Anda di halaman 1dari 32

MAKALAH ANALISIS LAPORAN KEUANGAN

PT. Unilever Indonesia Tbk (“UNVR”)

Dosen Pengampu : Muhammad Ahyaruddin, SE.,M.Sc., Ak

DISUSUN OLEH :

VANI DWI JAYANTI 170301301

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
TAHUN 2019/2020
KATA PENGANTAR

Assalamualaikumwarahmatullahiwabarokatu.
Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami mengucapkan banyak terimakasih
atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi
maupun pikirannya. Dalam makalah ini kami membahas tentang “Analisis Bisnis serta Rasio
Keuanganpada PT. Unilever Indonesia Tbk.”
Harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman
bagi para pembaca. Untuk kedepannya agar dapat memperbaiki bentuk maupun menambah
isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun
pengalaman, kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu, kami
sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Kami akhiri “Wassalamualaikumwarahmatullahiwabarokatuh”

Pekanbaru, Juni 2020

Penulis

i
DAFTAR ISI

JUDUL
KATA PENGANTAR ....................................................................................... ......i
DAFTAR ISI ...................................................................................................... .....ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ .....1
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... .....1
1.3 Tujuan Penulisan ..................................................................................... .....1
BAB II TINJAUAN LITERATUR
2.1 Gambaran Umum Perusahaan.................................................................... 3
2.2 Struktur Organisasi.................................................................................... 4
2.3 Penerapan GCG.......................................................................................... 6
BAB III Pembahasan
3.1 Analisis Bisnis ........................................................................................... 8
3.2 Rasio Keuangan .................................................................................... .....11
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................... .......27
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


PT Unilever Indonesia Tbk ("Perseroan") terus melakukan transformasi bisnis agar
dapat secara lebih efektif menyiasati perubahan besar di pasar dan pada perilaku konsumen.
Melalui brand-brand kami yang digerakkan oleh tujuan/misi sosial yang luhur, unilever
menginspirasi dan memberdayakan jutaan orang untuk membuat perubahan positif dalam
kehidupan mereka, yang pada akhirnya akan membantu terciptanya masa depan yang lebih
berkelanjutan bagi kita semua.
Unilever Indonesia berkomitmen untuk tumbuh secara berkelanjutan dan inklusif.
Visi kami adalah menciptakan pertumbuhan yang menguntungkan, yang tidak hanya
membawa manfaat bagi pemegang saham, melainkan juga memicu perubahan positif bagi
masyarakat
10 tahun terakhir, unilever indonesia mengurangi konsumsi energi sebesar 32,78%,
emisi CO2 sebesar 33,17%, konsumsi air sebesar 26,26%, COD di air limbah unilever
indonesia sebesar 90,50% dan total limbah sebesar 37,86%. Melalui brand-brand unilever
indonesia yang memiliki tujuan/misi sosial yang kuat, unilever indonesia telah bermitra
dengan ribuan ibu, anakanak, guru, petani, profesional medis, pedagang, dan masyarakat di
seluruh negeri untuk mengembangkan keterampilan, membangun perilaku dan mengambil
tindakan yang secara kumulatif dan kolektif akan memiliki andil dalam membangun masa
depan yang lebih berkelanjutan untuk Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang masalah yang telah penulis paparkan. Maka disusunlah
rumusan masalah sebagai berikut.:
1) Bagaimanakah analisis bisnis pada PT.Unilever Indonesia, Tbk?
2) Bagaimana penerapan GCG pada PT. Unilever Indonesia, Tbk?
3) Bagaimanakahanalisis rasio keuangan pada PT.Unilever Indonesia, Tbk?

1.3 Tujuan
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas. maka tujuan dari penulisan
makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui analisis bisnis pada PT.Telkom Indonesia, Tbk.
1
2. Untuk penerapan GCG pada PT. Unilever Indonesia, Tbk
3. Untuk mengetahui analisis rasio keuangan pada PT.Telkom Indonesia, Tbk.

