Anda di halaman 1dari 41

1

A. Latar Belakang

PT Unilever Indonesia Tbk (Perseroan) adalah salah satu perusahaan

yang bergerak dibidang produksi, pemasaran dan distribusi barang-barang

konsumsi yang meliputi sabun, deterjen, margarin, makanan berinti susu, es

krim, produk-produk kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh dan

minuman sari buah. Dalam kegiatan operasinya, PT Unilever Indonesia Tbk

memiliki tujuan yang utama yaitu untuk memperoleh laba guna

mempertahankan kelangsungan kegiatan perusahaan.

Sebagai perusahaan yang berbentuk perseroan terbatas laba PT Unilever

Indonesia Tbk dibagikan kepada para pemegang saham dalam bentuk dividen.

Rudianto (2012:290) menyatakan bahwa : “Dividen adalah bagian laba usaha

yang diperoleh perusahaan dan diberikan oleh perusahaan kepada pemegang

sahamnya sebagai imbalan atas kesediaan mereka menanamkan hartanya dalam

perusahaan”.

Dari sudut pandang investor atau pemegang saham, deviden adalah

sumber pendapatan mereka. Umumnya, setiap investor yang menanamkan

modalnya pada perusahaan akan mengaharapkan pembagian dividen yang

tinggi. Sementara perusahaan akan menentukan bagaimana pembagian dividen

yang ideal. Besar kecilnya dividen payout ratio akan mempengaruhi keputusan

investasi para pemegang saham dan di sisi lain berpengaruh pada kondisi

keuangan perusahaan. Besarnya dividen yang dibayarkan oleh perusahaan

kepada pemodal sangat bergantung pada kebijakan perusahaan.

Manajemen ditunjuk para pemegang saham untuk mengendalikan

kebijakan dividen, kebijakan ini merupakan penentu keputusan apakan


2

keuntungan yang diperoleh akan dibagikan kepada para pemegang saham

sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba ditahan guna membiayai

investasi di masa yang akan datang. Oleh karenanya kebijakan dividen penting

artinya bagi manajer keuangan perusahaan guna memperhatikan berbagai

kepentingan seperti kepentingan perusahaan, pemegang saham, masyarakat dan

pemerintah. Menurut Sudana (2015:192) menyatakan bahwa “kebijakan

dividen berhubungan dengan penentuan besarnya dividend payout ratio, yaitu

besarnya persentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai dividen

kepada pemegang saham”.

Hasil observasi awal menunjukan bahwa kebijakan dividen yang

diterapkan di PT Unilever Indonesia Tbk adalah sebagai berikut:

Table 1
Dividen, Laba dan DPR PT Unilever Indonesia Tbk (Perseroan)
(dinyatakan dalam jutaan rupiah kecuali dinyatakan lain)

Keterangan
Dividen Earnings
Jumlah
Tahun Dividen Laba Per Share Per Share DPR
saham
(Rp) (Rp) (dinyataka (dinyataka %
beredar
n lain) n lain)
2014 5,394,411 5,738,523 7,630 707 752 94.02
2015 5,783,540 5,851,805 7,630 758 766 98.96
2016 6,096,370 6,390,672 7,630 799 838 95.34
2017 6,638,100 7,004,562 7,630 870 918 94.77
2018 6,981,450 9,109,445 7,630 915 1,194 76.63
Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas Galuh Ciamis
(diolah,2020).

Berdasarkan tabel 1 di atas dapat diketahui bahwa perkembangan

Dividend Payout Ratio (DPR) di PT Unilever Indonesia Tbk. periode 2014-


3

2018 mengalami fluktuasi. Pada periode 2014 DPR di PT Unilever Tbk yaitu

sebesar 94.02% dan pada tahun 2015 mengalami kenaikan menjadi 98.96%.

Akan tetapi pada tahun berikutnya yaitu tahun 2016 mengalami penurunan

menjadi 95.34%, begitupun pada tahun-tahun berikutnya cenderung mengalami

penurunan. Bahkan di akhir periode 2018 mengalami penurunan drastis

menjadi 76.63%. Ini menunjukan bahwa rasio Dividend Payout Ratio tidak

stabil. Disisi lain para investor lebih tertarik jika Dividend Payout Ratio pada

perusahaan stabil. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Sartono

(2001:281) bahwa: ”Bagi investor pembayaran dividen yang stabil merupakan

indikator prospek perusahaan yang stabil pula, dengan demikian resiko

perusahaan juga relatif lebih rendah dibandingkan dengan perusahaan dengan

yang membayar dividen dengan stabil”.

Berfluktuasinya dividen dalam bentuk DPR dipengaruhi oleh berbagi

macam faktor. Salah satu faktor yang diduga berpengaruh terhadap kebijakan

dividen adalah laba. Karena besar kecilnya dividen diduga dipengaruhi besar

kecilnya perolehan laba. Menurut M. Nafarin (2007: 788) "Laba (income)

adalah perbedaan antara pendapatan dengan keseimbangan biaya-biaya dan

pengeluaran untuk periode tertentu".

Berdasarkan fenomena dan teori yang telah dikemukakan di atas, maka

penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul : “Pengaruh Laba

Bersih Terhadap Kebijakan Deviden (Survey Pada PT Unilever Indonesia

Tbk)”.
4

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka

indentifikasi maslah pada penelitian ini yaitu:

1. Pembagian dividen di PT Unilever Indonesia Tbk (Perseroan) dari tahun

2014 sampai dengan 2018 yang berfluktuasi.

2. Adanya kesulitan dari perusahaan dalam menentukan pembagian dividen

kepada pemegang saham perusahaan.

3. Investor selalu mengharapkan dividen dengan jumlah yang besar.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang penelitian dan identifikasi masalah di

atas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana tingkat laba bersih pada PT Unilever Indonesia Tbk Tahun

2014-2018?

2. Bagaimana kebijakan dividen pada PT Unilever Indonesia Tbk Tahun

2014-2018?

3. Apakah terdapat pengaruh laba bersih terhadap kebijakan dividen pada PT

Unilever Indonesia Tbk Tahun 2014-2018?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

untuk mengetahui :

1. Tingkat laba bersih pada PT Unilever Indonesia Tbk Tahun 2014-2018.

2. Kebijakan dividen pada PT Unilever Indonesia Tbk Tahun 2014-2018.


5

3. Pengaruh laba bersih terhadap kebijakan dividen pada PT Unilever

Indonesia Tbk Tahun 2014-2018.

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

a) Dapat dijadikan sebagai tambahan ilmu pengetahuan dan sebagai bahan

acuan yang dapat dipergunakan untuk mengembangkan ilmu manajemen

keuangan.

b) Sebagai bahan referensi yang dapat digunakan untuk memperoleh

gambaran mengenai pengaruh laba bersih terhadap kebijakan deviden di PT

Unilever Indonesia tbk sehingga dapat dijadikan salah satu bahan

pertimbangan dalam mengambil keputusan.

2. Kegunaan Praktis

a) Untuk PT Unilever Indonesia Tbk

(1) Dapat menjadi suatu informasi bagi manajer dalam pengambilan

keputusan mengenai kebijakan dividen yang akan dibagikan kepada

pemegang saham.

(2) Dapat menjadi sebagian bahan masukan informasi untuk pertimbangan

dan mengevaluasi kinerja perusahaan bagi investor.

b) Untuk Penulis

(1) Sebagai salah satu sarana untuk mengaplikasikan serta menerapkan

ilmu yang diperoleh selama masa perkuliahan.


6

(2) Dapat menambah pengetahuan tentang hal-hal yang mempengaruhi

tentang dividen sehingga dapat membandingkan antara kenyataan

dalam praktik dengan toeri-teori yang selama ini dipelajari.

(3) Serta memberikan gambaran tentang bagaimana bagaimana pengaruh

laba bersih terhadap kebijakan deviden di PT Unilever Indonesia Tbk

c) Untuk Para Peneliti Selanjutnya

(1) Dapat dijadikan sebagai sumber informasi dalam menunjang

perkuliahan.

(2) Serta diharapkan dapat menambah perbendaharaan perpustakaan dan

sebagai bahan pertimbangan bagi rekan-rekan mahasiswa yang

mengadakan penelitian terhadap permasalahan yang serupa.

F. Kajian Pustaka/Teori

1. Dividen

1) Pengertian Dividen

Dividen adalah pembagian keuntungan kepada pemegang saham

perusahaan yang sebanding dengan jumlah lembar yang dimiliki. Biasanya

dividen dibagikan dengan interval waktu yang tetap, tetapi kadang-kadang

diadakan pembagian dividen tambahan pada waktu yang bukan biasanya.

Hafsah dkk (2016: 80) menyatakan bahwa:“ dividen adalah bagian laba

Perseroan yang dibagikan kepada pemegang saham. Apabila rekening saldo

laba menunjukkan saldo debit maka disebut defisit (kekurangan kas)”.

