Anda di halaman 1dari 5

Nama : Andico Alvinaro

Nim : 8111420226

Nomor Absen : 12

Mata Kuliah : Hukum dan HAM

Soal

1. Indonesia dalam konteks kekuasaan terbagi dalam beberapa era, orde lama, orde baru,
orde reformasi, dan orde demokrasi. Berikan indikasi/ dugaan kasus-kasus pelanggaran
HAM dalam tiap orde. Jelaskan kronologis masing-masing kasus tersebut!
2. Sebagai seorang akademisi hukum, bagaimana analisa saudara mengenai kasus-kasus
yang saudara uraikan di soal no.1? gunakan teori-teori HAM dalam menganalisis kasus-
kasus tersebut!
3. Berpikir dalam konteks teoritis dan praktis, menurut saudara sebagai akademisi hukum,
bagaimana selayaknya dan seharusnya penyelesaian perkara HAM dalam tiap-tiap kasus
tersebut? Gunakan aturan perundang-undangan maupun konvensi internasional sebagai
landasan jawaban saudara!

Jawaban :

1. Orde Lama
Pembunuhan 7 perwira tinggi militer Indonesia yang dikenal dengan peristiwa
G30S/PKI. Peristiwa ini sendiri terjadi atas latar belakang ingin melengserkan soekarno
dari posisinya pada saat itu yaitu Presiden RI. Dengan demikian dilaksanakannya lah
penculikan 7 jendral tersebut yaitu Jenderal Ahmad Yani, Letjen M.T. Haryono, Mayjen
D.I. Panjaitan, Letjen Suprapto, Letjen S.Parman, Kapten Pierre Tendean dan Mayjen
Sutoyo. Peristiwa ini dilakukan oleh pasukan Tjakrabirawa yang dikomandoi PKI yang
pada saat itu. Para jendral yang diculik tadi kemudian disiksa dan dibunuh lalu jasadnya
dibuang ke sumur tua di daerah Lubang Buaya.
Orde Baru
Penembakan misterius yang terjadi pada tahun 1981-1985 terhadap para preman-preman
pada saat itu. Peristiwa ini lebih dikenal dengan singkatan Petrus. Menurut Amnesty
Internasional dalam laporannya mencatat bahwa korban jiwa akiibat peristiwa ini
berjumlah 5.000 jiwa yang tersebar dibeberapa wilayah di Indonesia. Hingga saat ini
siapa dalang dibalik terjadinya Penembakan Misterius ini belum diketahui.

Orde Reformasi
Pembunuhan Aktivis HAM Munir Said Thalib yang diracun diatas pesawat pada saat
ingin terbang ke Belanda pada tahun 2004. Munir yang pada saat itu aktif untuk
menyuarakan aspirasinya terutama di bidang HAM memiliki banyak orang yang tidak
menyukainya. Dengan demikian ia diracun diatas pesawat dengan racun tipe Arsenik dan
meninggal saat berada diketinggian 40.000 kaki diatas permukaan laut. Hingga saat ini 17
tahun sudah kasus pembunuhan Munir belum dapat terungkap oleh pemerintah.

Orde Demokrasi
Penolakan RUU KPK pada tahun 2019 yang terjadi diberbagai daerah di Indonesia dirasa
cukup untuk menunjukan bahwa dimasa sekarang ini pun kejadian pelanggaran HAM
masih sering terjadi. Para masa aksi yang berasal dari mahasiswa, buruh, aktivis, dan
rakyat pada saat itu Bersatu untuk menaikan Mosi Tidak Percaya kepada DPR karena
mengadakan RUU KPK yang dianggap malah melemahkan KPK dan memperbesar
peluang untuk terjadinya tidak korupsi. Tercatat bahwa setidaknya ada 232 orang yang
menjadi korban pada saat demokrasi baik luka ringan maupun luka berat. Bahkan satu
Mahasiswa dari Universitas Halu Oleo mejadi korban jiwa akibat Tindakan aparat yang
represif menembaki masa aksi pada saat itu.

