Anda di halaman 1dari 11

PERUBAHAN PARADIGMA DALAM PELAYANAN KEBIDANAN

“BABY FRIENDLY”

OLEH :
SRI RAHAYU RISTANTI
P102212014

PASCASARJANA PROGRAM STUDI MAGISTER ILMU KEBIDANAN


UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2021/2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Maha Esa Karena atas berkat dan
rahmatnyalah sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik, dengan judul
perubahan paradigma dalam pelayanan kebidanan “BABY FRIENDLY”. Sebagai makhluk
ciptaan Tuhan, saya menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini. Oleh
karena itu, Penyusun sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun agar
dalam Penyusunan makalah berikutnya akan lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi semua Pembaca pada umumnya dan bagi mahasiswa khususnya.

Makassar, Februari 2022


Penulis

Sri Rahayu Ristanti


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR…………………………………..………….……….1

DAFTAR ISI……………………………..…………………………………2

BAB. I. PENDAHULUAN…………………………………………………3

A. Latar Belakang…………………………..………………………………3

B. Manfaat …………………………………...……………………………..3

C. Tujuan…………………………………………………………………….3

BAB. II. PEMBAHASAN…………………………………………………...4

A. Baby Friendly…….………………………………………...…….....…....4

B. Program Baby friendly …….…………………………………………….5

BAB. III. PENUTUP………………………………………………….…… .7

A. Kesimpulan……………………………………………………….………7

B. Saran…………………………………………………………….………...7

DAFTAR PUSTAKA……;;;;……………………………………………….8
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Banyak hal yang dapat mempengaruhi kelangsungan menyusui, termasuk
keputusan menyusui, pelayanan kesehatan tempat bersalin dan perbedaan praktik terkait
asi eksklusif yang di terapkan di setiap tingkat pelayanan kesehatan (Patterson, Keuler, &
Olson, 2018).
Berdasarkan asuhan persalinan normal adalah asuhan bersih dan aman selama
persalinan dan setelah bayi baru lahir, serta upaya pencegahan komplikasi terutama
perdarahan pasca persalinan, hipotermia dan asfiksia bayi baru lahir. Sementara focus
utamanya adalah mencegas terjadinya komplikasi. Hal ini merupakan suatu pergeseran
paradigma dari sikap menunggu dan menangani komplikasi menjadi mencegah
komplikasi yang mungkin terjadi (Prawirohardjo Sarwono, 2009).
Evidence based medicine (EBM), suatu istilah yang digunakan untuk merujuk
pada paradigma baru untuk mengambil keputusan medis. Asuhan bayi baru lahir dan
balita berdasarkan Evidence Based merupakan suatu kegiatan asuhan yang dilakukan
pada bayi baru lahir dan balita berdasarkan pengambilan keputusan klinik yang telah
ditetapkan oleh medis untuk menyelesaikan masalah dan menentukan asuhan yang
diperlukan oleh pasien. Keputusan itu harus akurat, komprehensif dan aman, baik bagi
pasien dan keluarganya maupun petugas yang memberikan pertolongan.
Membuat keputusan klinik adalah proses pemecahan masalah yang akan
digunakan untuk merencanakan asuhan bagi ibu dan bayi baru lahir. Keputusan klinik
tersebut dihasilkan melalui serangkaian proses dan metode yang sistematik menggunakan
informasi dan hasil dari olah kognitig dan intuitif serta dipadukan dengan kajian teoritis
dan intervensi berdasarkan bukti (evidence-based), keterampilan dan pengalaman yang
dikembangkan melalui berbagai tahapan yang logis dan diperlukan dalam upaya untuk
menyelesaikan masalah dan terfokus pada pasien (Prawirohardjo Sarwono, 2009).
WHO telah meluncurkan program untuk menanggulangi permasalahan kesakitan
dan kematian dengan penguatan menyusui. Pada tahun 1991, Baby-Friendly Hospital
Initiative (BFHI) di prakarsai WHO dan UNICEF untuk memastikan setiap ibu yang
melahirakan di fasilitas kesehatan khususnya rumah sakit mendapat dukungan penuh
untuk dapat menyusui di jam-jam pertama setelah melahirkan (UNICEF & WHO, 2019).
Dalam melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir yang berdasarkan Evidence
Based kita dapat melakukan tindakan yang diterapkan dengan mengikuti perkembangan
dalam bidang Kesehatan yang diantaranya meliputi : Pemberian ASI sejak dini dan
eksklusif, stimulasi pertumbuhan dan perkembangan bayi dan balita, pemotongan tali
pusat, perawatan tali pusat serta rawat gabung.

