Anda di halaman 1dari 22

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Profil Singkat Perusahaan/ Instansi Tempat Penelitian

PT Unilever Indonesia Tbk (perusahaan) didirikan pada 5 Desember 1933

sebagai Zeepfabrieken N.V. Lever dengan akta No. 33 yang dibuat oleh Tn.A.H.

van Ophuijsen, notaris di Batavia. Akta ini disetujui oleh Gubernur Jenderal van

Negerlandsch-Indie dengan surat No. 14 pada tanggal 16 Desember 1933,

terdaftar di Raad van Justitie di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22

Desember 1933 dan diumumkan dalam Javasche Courant pada tanggal 9 Januari

1934 Tambahan No. 3. Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini

Mulyadi tertanggal 22 Juli 1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever

Indonesia. Dengan akta no. 92 yang dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H.

tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia

Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan keputusan No. C2-

1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di Berita

Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39. Perusahaan

mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya

setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal

(Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981. Pada Rapat

Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang saham

menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp

100 per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris
dengan akta No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10

Juli 2003 dan disetujui oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik

Indonesia dengan keputusan No. C-17533 HT.01.04-TH.2003. Perusahaan

bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur dan

makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan

produk-produk kosmetik. Sebagaimana disetujui dalam Rapat Umum Tahunan

Perusahaan pada tanggal 13 Juni, 2000, yang dituangkan dalam akta notaris No.

82 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 14 Juni 2000,

perusahaan juga bertindak sebagai distributor utama dan memberi jasa-jasa

penelitian pemasaran.

Akta ini disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu

Menteri Kehakiman) Republik Indonesia dengan keputusan No. C-

18482HT.01.04-TH.2000. Perusahaan memulai operasi komersialnya pada tahun

1933.

4.1.1.1 Struktur Organisasi PT. Unilever Indonesia Tbk.

Struktur organisasi merupakan gambaran sistemaris tentang tugas dan

tanggung jawab masing-masing bagian, dengan demikian menjalankan perusahaan

perlu diorganisasi dengan baik. Perusahaan menyadari bahwa adanya struktur

organisasi yang baik maka semua pekerjaan dapat dijalankan berdasarkan

tingkatan yang ada dalam struktur organisasi. Dengan adanya pembagian tugas

dan tanggung jawab serta wewenang masing-masing individu, maka akan

memudahkan pemimpin untuk melakukan pengawasan. Bentuk struktur organisasi

PT. Unilever Indonesia, Tbk dapat dilihat pada gambar 4.1


Presiden Dilektur

Audit Internal Sekertaris Perusahaan

Direktur Direktur Ice Direktur Direktur Human


home&Pers Cream& Customer Resource&Corp
onal Care Direktur Marketing Direktur Supply Development orate Relation
Foods Service Chain

Sumber: PT. Unilever Indonesia Tbk

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT. Unilever Indonesia,Tbk


Adapun pembagian tugas dan tanggung jawab dari masing-masing

personel dalam strukutur organisasi PT. Unilever Indonesia,Tbk adalah sebagai

berikut:

1) Presiden Direktur

Presiden direktur bertugas melakukan pengawasan atas kebijakan direksi

dalam menjalankan perseroan, untuk melakukan tugas-tugas lain sebagaimana

ditentukan oleh rapat umum pemegang saham tahunan dari waktu ke waktu

dan memberi nasehat kepada Direksi serta melakukan hal-hal lain seperti

ditentukan dalam anggaran dasar perseroan.

2) Audit Internal

Unit Audit Internal dipimpin oleh Group Audit Manager, dibantu oleh

beberapa auditor internal dan diatur dengan piagam audit internal. Piagam

tersebut menjelaskan struktur unit audit internal, kewajiban, dan tanggung

jawab auditor internal dan semua anggota unit audit internal setuju untuk

memenuhi sesuai dengan prinsip bisnis Unilever.

3) Sekretaris

Tanggung jawab Sekretaris perusahaan antara lain adalah:

a. membantu kepatuhan perseroan terhadap undand-undang perseroan

terbata, anggaran Dasar ketentuan modal dan peraturan lain yang terkait,

dan hubungan erat dengan Corporate Legal Service.

b. Melakukan komunikasi secara bersekala dengan instansi pemerintah dan

para pelaku pasar modal yang berhubungan dengan permasalahan tata

kelola perusahaan, tindakan korporasi, dan transaksi mateial.


c. Memberikan informasi terkini mengenai perseroan kepada para pemegang

saham, media, investor, analis dan masyarakat umum secara rutin.

d. Menghadiri semua rapat Direksi dan Dewan Komisaris dan mencatat

risalah rapat: memberitahukan kepada Diresi dan Dewan Komisaris

tentang perubahan peraturan dan implikasinya.

