Anda di halaman 1dari 18

UTS ASUHAN KEBIDANAN KEHAMILAN

PELAYANAN ANC DI INDONESIA YANG DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH DAN

PAPARKAN SECARA PDSA

IMELDA ROSMA

NIM : 2003176

DOSEN PEMBIMBING

SOVIA ROSHA S.SST M.Kes

YAYASAN PENDIDIKAN SUMATERA BARAT

UNIVERSITAS SUMATERA BARAT

PROGRAM STUDI S1 KEBIDANAN

2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga makalah
ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih
kepada dosen dari pihak yang telah memberikan ilmu dan mengajarkan kami baik pikiran
maupun materinya. Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar
makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai
penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena
keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan
kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Pariaman, 24 februari  2022

Penyusun
DAFTAR ISI

1. CO VER……………………………………………………………………………………
2. KATA PENGANTAR…………………………………………………………………
3. BAB I PENDAHULUAN……………………………………………………………..

LATAR BELAKANG………………………………………………………………

RUMUSAN MASALAH………………………………………………………….

TUJUAN PENELITI…………………………………………………………….

MANFAAT PENELITI……………………………………………………………

4. BAB II PEMBAHASAAN……………………………………………………….
5. BAB III PAPARAN PDSA……………………………………………………..
6. BAB I V PENUTUP…………………………………………………………………
7. DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………….