2
BAB II
TINJAUAN LITERATUR

2.1 Profil Perusahaan


Selama 85 tahun, Unilever Indonesia telah menjadi yang terdepan di industri barang-
barang konsumsi di Indonesia. Bisnis kami didirikan dengan berlandaskan pada sebuah
tujuan utama, yakni untuk memasyarakatkan cara hidup yang berkelanjutan.
Unilever didirikan pada tahun 1930 sebagai hasil penggabungan dari produsen
margarin asal Belanda, Margarine Unie dan produsen sabun asal Inggris, Lever Brothers.
Selama paruh kedua dari abad ke-20, Unilever secara signifikan berdiversifikasi ke berbagai
bidang bisnis dan juga berekspansi ke berbagai negara. Unilever juga membuat beberapa
upaya akuisisi, termasuk Lipton (1971), Brooke Bond (1984), Chesebrough-Ponds (1987),
Best Foods dan Ben & Jerry's (2000), serta Alberto-Culver (2010). Pada dekade 2010an, di
bawah kepemimpinan Paul Polman, Unilever secara perlahan menggeser fokus bisnisnya ke
bisnis kesehatan dan kecantikan, dari yang sebelumnya ke bisnis makanan, yang
menunjukkan tren perlambatan pertumbuhan. Unilever N.V. resmi tercatat publik di Bursa
Efek Indonesia, New York Stock Exchange, Euronext Amsterdam, London Stock Exchange
dan juga merupakan komponen Indeks AEX, Indeks FTSE 100, Euro Stoxx 50 sebagai papan
Perseroan pertama kali didirikan dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. pada
tanggal 5 Desember 1933. Di tahun 1980, nama Perseroan diubah menjadi "PT Unilever
Indonesia", yang tercatat dalam akta No. 171 dari notaris Ny. Kartini Muljadi, S.H. tertanggal
22 Juli 1980. Perseroan mengalami perubahan nama lebih lanjut menjadi "PT Unilever
Indonesia Tbk" pada 30 Juni 1997 yang tercatat oleh akta No. 92 dari notaris publik Tn.
Mudofir Hadi, SH. Akta tersebut disahkan oleh Menteri Kehakiman melalui Surat Keputusan
No.C2-1.049HT.01.04-Th.1998 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan dalam Berita
Negara No. 39 tertanggal 15 Mei 1998, Suplemen No. 2620. Setelah menjadi perusahaan
publik di tahun 1981, Unilever Indonesia menawarkan sahamnya pada masyarakat melalui
Bursa Efek di Jakarta dan Surabaya pada tanggal 11 Januari 1982, dan sejak saat itu pula
tercatat di Bursa Efek Indonesia. Pada akhir tahun 2018, saham Perseroan menempati
peringkat ke-5 kapitalisasi pasar terbesar di Bursa Efek Indonesia.
Unilever memiliki lebih dari 400 merek dagang, dengan 14 merek diantaranya
memiliki total penjualan lebih dari £1 milliar, yakni: Axe, Dove, Omo, Becel, Heartbrand,
Hellmann's, Knorr, Lipton, Lux, Magnum, Rama, Rexona, Sunsilk dan Surf.[7] l Unilever
3
N.V. dan Unilever plc, beroperasi di bawah satu nama dan dipimpin oleh dewan direksi yang
sama. Unilever dibagi menjadi empat divisi utama, yakni Makanan, Minuman dan Es Krim,
Perawatan Rumah Tangga, dan Perawatan Tubuh. Unilever memiliki pusat riset dan
pengembangan di Inggris, Belanda, Tiongkok, India, dan Amerika Serikat

Visi & Misi

“Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari masyarakat Indonesia dengan menyentuh
kehidupan setiap orang Indonesia setiap harinya”

• Kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari.
• Kami membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih menikmati
hidup melalui brand dan layanan yang baik bagi mereka dan orang lain.
• Kami menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil setiap harinya yang
bila digabungkan bisa mewujudkan perubahan besar bagi dunia.
• Kami senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang memungkinkan
kami untuk terus bertumbuh seraya mengurangi dampak terhadap lingkungan.

2.2 Struktur Organisasi


Struktur Organisasi perusahaan merupakan gambaran dari tanggung jawab
perusahaan, tugas dan kewajiban serta kekuasaan yang ada pada perusahaan dalam rangka
memberi isi dan arah terhadap perusahaan, untuk memudahkan personil dalam melaksanakan
aktivitasnya mencapai tujuan akhir yang telah ditentukan.

4
Pada bagan Pembagian struktur organisasi PT Unilever Indonesia di atas , dapat
diketahui bahwa Pembagiannya berdasarkan pada product yang dihasilkan oleh masing
masing divisi , dan juga dibagi berdasarkan fungtionalnya , berikut adalah perinciannya:

Pembagian pertama adalah berdasarkan pada product yang dihasilkan:

• Director Food adalah orang yang mengatur segala kegiatan berkaitan dengan
produk makanan yang dihasilkan Unilever
• Director Ice Cream adalah orang yang mengatur segala kegiatan berkaitan dengan
produk ice cream yang dihasilkan Unilever

Pembagian kedua adalah berdasarkan functionalnya:

• Chief financial officer adalah orang yang mengatur segala kegiatan berkaitan
dengansemua keuangan yang ada pada Unilever.
• Home dan personal care adalah bekerja mengurusi semua yang ada di dalam
perusahaan , berkaitan dengan individu kepegawaian.
• Supplaychain adalah bagian untuk Mengatasi permasalahan bahan baku (suply chain)
• Customer development adalah bagian untuk mengurusi tentang masalah customer,
merangkul customer sebanyak banyak nya.