4) Director Food

Director Food adalah orang yang mengatur segala kegiatan berkaitan dengan

produk makanan yang dihasilkan Unilever

5) Director Ice Cream

Director Ice Cream adalah orang yang mengatur segala kegiatan berkaitan

dengan produk ice cream yang dihasilkan Unilever

6) Chief financial officer

Chief financial officer adalah orang yang mengatur segala kegiatan berkaitan

dengansemua keuangan yang ada pada Unilever.

7) Home dan personal care

Home dan personal care adalah bekerja mengurusi semua yang ada di dalam

perusahaan , berkaitan dengan individu kepegawaian.

8) Supplaychain

Supplaychain adalah bagian untuk Mengatasi permasalahan bahan baku (suply

chain)

9) Customer development

Customer development adalah bagian untuk mengurusi tentang masalah

customer, merangkul customer sebanyak banyak nya.


10) Human Resources dan corporate relation

Human Resources dan corporate relation adalah bagian untuk human

resource dan hubungan antar perusahaan atau yang bekerjasama dengan

perusahaan.

4.1.1.2 Visi PT. Unilever Indonesia, Tbk

Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari Indonesia dengan

menyentuh kehidupan setiap orang Indonesia setiap harinya.

4.1.1.3 Misi PT. Unilever Indonesia, Tbk

1) Kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari.

2) Kami membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih

menikmati hidup melalui brand dan layanan yang baik bagi mereka dan orang

lain.

3) Kami menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil setiap harinya

yang bila digabungkan bisa mewujudkan perubahan besar bagi dunia.

4) Kami senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang

memungkinkan kami tumbuh dua kali lipat sambal mengurangi dampak

terhadap lingkungan, dan meningkatkan dampak sosial.

Visi dan misi Perseroan telah ditinjau secara berkala dan disetujui oleh

Dewan Komisaris dan Direksi.


4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian

4.1.2.1 Deskripsi Laba Bersih (Variabel X) di PT. Unilever Indonesia, Tbk

Laba bersih yang diteliti pada penelitian ini adalah laba bersih yang terjadi

di PT. Unilever Indonesia, Tbk periode 2014-2018. Apabila mengacu kepada

teori Abdullah dalam Manurung dan Siregar (2009 : 4) bahwa “Laba bersih adalah

kelebihan seluruh pendapatan atas seluruh biaya untuk seluruh periode tertentu

setelah dikurangi pajak penghasilan yang disajikan dalam laporan laba rugi”.

Untuk mengetahui laba bersih PT. Unilever Indonesia, Tbk periode 2014-

2018 dapat dilihat pada table berikut :

Tabel 4.1
Laba Kotor, Beban Operasidan Pajak Penghasilan PT. Unilever
Indonesia, Tbk
Periode 2014-2018
(dinyatakan dalam jutaan rupiah)

Pajak
Tahun Laba Kotor Beban Operasi
Penghasilan
2014 17,099,121 9442,399 1,938,199
2015 18,648,969 10,839,479 1,977,685
2016 20,459,096 11,887,221 2,181,213
2017 21,219,734 11,484,053 2,367,099
2018 21,092,273 8,906,509 3,076,319
Sumber:Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas Galuh
Ciamis (diolah,2020).

Berdasarkan tabel 4.1 di atas dapat dilihat bahwa laba kotor pada PT.

Unilever Indonesia, Tbk selama lima periode yaitu dari periode 2014 sampai

dengan 2018 cenderung naik setiap tahunnya. Pada tahun 2014 sampai dengan

tahun 2018 laba terus meningkat setiap tahunnya begitu juga dengan beban pajak

penghasilan juga mengalami kenaikan setiap tahunnya. Berbeda dengan beban

operasi pada PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalami fluktuasi, dimana pada
tahun 2014 sampai dengan 2017 mengalami kenaikan tiap tahunnya akan tetapi

pada tahun 2018 mengalami penurunan.