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan yang diterima wanita selama kehamilan dan
sangat penting dalam membantu memastikan bahwa ibu dan janin selamat dalam
kehamilan dan persalinan (Mufdlilah, 2009: 1). Pemeriksaan kehamilan sebaiknya
dilakukan sedini mungkin, segera setelah seorang wanita merasa dirinya telah hamil
(Depkes, 2007: 10). Setiap kehamilan, dalam perkembangannya mempunyai resiko
mengalami penyulit atau komplikasi. Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus
dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang
berkualitas (Depkes, 2010: 6). Beberapa masalah kesehatan yang dialami perempuan di
berbagai belahan bumi menunjukkan bahwa hampir 500.000 perempuan meninggal dunia
setiap tahunnya karena melahirkan dan 90% di antaranya berada di negara berkembang
(Rachmawati, 2004: 25). Sampai saat ini kematian ibu masih merupakan salah satu
masalah utama di bidang Kesehatan Ibu dan Anak (Sulistyawati, 2009: 1). WHO
memperkirakan sekitar 15% dari seluruh wanita hamil akan berkembang menjadi
komplikasi yang berkaitan dengan kehamilannya serta dapat mengancam jiwanya. Dari
5.600.000 wanita hamil di Indonesia, sejumlah besar akan mengalami suatu komplikasi
atau masalah yang menjadi fatal (Hani, Umi, dkk., 2011: 6). 1 2 WHO sudah menetapkan
standar dalam melakukan antenatal care, minimal 4 kali selama kehamilan. Untuk
melihat jumlah ibu hamil yang sudah melakukan antenatal care yaitu dari hasil
pencapaian indikator cakupan pelayanan K1 dan K4. K1 adalah kunjungan pertama ibu
hamil ke fasilitas pelayanan kesehatan untuk mendapatkan pelayanan antenatal care yang
dilakukan pada trimester pertama kehamilan. Sedangkan K4 adalah kunjungan ibu hamil
untuk mendapatkan pelayanan antenatal care minimal 4 kali, yaitu 1 kali pada trimester
pertama, 1 kali pada trimester kedua dan 2 kali pada trimester ketiga (Depkes (2008),
dalam Arihta, 2013). Pemeriksaan kehamilan sangat penting dilakukan oleh semua ibu
hamil untuk mengetahui pertumbuhan janin dan kesehatan ibu. Hampir seluruh ibu hamil
di Indonesia (95,4%) sudah melakukan pemeriksaan kehamilan (K1) dan frekuensi
kehamilan minimal 4 kali (K4) selama masa kehamilannya adalah 83,5% (Rikesdas,
2013). Di Kabupaten Ponorogo tahun 2014 terdapat 13.801 ibu hamil, dan 93%
melakukan antenatal care dengan rutin. Di Wilayah Puskesmas Slahung data bulan
November 2014 terdapat 458 ibu hamil dan yang melakukan antenatal care rutin ada 319
ibu hamil atau 69,65% (Dinas Kesehatan Kabupaten Ponorogo). Berdasar Profil
Kesehatan Provinsi Jawa Timur, pencapaian cakupan K1 pada tahun 2013 adalah
92,14%, sedang cakupan K4 sebesar 84,38%. Di Ponorogo pencapaian K1 dan K4 adalah
sebagai berikut K1 sebanyak 83, 60% dan K4 sebanyak 77, 51% (Dinkes Jatim, 2013)
Menurut Mc. Charty dan Maine (dalam Rachmawati, 2004: 168) menyebutkan bahwa
kematian maternal disebabkan oleh faktor penyebab langsung, faktor antara dan faktor
tidak langsung. Salah satu faktor tidak langsung yang berperan adalah faktor
sosiodemografis yang dapat 3 meningkatkan resiko tinggi kehamilan antara lain, tingkat
pendapatan rendah, rendahnya tingkat pendidikan, kurangnya pemeliharaan selama
kehamilan, usia pada saat hamil, status perkawinan dan tingkat perceraian serta tempat
tinggal. Hal ini membenarkan pernyataan Mc.Carthy dan Maine (dalam Rachmawati,
2004: 170), bahwa pendidikan dianggap menjadi faktor yang ikut menentukan kualitas
kehamilan, karena tingkat pendidikan membuka akses kepada ilmu pengetahuan dan
meningkatkan kesempatan lapangan pekerjaan. Berdasarkan studi pendahuluan yang
dilakukan di BPM Ny. Titi Asri pada tanggal 02 Januari 2015 terhadap 10 orang ibu
hamil, diperoleh bahwa 7 orang (70%) tidak patuh dalam melakukan kunjungan antenatal
care dengan pendidikan rendah/SD dan 3 orang lainnya (30%) patuh dalam melakukan
kunjungan antenatal care dengan pendidikan tinggi/SLTA. WHO menyatakan bahwa
semakin tinggi tingkat pendidikan perempuan, maka tingkat pemanfaatan sarana
kesehatan akan semakin tinggi, sehingga jumlah kematian ibu juga semakin menurun
(Rachmawati, 2004). Frekuensi pelayanan antenatal oleh WHO ditetapkan 4 kali
kunjungan selama kehamilan dengan ketentuan 1 kali pada trimester I, 1 kali pada
trimester II dan 2 kali pada trimester III, sehingga resiko tinggi kehamilan dapat
ditemukan pada saat antenatal care (ANC) (Rachmawati, 2004). Pelayanan antenatal
terpadu adalah pelayanan antenatal komprehensif dan berkualitas yang diberikan kepada
semua ibu hamil serta terpadu dengan program lain yang memerlukan intervensi selama
kehamilannya.. Upaya yang dilakukan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas
pelayanan antenatal dapat dilakukan dengan cara; penemuan dini ibu hamil melalui stiker
P4K (Program 4 Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi) dan buku KIA
yang melibatkan kader dan perangkat desa, meningkatkan cakupan antenatal dengan
meningkatkan pengetahuan dan perubahan perilaku ibu dan keluarga melalui pelaksanaan
Kelas Ibu Hamil, peningkatan kualitas pelayanan melalui pelaksanaan konsep pelayanan
antenatal terpadu dan pelaksanaan PWS-KIA sebagai alat surveilans KIA (Walyani,
Elisabeth S., 2014). Berdasarkan data dan teori yang melatarbelakangi penelitian ini,
peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pendidikan
dengan Kepatuhan Ibu Hamil Trimester III dalam Melaksanakan Antenatal Care di BPM
Ny. Titi Asri, Amd.Keb Desa Galak Kecamatan Slahung Kabupaten Ponorogo”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut
“Bagaimanakah hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan ibu hamil trimester III
dalam melaksanakan antenatal care di BPM lainnya.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan ibu hamil trimester III
dalam melaksanakan antenatal care di BPM lainya

2. Tujuan Khusus

a. Untuk mengidentifikasi tingkat pendidikan ibu hamil trimester III di BPM lainnya

b. Untuk mengidentifikasi kepatuhan ibu hamil trimester III dalam melaksanakan antenatal care
di BPM lainnya

c. Menganalisa hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan ibu hamil Trimester III dalam
melaksanakan antenatal care di BPM lainnya