5
• Human Resources dan corporate relation: adalah bagian untuk human resource dan
hubungan antar perusahaan atau yang bekerjasama dengan perusahaan.

Dapat dilihat pada gambar bagan struktur organisasi di atas, bahwa setiap pembagian director
mempunyai sub divisi yang berada di bawahnya. Contohnyadirector home dan personal
care,mempunyai sub divisi yaitu comercial HPC danMarketing HPC , setiap kegiatan yang
dilakukan oleh dua divisi yang ada di bawah director , akan ada dibawah pengawasan
director, begitupula pada marketing HPC adahome care dan personal care , home
care dan personal care akan berada di bawah pengawasan marketing HPC sehingga segala
pngaduan kerja harus melalui marketing HPC dan tidak boleh langsung ke director.

Walaupun demikian, karena Unilever adalah learning organitation, maka sharing antar divisi
boleh dilakukan, tidak mengenal struktur organisasi. Akan tetapi permasalahan interen di
dalam divisi ini harus diselesaikan per divisi secara urutan struktur organisasi.

2.3 Penerapan GCG

"Good Corporate Governance" atau disingkat "GCG"), adalah prinsip-prinsip yang


mendasari suatu proses dan mekanisme pengelolaan perusahaan berlandaskan peraturan
perundang-undangan dan etika berusaha. Penerapan prinsip GCG / tata kelola perusahaan
yang baik dapat meningkatkan kinerja perusahaan dan nilai ekonomi jangka panjang bagi
para investor dan pemangku kepentingan (stakeholder).

Perseroan telah menetapkan sebuah kerangka kerja tata kelola perusahaan yang
mengatur hubungan antara Perseroan dengan pemegang saham dan para pemangku
kepentingan lainnya, dan hubungan antara Rapat Umum Pemegang Saham, Dewan Komisaris
dan Direksi.

Kerangka kerja ini mencakup sistem dan kebijakan yang mengatur pengelolaan aset
dan risiko guna mendukung kesehatan keuangan dan pencapaian tujuan pertumbuhan
Perseroan, kepatuhan terhadap ketentuan perundang-undangan, pengembangan sumber daya
manusia, praktek manajemen keselamatan dan lingkungan serta pengembangan budaya
Perseroan.

6
Kerangka kerja tersebut didukung oleh berbagai panduan dan sistem kontrol termasuk
sistem kontrol internal, sistem manajemen risiko, audit internal, Prinsip Bisnis atau Code of
Business Principles (CoBP), Anggaran Dasar Perseroan, Pedoman Mitra Bisnis Unilever,
Pedoman Pertanian Berkelanjutan (USAC) dan sistem manajemen mutu, serta proses bisnis
dan standar prosedur operasional unilever.

Seperti dipersyaratkan oleh Undang-Undang Nomor 40/2007 tentang Perseroan


Terbatas, dan sebagaimana tercantum dalam Anggaran Dasar Unilever Indonesia, Perseroan
terdiri dari tiga organ perusahaan utama, yang saling berdiri sendiri: Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS), Dewan Komisaris dan Direksi. Dewan Komisaris dan Direksi bertanggung
jawab kepada RUPS. Pengaturan ini memastikan adanya pemisahan yang jelas antara fungsi
pengawasan dan pengambilan keputusan dalam Perseroan.

Bersama-sama, ketiga organ ini bertanggung jawab untuk membangun kerangka kerja tata
kelola perusahaan yang baik, dan untuk memimpin pelaksanaan dan pemantauan tata kelola
perusahaan dengan bantuan Sekretaris Perusahaan dan Komite di bawah Dewan Komisaris.

Kerangka kerja tata kelola perusahaan yang baik ini didukung oleh beberapa
mekanisme yang saling melengkapi untuk memastikan bahwa tata kelola perusahaan
diterapkan secara efektif dan konsisten di seluruh lini operasional kami dan oleh seluruh
karyawan di dalam organisasi. Mekanisme tersebut antara lain sistem pengendalian internal,
sistem manajemen risiko, audit internal dan eksternal, Kode Etik, Anggaran Dasar, Kode
Mitra Bisnis Unilever, manajemen sistem mutu, dan prosedur operasi standar dan proses
bisnis kami.