2. Analisi kasus dengan teori-teori HAM


- Kasus Peristiwa G30S/PKI
Dalam Peristiwa G30S/PKI yang hanya terjadi beberapa jam saja tetapi berhasil
melumpuhkan 7 jendral sekaligus. Dalam kasus ini saya menyimpulkan bahwa teori
universalisme merupakan teori yang cocok. Karena pada kasus tersebut jelas merenggut
nyawa seseorang yang berarti melanggar hak nya untuk hidup yang kita dapatkan bahkan
saat baru berada didalam kandungan. Pembunuhan apalagi dengan cara yang sadis tidak
dapat dibenarkan dengan alasan apapun. Adanya konstitusi atau aturan yang mengatur
tentang Hak asasi manusia tersebut, adalah untuk menegaskan atau menguatkan bahwa
HAM yang melekat itu diakui oleh Negara. Sehingga Negara yang menjamin adanya hak
asasi manusia.
- Kasus Penembakan Misterius
Dalam kasus penembakan misterius ini diperkirakan ada 5.000 korban yang dihilangkan
di seluruh Indonesia secara paksa haknya untuk hidup. Walaupun memang beberapa
orang yang dibunuh merupakan para penjahat atau mantan narapidana negara kita
memiliki produk hukum yang jelas untuk menangani kasus tersebut dan bukan malah
membunuhnya secara tiba-tiba tanpa melalui proses hukum terlebih dahulu. Dengan
demikian sata menganalisis bahwa kasus ini sejalan dengan teori Hak Kodrati, yang mana
Dalam teori hak alami melahirkan beberapa hak, salah satunya hak untuk hidup. Dengan
terjadinya korban meninggal dalam penembakan tersebut, hal ini sudah terjadi
pelanggaran HAM.

- Kasus pembunuhan Munir Said Thalib


Kasus pembunuhan Aktivis HAM Munir Said Thalib yang diracun didalam pesawat saat
penerbangannya untuk melanjutkan studi ke Belanda merupakan salah satu pelanggaran
HAM berat yang hingga detik ini belum terungkap pasti siapa dalang dibalik tragedi
tersebut. Walaupun pilot pesawat pada saat itu sudah ditetapkan sebagai tersangka, tetapi
dirasa masih ada hal yang janggal dalam proses hukum yang terjadi. Dengan demikian
menurut saya teori Positivisme merupakan teori yang tepat dalam kasus ini. Dimana
Dalam teori positivisme melahirkan beberapa hak, salah satunya hak untuk berserikat,
berkumpul, dan menyampaikan pendapat. Dengan tidak ditegakknya keadilan dalam hal
menyampaikan pendapat, hal ini memengaruhi kemajuan bangsa dan sudah melanggar
HAM.
- Kasus Penolakan RUU KPK
Penolakan RUU KPK yang terjadi pada saat itu jelas mengundang atensi publik yang
sangat tinggi. Seluruh elemen masyarakat yang berasal dari berbagai daerah berkumpul
untuk Bersama-sama menyurakan pendapatnya bahwasannya RUU KPK ini dianggap
malah melemahkan KPK dan memperbesar peluang untuk melakukan tindak pidana
korupsi dikalangan penjabat. Walaupun sudah banyak korban yang berjatuhan bahkan
hingga menimbulkan korban jiwa, nyatanya pemerintah tetap mengesahkannya menjadi
UU yang mana pada saat ini bis akita nilai Bersama bahwasannya jelas beberapa anggota
yang berkompeten dan sering menangani kasus besar malah dipecat dengan alasan tidak
lulus Tes Wawasan Kebangsaan. Dengan demikian saya merasa bahwa teori Positivisme
juga sejalan dengan kasus ini. Tindakan aparat yang represif menunjukan bahwasannya
tidak adanya kebebasan untuk berserikat, berkumpul dan menyampaikan pendapat.