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Pelayanan antenatal merupakan pelayanan yang diterima wanita selama
kehamilan dan sangat penting dalam membantu memastikan bahwa ibu dan janin selamat dalam
kehamilan dan persalinan (Mufdlilah, 2009:1). Oleh karena itu, pelayanan antenatal harus
dilakukan secara rutin, sesuai standar dan terpadu untuk pelayanan antenatal yang berkualitas
(Depkes, 2010:6) 6

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Institusi (Fakultas Ilmu Kesehatan) Sebagai dokumen untuk menambah bahan bacaan
serta menambah pengetahuan tentang hubungan tingkat pendidikan dengan kepatuhan ibu hamil
dalam melaksanakan antenatal care.

b. Bagi mahasiswa Sebagai sumber data penelitian tentang hubungan tingkat pendidikan dengan
kepatuhan ibu hamil dalam melaksanakan antenatal care dan mengaplikasikan mata kuliah
metode penelitian.

c. Bagi ibu dosen untuk Menambah pengetahuan dan wawasan tentang pelaksanaan antenatal
care sehingga ibu-ibu dapat mengerti dan memahami tentang pentingnya kepatuhan dalam
melaksanakan antenatal care

BAB II

PEMBAHASAAN

Salah satu solusi efektif dalam menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian
Bayi (AKB) adalah dengan cara meningkatkan pertolongan persalinan yang dilakukan oleh
tenaga medis terlatih yang disediakan oleh fasilitas pelayanan kesehatan. Di samping itu,
dibutuhkan partisipasi serta kesadaran ibu terhadap pentingnya pemeriksaan
kehamilan di fasilitas pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan.

Pemeriksaan ANC (Antenatal Care) merupakan pemeriksaan kehamilan yang bertujuan untuk


meningkatkan kesehatan fisik dan mental pada ibu hamil secara optimal, hingga mampu
menghadapi masa persalinan, nifas, menghadapi persiapan pemberian ASI secara eksklusif, serta
kembalinya kesehatan alat reproduksi dengan wajar.

Pemeriksaan kehamilan dilakukan minimal 4 (empat) kali selama masa kehamilan, yaitu 1 kali
pemeriksaan pada trimester pertama, 1 kali pemeriksaan pada trimester kedua, dan 2 kali
pemeriksaan pada trimester ketiga.

Apa Tujuan ANC (Antenatal Care)?

1. Memantau kemajuan proses kehamilan demi memastikan kesehatan pada ibu


serta tumbuh kembang janin yang ada di dalamnya.
2. Mengetahui adanya komplikasi kehamilan yang mungkin saja terjadi
saat kehamilan sejak dini, termasuk adanya riwayat penyakitdan tindak pembedahan. 
3. Meningkatkan serta mempertahankan kesehatan ibu dan bayi.
4. Mempersiapkan proses persalinan sehingga dapat melahirkan bayi dengan selamat serta
meminimalkan trauma yang dimungkinkan terjadi pada masa persalinan.
5. Menurunkan jumlah kematian dan angka kesakitan pada ibu.
6. Mempersiapkan peran sang ibu dan keluarga untuk menerima kelahiran anak
agar mengalami tumbuh kembang dengan normal.
7. Mempersiapkan ibu untuk melewati masa nifas dengan baik serta dapat memberikan ASI
eksklusif pada bayinya.

Pemeriksaan kehamilan dapat dilakukan di Puskesmas, klinik, atau rumah sakit. Pemeriksaan


ANC pada ibu hamil dapat dilakukan oleh tenaga kesehatan, antara lain bidan, perawat, dokter
umum, maupun dokter spesialis obstetri dan ginekologi (dokter kandungan).

Pentingnya Konsumsi Tablet Fe Bagi Ibu Hamil


13 Agustus 2018 | Dilihat 156134 Kali

42
Pentingnya Konsumsi Tablet Fe Bagi Ibu Hamil

Tablet zat besi (Fe) merupakan tablet mineral yang diperlukan oleh tubuh untuk pembentukan
sel darah merah atau hemoglobin. Unsur Fe merupakan unsur paling penting untuk pembentukan
sel darah merah. Zat besi secara alamiah didapatkan dari makanan. Jika manusia kekurangan zat
besi pada menu makanan yang dikonsumsinya sehari-hari, dapat menyebabkan gangguan anemia
gizi (kurang darah). Tablet zat besi (Fe) sangat dibutuhkan oleh wanita hamil, sehingga ibu
hamil diharuskan untuk mengonsumsi tablet Fe minimal sebanyak 60 tablet selama
kehamilannya.

