0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
1 tayangan4 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang hubungan antara birokrasi dan e-government. Birokrasi memiliki prosedur yang kaku namun efektif, tetapi kurang fleksibel menghadapi perubahan. E-government dapat meningkatkan efisiensi birokrasi dengan memanfaatkan teknologi untuk mempercepat proses, mengurangi biaya, dan meningkatkan layanan kepada masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang hubungan antara birokrasi dan e-government. Birokrasi memiliki prosedur yang kaku namun efektif, tetapi kurang fleksibel menghadapi perubahan. E-government dapat meningkatkan efisiensi birokrasi dengan memanfaatkan teknologi untuk mempercepat proses, mengurangi biaya, dan meningkatkan layanan kepada masyarakat.
Dokumen tersebut membahas tentang hubungan antara birokrasi dan e-government. Birokrasi memiliki prosedur yang kaku namun efektif, tetapi kurang fleksibel menghadapi perubahan. E-government dapat meningkatkan efisiensi birokrasi dengan memanfaatkan teknologi untuk mempercepat proses, mengurangi biaya, dan meningkatkan layanan kepada masyarakat.
Struktur birokrasi merupakan penyempurnaan dari struktur organisasi tradisional. Dibandingkan dengan struktur organisasi tradisional, birokrasi lebih terdiferensiasi. Pada struktur birokrasi terdapat pembagian divisi kerja secara horizontal dan vertical. Pada pembagian kerja horizontal terdapat pekerjaan bersifat khusus dan tanggung jawab yang dibatasi, sedangkan pada kerja secara vertikal berisî jabatan dari yang lebih tinggi ke lebih rendah dan semuanya bertanggung jawab kepada kepala organisasi (Meyer, 2015; 908), Hal inilah disebut Weber sebagai pemisahan rumah dari jabatannya. Birokrasi dibentuk agar netralitas pegawai terjaga. Lembaga birokrasi sangat penting bagi pemberlakuan nilai.nilai demokrasi karena menawarkan netralitas dan prediktabilitas melalui peraturan dan peraturan yang terstandardisasi dan jelas (janson dan Erlingsson, 2014; 294). Hal ini disebabkan karena birokrasi memiliki prosedur atau tata cara yang kaku dan harus dipatuhi.
Pada dasarnya, pemberlakuan birokrasi yang ketat terhadap prosedur memiliki
keuntungan. Pertama, terpaku pada prosedur memberikan arti bahwa birokrat akan bertindak sesuai prosedur dan hal itu akan berujung pada pencapaian tujuan pemerintah, Kedua, spesialisasi yang terbagi ke dalam beberapa bagian dapat menjaga akuntabilitas, tingkat kontrol yang tinggi, dan kemampuan sumber daya manusia karena setiap bagian mempunyai tugas masing-masing yang sesuai dengan kemampuan. Ketiga, kualitas birokrat seharusnya dapat terjaga dengan baik karena setiap birokrat memiliki kesempatan yang sama dan mendapat perlindungan dari tindakan sewenang-wenang dari atasannya karena harus sesuai dengan prosedur (Bashar dkk, 2011:495). Namun, ketatnya birokrasi terhadap prosedur sering kali menimbulkan dampak lain, yaitu kurang mampu beradaptasi dengan lingkungan yang terus berubah secara dinamis. Birokrasi sering dinilai tidak adaptif karena harus ada kepatuhan ketat terhadap peraturan. Hal ini membuat birokrat menjadi konservatif dan tidak dapat beradaptasi terhadap perubahan saat dibutuhkan (Nwogwugwu dan Adiro, 2015: 181)' Pejabat dalam birokrasi juga menjadi bersikap kaku terhadap prosedur dengan menunggu keputusan dari otoritas yang lebih tinggi karena takut kehilangan kekuasaan ataupun pendapatan mereka. Sikap kaku dalam penerapan peraturan prosedur tersebut, yang terkadang berakibat pada penundaan membuat keputusan (Nwogwugwu dan Adiro, 2015: 181). Terlcbih birokrasi identik dengan jenjang yang panjang dengan tingkatan-tingkatan tertentu di mana street-leveł bureaucrats di level terdepan. Secara tradisional, street-level-bureaucrats didefinisikan sebagai pegawai pemerintah yang berinteraksi langsung dengan masyarakat (lebih sering dałam pertemuan tatap muka) dan memiliki kewenangan sesuai prosedur dalam pelaksanaan pekerjaan mereka, terutama dałam cara mereka memproses pelayanan publik (Buffat, 2013:3). Oleh karena iłu, street-level bureaucrats diberikan sedikit wewenang untuk mengambil keputusan. Namun, hal ini justru menjadi bumerang karena sering kali birokrat tidak memiliki kualitas yang memadai. Hal ini kemudian dapat berakibat pada lambannya birokrasi (Buffat, 2013:4). Apabila dahulu sebuah pemerintah terkenal dengan birokrasinya yang sangat lambat, boros, dan tidak berfungsi optimal, maka pada masa sekarang ini masyarakat lebih membutuhkan kinerja pemerintah yang cepat, murah. dan dengan proses mudah agar dapat memberikan kepuasan bagi pelanggan baik individu maupun kelompok (Cordelladan Tempini. 