Laba bersih menrut Kasmir (2011:303) “laba bersih (Net Profit) merupakan

laba yang telah dikurangi biaya-biaya yang merupakan beban perusahaan dalam

suatu periode tertentu termasuk pajak”. Laba bersih dapat dihitung menggunakan

rumus :

Laba Bersih = Laba Kotor – Beban Operasi – Beban Pajak

Sumber Kasmir (2011:303)

Laba Bersih tahun 2014 = 17,099,121 - 9442,399 - 1,938,199 = 5,738,523

Laba Bersih tahun 2015 = 18,648,969 - 10,839,479 - 1,977,685 = 5,851,805

Laba Bersih tahun 2016 = 20,459,096 - 11,887,221 - 2,181,213 = 6,390,672

Laba Bersih tahun 2017 = 21,219,734 - 11,484,053 - 2,367,099 = 7,004,562

Laba Bersih tahun 2018 = 21,092,273 - 8,906,509 - 3,076,319 = 9,109,445

Berdasarkan hasil dari perhitungan laba bersih pada PT. Unilever

Indonesia, Tbk setiap tahunnya yaitu dari tahun 2014 sampai dengan tahun 2018

dapat dilihat pada tabel 4.2 sebagai berikut:


Tabel 4.2
Laba Bersih PT. Unilever Indonesia, Tbk
Periode 2014-2018
(dinyatakan dalam jutaan rupiah)

Pajak
Tahun Laba Kotor Beban Operasi Laba Bersih
Penghasilan
2014 17,099,121 9442,399 1,938,199 5,738,523
2015 18,648,969 10,839,479 1,977,685 5,851,805
2016 20,459,096 11,887,221 2,181,213 6,390,672
2017 21,219,734 11,484,053 2,367,099 7,004,562
2018 21,092,273 8,906,509 3,076,319 9,109,445
Sumber:Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas
Galuh Ciamis (diolah,2020).

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa laba bersih pada PT. Unilever

Indonesia, Tbk tiap tahunnya mengalami kenaikan. Pada tahun 2014 pendapatan

laba bersih mencapai Rp. 5,738,523,000,000. Pada tahun 2015 laba bersih pada

PT. Unilever Indonesia, Tbk mencapai Rp. 5,851,805,000,000. Pada tahun 2016

laba bersih mencapai Rp. 6,390,672,000,000. Pada tahun 2017 laba bersih

mencapai Rp. 7,004,562,000,000. Pada tahun 2018 laba bersih mencapai Rp.

9,109,445,000,000.

4.1.2.2 Deskripsi Dividend Payout Ratio (Variabel Y) di PT. Unilever

Indonesia, Tbk

Dividend Payout Ratio memberikan gambaran tentang berapa banyak uang

yang akan dikembalikan perusahaan kepada pemegang saham dan berapa banyak

yang tersisa untuk di investasikan kembali dalam pertumbuhan, melunasi atau

menambah cadangan kas. Sartono (2010:491) menyatakan bahwa: “Dividend

Payout Ratio merupakan persentase laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen,

atau rasio antara laba yang dibayarkan dalam bentuk dividen dengan total laba
yang tersedia bagi pemegang saham”. Jika dividen per saham dan laba per saham

diketahui, rasio pembayaran dividen dapat dihitung.

Berikut ini merupakan Dividend Per Share di PT. Unilever Indonesia,

Tbk periode 2014 sampai dengan 2018 dapat dilihat pada tabel 4.3.

Tabel 4.3
Dividend Per Share PT. Unilever Indonesia, Tbk
Periode 2014-2018
(dinyatakan dalam jutaan rupiah kecuali dinyatakan lain)
Jumlah Dividen yang Jumlah Lembar DPS
Tahun
Dibayarkan Saham (dinyatakan lain)
2014 5,394,411 7,630 707
2015 5,783,540 7,630 758
2016 6,096,370 7,630 799
2017 6,638,100 7,630 870
2018 6,981,450 7,630 915
Sumber:Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas
Galuh Ciamis (diolah,2020).

DPS yang tinggi mencerminkan perusahaan memiliki prospek yang baik

dan akan menarik minat investor yang memanfaatkan dividen untuk keperluan

konsumsi. Apabila DPS yang diterima naik tentu saja hal ini akan membuat

investor tertarik untuk membeli saham perusahaan tersebut. Dengan demikian,

Dividend Per Share ini dapat dihitung dengan cara membagikan dividen

perusahaan dengan jumah total lembar saham yang beredar.