B. Manfaat
1. Memberikan pengetahuan tentang asuhan kebidanan baby friendly menurut
paradigma baru
2. Memberikan pengetahuan tentang sepuluh Langkah menuju baby friendly

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui tentang asuhan kebidanan baby friendly menurut paradigma baru
2. Untuk mengetahui tentang sepuluh Langkah menuju baby friendly
BAB.II
PEMBAHASAN

A. Baby Friendly
Baby friendly atau dikenal dengan Baby Friendly Initiative (inisiasi sayang bayi)
adalah suatu prakarsa internasional yang didirikan oleh WHO/ UNICEF pada tahun 1991
untuk mempromosikan, melindungi dan mendukung inisiasi dan kelanjutan menyusui.
Program ini mendorong rumah sakit dan fasilitas bersalin yang menawarkan tingkat
optimal perawatan untuk ibu dan bayi. Sebuah fasilitas Baby Friendly Hospital/
Maternity berfokus pada kebutuhan bayi dan memberdayakan ibu untuk memberikan
bayi mereka awal kehidupan yang baik. Dalam istilah praktis, rumah sakit sayang bayi
mendorong dan membantu wanita untuk sukses memulai dan terus menyusui bayi mereka
dan akan menerima penghargaan khusus karena telah melakukannya. Sejak awal
program, lebih dari 18.000 rumah sakit di seluruh dunia telah menerapkan program baby
friendly. Negara-negara industri seperti Australia, Austria, Denmark, Finlandia, Jerman,
Jepang, Belanda, Norwegia, Spanyol, Swiss, Swedia, Inggris, dan Amerika Serikat telah
resmi di tetapka sebagai rumah sakit sayang bayi.
Beberapa rekomendasi WHO yang wajib dilaksanakan pada program BFHI antara
lain adalah:
1. memfasilitasi kontak kulit segera setelah melahirkan,
2. anjuran kepada ibu agar tidak member makanan selain ASI kecuali ada indikasi
medis,
3. fasilitas rawat gabung segera setelah persalinan,
4. dan pemberian informasi mengenai risiko penggunaan botol pada bayi (Bass, Gartley,
& Kleinman, 2018).
Rekomendasi tersebut merupakan esensi yang ada dalam konsep BFHI yang
wajib dilakukan. Di banyak penelitian, pemberian ASI sangat memberikan manfaat. ASI
merupakan pilihan makanan terbaik bagi bayi (Lubbe & Hambaloyi, 2017), karena dapat
meningkatkan neurokognitif dan perkembangan otak yang optimal dan membantu
meningkatkan sistem kekebalan tubuh dan memungkinkan ibu untuk menyesuaikan ASI
dengan kebutuhan bayi (Froh, Deatrick, Curley, & Spatz, 2015).
Konsep program ini pada dasarnya adalah kebijakan perawatan kesehatan dengan
mempromosikan menyusui, memberi kesan awal yang baik antara hubungan ibu dan
bayi, meningkatkan kemungkinan bayi disusukan pada 6 bulan pertama kehidupannya.
Para ibu di dorong untuk mau menyusui bayi nya dan menerima dukungan penuh dari
tenaga kesehatan untuk memutuskan memberikan asi saja selama enam bulan (Lubbe &
Ham-baloyi, 2017). Konsep ini akan memungkinkan ibu dan bayi akan mendapatkan
pelayanan kesehatan atau asuhan persalinan di fasilitas kesehatan yang memungkinkan
keberlangsungan menyusui (Nickel et al., 2013) serta menciptakan hubungan
komprehensif di setiap tingkatan masyarakat dengan pembentukan kelompok ibu untuk
mendukung keberlangsungan menyusui (Kavle et al., 2019).