7
BAB III

PEMBAHASAN

3.1 Analisi Bisnis


Tahun 2019, kami meyakini adanya ruang bagi Perseroan untuk bertumbuh secara
kompetitif. Kami melihat masih adanya potensi yang sangat besar di pasar Indonesia dalam
jangka panjang, dengan berkembangnya populasi usia produktif, meningkatnya kemakmuran,
dan rendahnya tingkat konsumsi per kapita, dimana semuanya menawarkan peluang yang
besar untuk kami untuk bertumbuh secara berkelanjutan dan menguntungkan. Kami telah
menyiapkan strategi-strategi untuk tetap selalu tumbuh. Kekuatan digitalisasi dan inovasi
akan berperan penting dalam rencana pertumbuhan kami. Kami berinvestasi secara intensif
dalam memperkuat ekuitas brand kami, yaitu untuk mengisi peluang-peluang baru untuk
dapat memenuhi aspirasi dan kebutuhan konsumen. Dengan strategi yang kuat di tahun 2019,
Perseroan percaya dan menaretkan akan bertumbuh secara positif, menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang penuh tantangan dan membangun bisnis yang lincah dan tangguh untuk
masa depan.
Pada tanggal 31 Desember 2019, saham dan opsi dalam NV atau PLC berjumlah
11.944.106 (2018: 14.595.111) beredar sehubungan dengan rencana kompensasi berbasis
saham NV, PLC dan anak perusahaannya, termasuk rencana Amerika Utara.
Untuk memenuhi opsi dan penghargaan yang diberikan, perusahaan grup NV tertentu
memiliki 12.419.009 (2018: 15.010.429) saham biasa NV atau PLC. Saham yang diperoleh
selama 2019 mewakili 0,14% dari modal saham Grup yang dipanggil. Saldo saham yang
dimiliki sehubungan dengan rencana saham pada tanggal 31 Desember 2019 mewakili 0,47%
(2018: 0,5%) dari modal saham Grup yang dipanggil.
Nilai buku € 640 juta (2018: € 704 juta) dari semua saham yang dimiliki sehubungan dengan
rencana kompensasi berbasis saham untuk NV dan PLC dieliminasi pada konsolidasi dengan
mengurangi dari cadangan lain. Nilai pasar mereka pada 31 Desember 2019 adalah € 635 juta
(2018: € 700 juta).
Pada tanggal 31 Desember 2019, harga pelaksanaan opsi PLC dan NV nil (2018: nihil)
berada di atas harga pasar saham.
Saham yang dimiliki untuk memenuhi opsi dan penghargaan dicatat sesuai dengan IAS 32
'Instrumen Keuangan: Penyajian'. Semua perbedaan antara harga beli saham yang dimiliki

8
untuk memenuhi opsi dan penghargaan yang diberikan dan hasil yang diterima untuk saham,
baik saat latihan atau selang, dibebankan ke cadangan.
Antara 31 Desember 2019 dan 20 Februari 2020 (tanggal praktis terakhir untuk dimasukkan
dalam laporan ini), nol saham diberikan, 2.848.795 saham diputuskan dan 123.506 saham
hangus terkait dengan Rencana Saham Kinerja.

3.2. Analisis Comparatif dan Common Size


Analisis comparatif
Analisis komparatif adalah teknik analisis yang dilakukan dengan cara membuat
perbandingan antar elemen (laporan keuangan) yang sama untuk beberapa periode yang
berurutan. Analisis ini bisa juga disebut sebagai analisis horizontal/trend analysis. Tujuan
analisis komparatif adalah untuk memperoleh gambaran tentang arah dan kecenderungan
(tendensi) tentang perubahan yang mungkin akan terjadi pada setiap elemen laporan
keuangan di masa yang akan datang. Informasi hasil analisis komparatif bermanfaat untuk
memperediksi tentang kemungkinan yang akan terjadi pada setiap elemen laporan keuangan
di masa yang akan datang.
PT Unilever Indonesia Tbk
Laporan Posisi keuangan Analisis Komperatif
Perode 2018-2019

31 December 2019 31 December 2018 Perubahan Absolut Perubahan Relatif


Penjualan dan pendapatan usaha 42.922.563 41.802.073 1.120.490 2,68%
Beban pokok penjualan dan pendapatan (20.893.870) (20.697.246) 196.624 0,95%
Jumlah laba bruto 22.028.693 21.104.827 923.866 4,38%
Beban penjualan (8.049.388) (7.678.122) 371.266 4,84%
Beban umum dan administrasi (3.861.481) (3.925.110) (63.629) -1,62%
Pendapatan keuangan 11.096 15.776 (4.680) -29,67%
Beban keuangan (230.230) (191.900) 38.330 19,97%
Pendapatan lainnya 3.082 2.822.616 (2.819.534) -99,89%
Jumlah laba (rugi) sebelum pajak penghasilan 9.901.772 12.148.087 (2.246.315) -18,49%
Pendapatan (beban) pajak (2.508.935) (3.066.900) 557.965 -18,19%
Jumlah laba (rugi) dari operasi yang dilanjutkan 7.392.837 9.081.187 (1.688.350) -18,59%
Jumlah laba (rugi) 7.392.837 9.081.187 (1.688.350) -18,59%
Jumlah pendapatan komprehensif lainnya (302.680) 276.750 (579.430) -209,37%
yangpendapatan
Jumlah tidak akan direklasifikasi
komprehensif ke laba rugi,
lainnya, (302.680) 276.750 (579.430) -209,37%
setelahlaba
Jumlah pajak
rugi komprehensif 7.090.157 9.357.937 (2.267.780) -24,23%
Laba (rugi) yang dapat diatribusikan ke entitas 7.392.837 9.081.187 (1.688.350) -18,59%
induk
Laba rugi komprehensif yang dapat 7.090.157 9.357.937 (2.267.780) -24,23%
diatribusikan
Laba (rugi)ke
perentitas
sahaminduk
dasar dari operasi 969,00 1.190,00 (221) -18,57%
yang dilanjutkan