Menurut Samryn (2015: 460) menyatakan : “Sebagai imbalan atas

penggunaan dana dari pemegang saham, perusahaan dapat membagikan

sebagian labanya secara merata dan proposional kepada pemegang sahamnya.


7

Pembagian keuntungan dengan cara ini disebut dividen”. Menurut Scott Besley

dan Eugene F. Brigham (2005: 300), “pengertian dividen adalah pembagian

uang tunai yang dilakukan oleh para pemegang saham atas keuntungan

perusahaan, baik itu laba yang didapatkan dari periode yang sedang berjalan

ataupun laba dari periode sebelumnya”. Menurut Rini Andari (2008:78)

menyatakan bahwa “Dividen adalah salah satu keputusan penting untuk

memaksimumkan nilai perusahaan disamping keputusan investasi dan struktur

modal (keputusan permenuhan dana).”

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa dividen adalah

pembayaran sejumlah uang kas (tunai) yang dilakukan perusahaan kepada para

pemegang sahamnya sebanding dengan jumlah saham biasa yang dinyatakan

dalam satuan rupiah. Dividen juga bisa dikatakan imbalan atas penggunaan

dana.

2) Jenis-Jenis Dividen

Bagian dari laba usaha perusahaan yang dibagikan kepada pemegang

saham dapat diwujudkan dalam berbagai bentuknya, tergantung pada keadaan

perusahaan ketika pembagian dividen tersebut. Menurut Hafsah dkk (2016: 81)

jenis dividen yang dapat dibagikan oleh perusahaan kepada pemegang

sahamnya sebagai berikut:

1. Deviden Tunai (Cash Dividends), yaitu bagian laba usaha yang dibagikan
kepada pemegang saham dalam bentuk uang tunai. Yang perlu
diperhatikan oleh pimpinan perusahaan sebelum membuat pengumuman
adanya dividen kas ialah apakah jumlah uang yang ada mencukupi untuk
pembagian dividen tersebut.
2. Dividen Harta (Property Dividends), yaitu bagian dari laba usaha
perusahaan yang dibagikan dalam bentuk harta selain kas. Aktiva yang
dibagikan bisa berbentuk surat-surat berharga perusahaan lain yang
dimiliki oleh perseroan, barang dagangan atau aktiva-aktiva lain.
8

pemegang saham akan mencatat dividen yang diterimanya ini sebesar


harga pasar aktiva tersebut.
3. Dividen utang (Scrip Dividends), timbul apabila laba ditahan itu saldonya
mencukupi untuk pembagian dividen, tetapi saldo kas yang ada tidak
cukup. Sehingga pimpinan akan mengeluarkan skrip dividen yaitu janji
tertulis untuk membayar jumlah tertentu di waktu yang akan datang.
4. Dividen Saham, yaitu pembagian tambahan saham, tanpa dipungut
pembayaran kepada pemegang saham, sebanding dengan saham-saham
yang dimilikinya.
5. Dividen Likuidasi, yaitu dividen yang sebagian merupakan pembagian
modal. Apabila perusahaan membagi dividen likuidasi, maka para
pemegang saham harus diberitahu mengenai berapa jumlah pembagian
laba dan berapa yang merupakan pengembalian modal, sehingga para
pemegang saham bisa mengurangi rekening investasinya.

Menurut Brigham dan Houtston (2004:95), terdapat 5 jenis deviden yaitu:

1. Cash Dividend (Deviden kas) adalah deviden yang dibayarkan dalam


bentuk uang tunai. Pada umumnya cash dividend lebih disukai oleh para
pemegang saham dan lebih sering dipakai perseroan jika dibandingkan
dengan jenis dividen yang lain.
2. Stock Dividend (dividen saham) adalah dividen yang dibayarkan dalam
bentuk saham, bukan dalam bentuk uang tunai. Pembayaran stock
dividend juga harus disarankan adanya laba atau surplus yang tersedia,
dengan adanya pembayaran dividen saham ini maka jumlah saham yang
beredar meningkat, namun pembayaran dividen saham ini tidak akan
merubah posisi likuiditas perusahaan karena yang dibayarkan oleh
perusahaan bukan merupakan bagian dari arus kas perusahaan.
3. Property Dividend (dividen barang) adalah dividen yang dibayarkan
dalam bentuk barang (aktiva selain kas). Property dividend yang
dibagikan haruslah berupa barang yang dapat dibagi-bagi atau bagian-
bagian yang homogeny serta penyerahannya kepada pemegang saham
tidak akan mengganggu kontinuitas perusahaan.
4. Scrip Dividend (Dividen Hutang) adalah dividen yang dibayarkan dalam
bentuk surat (scrip) janji hutang. Perseroan akan membayar sejumlah
tertentu dan pada waku tertentu, sesuai dengan yang tercantum dalam
scrip tersebut. Pembayaran dalam bentuk ini akan menyebabkan
perseroan memiliki hutang jangka pendek pada pemegang scrip.
5. Liquidating Dividend (Dividen likuidasi) adalah dividen yang dibagikan
berdasarkan pengurangan modal perusahaan, bukan berdasarkan
keuntungan yang didapatkan perusahaan.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa dividen yang

dibagikan kepada pemegang saham tidak hanya dalam bentuk uang tunai.

Dividen yang dibagikan bisa saja dalam bentuk saham, barang dan surat
9

hutang. Dividen yang dibagikan dalam bentuk bukan uang tunai dipengaruhi

oleh beberapa faktor, diantaranya karena saldo kas yang ada tidak cukup.

2. Kebijakan Dividen

1) Pengertian Kebijakan Dividen

Keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan akan dibagikan

kepada pemegang saham sebagai dividen adalah kebijakan sebuah perusahaan.

Menurut Agus Harjito dan Martono (2014:270), bahwa: "Kebijakan dividen

merupakan keputusan apakah laba yang diperoleh perusahaan pada akhir tahun

akan dibagai kepada pemegang saham dalam bentuk dividen atau akan ditahan

untuk menambah modal guna pembiayaan dalam investasi dimasa yang akan

datang".

Menurut Ambarwati (2010:64) pengertian kebijakan dividen adalah:

Kebijakan yang diambil dalam manajemen perusahaan untuk memutuskan


membayarkan sebagian keuntungan perusahaan kepada pemegang saham
dari pada menahannya sebagai laba ditahan untuk diinvestasikan kepada
pemegang saham dari pada menahannya sebagai laba ditahan untuk
diinvestasikan kembali agar mendapat capital gain.

Menurut Sartono (2010:282) “Kebijakan dividen adalah kesempatan

investasi yang tersedia, ketersediaan dan biaya modal alternatif, dan preferensi

pemegang saham untuk menerima pendapatan saat ini atau menerimanya di

masa yang akan datang”. Menurut Dewi Utari, dkk (2014:249) “Kebijakan

dividen menentukan seberapa banyak keuntungan yang dibagikan kepada

pemegang saham dan menentukan seberapa banyak keuntungan yang ditahan

untuk perusahaan”.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa kebijakan dividen

merupakan suatau kebijakan yang dilakukan pihak manajemen untuk


10

memutuskan apakah laba yang diperoleh suatu perusahaan akan dibagikan

kepada pemegang saham sebagai dividen atau akan ditahan dalam bentuk laba

ditahan guna pembiayaan investasi dimasa yang akan datang. Pada dasarnya

pihak manajemen tidak hanya mementingkan pembagian dividen kepada para

pemegang saham, akan tetapi harus mementingkan pembiayaan kegiatan dan

pengembangan perusahaan.

2) Faktor-faktor dalam Kebijakan Dividen

Ada sejumlah faktor yang mempengaruhi kebijakan terhadap dividen.

Faktor-faktor yang perlu dipertimbangkan dalam penentuan kebijakan dividen.