B. Program Baby Friendly


Praktik BFHI yang di implementasikan di setiap tempat secara keseluruhan
dikendalikan oleh otoritas kebijakan nasional dengan kriteria global dari panduan yang
sudah ditetapkan UNICEF dan WHO (UNICEF & WHO, 2019).
Dari rekomendasi yang telah ditetapkan, beberapa kegiatan Kegiatan dari program
Baby Friendly yang kemudian di kembangkan di pelayanan kesehatan baik RS atau pada
setting komunitas antara lain (Maingi, Kimiywe, & Iron-segev, 2018) :
1. Mempromosikan dan mendukung nutrisi ibu yang optimal di kalangan wanita dan
keluarganya.
2. Mendidik semua wanita hamil dan wanita menyusui dan keluarga tentang manfaat
menyusui bagi semua pihak dan risiko terkait dengan pemberian makanan buatan.
3. Membantu ibu-ibu untuk mulai meyusui anak-anak mereka dalam 1 jam setelah
kelahiran dan mendukung untuk mempertahankan selama 6 bulan
4. Mendorong ibu untuk terus menyusui anak-anak mereka hingga 2 tahun dalam
memberikan perawatan holistic.
5. Kegiatan seperti pembentukan dukungan ibu ke ibu

Di Indonesia istilah BFHI dikenal dengan Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi
(RSSIB) yang programnya telah dilaksanakan sejak tahun 2001 dan diperbaharui di tahun
2008 melalui Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.
603/Menkes/SK/VII/2008 tentang Pemberlakuan Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan
Bayi.

Keputusan tersebut antara lain adalah bahwa rumah sakit diharuskan


melaksanakan 10 langkah perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna dalam
rangka menurunkan AKI dan AKB serta harus dilaksanakan secara konsisten dan
kontinyu. Hal ini kemudian dirinci dengan diterbitkannya Buku Pedoman Pelaksanaan
Program Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi, pedoman ini kemudian menjadi panduan
seluruh rumah sakit diIndonesia untuk menjalankan progam tersebut (Wahyuni, 2017).

10 langkah menuju perlindungan ibu dan bayi secara terpadu dan paripurna tersebut
meliputi:

1) Terdapat kebijaksanaan tertulis tentang menyusui manajemen yang mendukung


pelayanan kesehatan ibu dan bayi termasuk pemberian ASI ekslusif dan perawatan
metode kangguru (PMK) untuk bayi Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR).
2) Menyelenggarakan pelayanan antenatal termasuk konseling kesehatan maternal dan
neonatal.
3) Menyelenggarakan persalinan bersih dan aman serta penanganan pada bayi baru lahir
dengan inisiasi menyusu dini dan kontak kulit ibu bayi.
4) Menyelenggarakan pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi komprehensif
(PONEK).
5) Menyelenggarakan pelayanan adekuat untuk nifas, rawat gabung termasuk membantu
ibu menyusui yang benar, dan pelayanan neonatus sakit.
6) Menyelenggarakan pelayanan rujukan dua arah dan membina jejaring rujukan
pelayanan ibu dan bayi dengan sarana kesehatan lain.
7) Menyelenggarakan pelayanan imunisasi bayi dan tumbuh kembang.
8) Menyelenggarakan pelayanan keluarga berencana termasuk pencegahan dan
penanganan kehamilan yang tidak diinginkan serta kesehatan reproduksi lainnya.
9) Menyelenggarakan audit maternal dan perinatal rumah sakit secara periodik dan
tindak lanjut.
10) Pemberdayaan kelompok pendukung ASI dalam menindaklanjuti pemberian ekslusif
dan PMK

BAB.III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Keberhasilan menyusui ditentukan pada awal setelah persalinan dan sangat
didukung oleh dukungan menyusui dari tenaga kesehatan dan pelayanan kesehatan
dengan implementasi BFHI. Pemberian ASI secara eksklusif sangat di rekomendasikan
untuk bayi baik yang cukup bulan maupun yang premature sebagai nutrisi terbaik dan
perlindungan optimal dari berbagai penyakit. Informasi yang tepat, dukungan atau
support system baik dari keluarga, masyarakat dan tenaga kesehatan pada praktik asuhan
persalinan yang diterapkan merupakan konsep dari baby friendly yang akan
berdampaknya pada durasi menyusui, keberlangsungan menyusui.