Manfaat Zat Besi (Fe)

Zat besi (Fe) berperan sebagai sebuah komponen yang membentuk mioglobin, yakni protein
yang mendistribusikan oksigen menuju otot, membentuk enzim, dan kolagen. Selain itu, zat besi
juga berperan bagi ketahanan tubuh.

Tablet zat besi (Fe) penting untuk ibu hamil karena memiliki beberapa fungsi berikut ini:

 Menambah asupan nutrisi pada janin


 Mencegah anemia defisiensi zat besi
 Mencegah pendarahan saat masa persalinan
 Menurunkan risiko kematian pada ibu karena pendarahan pada saat persalinan

Sumber Makanan Dengan Kandungan Zat Besi

Ibu hamil harus mengonsumsi makanan dengan kandungan zat besi tinggi, seperti biji-
bijian, daging merah, kacang-kacangan, sayuran hijau, dan hati. Konsumsi vitamin C yang cukup
juga dapat meningkatkan proses penyerapan zat besi di dalam tubuh.

Kebutuhan Zat Besi (Fe) di Masa Kehamilan


Kebutuhan kandungan zat besi (Fe) pada ibu hamil adalah sekitar 800 mg. Adapun kebutuhan
tersebut terdiri atas 300 mg yang dibutuhkan untuk janin dan 500 gram untuk menambah masa
hemoglobin maternal. Kelebihan sekitar 200 mg dapat diekskresikan melalui usus, kulit, dan
urine. Pada makanan ibu hamil, tiap 100 kalori dapat menghasilkan sebanyak 8-10 mg Fe.

Untuk perhitungan makan sebanyak 3 kali, dengan kalori sebanyak 2500 kal dapat menghasilkan
20-25 mg zat besi setiap harinya. Selama masa kehamilan lewat perhitungan 288 hari, wanita
hamil bisa menghasilkan zat besi  sekitar 100 mg. Dengan demikian, kebutuhan Fe (zat besi)
masih kurang pada wanita hamil sehingga membutuhkan asupan tambahan berupa tablet Fe.

Pentingnya Pemeriksaan Kesehatan Pra Nikah


14 Agustus 2018 | Dilihat 29658 Kali

Menjalankan pre marital check up (pemeriksaan kesehatan pra nikah) merupakan sebuah


tindakan pencegahan yang wajib dilakukan untuk mencegah terjadinya permasalahan kesehatan
pada diri sendiri, pasangan, maupun keturunan ke depannya. Beberapa keuntungan
melakukan pemeriksaan kesehatan pra nikah, antara lain:

1. Mencegah berbagai macam penyakit pada calon bayi, seperti


penyakit thalassemia, diabetes melitus, dan penyakit lainnya.
2. Pemeriksaan pranikah dilakukan untuk mengenal riwayat kesehatan diri sendiri maupun
pasangan, sehingga tidak ada penyesalan di kemudian hari, khususnya bagi riwayat
keturunan yang dihasilkan.
3. Membuat calon mempelai semakin mantap, lebih terbuka, dan lebih yakin satu sama lain
mengenai riwayat kesehatan keduanya.

Apa Itu Tes Pranikah?

Pre marital screening check up atau tes pranikah merupakan serangkaian tes yang harus
dilakukan pasangan sebelum menikah. Di negara-negara lain, pre marital screening sudah
menjadi persyaratan wajib bagi pasangan yang akan menikah. Hal tersebut dikarenakan tidak
semua orang mempunyai riwayat kesehatan yang baik. Seseorang yang tampak sehat dapat
dimungkinkan memiliki sifat pembawa (carrier) penyakit.

Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan genetik, penyakit menulardan infeksi melalui
darah. Pemeriksaan bertujuan untuk mencegah agar penyakit tersebut tidak menurun pada
keturunannya di kemudian hari sehingga hidup sehat bersama keluarga bisa tercapai. Waktu
pelaksanaan pre marital screening yang disarankan adalah 6 bulan sebelum calon mempelai
menikah.