• Penjualan Neto

9
Dapat dilihat pada tabel analisa komparatif laporan laba rugi UNVR mencatatkan
kinerja yang kuat dimana penjualan mengalami peningkatan sebesar 1.120.480 yang
artinya meningkat 2,68% menjadi Rp42,922.653 di tahun 2019 dari tahun sebelumnya
sebesar Rp.41.802.073.

• Laba Bruto dan Laba Usaha (EBIT)


Seliring kenaikan penjualan, laba bruto pada PT Unilever Indonesia Tbk meningkat 4%
menjadi Rp22.028.693 di tahun 2019 dari Rp 21.104.827 di tahun 2018. Marjin laba bruto
• Laba Tahun Berjalan
Laba tahun berjalan mencapai Rp969,00turun -18,57% dari Rp1.191,00 di tahun
2018.

10
PT Unilever Indonesia Tbk
Laporan Posisi keuangan
Perode 2018-2019
Analisis Komperatif
31 Decem ber 2019 31 Decem ber 2018 perubahan absolut perubahan relatif
Aset
Aset lancar
Kas dan setara kas 628.649 351.667 276.982 78,76%
Piutang usaha pihak ketiga 4.896.714 4.485.405 411.309 9,17%
Piutang usaha pihak berelasi 438.775 498.066 (59.291) -11,90%
Piutang lainnya pihak ketiga 78.378 92.172 (13.794) -14,97%
Piutang lainnya pihak berelasi 33.884 27.763 6.121 22,05%
Persediaan lancar lainnya 2.429.234 2.658.073 (228.839) -8,61%
Biaya dibayar dimuka lancar 24.700 97.701 (73.001) -74,72%
Pajak dibayar dimuka lancar 0 47.063 (47.063) -100,00%
Jumlah aset lancar 8.530.334 8.257.910 272.424 3,30%
Aset tetap 10.715.376 10.627.387 87.989 0,83%
Goodwill 61.925 61.925 - 0,00%
Aset takberwujud selain goodwill 402.718 434.205 (31.487) -7,25%
Aset tidak lancar non-keuangan lainnya 939.018 945.442 (6.424) -0,68%
Jumlah aset tidak lancar 12.119.037 12.068.959 50.078 0,41%
Jumlah aset 20.649.371 20.326.869 322.502 1,59%
Pinjaman jangka pendek 2.920.000 460.000 2.460.000 534,78%
Utang usaha pihak ketiga 4.322.771 4.288.383 34.388 0,80%
Utang usaha pihak berelasi 194.183 284.217 (90.034) -31,68%
Utang lainnya pihak ketiga 1.293.017 1.338.860 (45.843) -3,42%
Utang lainnya pihak berelasi 784.606 772.680 11.926 1,54%
Liabilitas keuangan jangka pendek lainnya 126.179 139.036 (12.857) -9,25%
Beban akrual jangka pendek 2.751.404 2.681.273 70.131 2,62%
Liabilitas imbalan pasca kerja jangka 73.986 297.907 (223.921) -75,16%
pendek
Utang pajak 599.162 1.011.466 (412.304) -40,76%
Jumlah liabilitas jangka pendek 13.065.308 11.273.822 1.791.486 15,89%
Liabilitas pajak tangguhan 335.570 359.930 (24.360) -6,77%
Kewajiban imbalan pasca kerja jangka 1.047.816 412.004 635.812 154,32%
panjang
Liabilitas keuangan jangka panjang 918.815 897.446 21.369 2,38%
lainnya
Liabilitas non-keuangan jangka panjang -
Jumlah liabilitas jangka panjang 2.302.201 1.669.380 632.821 37,91%
Jumlah liabilitas 15.367.509 12.943.202 2.424.307 18,73%
Saham biasa 76.300 76.300 - 0,00%

Tambahan modal disetor 96.000 96.000 - 0,00%


Saldo laba yang telah ditentukan 15.260 15.260 - 0,00%
penggunaannya
Saldo laba yang belum ditentukan 5.094.302 7.196.107
penggunaannya (2.101.805) -29,21%
Jumlah ekuitas yang diatribusikan kepada 5.281.862 7.383.667
pemilik entitas induk (2.101.805) -28,47%
Jumlah ekuitas 5.281.862 7.383.667 (2.101.805) -28,47%
Jumlah liabilitas dan ekuitas 20.649.371 20.326.869 322.502 1,59%

Total asset lancar tahun 2019 mengalami kenaikan sebesar Rp. 8.530.334 atau sebesar
3,30%. Hal ini terjadi karna penurunan yang signifikan pada beberapa akun, seperti pada
akun piutang lainnya pihak ketiga sebesar -14,97%, untuk pajak dibayar dimuka sebesar -
100% dan akun kas dan setara kas mengalami kenaikan sebesar 78,76%

selanjutnya untuk pengelompokkan aset tidak lancar bisa kita lihat dari Total asset tidak
lancar secara general mengalami peningkatan sebesar 1,59% .