Menurut Hanafi (2013:375) sebagai berikut:

1. Kesempatan investasi
Semakin besar kesempatan investasi maka dividen yang bisa dibagikan
akan semakin sedikit. Akan lebih baik jika dana ditanamkan pada
investasi yang menghasilkan NPV yang positif.
2. Profitabilitas dan Likuiditas
Perusahaan yang mempunyai aliran kas atau profitabilitas yang baik
bisa membayar dividen atau meningkatkan dividen. Hal yang
sebaliknya akan terjadi jika aliran kas tidak baik. Alasan lain
pembayaran dividen adalah untuk menghindari akuisisi oleh perusahaan
lain. Perusahaan yang mempunyai kas yang berlebihan seringkali
menjadi target dalam akuisisi. Untuk menghindari akuisisi , perusahaan
tersebut bisa membayar dividen dan sekaligus juga membuat senang
pemegang saham.
3. Akses ke Pasar Keuangan
Jika perusahaan mempunyai akses kepasar keuangan yang baik,
perusahaan bisa membayar dividen lebih tinggi. Akses yang baik bisa
membantu perusahaan memenuhi kebutuhan likuiditasnya.
4. Stabilitas Pendapatan
Jika pendapatan perusahaan relative stabil, aliran kas dimasa mendatang
dapat diperkirakan dengan lebih akurat. Perusahaan semacam itu bisa
membayar dividen lebih tinggi. Hal yang sebaliknya terjadi untuk
perusahan yang mempunyai pendapatan yang tidak stabil, maka
ketidakstabilan kas dimasa yang akan datang membatasi kemampuan
perusahaan memenuhi kemampuan perusahaan membayar dividen yang
tinggi.
11

Menurut Riyanto (2010:267), faktor-faktor yang mempengaruhi

kebijakan dividen suatu perusahaan adalah sebagai berikut :

1. Posisi Likuiditas Perusahaan


Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor yang
penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan
untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para
pemegang saham.
2. Kebutuhan Dana Untuk Membayar Hutang
Apabila perusahaan menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan
diambilkan dari laba ditahan, berarti perusahaan harus menahan
sebagian besar dari pendapatannya untuk keperluan tersebut, yang ini
berarti bahwa hanya sebagian kecil saja dari pendapatan atau earning
yang dapat dibayarkan sebagai dividen.
3. Tingkat Pertumbuhan Perusahaan
Makin cepat tingkat pertumbuhan suatu perusahaan, makin besar
kebutuhan akan dana untuk membiayai pertumbuhan perusahaan
tersebut.
4. Pengawasan Terhadap Perusahaan
Pada pembelanjaan intern dalam rangka usaha mempertahankan
“control” terhadap perusahaan, berarti mengurangi “dividen payout
ratio”nya.

Menurut Lukas Setia Atmaja (2008:291) menyatakan faktor-faktor yang

mempengaruhi manajemen dalam menentukan kebijakan dividen adalah:

1. Perjanjian Utang, pada umumnya perjanjian utang antara perusahaan


dengan kreditor membatasi pembayaran dividen. Misalnya, dividen
hanya dapat diberikan jika kewajiban hutang telah dipenuhi perusahaan
dan rasio-rasio keuangan menunjukkan dalam kondisi sehat.
2. Pembatasan dari Saham Preferen, tidak ada pembayaran dividen untuk
saham biasa jika dividen saham preferen belum dibayar.
3. Tersedianya Kas, dividen berupa uang tunai (cash dividen) hanya dapat
dibayar jika tersedia uang tunai yang cukup. Jika likuiditas baik,
perusahaan dapat membayar dividen.
4. Pengendalian, jika manajemen ingin mempertahankan kontrol terhadap
perusahaan, ia cenderung segan untuk menjual saham baru sehingga
lebih suka menahan laba guna memenuhi kebutuhan dana baru.
Akibatnya dividen yang dibayar menjadi kecil. Faktor ini menjadi
penting pada perusahaan yang relatif kecil.
5. Kebutuhan Dana untuk Investasi, Perusahaan yang berkembang selalu
membutuhkan dana baru untuk di investasikan pada proyek-proyek
yang menguntungkan. Sumber dana baru yang merupakan modal
sendiri (equity) dapat berupa penjualan saham baru dan laba ditahan.
Manajemen cenderung memanfaatkan laba ditahan karena penjualan
saham baru menimbulkan biaya peluncuran saham (floation cost). Oleh
12

karena itu, semakin besar kebutuhan dana investasi, semakin kecil


dividen payout ratio.
6. Fluktuasi Laba, jika laba perusahaan cenderung stabil, perusahaan dapat
memberikan dividen yang relatif besar tanpa takut harus menurunkan
dividen jika laba tiba-tiba merosot. Sebaliknya jika laba perusahaan
berfluktuasi, dividen sebaiknya kecil agar kestabilan terjaga. Selain itu
perusahaan dengan laba yang berfluktuasi sebaiknya tidak banyak
menggunakan utang guna mengurangi resiko kebangkrutan.
Konsekuensinya: laba ditahan menjadi besar dan dividen mengecil.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa faktor – faktor

yang mempengaruhi kebijakan dividen sangatlah banyak, dan faktor – faktor

tersebut mempengaruhi sikap manajemen perusahaan dalam pembagian

dividen kepada para pemegang saham. Dari berbagai faktor yang

mempengaruhi kebijakan dividen tidak hanya dari faktor internal perusahaan

saja, akan tetapi faktor eksternal juga dapat mempengaruhi dividen diantara

nya adalah peraturan atau perundang – undangan dan tingkat inflasi.

3) Bentuk – bentuk kebijakan dividen.

Kebijakan dividen terdiri dari beberapa bentuk. Menurut Awat dalam

Wicaksana (2012: 14) terdapat empat macam bentuk-bentuk kebijakan dividen,

yaitu:

a) Kebijakan dividen yang stabil (stable dividend-per-share policy), yakni


jumlah pembayaran dividen itu sama besarnya dari tahun ke tahun.
Salah satu alasan mengapa suatu perusahaan itu menjalankan kebijakan
dividen yang stabil adalah untuk memelihara kesan para investor
terhadap perusahaan tersebut, sebab apabila suatu perusahaan
menerapkan kebijakan dividen yang stabil berarti perusahaan tersebut
yakin bahwa pendapatan bersihnya juga stabil dari tahun ke tahun.
Meskipun perusahaan mengalami kerugian, jumlah dividen yang
dibayar misalnya Rp. 1.500 per saham, maka jumlah ini tetap dibayar
kepada pemegang saham. Investor akan aman dengan jumlah yang tetap
diterimanya sesuai dengan motivasi mereka.
b) Kebijakan dividend payout ratio yang tetap (constant dividend payout
ratio policy). Dalam hal ini, jumlah dividen akan berubah-ubah sesuai
dengan jumlah laba bersih, tetapi rasio antara dividen dan laba ditahan
13

adalah tetap. Deviden yang dibayar berfluktuasi tergantung besarnya


keuntungan bagi pemegang saham.
c) Kebijakan kompromi (compromise policy), yakni suatu kebijakan
dividen yang terletak antara kebijakan per saham yang stabil dan
kebijakan dividend payout ratio yang konstan ditambah dengan
persentasi tertentu pada tahun-tahun yang mampu menghasilkan laba
bersiih yang tinggi.
d) Kebijakan dividen residual (residual-dividend policy). Apabila suatu
perusahaan menghadapi suatu kesempatan investasi yang tidak stabil
maka manajemen menghendaki agar dividen hanya dibayar ketika laba
bersih itu bersih.

Menurut Sudana (2011:171) bentuk-bentuk kebijakan dividen, yaitu:

1. Stabilitas dividen
Perusahaan yang membayar dividen secara stabil dari waktu ke waktu
kemungkinan dinilai lebih baik daripada perusahaan yang membayar
dividen secara berfluktuasi. Hal ini karena perusahaan yang membayar
dividen secara stabil mencerminkan kondisi keuangan perusahaan
tersebut stabil dan sebaliknya, perusahaan dengan dividen tidak stabil
mencerminkan kondisi keuangan perusahaan yang kurang baik.
2. Target payout ratio
Sejumlah perusahaan mengikuti kebijakan target dividend payout ratio
jangka panjang. Hal ini akan mengakibatkan besarnya jumlah dividen
yang dibayarkan berfluktuasi atau dividennya tidak stabil. Perusahaan
hanya akan meningkatkan dividend payout ratio, jika pendapatan
perusahaan meningkat dan perusahaan merasa mampu mempertahakan
kenaikan pendapatan tersebut dalam jangka panjang.
3. Dividen reguler dan dividen ekstra
Salah satu cara perusahaan meningkatkan dividen kas adalah dengan
memberikan dividen ekstra di samping dividend reguler. Hal ini
biasanya dilakukan jika pendapatan perusahaan meningkat cukup besar,
tetapi sifatnya sementara. Apabila tidak terjadi peningkatan pendapatan
perusahaan, dividen yang dibagikan hanya dividend reguler.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa bentuk kebijakan

akan berbeda tergantung faktor yang mempengaruhi kebijakan dividen. Pada

dasarnya bentuk kebijakan dividen adalah kebijakan perusahaan dalam

pembagian dividen kepada para pemegang saham.