Tahapan Pre Marital Screening

1. Pemeriksaan fisik secara lengkap

Pemeriksaan pre marital yang pertama terdiri atas pemeriksaan umum, yakni uji
pemeriksaan fisik secara lengkap. Hal ini dilakukan karena umumnya status kesehatan
dapat dilihat lewat tekanan darah. Umumnya, tekanan darah tinggi dapat berbahaya
bagi kandungan sebab membuat tumbuh kembang janin dalam kandungan terhambat.
Selain itu, pemeriksaan pre marital juga dapat mengetahui apakah pasangan tersebut
mempunyai beberapa riwayat penyakit ataukah tidak, misalnya diabetes.

2. Pemeriksaan penyakit hereditas

Penyakit hereditas biasanya diturunkan dari kedua orang tua, misalnya gangguan


kelainan darah yang membuat penderitanya tidak bisa memproduksi hemoglobin (sel
darah merah) secara normal.

3. Pemeriksaan penyakit menular

Pemeriksaan yang ketiga meliputi pemeriksaan terhadap penyakit menular, diantaranya


seperti hepatitis B, hepatitis C, dan HIV-AIDS. Pemeriksaan tersebut penting sekali
dilakukan, mengingat penyakit-penyakit menular tersebut sangat berbahaya dan
mengancam jiwa.

4. Pemeriksaan organ reproduksi

Pemerikaan ini berkaitan dengan kesuburan serta organ reproduksi untuk pria maupun
wanita. Pemeriksaan ini bertujuan untuk memeriksa kondisi kesehatan organ reproduksi
diri sendiri dan pasangan.

5. Pemeriksaan alergi

Walaupun seringkali dianggap sepele, melakukan pemeriksaan alergi sangatlah penting


karena alergi yang tidak disadari dari awal dan tidak ditangani dengan tepat dapat
berakibat fatal.

Pendidikan akan meningkatkan pengetahuan ibu hamil, melalui pendidikan ibu hamil dapat
membuka jalan pikirnya menjadi lebih logis dan berperilaku positif. Ibu hamil dengan
pendidikan tinggi akan memiliki tingkat pengetahuan yang tinggi dan dapat berperilaku positif
untuk mencegah penurunan kadar Hb ibu hamil. Pada saat kehamilan zat besi yang dibutuhkan
tubuh lebih banyak dibandingkan dengan pada saat tidak hamil. Ibu hamil semakin banyak
tingkat konsumsi tablet besi akan diikuti dengan makin meningkatnya kadar hb ibu hamil. Zat
besi diperlukan tubuh untuk pembentukan hemoglobin ( Maryani, 2015).

Tingkat kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe yang diikuti dengan normalnya kadar Hb pada ibu
hamil bisa dipengaruhi berbagai faktor salah satunya faktor pendidikan, bahwa semakin tinggi
tingkat pendidikan ibu maka semakin baik kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe. Selain itu
kepatuhan dalam mengkonsumsi tablet Fe dan jumlah tablet yang dikonsumsi ibu hamil selama
kehamilan juga dapat berpengaruh dengan peningkatan kadar Hb serta peran tenaga kesehatan
untuk selalu mengingatkan setiap melakukan kunjungan juga dapat mempengaruhi ibu hamil
dalam kepatuhan mengkonsumsi tablet Fe (Romdhona, 2015). Menurut hasil penelitian Hidayah
dan Anasari (2017) bahwa pengetahuan ibu yang baik meningkatkan kepatuhan ibu untuk
mengkonsumsi tablet Fe secara teratur dibandingkan dengan ibu yang berpengetahuan kurang.
Hal yang sama diteliti oleh Nora (2017) bahwa hasil yang diperoleh dari penelitian diketahui ibu
hamil yang patuh dalam mengkonsumsi Fe yang mempunyai pengetahuan yang baik.

BAB III

PAPARAN PDSA

Peningkatan Mutu Melalui Metode PDSA

Memberikan peningkatan kualitas dan keamanan kesehatan selalu menjadi tantangan dunia
internasional. Dunia internasional telah menggunakan metode PDSA sebagai salah satu upaya untuk
meningkatkan kualitas mutu kesehatan. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya artikel yang telah
dipublikasikan beberapa negara maju dan berkembang yang menggunakan PDSA untuk
menyelesaikan masalah kesehatan.