11
Total Asset secara keseluruhan mengalami peningkatan senilai Rp. 2.460.000 Hal
itu meng-indikasikan bahwa pada tahun 2019 perusahaan telah melakukan perluasan usaha
untuk mening-katkan aktiva lancarnya untuk mendukung pening-katan penjualan.

Analisis Common Size


Analisis Common Size berguna adalah laporan untuk membandingkan periode berjalan
dengan periode sebelumya, antar sebuah perusahaan, atau antar sebuah perusahaan dengan
persentase industri.Analisis Laporan Keuangan vertikal dan horizontal baik dalam nilai
rupiah dan persentase berguna dalam menilai hubungan dan tren dalam kondisi keuangan dan
operasi sebuah perusahaan.
Analisis vertikal baik dalam nilai rupiah dan persentase juga berguna dalam
membandingkan dalam satu perusahaan dengan yang lain atau dengan rata-rata
industri.Perbandingan semacam ini lebih mudah dibuat dengan menggunakan laporan ukuran
sama. Di laporan ukuran sama (common size statement) seluruh pos dinyatakan dalam
persentase.

12
PT Unilever Indonesia Tbk
Laporan Posisi keuangan Analisa Common size
Perode 2018-2019
31 Decem ber 2019 31 Decem ber 2018
Kas dan setara kas 628.649 351.667 31 Decem ber 2019 31 Decem ber 2018
Piutang usaha pihak ketiga 4.896.714 4.485.405 3,04% 1,73%
Piutang usaha pihak berelasi 438.775 498.066 23,71% 22,07%
Piutang lainnya pihak ketiga 78.378 92.172 2,12% 2,45%
Piutang lainnya pihak berelasi 33.884 27.763 0,38% 0,45%
Persediaan lancar lainnya 2.429.234 2.658.073 0,16% 0,14%
Biaya dibayar dimuka lancar 24.700 97.701 11,76% 13,08%
Pajak dibayar dimuka lancar 0 47.063 0,12% 0,48%
Jumlah aset lancar 8.530.334 8.257.910 0,00% 0,23%
Aset tetap 10.715.376 10.627.387 41,31% 40,63%
Goodwill 61.925 61.925 51,89% 52,28%
Aset takberwujud selain goodwill 402.718 434.205 0,30% 0,30%
Aset tidak lancar non-keuangan lainnya 939.018 945.442 1,95% 2,14%
Jumlah aset tidak lancar 12.119.037 12.068.959 4,55% 4,65%
Jumlah aset 20.649.371 20.326.869 58,69% 59,37%
Pinjaman jangka pendek 2.920.000 460.000 100,00% 100,00%
Utang usaha pihak ketiga 4.322.771 4.288.383 14,14% 2,26%
Utang usaha pihak berelasi 194.183 284.217 20,93% 21,10%
Utang lainnya pihak ketiga 1.293.017 1.338.860 0,94% 1,40%
Utang lainnya pihak berelasi 784.606 772.680 6,26% 6,59%
Liabilitas keuangan jangka pendek lainnya 126.179 139.036 3,80% 3,80%
Beban akrual jangka pendek 2.751.404 2.681.273 0,61% 0,68%
Liabilitas imbalan pasca kerja jangka 73.986 297.907 13,32% 13,19%
pendek
Utang pajak 599.162 1.011.466 0,36% 4,14%
Jumlah liabilitas jangka pendek 13.065.308 11.273.822 2,90% 13,70%
Liabilitas pajak tangguhan 335.570 359.930 63,27% 55,46%
Kewajiban imbalan pasca kerja jangka 1.047.816 412.004 1,63% 1,77%
panjang
Liabilitas pengampunan pajak tidak lancar 5,07% 2,03%
Liabilitas keuangan jangka panjang 918.815 897.446
lainnya
Liabilitas non-keuangan jangka panjang 4,45% 4,42%
Jumlah liabilitas jangka panjang 2.302.201 1.669.380 0,00% 0,00%
Jumlah liabilitas 15.367.509 12.943.202 11,15% 8,21%
Saham biasa 76.300 76.300 74,42% 63,68%
0,37% 0,38%
Tambahan modal disetor 96.000 96.000
Saldo laba yang telah ditentukan 15.260 15.260 0,46% 0,47%
penggunaannya
Saldo laba yang belum ditentukan 5.094.302 7.196.107 0,07% 0,08%
penggunaannya
Jumlah ekuitas yang diatribusikan kepada 5.281.862 7.383.667
pemilik entitas induk 24,67% 35,40%
Jumlah ekuitas 5.281.862 7.383.667 25,58% 36,32%
Jumlah liabilitas dan ekuitas 20.649.371 20.326.869 25,58% 36,32%