3. Penyelesaian Kasus Pelanggaran HAM


- Kasus Peristiwa G30S/PKI
Dalam penyelesaian kasus pemberontakan PKI, berkaitan dengan hak hidup seseorang.
Maka dalam hal ini, merujuk pada Pasal 28A UUD 1945, Pasal 4 dan 9 UU No. 39 Tahun
1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 3, dan Pasal 6, yang pada intinya pada pasal
tersebut adalah setiap orang berhak untuk hidup. Berkaitan dengan penyiksaan yang
dilakukan oleh pemberontak PKI, dalam hal ini merujuk pada pasal 28I UUD NRI 1945,
Pasal 4 Undang-Undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 3, 4, dan
5, dan Pasal 7, yang pada intinya adalah tidak seorang pun boleh disiksa atau
diperlakukan secara kejam. Para pelaku yang melakukan Tindakan tersebut jelas harus
diberi hukuman dengan apa yang diperbuatnya. Pemerintah juga harus tegas dan tidak
pandang bulu dalam pengeksekusian agar kedepannya hal-hal seperti ini tidak lagi terjadi.
- Kasus Penembakan Misterius
Dalam kasus penembakan misterius yang hingga saat ini belum diketahui siapa
pelakunya dan jelas sudah menimbulkan banyak sekali korban jiwa, ini merupakan
pelanggaran HAM berat yang harus segera diusut tuntas. Kasus ini melanggar ketentuan
UUD 1945 pasal 28A yang menyebutkan bahwa setiap orang berhak untuk
mempertahankan hidup dan kehidupannya. Diatur pula dalam UU No. 39 tahun 1999
pasal 9 ayat (1) yang mengatur bahwa setiap orang berhak untuk hidup, mempertahakan
hidup dan meningkatkan taraf kehidupannya. Dengan demikian penyelesaian kasus pada
peristiwa penembakan misterius yang sudah lama terjadi ini harus segera diusut tuntas
siapa dalang dibalik terjadinya hal ini dan atas dasar apa hal ini dilakukan, setelah itu
dalang dari kasus ini harus dihukum dengan seberat-beratnya sesuai dengan Undang-
undang dan peraturan yang berlaku.
- Kasus Pembunuhan Munir Said Thalib
17 tahun sudah kasus ini terjadi dan hingga kini siapa dalang dari kasus pembunuhan
tersebut tak kunjung terungkap. Walaupun memang Pollycarpus yang pada saat itu
menjadi pilot pesawat penerbangan Munir telah di tetapkan sebagi tersangka tetapi siapa
yang menyuruhnya untuk melakukan itu belum terungkap. Harus segera dilakukan
penyidikan lebih lanjut dan lebih mendalam untuk mengungkap kasus ini. Mengingat
pasal 78 ayat (1) Kitab  Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) dijelaskan bahwa
kewenangan menuntut pidana hapus karena daluwarsa dengan jangka waktu
daluwarsanya 18 (delapan belas) tahun. Oleh sebabitu, apabila kasus munir ditetapkan
sebagai Pelanggaran HAM berat maka Komnas HAM dapat menindaklajuti tanpa
menghiraukan daluwarsa pidana tersebut sesuai dengan mandat pada Undang-Undang 26
tahun 2000 tentang Pengadilan HAM, mengingat UU ini tidak mengenal sistem
kadaluwarsa.
- Kasus Penolakan RUU KPK
Dalam penyelesaian demonstrasi mahasiswa yang menolak revisi UU KPK dan RUU
KUHP, yang menewaskan mahasiswa dan beberapa orang terluka. Berkaitan dengan hak
untuk hidup, merujuk pada Pasal 28A UUD 1945, Pasal 4 dan 9 UU No. 39 Tahun 1999
tentang Hak Asasi Manusia, Pasal 3, dan Pasal 6, yang pada intinya pada pasal tersebut
adalah setiap orang berhak untuk hidup. Kemudian berkaitan dengan hak untuk
berserikat, berkumpul, dan menyampaikan pendapat, merujuk pada Pasal 28 UUD 1945
dan Pasal 20, yang intinya adalah setiap orang mempunyai hak atas kebebasan berkumpul
dan berserikat tanpa kekerasan.

Anda mungkin juga menyukai