14

4) Teori Kebijakan Dividen


Sebuah teori akan memberikan petunjuk terhadap kekurangan-

kekurangan pada pengetahuan peneliti. Berikut terdapat beberapa teori

kebijakan dividen. Menurut Agus Sartono (2012: 282) menyatakan bahwa ada

beberapa teori tentang kebijakan dividen :

1) Teori Dividen Adalah Tidak Relevan


Bahwa di dalam kondisi bahwa keputusan investasi yang given,
pembayaran dividen tidak berpengaruh terhadap kemakmuran
pemegang saham.
2) Bird-In-The Hand Theory
Artinya kebijakan dividen berpengaruh positif terhadap harga pasar
saham. Artinya, jika dividen yang dibagikan perusahaan semakin besar,
harga pasar saham perusahaan tersebut akan semakin tinggi dan
sebaliknya
3) Tax Differencial Theory
Artinya dividen cenderung dikenakan pajak yang lebih tinggi daripada
capital gain, maka investor akan meminta tingkat keuntungan yang
lebih tinggi untu saham dengan dividend yield yang tinggi.
4) Information Content Hypothesis
Artinya manajemen cenderung memiliki informasi yang lebih baik
tentang prospek perusahaan dibandingkan dengan investor atau
pemegang saham, akibatnya investor menilai capital gain lebih
beresiko disbanding dengan dividen dalam bentuk kas.
5) Clientele Effect
Bahwa terdapat banyak kelompok investor diantaranya disatu pihak,
terdapat investor yang lebih meyukai memperoleh pendapatan saat ini
dalam bentuk dividen.

Menurut Baker et al. dalam Tatang Ary Gumanti (2013:8) ada tujuh teori

tentang dividen. Ketujuh teori-teori yang dimaksud sebagai berikut:

1) Teori burung ditangan (bird in the hand theory) menyatakan bahwa


investor lebih menyukai dividen tunai daripada dijanjikan adanya
imbalan hasil atas investasi (capital gain) dimasa yang akan datang,
karena menerima dviden tunai merupakan bentuk dari kepastian yang
berarti mengurangi resiko.(Gordon, 1959; 1963; Walter, 1963, Lintner,
1963)
2) Teori sinyal (signaling theory) menyatakan bahwa dividen akan
mengurangi ketimpangan informasi (asymmetric of information) antara
manejemen dan pemegang saham dengan menyiratkan informasi privat
tentang prospek masa depan perusahaan. (Bhattaracharya, 1979;1 John
dan william 1985).
15

3) Teori preperensi pajak (tax preference) menyatakan bahwa investor


atau pemegang saham lebih menyukai perusahaan yang membagikan
dividen sedikit karena jika dividen yang dibayarkan tingi, maka beban
pajak yang harus ditanggung oleh investor atau pemegang saham juga
akan tinggi. (Elton dan Gruber, 1970; Miller dan Scholes, 1978).
4) Teori efek klien (clientele effect theory) menyatakan bahwa adanya
perbedaan dalam besaran dividen yang dibagikan akan membentuk
klien yang berbeda-beda juga. (Jensen dan Meckling, 1976;
Easterbrook, 1984)
5) Teori keagenan (agency theory) menyatakan bahwa dividen membatu
mengurangi biaya keagenan terkait dengan pemisahan kepemilikan dan
kendali atas perusahaan. (Jensen dan Meckling, 1976; Easterbrook,
1984)
6) Teori siklus hidup (life cycle theory) menyatakan bahwa dividen
cenderung untuk mengkuti pola siklus hidup perusahaan dan dividen
yang dibagikan mencerminkan analisis manajemen atas pentingnya
ketidak sempurnaan pasar termasuk didalamnya aspek-aspek yang
berkaitan dengan pemegang ekuitas (pemilik saham), biaya keagenan,
ketimpangan informasi, biaya penerbitan sekuritas (ekuitas), dan biaya-
biaya transaksi. Menurut teori ini perusahaan belum banyak membayar
dividen, tetapi semakin tua perusahaan dimana dana internal
perusahaan sudah melebihi peluang investasi dividen yang dibayarkan
akan meningkat. (Fama dan French,2001; DeAngelo, 2006)
7) Teori katering (catering theory) menyatakan bahwa manajer
memberikan investor apa yang sebenarnya diinginkan oleh investor,
yaitu manajer menyenangkan investor dengan membayar dividen
manakala investor berani memberi premi harga saham yang tinggi
tetapi manajer tidak akan membagi dividen manakala investor lebih
menyukai perusahaan yang tidak membayar dividen (Baker dan
Wurgler, 2004a,b)

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa ada beberapa teori

tentang kebijakan dividen. petunjuk terhadap kekurangan-kekurangan pada

pengetahuan peneliti. Teori – teori tersebut secara keseluruhan mengemukakan

tentang kebijkan dividen.


16

5) Metode Pengukuran Kebijakan Dividen


Kebijakan dividen dapat diukur menggunakan rasio, berikut adalah rasio

menurut para ahli. Menurut Warsono (2003:275) terdapat dua indikator yang

biasa digunakan untuk mengukur kebijakan dividen suatu perusahaan, yaitu :

1) Hasil Dividen (Dividend Yield)


Dividend Yield merupakan rasio yang menghubungkan dividen yang
dibayar dengan harga saham biasa perusahaan. Secara sistematis,
dividend yield dapat dirumuskan sebagai berikut:
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛𝑑 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑= 𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑝𝑒𝑟 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
Beberapa pemegang saham menggunakan dividend yield sebagai
suatu ukuran risiko dan sebagai penyaring investasi. Para pemegang
saham akan berusaha untuk menginvestasikan dananya dalam saham
yang menghasilkan nilai dividend yield yang tinggi.
2) Rasio Pembayaran Dividen (Dividend Payout Ratio)
Rasio pembayaran dividen (dividend payout ratio) merupakan indikator
kedua yang digunakan untuk mengukur kebijakan dividen. Dividend
payout ratio merupakan rasio hasil perbandingan antara dividen dengan
laba yang tersedia bagi pemegang saham biasa. Secara sistematis,
dividend payout ratio dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dividend per share
DPR = X 100%
Earning per share
Dividend payout ratio sering digunakan untuk mengestimasikan dividen
yang akan dibagikan perusahaan pada tahun berikutnya.

Menurut Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2012: 82) rasio

pengukuran diividen adalah sebagai berikut :

1) Price Earning Ratio (PER)


PER melihat harga saham relative terhadap earning-nya. PER bisa
dihitung sebagai berikut :
PER = Harga Pasar per Lembar
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 per Lembar
2) Dividend Yield
Dari segi investor, rasio ini cukup berarti karena dividend yield
merupakan sebagian dari total return yang akan diperoleh investor.
Dividen yield dapat dihitung sebagai berikut:
Dividend Yield = Dividen per Lembar Harga
Pasar per Lembar
17

3) Dividend Payout Ratio (DPR)

Rasio ini melihat bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai


dividen kepada investor. Bagian lain yang tidak dibagikan akan
diinvestasikan kembali ke perusahan. DPR dapat dihitung sebagai
berikut:
DPR = Dividen per Lembar
𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 per Lembar

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa ada beberapa

metode pengukuruan kebijakan dividen. Besar kecilnya presentase dividen

dapat diukur melalui metode Dividend Payout Ratio (DPR) Rasio ini melihat

bagian earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor.

6) Dividend Payout Ratio (DPR)


Kebijakan dividen berhubungan erat dengan penentuan besarnya

dividend payout ratio. Menurut Sartono (2010:491) menyatakan bahwa

“Dividend payout ratio merupakan presentase laba yang dibayarkan dalam

bentuk dividen, atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen

dengan total laba yang tersedia bagi pemegang saham”.

Rumus untuk menghitung dividend payout ratio (DPR) yaitu:

Dividend per share


DPR = X 100%
Earning per share

Sumber: Sartono (2010:491)

Menurut Sudana (2011:167): “Dividend payout ratio yaitu besarnya

persentase laba bersih setelah pajak yang dibagikan sebagai dividen kepada

pemegang saham. Semakin besar rasio ini berarti semakin sedikit bagian laba

yang ditahan untuk membelanjai investasi yang dilakukan perusahaan”.


18

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa Dividend payout

ratio persentase laba bersih yang dibayarkan dalam bentuk dividen dan laba

ditahan perusahaan sebagai sumber pendanaan. Semakin tinggi dividend

payout ratio maka akan menguntungkan para pemegang saham atau investor,

tetapi akan memperlemah internal financial perusahaan karena laba ditahan

kecil.

7) Penetapan Dividen Payout Ratio (DPR)

Besaran dividen disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan

finansial dari perusahaan yang bersangkutan. Menurut Riyanto (2010:271) ada

beberapa penetapan dividen payout ratio, yaitu:

1) Penetapan jumlah dividen minimal plus jumlah ekstra. Kebijakan ini


menetapkan jumlah rupiah minimal dividen per lembar saham setiap
tahunnya. Dalam keadaan keuangan yang lebih baik perusahaan akan
membayarkan dividen ekstra di atas jumlah minimal tersebut. Bagi
pemodal ada kepastian akan menerima jumlah dividen yang minimal
setiap tahunnya meskipun keadaan keuangan perusahaan agak
memburuk. Tetapi di lain pihak apabila keadaan keuangan perusahaan
baik maka pemodalan akan menerima dividen minimal tersebut
ditambah dengan dividen tambahan. Kalau keadaan keuangan
memburuk lagi maka yang dibayarkan hanya dividen yang minimal.
2) Penetapan dividend payout ratio yang konstan. Perusahaan yang
menjalankan kebijakan ini menerapkan dividend payout ratio yang
konstan misalnya 50%. Ini berarti bahwa jumlah dividen per lembar
saham yang dibayarkan setiap tahunnya akan berfluktuasi sesuai
dengan perkembangan keuntungan neto yang diperoleh setiap tahunnya.
3) Kebijakan dividend payout ratio yang fleksibel yang besarnya dividen
setiap tahunnya disesuaikan dengan posisi finansial dan kebijakan
finansial dari perusahaan yang bersangkutan.