13
PT Unilever Indonesia Tbk
Laporan Posisi keuangan Analisa Common size
Perode 2018-2019
31 Decem ber 2019 31 Decem ber 2018
31 Decem ber 2019 31 Decem ber 2018
Kas dan setara kas 628.649 351.667 3,04% 1,73%
Piutang usaha pihak ketiga 4.896.714 4.485.405 23,71% 22,07%
Piutang usaha pihak berelasi 438.775 498.066 2,12% 2,45%
Piutang lainnya pihak ketiga 78.378 92.172 0,38% 0,45%
Piutang lainnya pihak berelasi 33.884 27.763 0,16% 0,14%
Persediaan lancar lainnya 2.429.234 2.658.073 11,76% 13,08%
Biaya dibayar dimuka lancar 24.700 97.701 0,12% 0,48%
Pajak dibayar dimuka lancar 0 47.063 0,00% 0,23%
Jumlah aset lancar 8.530.334 8.257.910 41,31% 40,63%
Aset tetap 10.715.376 10.627.387 51,89% 52,28%
Goodwill 61.925 61.925 0,30% 0,30%
Aset takberwujud selain goodwill 402.718 434.205 1,95% 2,14%
Aset tidak lancar non-keuangan lainnya 939.018 945.442 4,55% 4,65%
Jumlah aset tidak lancar 12.119.037 12.068.959 58,69% 59,37%
Jumlah aset 20.649.371 20.326.869 100,00% 100,00%
Pinjaman jangka pendek 2.920.000 460.000 14,14% 2,26%
Utang usaha pihak ketiga 4.322.771 4.288.383 20,93% 21,10%
Utang usaha pihak berelasi 194.183 284.217 0,94% 1,40%
Utang lainnya pihak ketiga 1.293.017 1.338.860 6,26% 6,59%
Utang lainnya pihak berelasi 784.606 772.680 3,80% 3,80%
Liabilitas keuangan jangka pendek lainnya 126.179 139.036 0,61% 0,68%
Beban akrual jangka pendek 2.751.404 2.681.273 13,32% 13,19%
Liabilitas imbalan pasca kerja jangka 73.986 297.907 0,36% 4,14%
pendek
Utang pajak 599.162 1.011.466 2,90% 13,70%
Jumlah liabilitas jangka pendek 13.065.308 11.273.822 63,27% 55,46%
Liabilitas pajak tangguhan 335.570 359.930 1,63% 1,77%
Kewajiban imbalan pasca kerja jangka 1.047.816 412.004 5,07% 2,03%
panjang
Liabilitas pengampunan pajak tidak lancar
Liabilitas keuangan jangka panjang 918.815 897.446 4,45% 4,42%
lainnya
Liabilitas non-keuangan jangka panjang 0,00% 0,00%
Jumlah liabilitas jangka panjang 2.302.201 1.669.380 11,15% 8,21%
Jumlah liabilitas 15.367.509 12.943.202 74,42% 63,68%
Saham biasa 76.300 76.300 0,37% 0,38%

Tambahan modal disetor 96.000 96.000 0,46% 0,47%


Saldo laba yang telah ditentukan 15.260 15.260 0,07% 0,08%
penggunaannya
Saldo laba yang belum ditentukan 5.094.302 7.196.107
penggunaannya 24,67% 35,40%
Jumlah ekuitas yang diatribusikan kepada 5.281.862 7.383.667
pemilik entitas induk 25,58% 36,32%
Jumlah ekuitas 5.281.862 7.383.667 25,58% 36,32%
Jumlah liabilitas dan ekuitas 20.649.371 20.326.869 100,00% 100,00%

➢ Persentase aset lancar terhadap total aset cenderung turun, pada tahun 2018 sebesar
40,63% sedangkan pada tahun 2019 naik sebesar 41,31%. Kondisi ini dikarenakan
adanya penurunan aset tidak lancar pada tahun 2019 yaitu menjadi 58,69% dari tahun
2018 sebesar 59,37%
➢ Persentase kewajiban lancar terhadap total pasiva cenderung naik dari tahun 2018
sebesar 55,46%, menjadi 63,27 di tahun 2019. Hal ini menunjukan semakin tinggi
persentase berarti semakin besar resiko yang dihadapi perusahaan pada tahun 2019.
➢ Begitu juga dengan persentase kewajiban tidak lancar terhadap total pasiva dari tahun
2018 sebesar 8,21%, dan tahun 2019 menjadi sebesar 11,15%. Dengan kenaikan

