma
 Ketersediaan, keamanan dan kemudahan dalam akses darah dan produk darah harus
terjamin.
 Pemenuhan ketersediaan  pendonor regular, memastikan informasi Riwayat medis
untuk deteksi factor resiko potensial.
 Strategi penyiapan darah  stok emergensi, antigen negative blood, komponen yang
digunakan, pemeriksaan pra transfusi, urutan komponen yang disiapkan, protocol
transfusi massive
 Pre transfusion testing: goldar ABO, rh skrinig antibody  cross match

Diskusi :
1. Bagaimana meningkatkan komitmen dokter spesialis obgyn di rs swasta dalam mengisi
buku KIA?
a. Prof. Ocvi  dibutuhkan suatu kolaborasi tidak hanya dari spesialis obgyn tetapi
dapat dibantu oleh perawat atau dokter umum. Kedepannya dapat dibuat suatu
kolaborasi antar bagian sehingga tidak ada lagi alasan bahwa buku KIA tidak diisi
lagi. Yang harus diingat adalah buku KIA bukanlah rekam medis, namun tempat
pencatatan untuk deteksi dini.
2. Bagaimana mekanisme pemecahan masalah apabila ketersediaan darah di UTD kosong ?
a. dr. Teguh sudah ada regulasi dalam penyediaan sejak awal yang sudah diatur,
jadi apabila ibu tersebut memiliki resiko tinggi perdarahan maka harus disiapkan
sejak awal. Selain itu, RSUD harus memiliki stok emergensi.
3. Bagaimana perhitungan stok darah emergensi di BDRS?
a. dr. Teguh  hitung jumlah penggunaan dalam satu bulan hingga satu tahun
terakhir dikalikan 1,5-2 sehingga didapatkan suatu nilai proyeksi yang bisa
dijadikan patokan dalam penyediaan jumlah stok darah emergensi.
Topik 3
dr. Dini Handayani, MARS, FisQua

MEMBANGUN BUDAYA KESELAMATAN PASIEN DI FASYANKES


 Poin penting dalam definisi budaya keselamatan pasien: nilai bersama, sikap, persepsi,
kompetensi, dan pola perilaku
 Budaya keselamatan pasien terdiri dari  rewarded, supported, expected, dan accepted.
Dimana budaya ini harus diterapkan pada system, fasyankes, departemen, dan unit
 Beberapa penyebab perjalanan panjang menuju budaya keselamatan di fasyankes adalah:
o Menyiapkan organisasi dan infrastruktur yang kompeten
o Menciptakan kepemimpinan yang efektif
o Upaya adekuat untuk mengimplementasikan standar akreditasi
o Mengukur partisipasi staff / tim
 Tiga kunci pokok dalam membangun budaya keselamatan pasien yang proaktif dan
generative, terbuka terhadap perubahan serta adaptive  komunikasi, co creation,
resolusi konflik.
 Budaya keselamatan dibangun diatas KEPERCAYAAN

Topik 4
Dr. dr. Hervita Diatri, Sp. KJ (K)

BUDAYA KESELAMATAN PELAYANAN IBU DAN ANAK: APA DAN BAGAIMANA?


PENGALAMAN PENGEMBANGAN DI RSCM
 Dilakukan survey budaya keselamatan dengan kuesioner yang diselenggarakan 2 tahun
sekali; berkolaborasi antara RSCM dan Lembaga demografi; melibatkan dokter, perawat,
tenaga Kesehatan , peserta didik dan tenaga alih daya; melibatkan seluruh unit kerja
dengan system daring selama pandemic
 Belajar membangun budaya keselamatan di pelayanan ibu dan anak informed culture
 reporting culture  flexible culture  learning culture  just culture (terbuka, adil
dan pantas, budaya belajar, mengelola perilaku dan cara berpikir )

Anda mungkin juga menyukai