Berikut ini merupakan Earning Per Share di PT. Unilever Indonesia, Tbk

periode 2014 sampai dengan 2018 dapat dilihat pada tabel 4.4.
Tabel 4.4
Earning Per Share PT. Unilever Indonesia, Tbk
Periode 2009-2018
(dinyatakan dalam jutaan rupiah kecuali dinyatakan lain)
Jumlah Lembar EPS
Tahun Laba Bersih
Saham yang Beredar (dinyatakan lain)
2014 5,738,523 7,630 752
2015 5,851,805 7,630 766
2016 6,390,672 7,630 838
2017 7,004,562 7,630 918
2018 9,109,445 7,630 1,194
Sumber:Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas Galuh
Ciamis (diolah,2020).

Earning Per Share (EPS) merupakan rasio yang menunjukan pembagian

laba untuk setiap saham. Earning Per Share (EPS) ini dapat menggambarkan

profitabilitas perusahaan yang tergambar pada setiap lembar saham. Semakin

tinggi nilai Earning Per Share (EPS) tentu saja dapat menggembirakan para

pemegang saham karena semakin besar laba yang disediakan untuk pemegang

saham dan kemungkinan peningkatan jumlah dividen yang diterima oleh

pemegang saham. Salah satu unsur untuk menghitung Dividend Payout Ratio

(DPR) ini terlebih dahulu harus mengetahui Earning Per Share (EPS). Earning

Per Share (EPS) dapat dihitung dengan dengan cara laba bersih dibandingkan

denga jumlah lembar saham yang beredar. Terlebih dahulu laba bersih dikurangi

dengan posisi dividen untuk saham preferen, baru kemudian dibagikan dengan

jumlah saham yang biasa beredar. Pada umumnya perhitungan Earning Per Share

(EPS) ini menggunakan basis laporan keuangan akhir tahun (auditan), tetapi dapat

pula menggunakan laporan keuangan tengah tahunan, atau laporan keuangan

kuartal.
Dalam praktiknya, laba perusahaan dihitung dengan membagi laba bersih

dengan jumlah rata-rata tertimbang jumlah saham biasa yang beredar sepanjang

tahun. Jumlah rata-rata dipergunakan dalam perhitungan karena jumlah saham

yang beredar selama satu tahun tidak selalu tetap atau dapat berubah-ubah.

Semakin banyak jumlah saham yang beredar akan mempengaruhi tingkat atu

besar laba per lembarnya. Sebab, keuntungan perusahaan akan dibagikan ke

seluruh lembar saham yang diterbitkan oleh perusahaan yang bersangkutan.

Dividen yang diberikan kepada pemegang saham pada PT. Unilever

Indonesia, Tbk ini didasarkan atas dasar per lembar saham. Besar kecilnya dividen

yang akan diberikan kepada para pemegang saham tentunya diputuskan melalui

Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST). Untuk mengetahui berapa

persen Dividend Payout Ratio pada PT. Unilever Indonesia, Tbk selama periode

2014 sampai dengan 2018 dapat dihitung dengan:

Dividend per share


Dividend Payout Ratio= X 100 %
Earning per share

Sumber : Sartono (2010:491)


Rp . 707
Dividend Payout Ratio ( 2014 )= =0,9402=94,02 %
Rp. 752

Rp . 758
Dividend Payout Ratio ( 2015 ) = =0,9896=98,96 %
Rp .766

Rp . 799
Dividend Payout Ratio ( 2016 ) = =0,9535=95,35 %
Rp . 838

Rp . 870
Dividend Payout Ratio ( 2017 ) = =0,9477=94,77 %
Rp . 918

Rp . 915
Dividend Payout Ratio ( 2018 ) = =0,7663=76,63%
Rp .1.194
Berdasarkan hasil dari perhitungan Dividend Payout Ratio pada PT.

Unilever Indonesia, Tbk setiap tahunnya yaitu dari tahun 2014 sampai dengan

tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 4.5 sebagai berikut:

Tabel 4.5
Dividend Payout Ratio (DPR) PT. Unilever Indonesia, Tbk
Periode 2014-2018
No Tahun DPS EPS DPR Perkembangan
1 2014 707 752 94.02 -
2 2015 758 766 98.96 5.25
3 2016 799 838 95.34 (3.65)
4 2017 870 918 94.77 (0.6)
5 2018 915 1,194 76.63 (19.14)
Rata – rata
Sumber:Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas
Galuh Ciamis (diolah,2020).