Metode PDSA ini dikembangkan oleh Deming dan Shewart tahun 1986 dari industri manufaktur
yang dikenal dengan metode plan-do-check-action (PDCA). Pada 1996, Langley mengembangkan
metode PDCA sebagai metode yang bisa digunakan dalam konteks kesehatan. Sekarang PDCA telah
menjadi metodologi ilmiah yang diperkenalkan oleh Speroff dan O'Connor tahun 2004 dengan nama
metode plan-do-study-action (PDSA). PDCA dan PDSA memiliki siklus yang berbeda, seperti pada
tabel dibawah ini:

Siklus PDSA menggunakan empat tahap pendekatan. 1). Plan adalah mengidentifikasi tahap


perubahan untuk perbaikan; 2). Do adalah tahap menguji perubahan yang telah dilakukan;
3). Study adalah tahap meneliti keberhasilan perubahan; 4). Act adalah tahap mengidentifikasi
adaptasi dan menginformasikan siklus baru

Perlu dipahami bahwa penggunaan Siklus PDSA mempunyai intervensi yang kompleks dan
dipengaruhi oleh konteks lokal. Intervensi yang kompleks menyebabkan pelaporan atau dokumentasi
yang dilakukan tidak lengkap.

Hasil sistematika review jurnal menunjukkan bahwa dari 73 artikel yang masuk kriteria inklusi
sebanyak 47 artikel yang melaporkan siklus PDSAnya secara rinci, kurang dari 20% artikel yang
melaporkan penggunaan siklus berulang, dan 15% yang melaporkan perkembangan penggunaan
siklus PDSA. Penilaian ini dilakukan berdasarkan kerangka teoritis yang dikembangkan oleh
Michael dan tim untuk menilai penerapan siklus PDSA seperti pada tabel dibawah ini:

Saat ini belum ada kriteria formal untuk mengevaluai aplikasi atau pelaporan siklus PDSA yang ada.
Oleh karena itu, pedoman pelaporan perlu dibuat untuk mendukung pelaporan yang sistematis dan
penggunaan PDSA yang tepat. Pedoman pelaporan PDSA dapat meningkatkan legitimasi ilmiah.

Pedoman pelaporan memungkinkan transparansi mengenai isu-isu kesehatan sehingga dapat


membangun pengetahuan tentang bagaimana menggunakan metode PDSA efektif dan prinsip-prinsip
untuk meningkatkan peluang keberhasilan. Metode PDSA diharapkan dapat diterapkan sesuai dengan
pedoman siklus yang disusun oleh pendiri, metode PDSA harus diterapkan dengan konsistensi yang
lebih besar dan lebih besar.

PDSA memiliki kelebihan-kelebihan sehingga mudah diterapkan sebagai alat peningkatan mutu
berkelanjutan (CQI/ Continuous Quality Improvement), meliputi hal-hal sebagai berikut.

1. Satu Langkah — Setiap PDSA seringkali hanya berisi segmen atau satu langkah dari
seluruh implementasi yang lebih kompleks.
2. Durasi Singkat — Setiap siklus PDSA harus sesingkat mungkin agar Anda mengetahui
bahwa itu berfungsi atau tidak (beberapa bisa sesingkat 1 jam).
3. Ukuran Sampel Kecil — PDSA mungkin hanya akan melibatkan sebagian dari praktik
kesehatan (mungkin 1 atau 2 dokter atau petugas lainnya). Setelah umpan balik diperoleh
dan proses disempurnakan, implementasi dapat diperluas (scale up) untuk mencakup
seluruh praktik.
AHRQ (Agency for Healthcare Research and Quality) memberikan contoh alat sederhana untuk
menggunakan PDSA dalam proses perubahan dalam fasilitas kesehatan sebagai berikut (link
untuk mengakses tool terlampir dalam referensi).