2015: 2). Perubahan paradigma tersebut tentu saja bukanlah perkata yang mudah bagi pemerintah untuk menyelesaikannya. Timbulnya perubahan merupakan sebuah keharusan, bukan pilihan. Oleh karena iłu, pemerintah harus dapat beradaptasi dengan cepat guna menyediakan Iayanan prima kepada masyarakat. pada masa globalisasi sekarang ini. teknologi diciptakan untuk mempermudah dan memperbaiki kualitas kehidupan manusia. Pemerintah yang dituntut untuk beradaptasi dengan perubahan harus beradaptasi menggunakan teknologi untuk mempermudah atau memperbaiki kualitas pelayanan yang telah dimiliki hingga sekarang ini, E-government menjadi sebuah cara untuk membuat proses birokrasi lebih akuntabel, responsif dan transparan sehingga dapat meningkatkan tata kelola pemerintahan, Penerapan e-government joga dapat menawarkan sejumlah manfaat lain, seperti layanan pemerintah yang berkualitas. megingkatkan kepuasan masyarakat, meningkatkan efisiensi, mengurangi biaya, dan mengurangi waktu pemrosesan (Asogwa, 2013:145), Birokrasi dan e-government memiliki keterikatan satu sama lain. E•government telah menjadi fokus pemerintah di berbagai negara. Dari tahun ke tahun, pemerintah di berbagai negara mencoba memperkenalkan dan mengimplementasikan e-government (Alsheri dan Drew, 2010: 79), Sistem e- government digunakan pemerintah untuk mengurangi biaya, meningkatkan pelayanan, menghemat waktu, serta meningkatkan efektivitas dan efisiensi dałam birokrasi. Internet dan e•government teł ah membuat perubahan penting dałam bidang di kehidupan, terutama dapat terlihat pada penggunaan teknologî dalam kehidupan sehari.hari. Kegunaan e-government dalam birokrasi bukan hanya dalam hal menggantikan sistem informași manual menjadi elektronik atau mengganti cara lama pada birokrasi ke cara yang lebih baru, tetapi juga kegunaannya untuk mendorong pemerintah untuk berpikir kembali dan menentukan cara-cara yang paling efektif dan efisien dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat (Alsheri dan Drew, 2010:79). Pemerintah di berbagai negara memiliki strategi yang berbeda dalam membangun e-governmentî Beberapa telah menciptakan rencana jangka panjang yang komprehensif, sedangkan yang lainnya memilih untuk mengidentifikasi hanya beberapa area utama sebagai fokus proyek awal. Namun, dari negara-negara dengan penerapan e.government yang sukses terdapat satu kesamaan, yaitu mereka memulainya dari proyek kecil dan secara bertahap diimplementasikan ke seluruh bagian di birokrasi. Sistem manajemen berbasis data, sistem informasi manajemen, pelayanan terpadu melalui web, dan penyimpanan data masyarakat yang terintegrasi dengan berbagai lembaga merupakan beberapa contoh solusi yang menggunakan teknologi untuk membuat organisasi birokrasi lebih efektif dan efisien (Cordella dan Tempini, 2015: 2). Selain itu, terdapat beberapa aplikasi lain yang mendukung e-government, seperti Office Automation Software (OAS), Database Management Systems (DMS), Management Information Systems (MISS), Decision Support Systems (DSS), dan yang terbaru dengan sistem informasi yang terintegrasi melalui internet (Bashar dkk, 2011:496). Dengan menggabungkan sistem TIK dengan berbagai tingkatan proses birokrasi, diharapkan dapat membuat pelayanan menjadi lebih mudah. Hadirnya e-government dalam birokrasi berdampak pada mekanisme pemantauan dan pengendalian yang lebih efektif dan efisien karena proses pemerintahan lebih transparan and akuntabel. Dampak lain adanya e-government pada birokrasi adalah Street-level-bureaucrats yang awalnya memiliki wewenang yang cukup luas untuk mengelola pelayanan. menjadi berkurang wewenangnya seiring dengan diimplementasikannya e-govemtnent (Buffat, 2013:4). Oleh karena itu, diskresi Street-level- bureaucrats menurun seiring dengan meningkatnya peran teknologi, Seiring dengan intervensi manusia hanya terjadi sebagian. Contohnya pada urusan pembayaran pajak burni dan bangunan yang terjadi setiap tahun. Wajib pajak tidak perlu datang ke kantor pajak uncuk membayarkan pajak yang tertagih melalui fiskus, cukup melalui transfer di bank. Terbatasnya intervensi birokrat selain untuk meminimalisasi kecurangan, juga untuk mewujudkan pemerintah yang transparan. Pencatatan datajuga dilakukan secara sistemik, sehingga kesalahan data maupun peluang untuk memanipulasi data dapat diminimalisasi. pada literatür lain birokrasi dihubungkan dengan e-govcrnment dengan istilah e-bureaucracy. Cordella danTtmpini (2015), mendefinisikan e- bureaucracy sebagai sebuah sistem birokrasi yang memenuhİ segala prosedur yang ada. namun menggunakan teknologi untuk melaksanakan proscdur tersebut secara efisien (Cordella dan Tempini, 2015:1), Teknologi merupakan alat untuk memfasilitasi dan mendukung berfungsinya organisasi. Pada konsep e-bureaucracy juga dijelaskan bahwa teknologi digunakan sebagai alat kontrol dari birokrasi. Fungsi ini harus dilegalkan menjadi sebuah peracuran yang dijadikan standar pemberian layanan kepada masyarakat. Penggunaan teknologi dalam menjalankan birokrasi bukanlah şemata-mata membenarkan bahwa birokrasi merupakan sebuah hal yang buruk. Justru, penggunaan teknologi merupakan sebuah bentuk adaptasi pemerintah terhadap kemajuan zaman. Konsep birokrasi yang sudah baik memerlukan penyempurnaan agar pelayanan yang diberikan kepada masyarakat bisa berjalan şecara maksimal. Pengimplcmentasian teknologi digunakan untuk mendigitalisasi prosedur administratif pemerintah yang sudah ada dan bahkan dapat meningkatkan sistem administrasi menjadi lebih efektifdan efisien tanpa menghilangkan manfaat dasarnya dalam menyediakan pelayanan publik (Bashar dkk, 2011:496).