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa perkembangan

Dividend Payout Ratio (DPR) di PT. Unilever Indonesia Tbk, periode 2014-2018

mengalami fluktuasi. Dividend Payout Ratio (DPR) ini diperoleh dari persentase

hasil perbandingan antara Dividend Per Share (DPS) dengan Earning Per Share

(EPS) sehingga diperoleh data perkembangan Dividend Payout Ratio (DPR) PT.

Unilever Indonesia, Tbk selama lima tahun. Dimana pada tahun 2014 sampai

dengan 2015 bisa dilihat Dividend Payout Ratio (DPR) di PT. Unilever Indonesia,

Tbk mengalami kenaikan 5,25% dari tahun sebelumnya yaitu 94,02% menjadi

98.96%, pada tahun 2016 mengalami penurunan 3,65% yaitu dari 98,96% menajdi

95,34% pada tahun 2017 masih mengalami penurunan namun hanya 0,6% dari

95,34% menjadi 94,77% dan di tahun 2018 dividend payout ratio mengalami

penurunan yang besar yaitu sebesar 19,14% dari 94,77% menjadi 76,63%.
Berdasarkan data di atas dapat diketahui bahwa perkembangan rata-rata

Dividend Payout Ratio (DPR) di PT. Unilever Indonesia, Tbk periode 2014

sampai dengan 2018 tidak mengalami kestabilan atau fluktuatif. Hal ini

disebabkan karena indikator yang dapat mempengaruhi persentase pembayaran

dividen ini (Dividend Payout Ratio) yaitu Dividen Per Sahare (DPS) dan Earning

Per Sahare (EPS) pada PT. Unilever Indonesia, Tbk selama lima tahun terakhir

mengalami fluktuatif.

4.1.2.3 Pengaruh Laba Bersih Terhadap Dividend Payout Ratio di PT.

Unilever Indonesia, Tbk

Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh Laba Bersih terhadap

Dividend Payout Ratio (DPR) pada PT. Unilever Indonesia, Tbk maka harus

diketahui variabel-variabel yang diperlukan untuk diolah dan dianalisis, variabel-

variabel tersebut diantaranya terdiri dari variabel bebas (variabel independen)

dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebsanya yaitu Laba Bersih. Variabel

bebas ini adalah variabel yang dapat dipengaruhi oeh variabel lain. Variabel

lainnya yaitu variabel terikat atau disebut dengan (variabel dependen) yang

menjadi variabel terikat dalam penelitian ini adalah Dividend Payout Ratio (DPR).

Data yang akan dianalisisi merupakan data Laba Bersih dan Dividend Payout

Ratio (DPR) PT. Unilever Indonesia, Tbk selama lima tahun , yaitu dimulai dari

periode 2014 samapi dengan 2018.

Analisis data kuantitaif dalam penelitian ini digunakan untuk menjabarkan

hasil penelitian dalam bentuk perhitungan angka yang mana diterapkan dengan
menggunakan rumus-rumus statistik. Analisis data kuantitatif yang digunakan

dalam penelitian ini adalah Regresi linier sederhana.

Regresi linier sederahana dapa diuji signifikansi dengan menggunakn uji

koefisien kolerasi sederhana dan koefisien determinasi (KD) diuji signifikansinya

dengan menggunakan uji t. Untuk mengetahui uji regresi linier sederhana dan

Koefisien Determinasi (KD), maka sebelumnya terlebih dahulu dilakukan

penyajian data hasil penelitian sebagai berikut:

Tabel 4.7
Data Hasil Penelitian
(dinyatakan dalam jutaan kecuali dinyatakan lain)

Dividend
Laba Payout
Tahu
Bersih Ratio (Y) X² Y² XY
n
(X) Dinyataka
n lain
2014 5.738.523 0,9402 32.930.072.369.229 0,8840 5395359,325

2015 5.864.386 0,9896 34.243.621.758.025 0,9793 5790946,228

2016 6.390.672 0,9534 40.840.688.611.584 0,9090 6092866,685

2017 7.004.562 0,9477 49.063.888.811.844 0,8981 6638223,407

2018 9.109.445 0,7663 82.981.988.208.025 0,5872 6980567,704

34.095.00 240.060.259.758.70 4,257 30.897.963,3


4,5972
Ʃ 7 7 6 5

1) Analisis Koefisien Korelasi Sederhana.