B. Saran
Diharapkan konsep atau penerapan BFHI dengan dukungan menyusui di awal
setelah persalinan akan secara merata dapat diimplementasikan sehingga akan dapat
meningkatkan durasi dan keberlangsungan menyusui.
DAFTAR PUSTAKA
Davies, Lorna dan Julie Richard. 2011. “Masa Peralihan Ibu dan Bayi Baru
Lahir :Adaptasi dengan Kehidupan Ekstrauteri”dalam Lorna Davies & Sharon
McDonald (ed.), Pemeriksaan Kesehatan Bayi Pendekatan Multidimensi (Cet. I).
Jakarta : EGC.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2008. Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan
Normal (Cet. I). Jakarta: Dinkes RI.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. 2013. Profil Kesehatan Provinsi Jawa Tengah
tahun 2012. Semarang: Dinkes.
Handayani, Sri dan Setyo Retno Wulandari. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Masa Nifas
(Cet. I). Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Hawkins, S. S., Stern, A. D., Baum, C. F., & Gillman, M. W. (2014). Compliance with
the Baby-Friendly Hospital Initiative and impact on breastfeeding rates.
https://doi.org/10.1136/archdischild-2013- 304842 9.
Horta, B. L., & Victora, C. G. (2013). Short-term effects of breastfeeding: A Systematic
Review On The Benefits Of Breastfeeding On Diarrhoea And Pneumonia Mortality.
World Health Organization.
Kavle, J. A., Straubinger, S., Ahoya, B., Kiige, L., Gathi, C. M., & Olwenyi, F. (2019).
Baby ‐ Friendly Community Initiative — From national guidelines to implementation : A
multisectoral platform for improving infant and young child feeding practices and
integrated health services, 15(September 2018), 1–19. https://doi.org/10.1111/mcn.12747
Lubbe, W., & Ham-baloyi, W. (2017). When is the use of pacifiers justifiable in the
baby-friendly hospital initiative context ? A clinician ’ s guide, 1–10.
https://doi.org/10.1186/s12884-017-1306-8
Maingi, M., Kimiywe, J., & Iron-segev, S. (2018). Effectiveness of Baby Friendly
Community Initiative ( BFCI ) on complementary feeding in Koibatek , Kenya : a
randomized control study, 1–11.
Ningrum, Ema Wahyu dan Johariyah. 2012. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan &
Bayi Baru Lahir (Cet. I). Jakarta: Trans Info Media.
Prasetyono, Dwi Sunar. 2012. Buku Pintar ASI Eksklusif Pengenalan, Praktik, dan
Kemanfaatan-Kemanfaatannya (Cet. II). Yogyakarta: DIVA Press.
Saifuddin, Abdul Bari. 2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan
Neonatal (Cet. IV). Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo. S
udarti dan Afroh Fauziah. 2012. Asuhan Kebidanan Neonatus Risiko Tinggi dan
Kegawatan (Cet. I). Yogyakarta: Nuha Medika.
Sudarti dan Endang Khoirunnisa. 2010. Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi dan Anak
Balita (Cet. I). Yogyakarta: Nuha Medika.
Yanti. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan (Cet. I). Yogyakarta: Pustaka
Rihama.
Wahyuni, T. (2017). Rumah Sakit Sayang Ibu dan Bayi (RSSIB). Retrieved from
https://kanalpengetahuan.fk.ugm.ac.id/ruma h-sakit-sayang-ibu-bayi/

Anda mungkin juga menyukai