Menurut Sartono (2016:292) penetapan dividen payout ratio, yaitu:

1. Kebutuhan Dana Perusahaan


Kebutuhan dana bagi perusahaan dalam kenyataannya merupakan
faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan kebijakan
dividen yang akan diambil.
2. Likuiditas
19

Likuiditas perusahaan merupakan pertimbangan utama dalam banyak


kebijakan dividen. Karena dividen bagi perusahaan merupakan kas
keluar, maka semakin besar posisi kas dan likuiditas perusahaan secara
keseluruhan akan semakin besar kemampuan perusahaan untuk
membayar dividen.
3. Kemampuan Meminjamn
Posisi likuiditas perusahaan dapat diatasi dengan kemampuan
perusahaan untuk meminjam dalam jangka pendek yang akan
meningkatkan fleksibilitas likuiditas perusahaan.
4. Keadaan Pemegang Saham
Jika perusahaan itu kepemilikan sahamnya relatif tertutup, manajemen
biasanya mengetahui dividen yang diharapkan oleh pemegang saham
dan dapat bertindak dengan tepat.
5. Stabilitas Dividen
Bagi para investor faktor stabilitas dividen akan lebih menarik daripada
dividend payout ratio yang tinggi. Stabilitas disini dalam arti tetap
memperhatikan tingkat pertumbuhan perusahaan, yang ditunjukkan
oleh koefisien arah positif.

Berdasarkan pendapat para ahli dapat diketahui bahwa besar kecilnya

DPR dipengaruhi oleh keadaan finansial perusahaan. Disisi lain penetapan

DPR juga dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah likuiditas,

kemampuan perusahaan untuk meminjam, keadaan pemegang saham dan

stabilitas dividen.

3. Laba

1) Pengertian Laba

Berikut adalah beberapa pengertian laba menurut para ahli. menurut

Soemarso (2010:230) menyatakan bahwa :

Laba adalah selisih lebih pendapatan atas beban sehubungan dengan


kegiatan usaha. Apabila beban lebih besar dari pendapatan, selisihnya
disebut rugi. Laba atau rugi merupakan hasil perhitungan secara periodik
(berkala). Laba atau rugi ini belum merupakan laba atau rugi yang
sebenarnya. Laba atau rugi yang sebenarnya baru dapat diketahui apabila
perusahaan telah menghentikan kegiatannya dan dilikuidasikan.

Menurut Subramanyam dan Wild (2014:25) laba adalah:


20

Laba (earnings) atau laba bersih (net income) mengindikasikan


profitabilitas perusahaan. Laba mencerminkan pengembalian kepada
pemegang ekuitas untuk periode bersangkutan, sementara pos-pos dalam
laporan merinci bagaimana laba didapat.

Menurut Harahap (2015:303) menyatakan bahwa “laba merupakan

perbedaan antara realisasi penghasilan yang berasal dari transaksi perusahaan

pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan untuk

mendapatkan penghasilan itu”.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas maka dapat diketahui bahwa

Laba adalah informasi dalam hal pencapian pendapatan diatas beban yang

stabil dan meningkat dari periode yang berbeda dan mencerminkan

pengembalian kepada pemegang ekuitas. Laba bisa dikatakan berasal dari

transaksi perusahaan pada periode tertentu dikurangi dengan biaya yang

dikeluarkan untuk mendapatkan penghasilan itu

2) Jenis-Jenis Laba

Laba dapat digolongkan menjadi beberapa jenis. Menurut Baridwan

(2004: 34), Jenis-jenis laba dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu,

a) Laba kotor atas penjualan


Laba kotor atas penjualan adalah selisih dari penjualan bersih dan harga
pokok penjualan (HPP).Jenis laba ini sering disebut dengan laba kotor
dari hasil penjualan bersih karena belum di kurangi dengan beban
operasional lainnya dalam satu periode tertentu.
b) Laba bersih operasional
Pengertian laba bersih operasional adalah laba kotor yang telah
dikurang dengan jumlah biaya penjualan, biaya administrasi, biaya
umum, dll.
c) Laba bersih sebelum potongan pajak
Jenis Laba ini merupakan pendapatan seluruh pendapatan perusahaan
sebelum potongan pajak atau perolehan operasional dikurang atau di
tambah dengan selisih pendapatan dan biaya-biaya lainnya.
d) Laba bersih setelah di potong pajak.
21

Laba ini merupakan laba bersih perusahaan setelah di tambah atau


dikurang dengan pendapatan dan biaya non operasi dan dikurang
dengan pajak.

Menurut Supriyono (2002:177), jenis-jenis laba dalam hubungannya

dengan perhitungan laba diantaranya yaitu

1) Laba kotor adalah perbedaan antara pendapatan bersih dan penjualan


dengan harga pokok penjualan.
2) Laba dari operasi adalah selisih antara laba kotor dengan total beban
operasi.
3) Laba bersih adalah angka terakhir dalam perhitungan laba atau rugi
dimana untuk mencarinya laba operasi ditambah pendapatan lain
dikurangi dengan beban lain.

Berdasarkan pemaparan di atas maka dapat diketahui bahwa jenis-jenis

laba terbagi kedalam empat jenis yaitu laba kotor penjualan, laba bersih

operasional, laba bersih sebelum dipotong pajak dan laba bersih sesudah

dipotong pajak. Laba bersih adalah angka terakhir dalam perhitungan laba atau

rugi dimana untuk mencarinya laba operasi ditambah pendapatan lain

dikurangi dengan beban lain.

3) Pertumbuhan Laba

Pertumbuhan laba digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan.

Menurut Nurhadi (2011:141), menyatakan bahwa ““Pertumbuhan laba

menunjukkan persentase kenaikan laba yang dapat dihasilkan perusahaan

dalam bentuk laba bersih”.

Menurut I Nyoman Kusuma (2012:249), menyatakan bahwa

“Pertumbuhan laba dipengaruhi oleh perubahan komponen-komponen dalam

laporan keuangan misalnya perubahan penjualan, perubahan harga pokok

penjualan, perubahan beban operasi, perubahan beban bunga dan perubahan

pajak penghasilan”.
22

Berdasarkan pengertian para ahli di atas maka dapat diketahui bahwa

salah satu parameter penilaian kinerja perusahaan tersebut adalah pertumbuhan

laba. Pertumbuhan laba digunakan untuk menilai kinerja suatu perusahaan.

4) Faktor yang Mempengaruhi Laba

Besar kecilnya laba dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut

Jumingan (2006:165) ada beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan laba

adalah :

1) Naik turunnya jumlah unit yang dijual dan harga per unit.
2) Naik turunnya harga pokok penjualan, perubahan harga pokok
penjualan ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang dibeli atau diproduksi
atau dijual dari harga per unit atau harga pokok per unit.
3) Naik turunnya biaya usaha yang dipengaruhi oleh jumlah unit yang
dijual, variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan
efisiensi operasi perusahaan.
4) Naik turunnya pos penghasilan atau biaya nonoperasional yang
dipengaruhi oleh variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat
harga dan perubahan kebijaksanaan dalam penerimaan discount.
5) Naik turunnya pajak perseroan yang dipengaruhi oleh besar kecilnya
laba yang diperoleh atau tinggi rendahnya tarif pajak.
6) Adanya perubahan dalam metode akuntansi.

Menurut Fanani (2010:109) faktor yang mempengaruhi perubahan laba

adalah:

1. Volatilitas Arus Kas


Salah satu kegunaan informasi arus kas menurut PSAK No. 2 paragraf
03 adalah meningkatkan daya banding kinerja operasi berbagai
perusahaan karena dapat meniadakan pengaruh penggunaan perlakuan
akuntansi yang berbeda terhadap transaksi dan peristiwa yang sama
(IAI, 2010).
2. Besaran Akrual
Besaran akrual adalah besaran pendapatan diakui pada saat hak
kesatuan usaha timbul lantaran penyerahan barang ke pihak luar dan
biaya diakui pada saat kewajiban timbul lantaran penggunaan sumber
ekonomik yang melekat pada barang yang diserahkan tersebut.
Semakin besar akrual, maka semakin rendah persistensi laba.
3. Volatilitas Penjualan
23

Penjualan adalah bagian terpenting dari siklus operasi perusahaan


dalam menghasilkan laba. Volatilitas penjualan yang rendah akan dapat
menunjukkan kemampuan laba dalam memprediksi aliran kas di masa
yang akan datang.
4. Total Hutang
Tingkat hutang akan menjadi besar apabila lebih banyak utang jangka
panjang yang dimiliki oleh perusahaan. Para pemegang saham
mendapatkan manfaat dari solvabilitas keuangan sejauh laba yang
dihasilkan atas uang yang dipinjam melebihi biaya bunga dan juga jika
terjadi kenaikkan nilai pasar saham.
5. Sikus Operasi
Siklus operasi adalah periode waktu rata-rata antara pembelian
persediaan dengan pendapatan kas yang nantinya akan diterima
penjual.Perusahaan yang memiliki siklus operasi yang lama dapat
menimbulkan ketidakpastian, estimasi dan kesalahan estimasi yang
makin besar yang dapat menyebabkan persistensi laba yang rendah.