Untuk mengetahui hubungan antara laba bersih dengan kebijakan dividen

dihitung dengan analisis koefisien kolerasi.

Koefisien korelasi dihitung dengan rumus :


n ( ΣXY )−(ΣX )(ΣY )
r xy =
√¿¿¿

5(30897963,35)−( 34095007 ) ( 4 ,5972 )


r xy =
√¿ ¿ ¿

154489816,75−156741566,18
r xy =
√[37831796463486][¿ 0,1538]¿
−2251749 , 43
r xy =
2412162,99

r xy =¿ -0,93

Berdasarkan perhitungan analisis koefisien kolerasi (r xy ) diketahui nilai (

r xy ¿ negatif sebesar -0,93, artinya stiap peningkatan laba bersih tidak diikuti

dengan perkembangan kebijakan dividen.

2) Analisi Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui pengaruh laba bersih terhadap kebijakan dividen dapat

dihitung menggunakan rumus Koefisien Determinasi yaitu:

KD=r2 x 100%
(Sumber :Sugiyono, 2013:231)

KD = r2 x 100%
KD = -0,932 x 100%

KD = -0,8649 x 100%

KD = 86.49 %

Dari hasil perhitungan tersebut diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar

86.49%. Artinya pengaruh laba bersih terhadap Kebijakan perusahaan sebesar

86.49 %, sedangkan sisanya sebesar 13,51% dipengaruhi oleh faktor lain di luar

laba bersih yang tidak diteliti dalam penelitian ini.


3) Uji t

Untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh laba bersih terhadap

kebijakan dividen diketahui menggunakan uji t dengan rumus sebagai berikut:

r √( n−2 )
t=
√ 1−r 2
−0,93 √ (5−2 )
t=
√ 1−¿ ¿ ¿
−0 , 93 √3
t=
√1−¿ ¿ ¿
−1,6108
t=
0,367 6

t=¿- 4,3819

Dengan uji t hitung sebesar -4,3819 pada dk = (n-2) = (5-2) = 3 dan ɑ = 0,05

diperoleh t tabel sebesar 2,3533 dengan demikian maka t hitung > dari t tabel, ini berarti

hipotesis yang penulis ajukan diterima, artinya terdapat pengaruh yang signifikan

antara Laba Bersih terhadap Dividend Payout Ratio pada PT. Unilever Indonesia,

Tbk

2.2. Pembahasan

4.2.1 Laba Bersih Pada PT. Unilever Indonesia, tbk

Laba bersih pada PT. Unilever Indonesia, Tbk periode tahun 2014 sampai

dengan 2018 yang dihitung menggunakan indikator perhitungan laba bersih tiap

tahunya cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2014 pendapatan laba bersih

mencapai Rp. 5,738,523,000,000. Pada tahun 2015 laba bersih mengalami


kenaikan mencapai Rp. 5,851,805,000,000. Pada tahun 2016 laba bersih juga

mengalami kenaikan hingga mencapai Rp. 6,390,672,000,000. Pada tahun 2017

laba bersih mencapai Rp. 7,004,562,000,000. Pada tahun 2018 laba bersih

mencapai Rp. 9,109,445,000,000. Hal tersebut menandakan bahwa perolehan laba

di PT. Unilever Indonesia, Tbk sangat stabil.

Peningkatan laba bersih lebih dikarenakan secara umum PT. Unilever

Indonesia, Tbk memaksimalkan jumlah pendapatan operasional perusahaan dan

meminimalisir jumlah beban operasional perusahaan, dan hal tersebut akan

mengakibatkan jumlah laba bersih yang dihasilkan perusahaan juga cenderung

meningkat setiap tahunnya seiring dengan kenaikan tingkat pendapatannya.

Kenaikan laba di PT. Unilever Indonesia, Tbk disebabkan oleh banyak

faktor yang mempengaruhinya. Menurut I Nyoman Kusuma (2012:249)

"pertumbuhan laba dipengaruhi oleh perubahan komponen-komponen dalam

laporan keuangan misalnya perubahan penjualan, perubahan harga pokok

penjualan, perubahan beban operasi, perubahan beban bunga dan perubahan pajak

penghasilan".