Cara mengisi:

1. Alat: Bagian ini diisi dengan “nama alat” atau tentang kegiatan yang akan dilaksanakan.
Misalnya, umpan balik pasien.
2. Langkah: Bagian ini diisi dengan langkah yang lebih kecil yang akan diimplementasikan.
Misalnya, penyebaran kuesioner kepuasan pelanggan.
3. Siklus: Bagian ini diisi nomor siklus PDSA yang akan dilakukan. Ketika menerapkan
strategi untuk implementasi, kita seringkali perlu memperbaiki sesuatu dan ingin menguji
kembali apakah perubahan yang kita buat menjadikan suatu proses atau outcome menjadi
lebih baik atau tidak. Setiap kali kita melakukan penyesuaian (adjustment/ koreksi) dan
mengujinya kembali, maka kita akan melakukan siklus berikutnya. Oleh karena itu
catatan siklus keberapa yang kita lakukan penting untuk menjadi dokumentasi dan acuan
langkah perubahan berikutnya. Misal, diisi dengan siklus ke 1 atau 2, dan seterusnya

4. PLAN/ Rencana:
5. I plan to/ Saya berencana untuk: Di bagian ini kita akan menulis pernyataan singkat
tentang apa yang direncanakan untuk dilakukan dalam pengujian ini. Yang ditulis dalam
bagian ini cukup berfokus pada bagian kecil saja dari implementasi yang akan dilakukan.
Misalnya, saya berencana untuk menguji proses survey kepuasan pelanggan, termasuk
bagaimana mereka mengisi dan mengembalikannya.
6. I hope this produces/ Saya harap ini menghasilkan: Di bagian ini kita dapat menuliskan
pengukuran atau target hasil yang ingin dicapai. Kita dapat membuat target secara
kuantitatif, seperti: minimal 25 % formulir harus kembali.
7. Langkah-langkah untuk mengeksekusi: Di bagian ini, kita akan menulis secara rinci
langkah-langkah yang akan diambil dalam siklus ini. Misalnya, dalam pengisian survei
kepuasan pelanggan dibutuhkan langkah-langkah sebagai berikut.

 Menempatkan formulir survei pada tempat mudah dilihat dan dijangkau pada bagian
kepulangan pasien
 Petugas memotivasi pasien dan keluarga untuk mengisi formulir survei kepuasan
pelanggan
 Pasien/ keluarga diminta mengembalikan formulir survei yang telah diisi ke dalam box
yang telah dipersiapkan.

Sehingga, pada aspek ini harus secara rinci dituliskan tentang siapa saja populasi yang terlibat
dan batas waktu yang telah ditentukan. Batas waktu yang ditentukan tidak boleh terlalu lama,
yaitu hanya berkisar 1 minggu namun kemajuannya dapat diketahui sejak beberapa jam setelah
diterapkan.

5. DO/ Melakukan
Setelah memiliki rencana, kita akan menjalankannya atau menggerakkan perubahan. Pada saat
mulai implementasi ini, penting memperhatikan apa yang terjadi segera setelah perubahan
diterapkan.

What did you observe/ Apa yang kamu amati? Di bagian ini pengamatan yang dilakukanselama
implementasi dicatat. Hal ini mungkin meliputi bagaimana pasien bereaksi, bagaimana petugas
kesehatan bereaksi, bagaimana keluarga pasien bereaksi, apakah perubahan ini sesuai dengan
sistem yang sudah berjalan atau maupun flow pasien. Penting direfleksikan pertanyaan, “Apakah
semuanya berjalan sesuai rencana?” “Apakah harus memodifikasi rencana?”

Contoh catatan pada bagian ini:

1. Pada bagian kepulangan, pasien dan keluarga Nampak sibuk dengan berbagai aktivitas,
seperti mengurus pembayaran, melengkapi administrasi, berkoordinasi dengan bagian
transportasi pasien, dan lain sebagainya.
2. Petugas terkadang lupa menawarkan pasien maupun keluarga untuk mengisi form survey.
3. Jam-jam kepulangan pasien umumnya merupakan jam yang sibuk dan padat, sehingga
area di bagian kepulangan pasien cukup crowded.

Berdasarkan pengamatan di atas, nampaknya perlu dilakukan perubahan strategi.

6. STUDY/ Belajar

Setelah implementasi diterapkan, hasilnya mulai dipela jari.

Apa yang kita pelajari? Apakah memenuhi tujuan pengukuran? Penting dicatat seberapa baik
kerjanya jika yang dilakukan memenuhi target tujuan.

Contoh pengisian pada bagian ini:

Pada siklus pertama, hanya ada 10 kuesioner yang diisi dan dikembalikan dari 100 formulir yang
disediakan di bagian kepulangan pasien. Perlu ada perubahan strategi untuk meperbaiki
pencapaian target.