Berdasarkan pengertian para ahli di atas maka dapat diketahui bahwa

laba yang diperoleh setiap periode nya cenderung berubah – ubah. Perubahan

laba dipengaruhi banyak faktor diantaranya adalah naik turunnya pajak

perseroan yang dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang diperoleh atau tinggi

rendahnya tarif pajak dan adanya perubahan dalam metode akuntansi.

4. Laba Bersih

1) Pengertian Laba Bersih

Ada beberapa pengertian laba bersih menurut para ahli. Menurut

Abdullah dalam Manurung dan Siregar (2009 : 4) “Laba bersih adalah

kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk seluruh periode tertentu

setelah dikurangi pajak penghasilan yang disajikan dalam laporan laba rugi”.

Hendriksen & Breda dalam Rasyid (2001 : 56) berpendapat “Laba bersih

merupakan net income to shareholders (laba bersih bagi pemegang saham)

yang akan dibagikan dalam bentuk dividen”. Sedangkan Chariri dan Ghozali

(2001:213) mengungkapkan “laba adalah laba akuntansi yang merupakan


24

selisih pengukuran pendapatan dan biaya. Besarnya laba sebagai pengukur

kenaikan aktiva sangat tergantung atas ketepatan pengukuran dan biaya”.

Menurut Baridwan (2004: 56), pengertian laba adalah “Kenaikan modal

(aktiva bersih) yang berasal dari transaksi yang jarang terjadi dari badan usaha

dan juga dari seluruh transaksi atau kejadian lain yang mempengaruhi badan

usaha selama satu periode kecuali timbul dari pendapatan atau investasi dari

pemilik”. Menurut Hansen dan Mowen (2001: 38) "Laba adalah pendapatan

operasional dikurangi pajak, biaya bunga, biaya penelitian dan pengembangan.

Laba bersih disajikan dalam laporan laba rugi dengan membandingkan

pendapatan dan biaya". Sedangkan Menurut M. Nafarin (2007: 788) "Laba

(income) adalah perbedaan antara pendapatan dengan keseimbangan biaya-

biaya dan pengeluaran untuk periode tertentu".

Berdasarkan pengertian para ahli di atas maka dapat diketahui bahwa

laba bersih adalah adalah kelebihan dari penghasilan atas biaya dalam satu

periode akuntansisetelah di kurangi biaya-biaya dan pajak. Disisi lain laba

adalah peningkatan kekayaan seorang investor sebagai hasil penanam

modalnya, setelah dikurangi biaya-biaya yang berhubungan dengan penanaman

modal tersebut.

2) Indikator Laba bersih

Berikut adalah cara menghitung laba bersih menurut para ahli. Menurut

Budi Rahardjo (2010 : 83) laba bersih dapat dihitung dengan rumus sebagai

berikut :

Laba bersih = laba sebelum pajak – pajak penghasilan


Keterangan:
25

Laba sebelum pajak = Laba operasi ditambah hasil usaha dan dikurangi
biaya diluar operasi biasa.
Pajak Penghasilan = Pajak penghasilan yang harus dibayar oleh
perusahaan

Menurut Kasmir (2011:303) bahwa laba bersih dapat diukur dengan

rumus:

Laba Bersih = Laba Kotor – Beban Operasi – Beban Pajak


Keterangan
Laba kotor = laba yang berasal dari penjualan dikurangi harga pokok.
Beban operasional = beban dari aktivitas operasi.
Beban pajak = Biaya pajak perusahan pada periode tertentu

G. Penelitian Terdahulu yang Relevan

Penelitian terdahulu ini berfungsi sebagai acuan dan pendukung untuk

melakukan penelitian ini. Sebagai acuan dan pendukung adalah penelitian

dengan salah satu variabel yang sama dengan penelitian ini. Adapun beberapa

penelitian terdahulu yang menjadi acuan di antaranya yaitu:

Tabel 2
Penelitian Terdahulu Yang Relevan
Nama
Judul Metode
No Peneliti Variabel Simpulan
Penelitian Penelitian
(Tahun)
1 Nining Pengaruh Laba Kuantitatif Terdapat pengaruh
Mulyan Laba bersih Bersih positif yang
ingsih dan arus kas (X1), Arus signifikan antara
dan operasi Kas (X2) laba bersih
Dwi terhadap dan terhadap kebijakan
Rahayu kebijakan Kebijakan dividen. Tidak ada
(2016) deviden pada Dividen pengaruh positif
perusahaan (Y) antara arus kas
Food and operasi terhadap
beverage kebijakan dividen
yang terdaftar
di bursa efek
Indonesia
26

2 David Pengaruh Laba Kuantitatif Variabel Laba


Irawan Laba Bersih Bersih Bersih (X1)
dan dan Arus Kas (X1), Arus berpengaruh positif
Nurdia Operasi Kas (X2) dan signifikan.
na Terhadap dan Variabel Arus Kas
(2012) Kebijakan Kebijakan Operasi (X2) tidak
Dividen Pada Dividen berpengaruh
Perusahaan (Y) terhadap Kebijakan
Yang Dividen
Terdaftar Di
Bursa Efek
Indonesia
Periode
2009-2010
3 Elfira Pengaruh Laba Kuantitatif Laba bersih
Ika Laba Bersih Bersih berpengaruh
Yandini Dan Arus (X1), Arus signifikan
(2019) Kas Operasi Kas (X2) terhadap dividen
Terhadap dan kas, Secara
Deviden Kas Kebijakan simultan laba
Pada PT. Dividen bersih dan arus
Astra Agro (Y) kas operasi
Lestari Tbk. berpengaruh
Periode 2010 signifikan
- 2017 terhadap dividen
kas.

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat persamaan dan perbedaan

penelitian ini dengan ketiga penelitian terdahulu tersebut yaitu sama – sama

menggunakan variabel bebas laba bersih dan variabel terikat kebijakan dividen.

Penelitian ini juga sama – sama menggunakan metode penelitian kuantitatif

dengan menggunakan uji analisis data uji kolerasi, uji koefisien determinasi

dan uji t.

Sedangkan perbedaan penelitian ini dengan ketiga penelitian terdahulu

yaitu terletak pada penambahan variabel bebas. Penelitian tersebeut

menambahkan variabel bebas arus kas. Penelitian tersebut juga menambahkan


27

uji asumsi klasik yang terdiri darii uji normalitas, uji linieritas uji F dan uji

autokolerasi.

Perbedaan penelitian ini juga terletak pada objek penelitian dan waktu

penelitian yang dilakukan. Untuk penelitian yang dilakukan oleh Nining

Mulyaningsih dan Dwi Rahayu melakukan penelitian pada tahun 2016 dengan

objek penelitian Food and beverage yang terdaftar di bursa efek Indonesia.

Untuk penelitian yang dilakukan oleh David Irawan dan Nurdiana

penelitiannya dilakukan pada tahun 2012 dengan objek penelitian Perusahaan

Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2010. Selenjutnya

penelitian yang dilakukan oleh Elfira Ika Yandini dilakukan pada tahun 2019

dengan objek penelitian PT. Astra Agro Lestari Tbk. Periode 2010 – 2017.

H. Kerangka Pemikiran

Kebijakan terhadap pembayaran dividen merupakan keputusan yang

sangat penting dalam suatu perusahaan. Kebijakan ini melibatkan dua pihak

yang mempunyai kepentingan yang berbeda, yaitu pihak pertama para

pemegang saham dan pihak kedua perusahaan itu sendiri.

Menurut Ambarwati (2010:64) menyatakan bahwa :

"Kebijakan dividen adalah Kebijakan yang diambil dalam manajemen


perusahaan untuk memutuskan membayarkan sebagian keuntungan
perusahaan kepada pemegang saham dari pada menahannya sebagai laba
ditahan untuk diinvestasikan kepada pemegang saham dari pada
menahannya sebagai laba ditahan untuk diinvestasikan kembali agar
mendapat capital gain".