4.2.2 Dividen Payout Ratio di PT. Unilever Indonesia, Tbk

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa perkembangan Dividend

Payout Ratio (DPR) di PT. Unilever Indonesia, Tbk, periode 2014 sampai dengan

2018 mengalami fluktuatif. Pada tahun 2014 sampai dengan 2015 bisa dilihat

Dividend Payout Ratio (DPR) di PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalami

kenaikan 4,92% dari tahun sebelumnya yaitu 94,02% menjadi 98.96%, pada tahun

2016 mengalami penurunan 3,62% yaitu dari 98,96% menajdi 95,34% pada tahun
2017 masih mengalami penurunan namun hanya 0,57% dari 95,34% menjadi

94,77% dan di tahun 2018 dividend payout ratio mengalami penurunan yang

besar yaitu sebesar 18,14% dari 94,77% menjadi 76,63%.

Perkembangan Dividend Payout Ratio (DPR) di PT. Unilever Indonesia,

Tbk periode 2014 sampai dengan 2018 tidak mengalami kestabilan atau fluktuatif.

Hal ini disebabkan karena indikator yang dapat mempengaruhi persentase

pembayaran Dividend Payout Ratio yaitu Dividen Per Sahare (DPS) dan Earning

Per Sahare (EPS) pada PT. Unilever Indonesia, Tbk selama lima tahun terakhir.

4.2.3 Pengaruh Laba Bersih Terhadap Kebijakan Dividen.

Berdasarkan hasil penelitian menunjukan bahwa data laba bersih memiliki

koefisien korelasi sebesar -0,93 dengan kebijakan dividen. Artinya hubungan

antara Laba Bersih dengan Kebijakan Dividen pada PT. Unilever Indonesia, Tbk

memiliki korelasi negatif. Artinya tingkat korelasi antara laba bersih dengan

kebijakan dividen dinyatakan memiliki tingkat hubungan yang sangat kuat dan

berbanding terbalik karena bertanda negatif. Dimana semakin besar laba bersih

maka kebijakan dividen akan mengalami penurunan.

Hasil koefisien determinasi menunjukkan bahwa pengaruh laba bersih

terhadap kebijakan dividen sebesar 86.49% sedangkan sisanya 99,19%

dipengaruhi oleh faktor lain diluar laba bersih yang tidak diteliti dalam penelitian

ini. Hasil uji hipotesis menunjukkan thitung sebesar -4,3819 dan kemudian

dibandingkan dengan ttabel adalah sebesar 2,3533 terlihat bahwa thitung > ttabel maka

hipotsesis diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh negatif


namun signifikan antara bersih terhadap kebijakan dividen pada PT. Unilever

Indonesia, Tbk.

Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh

Damayanti dan Fatchan (2006) yang menyimpulkan bahwa variabel laba bersih

memiliki pengaruh negative namun signifikan terhadap Kebijakan Dividen. Hasil

penelitian ini tidak mendukung hasil penelitian yang dilakukan oleh Prihantoro

(2003) menyatakan bahwa Laba Bersih tidak berpengaruh terhadap Kebijakan

Dividen.

Laba bersih memiliki pengaruh negatif terhadap Kebijakan Dividen. Besar

kecilnya dividen yang dibayarkan kepada pemegang saham tergantung pada

kebijakan dividen masing-masing perusahaan dan dilakukan berdasarkan

pertimbangan berbagai faktor.

Menurut Riyanto (2010:267), faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan

dividen suatu perusahaan adalah:

1) Posisi Likuiditas Perusahaan, posisi kas atau likuiditas dari suatu


perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan
sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang
akan dibayarkan kepada para pemegang saham.
2) Kebutuhan Dana Untuk Membayar Hutang, apabila perusahaan
menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan,
berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya
untuk keperluan tersebut, yang ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja
dari pendapatan atau earning yang dapat dibayarkan sebagai dividen.
3) Tingkat Pertumbuhan Perusahaan, makin cepat tingkat pertumbuhan suatu
perusahaan, makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan tersebut.
4) Pengawasan Terhadap Perusahaan, pada pembelanjaan intern dalam
rangka usaha mempertahankan “control” terhadap perusahaan, berarti
mengurangi “dividen payout ratio”nya.
Semakin besar laba bersih yang dihasilkan perusahaan tidak menunjukkan

bahwa perusahaan memiliki kas yang cukup untuk membayar dividen mengingat

perusahaan bisa saja memiliki laba bersih akan tetapi kas yang dimilikinya sangat

sedikit karena laba bersihnya dapat berupa keuntungan yang didapat dari transaksi

non kas.

Anda mungkin juga menyukai