7. ACT/ Bertindak

Apa yang dapat disimpulkan dari siklus ini? Di bagian ini dituliskan apa yang didapatkan untuk
implementasi ini, apakah hal tersebut berhasil atau tidak. Dan, jika hal itu tidak berhasil, apa
yang dapat dilakukan secara berbeda pada siklus berikutnya untuk mengatasi masalah atau
kegagalan yang terjadi. Jika berhasil, apakah kita siap untuk scale-up atau menyebarkannya ke
seluruh sistem/ praktik di fasilitas kesehatan
BAB I

PENUTUP

A. KES IMPULAN

Antenatal care adalah pelayanan kesehatan oleh tenaga profesional untuk ibu selama masa kehamilannya
yang dilaksanakan sesuai dengan standar pelayanan antenatal yang ditetapkan. Kunjungan ibu hamil ke
pelayanan kesehatan terhadap kehamilan dan persalinan juga dapat menurunkan angka kematian ibu dan
memantau keadaan janin. Idealnya bila tiap wanita hamil mau memeriksakan kehamilannya, bertujuan
untuk mendeteksi kelainan-kelainan yang mungkin ada atau akan timbul pada kehamilan tersebut cepat
diketahui, dan segera dapat di atasi sebelum berpengaruh tidak baik terhadap kehamilan tersebut dengan
melakukan pemeriksaan antenatal care.. Siklus PDSA menggunakan empat tahap pendekatan.
1). Plan adalah mengidentifikasi tahap perubahan untuk perbaikan; 2). Do adalah tahap menguji
perubahan yang telah dilakukan; 3). Study adalah tahap meneliti keberhasilan perubahan;
4). Act adalah tahap mengidentifikasi adaptasi dan menginformasikan siklus baru.

B. SARAN

. Diharapkan kepada petugas kesehatan lebih mengingatkan ibu hamil untuk melakukan
kunjungan ANC minimal 4 kali kunjungan selama kehamilan sehingga pemeriksaan serta
kunjungan pada ibu hamil dapat dilakukan secara lengkap dengan mengingatkan mengirimkan
pesan via SMS atau whatsapp sehingga ibu hamil melakukan kunjungan ANC lengkap.
Diharapakan kepada petugas kesehatan untuk memberikan pengetahuan tentang penting dan
manfaat dalam melakukan kunjungan ANC lengkap kepada ibu hamil dengan cara penyuluhan
atau promosi kesehatan dan juga media informasi yang dapat digunakan seperti leaflet, brosur,
majalah kesehatan, maupun layanan SMS agar ibu hamil dapat termotivasi untuk datang
melakukan pemeriksaan dan kunjungan secara lengkap dan Diharapkan petugas kesehatan
melakukan promosi kesehatan lebih internal atau lebih dekat dengan keluaga ibu hamil, orang
tua, niniak mamak, atau alim ulama agar memberitahukan atau memotivasi ibu untuk melakukan
kunjungan ANC lengkap.dengan mengunakkan Metode Plan-Do-Study-Act (PDSA) adalah cara
untuk menguji perubahan yang diterapkan dalam rangka memastikan berjalannya peningkatan
mutu yang berkesinambungan. Empat langkah dalam PDSA berfungsi untuk memandu proses
berpikir dalam memecah tugas menjadi beberapa langkah teknis dan kemudian mengevaluasi
hasilnya, meningkatkannya, dan mengujinya kembali. Dokumen PDSA digunakan pula sebagai
bukti tindak lanjut dan perbaikan yang dipersyaratkan juga dalam akreditasi maupun re-
akreditasi rumah sakit dan fasilitas kesehatan primer (puskesmas, klinik, dan lain sebagainya).

DAFTAR PUSTAKA

Sumber : Michael J.Taylor, dkk. 2013. Systematic review of the application of the plan-do-study-


act method to improve quality in healthcare. BMJ Quality and Safety Online.
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Antenatal Care ...

http://repository.unissula.ac.id › BAB I

Pentingnya Pemeriksaan Kehamilan (ANC) di Fasilitas ...

https://promkes.kemkes.go.id › pentingnya-pemeriksaan-

Anda mungkin juga menyukai