Kebijakan tersebut dapat dilihat dari rasio pembayaran dividen dengan

laba yang dihasilkan perusahaan. Adapun salah satu faktor yang mempengaruhi

rasio pembayaran dividen adalah perolehan laba bersih. Dimana laba bersih
28

peusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan

sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan

dibayarkan kepada para pemegang saham.

Jika laba perusahaan naik maka kebijakan dividen akan naik karena jika

perusahaan mendapatkan laba yang besar maka dividen yang dibagikan kepada

pemegang saham akan cenderung stabil bahkan akan naik. Tetapi jika laba

mnurun maka perusahaan akan mempertimbangkan apakah laba akan

dibagikan menjadi dividen atau laba ditahan untuk pembiayaan perusahaan.

Dari uraian kerangka pemikiran di atas, maka paradigma penelitian ini

adalagh sebagai berikut:

Gambar 1
Kerangka Pemikiran

Laba Bersih (X) Kebijakan Dividen (Y)

I. Hipotesis Penelitian

Menurut Sugiyono (2014:159) “Hipotesis adalah jawaban sementara

terhadap rumusan masalah penelitian. Kebenaran dari hipotesis itu harus

dibuktikan melalui data yang terkumpul.”

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “terdapat pengaruh antara Laba

Bersih terhadap Kebijakan Dividend”.

J. Metode Penelitian

1. Obyek Penelitian

Yang menjadi objek penelitian dalam penelitian ini adalah laba bersih

dan kebijakan deviden PT Unilever Indonesia Tbk Tahun 2014-2018.


29

2. Metode Penelitian yang digunakan

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif menurut Sugiyono

(2012: 29) menyatakan bahwa “Metode deskriptif adalah metode yang

berfungsi untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran terhadap objek yang

diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagimana adanya,

tanpa melakukun analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku

umum”.Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Suliyanto (2005:

12), bahwa “Penelitian kuantitatif adalah penelitian yang didasarkan pada data

kuantitatif di mana data kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau

bilangan”. Penelitian ini menggunakan analisis statistika.

3. Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel

a. Devinisi Variabel

Sesuai dengan judul yang penulis sajikan yaitu Pengaruh Laba Bersih

Terhadap Kebijakan Dividen, maka terdapat dua variabel dalam penelitian ini

yaitu:

a) Variabel Independen (X)

Variabel independen menurut Sugiyono (2014 : 39) adalah:” Variabel

yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya

variabel dependen (terikat)”. Variabel independen dalam penelitian ini adalah

Laba Bersih yang selanjutnya dinotasikan dengan huruf (X).

b) Variabel Dipenden

Variabel dependen menurut Sugiyono (2014 : 39) adalah:”Variabel yang

dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. Variabel
30

dependen dalam penelitian ini adalah Kebijakan Dividen yang selanjutnya

dinotasikan dengan huruf (Y).

b. Operasionalisasi Variabel

Untuk lebih jelasnya maka kedua variable tersebut dapat

dioperasionalisasikan kedalam bentuk table berikut ini :

Tabel 3
Operasionalisasi Variabel

Variabel Konsep Variabel Indikator Skala

Laba Bersih Laba bersih Rasio


sebagai adalah kelebihan Net income =
variable seluruh
independen pendapatan atas Laba yang di peroleh- Pajak
(X) seluruh biaya
untuk seluruh
periode tertentu
setelah dikurangi
pajak penghasilan
yang disajikan
dalam laporan
laba rugi
(Abdullah dalam
Manurung dan
Siregar, 2009 : 4)
Dividend Dividend payout Rasio
Payout ratio yaitu
Ratio presentase laba DPR=¿
(DPR) saham biasa yang Deviden per Share ×100 %
sebagai dibayarkan dalam Earning per Share
variabel bentuk dividen.
dependen (Sartono, 2010:
31

(Y) 491)

4. Data Penelitian

a. Jenis dan Sumber Data

Menurut Sugiyono (2015:13) “Data kuantitatif adalah data yang

berbentuk angka, atau data kuantitatif yang diangkakan (scoring)”. Jenis data

yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif, yaitu berupa

laporan keuangan PT Unilever Indonesia, Tbk yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia pada periode 2014 sampai dengan 2018.

Sumber data dalam penelitian ini yaitu data sekunder. Menurut Sugiyono

(2014:137) “Sumber data sekunder adalah sumber yang tidak langsung

memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau

dokumen”. Data sekunder dalam penelitian ini berupa laporan keuangan PT

Unilever Indonesia, Tbk periode 2014 sampai dengan 2018 yang diperoleh dari

Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia, Fakultas Ekonomi Universitas Galuh

Ciamis.

b. Teknik Pengumpulan Data

1) Observasi

Menurut Sugiyono (2015: 204) “Observasi merupakan kegiatan

pemuatan penelitian terhadap suatu objek. Apabila dilihat pada proses

pelaksanaan pengumpulan data, observasi dibedakan menjadi partisipan

dan non-partisipan”. Observasi dalam penelitian ini dilakukan dengan cara

pengamatan langsung terhadap laporan keuangan PT Unilever Indonesia,


32

Tbk di Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia, Fakultas Ekonomi

Universitas Galuh Ciamis.

2) Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) “Dokumentasi adalah

suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam

bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa

laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian”. Dokumentasi

dalam penelitian ini berupa kaset yang berisi laporan keuangan PT Unilever

Indonesia, Tbk periode 2014 sampai dengan 2018 yang diperoleh dari

Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia, Fakultas Ekonomi Universitas

Galuh Ciamis.

5. Teknik Analisis Data

a. Menganalisis tingkat Laba Bersih di PT Unilever Indonesia, Tbk

Pengukuran yang digunakan untuk mengetahui seberapa besar Laba

Bersih disuatu perusahaan bisa dihitung dengan:

Net Income = Laba yang diperoleh - pajak


Abdullah dalam Manurung dan Siregar, (2009 : 4)

b. Menganalisis perkembangan Kebijakan Dividen di PT Unilever

Indonesia, Tbk

Untuk menghitung kebijakan deviden dihitung dengan rumus sebagai berikut:

Deviden per Share


DPR= ×100 %
Earning per Share

Sartono, (2010: 491)


33

c. Menganalisis pengaruh Laba Bersih terhadap Kebijakan Dividen di

PT Unilever Indonesia, Tbk.

1) Analisis Koefisien Korelasi Sederhana.

Untuk mengetahui hubungan antara laba bersih dengan kebijakan dividen

dihitung dengan analisis koefisien kolerasi. Menurut Singgih Santoso

(2010:141) analasis koefisien kolerasi adalah :

Analisis koefisien korelasi bertujuan untuk mempelajari apakah ada


hubungan antara dua variabel atau lebih, sedang analisis regresi
memprediksi seberapa jauh pengaruh tersebut Secara spesifik, tujuan
analisis korelasi adalah ingin mengetahui apakah di anara dua variabel
terdapat hubungan, dan jika terdapat hubungan, bagaimana arah hubungan
dan seberapa besar hubungan tersebut. Secara teoretis, dua variabel dapat
sama sekali tidak berhubungan (r=0), berhubungan secara sempurna (r=1),
atau antara kedua angka tersebut. Arah korelasi juga dapat positif
(berhubungan searah) atau negatif (berhubungan berlainan arah).

Koefisien korelasi dihitung dengan rumus :

n ( ΣXY )−(ΣX )(ΣY )


r xy =
√¿¿¿

(Arikunto, 2013:317)

Keterangan :

r xy = Koefisien korelasi antara variabel X dan Y

n = Ukuran sampel

X = Variabel bebas

Y = Variabel terikat

Interprestasi terhadap koefisien kolerasi ditentukan sebagai berikut :

Tabel 4
Interprestasi Koefisien Korelasi

Interval Koefisien Tingkat Hubungan


34

0,00 – 0,199 Sangat Lemah


0,20 – 0,399 Lemah
0,40 – 0,599 Sedang
0,60 – 0,799 Kuat
0,80 – 1,000 Sangat Kuat
(Sugiyono, 2013:231)

2) Uji Regresi Linier Sederhana

Regresi linear sederhana adalah hubungan secara linear antara satu

variabel independen (X) dengan variabel dependen (Y).

Rumus dari dari analisis regresi linear sederhana adalah sebagai berikut:

Ŷ =a+bX
Sumber
(Sugiyono, 2013: 261)

Keterangan:

Y= subyek dalam variabel dependen yang diprediksi

a = harga Y ketika harga X= 0 (harga konstan)

b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan

ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan

variabel independen. Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis

turun.

X = subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.

Secara teknik harga b merupakan tangent dari perbandingan antara

panjang garis variabel dependen, setelah persamaan regresi ditemukan.

Dimana harga a dan b dapat dicari dengan rumus berikut:

( ΣY ) ( Σ X 2) −( ΣX )(ΣXY )
a=
nΣ X 2−¿ ¿

(Sugiyono, 2013: 261)


35

n ( ΣXY )−(ΣX )(ΣY )


b=
n(Σ X 2 )−¿ ¿

(Sugiyono, 2013: 262)

3) Analisis Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi adalah pengkuadratan korelasi (r 2 ) digunakan

untuk menentukan besarnya pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen.

Rumus :

KD=r2 x 100%
(Sumber :Sugiyono, 2013:231)

Keterngan :

KD = Koefisien Determinasi
2
r = Koefisien Korelasi

6. Rancangan Uji Hipotesis

c) Uji t

Untuk mengetahui tingkat signifikan dalam penelitian, maka peneliti

menggunakan uji t dengan rumus sebagai berikut:

t=r
√ n−2
1−r
2
36

(Sugiyono, 2015: 184)

Keterangan:

t : t hitung

r : nilai korelasi

n : jumlah sampel

Uji Hipotesis dilakukan dengan kaidah sebagai berikut:

a. Jika t hitung > t Tabel maka Hipotesis diterima artinya Laba Bersih

berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen.

b. Jika t hitung < t tabel maka Hipotesis ditolak artinya Laba Bersih tidak

berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen.

d) Uji F

Pengujian yang dilakukan ini adalah dengan uji parameter b (uji korelasi)

dengan menggunakan uji F statistik. Untuk menguji pengaruh variabel bebas

secara bersama-sama (simultan) terhadap variabel terikat digunakan uji F.

R2 /k
Fh=
( 1−R2 ) ( n−k−1)
(Sugiyono, 2013:257)

Keterangan:

R = Koefisien korelasi ganda

k = Jumlah variabel independen

n = Jumlah anggota sampel

Distribusi F ini ditentukan oleh derajat kebebasan pembilang dan

penyebut, yaitu k dan (n-k-1). Untuk uji F, kriteria yang dipakai adalah:
37

a. Jika F hitung > F Tabel maka Hipotesis diterima artinya Laba Bersih

berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen.

b. Jika F hitung < F tabel maka Hipotesis ditolak artinya Laba Bersih tidak

berpengaruh terhadap Kebijakan Dividen.

7. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Tempat Penelitian

Penelitian dilakukan pada PT Unilever Indonesia Tbk yang data

keuangannya diperoleh dari Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia (BEI)

Fakultas Ekonomi Universitas Galuh.

b. Waktu Penelitian

Waktu penelitian adalah tujuh bulan terhitung sejak Januari sampai Juli

2020. Adapu waktu penelitian dapat dilihat dari table berikut ini :

Tabel 5
Jadwal Rencana Penelitian

KEGIATAN Bulan
NO
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
1. Penyusunan Proposal
Penyusunan
2.
Instrumen
Ujian Proposal
3.
Penelitian
4. Pengumpulan Data
5. Pengolahan Data
38

Penyusunan Hasil
6.
Penelitian
Persiapan Sidang
7.
Skripsi
8. Sidang Skripsi

DAFTAR PUSTAKA
Andari, Rini. 2008. Manajemen Keuangan Suatu Pengantar. Bandung: UPI
Press

Ambarwati. 2010. Manajemen Keuangan Lanjut, Edisi Pertama. Yogyakarta :


Graha Ilmu.

Arikunto, S. 2013. Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:


Rineka Cipta.

Atmaja, Lukas Setia. 2008. Teori dan Praktek Manajemen Keuangan.


Yogyakarta: Penerbit ANDI

Baridwan, Zaki. 2004. Intermediate Accounting “Pengantar Akuntansi”, Buku


2, Edisi 21. Jakarta : Salemba Empat.

Besley, Scott dan Brigham Essentials, Eugene F. 2008. Essentials of


Managerial Finance. United States of America: Thomson South-
Western.

Brigham Eugene, F. dan J. Houston. 2004. Fundamentals of Financial


Management Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Edisi 10. Buku 2.
Jakarta: Salemba Empat.

Budi, Rahardjo.2007. Keuangan dan Akuntansi. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Chariri dan Ghozali. 2001. Teori Akuntansi. Semarang: Badan Penerbit


Universitas Diponegoro.
39

Dewi Utari, Ari Purwanti dan Darsono Prawironegoro , 2014. Manajemen


Keuangan. Jakarta : Mitra Wacana Media.

Gumanti, Tatang Ary. 2013. Kebijakan Dividen Teori, Empiris, dan Implikasi.
Jakarta: UPP STIM YKPN.

Hafsah dkk. 2016. Kemitraan Usaha. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan.

Hanafi, Mamduh. 2013. Manajemen Keuangan. Edisi Pertama. Cetakan


Keenam. Yogykarta : BPFE-Yogyakarta.

Hansen dan Mowen. 2001. Akuntansi Manajemen Biaya Jilid 2. Jakarta :


Salemba Empat.

Harjito, D.A dan Martono. 2014. Manajemen Keuangan. Edisi Kedua.


Yogyakart: EKONOSIA. Kampus Fakultas Ekonomi Islam Indonesia.

Jumingan. 2006. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Kasmir, 2011. Analisis Laporan Keuangan. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Nafarin,M. 2007. Penganggaran Perusahaan. Edisi Ketiga. Jakarta:Salemba


Empat.

R A. Supriyono. 2002. “Akuntansi Manajemen”. Jakarta: Salemba Empat.

Riyanto. 2010. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan, ed. 4, Yogyakarta :


BPFE.

Samryn. 2015. Pengantar Akuntansi: Metode Akuntansi untuk Elemen


Laporan Keuangan Diperkaya dengan Perspektif IFRS & Perbankan.
Buku dua. Jakarta : Rajawali Pers.

Santoso, Singgih.2010. Statistik Parametrik, Konsep dan Aplikasi dengan


SPSS. Cetakan Pertama, PT Elex Media Komputindo, Jakarta : PT
Gramedia.

Sartono, Agus. 2010. Manajemen Keuangan Teori dan Aplikasi. Edisi


Keempat. Yogyakarta: BPFE.

Sudana, I Made. 2011. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Erlangga.

______________2015. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: Erlangga.


Sugiyono, 2012. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.
Bandung: ALFABETA.

________ 2013. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.


Bandung: ALFABETA.
40

_________ 2014. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.


Bandung: ALFABETA.

_________ 2015. Metodelogi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D.


Bandung: ALFABETA.

Suliyanto, 2005. Analisis Data dalam Aplikasi Pemasaran. Bogor: Ghalia


Indonesia.

Utari, Dewi, dkk. 2014. Manajemen Keuangan : Kajian Praktik dan Teori
dalam Mengelola Keuangan Organisasi Perusahaan. Jakarta : Mitra
Wacana Media

Warsono. 2003. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jilid 1. Bayu Media


Publishing. Malang.

Tesis :
Wicaksana. 2012. Pengaruh Cash Ratio, Debt to Equity Ratio, dan Return on
Asset terhadap Kebijakan Dividen pada Perusahaan Manufaktur
di BEI. Tesis Universitas Udayana. Denpasar.

Jurnal :
Manurung, Indah Agustina, dan Hasan Sakti Siregar. 2009. Pengaruh Laba
Bersih dan Arus Kas Operasi terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal
Akuntansi 3. Universitas Sumatera Utara

Rasyid, Rosmita. 2001. Hubungan Laba Bersih dan Arus Kas Operasi dengan
Dividen. Jurnal Akuntansi. Tahun V Vol. 1 Mei 2001. Universitas
Tarumanegara.

Skripsi :
David Irawan dan Nurdiana. 2012 Pengaruh Laba Bersih dan Arus Kas
Operasi Terhadap Kebijakan Dividen Pada Perusahaan Yang
Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2010. Universitas
Muhamadiyah Ponorogo.

Elfira Ika Yandini 2019. Pengaruh Laba Bersih Dan Arus Kas Operasi
Terhadap Deviden Kas Pada PT. Astra Agro Lestari Tbk. Periode
2010 – 2017. Universitas Islam Negeri Sumatera Utara.
41

Fanani. 2010. Faktor-faktor penentu kualitas pelaporan keuangan dan


Kepercayaan investor. Simposium Nasional Akuntansi XIII,
Purwokerto.

Nining Mulyaningsih dan Dwi Rahayu 2016. Pengaruh Laba bersih dan arus
kas operasi terhadap kebijakan deviden pada perusahaan Food
and beverage yang terdaftar di bursa efek Indonesia. Universitas
Negeri Malang.

Nurhadi .2011. Pengaruh Perputaran Aktiva Terhadap Pertumbuhan Laba


Industri Rokok Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia.
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

Anda mungkin juga menyukai

  • Surat Lamaran
    Surat Lamaran
    Dokumen5 halaman
    Surat Lamaran
    Dika Nur Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen6 halaman
    Bab I
    Dika Nur Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Bab V
    Bab V
    Dokumen1 halaman
    Bab V
    Dika Nur Setiadi
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv Ressa
    Bab Iv Ressa
    Dokumen22 halaman
    Bab Iv Ressa
    Dika Nur Setiadi
    Belum ada peringkat