14
iniakandapatmemenuhi pembiayaan aktivitas perusahaan yang mana produktivitas
tidak akan meningkat serta perusahaan tidak akan berkembang bisnisnya. Dari hal ini
penemuan teori baru bahwa secara otomatis laba tidak akan meningkat, dengan begitu
perlu adanya penambahan kewajiban lancar.
➢ Persentase Ekuitas terhadap total pasiva turun dari tahun 2018 sebesar 36,32%, dan di
tahun 2019 menurun menjadi sebesar 25,58%. Ini berarti perusahaan tidak dalam
kondisi mengalokasikan dana untuk aset sebagian besar berasal dari utang. Lebih
besarnya sumber modal dari utang dibandingkan dengan modal sendiri akan
menimbulkan beban berat bagi perusahaan dan rendahnya margin of safety bagi para
kreditur.

PT Unilever Indonesia Tbk Analisis common size


Laporan Posisi keuangan
Perode 2018-2019
31 Decem ber 2019 31 Decem ber 2018
31 Decem ber 2019 31 Decem ber 2018
Penjualan dan pendapatan usaha 42.922.563 41.802.073 100% 100%
Beban pokok penjualan dan pendapatan (20.893.870) (20.697.246) 49% 50%
Jumlah laba bruto 22.028.693 21.104.827 51% 50%
Beban penjualan (8.049.388) (7.678.122) 19% 18%
Beban umum dan administrasi (3.861.481) (3.925.110) 9% 9%
Pendapatan keuangan 11.096 15.776 0% 0%
Beban keuangan (230.230) (191.900) 1% 0%
Pendapatan lainnya 3.082 2.822.616 0% 7%
Jumlah laba (rugi) sebelum pajak penghasilan 9.901.772 12.148.087 23% 29%
Pendapatan (beban) pajak (2.508.935) (3.066.900) -6% -7%
Jumlah laba (rugi) dari operasi yang dilanjutkan 7.392.837 9.081.187 17% 22%
Jumlah laba (rugi) 7.392.837 9.081.187 17% 22%
Jumlah pendapatan komprehensif lainnya (302.680) 276.750 -1% 1%
yangpendapatan
Jumlah tidak akan direklasifikasi
komprehensif ke laba rugi,
lainnya, (302.680) 276.750 -1% 1%
setelah
Jumlah pajak
laba rugi komprehensif 7.090.157 9.357.937 17% 22%
Laba (rugi) yang dapat diatribusikan ke entitas 7.392.837 9.081.187 17% 22%
induk
Laba rugi komprehensif yang dapat 7.090.157 9.357.937 17% 22%
diatribusikan
Laba (rugi)ke entitas
per saham induk
dasar dari operasi 969,00 1.190,00 0% 0%
yang dilanjutkan

➢ Persentase laba kotor terhadap pendapatan mengalami penurunan dari tahun 2018
sebesar 29%, menjadi 23% di tahun2019. Namun laba bersih terhadap pendapatan
cenderung menurun dari tahun 2018 sebesar 22%, tahun 2019 sebesar
17%.Kondisi ini menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan
lababersih berdasarkan tingkat penjualannya semakin buruk.

15
3.3Rasio Keuangan
1. Rasio Solvabilitas
Merupakan rasio yang bermanfaat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam
memenuhi semua kewajiban finansial jangka panjang. Kemampuan perusahaan dalam
memenuhi kewajiban finansial jangka panjang dipengaruhi oleh stabilitas finansial dan
kelangsungan hidup perusahaan. Stabilitas finansial perusahaan dipengaruhi oleh
kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dan kas. Kelangsungan hidup
perusahaan dipengaruhi oleh struktur modal perusahaan. Struktur modal perusahaan
adalah perimbangan antara jumlah modal yang diterima dari sumber di luar perusahaan
(modal asing/utang) dan jumlah modal yang diterima dari sumber di dalam perusahaan
(modal sendiri).
Rasio solvabilitas mempunyai kaitan yang sangat erat dengan rasio likuiditas,
artinya apabila likuiditas perusahaan baik maka solvabilitas perusahaan biasanya juga
akan baik. Jenis rasio solvabilitas yang utama: Total Operating Cash Flow to Total Debt
Ratio, Time Interest Earned Ratio, Debt to Total Assets Ratio (Debt Ratio), Debt to Equity
Ratio (Debt Equity), Debt to Tangible Net Worth, dan jenis rasio tambahan Fixed Charge
Coverage Ratio. Rasio solvabilitas atau leverage ratio ini digunakan untuk mengukur
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban finansial jangka panjang.
Rumus :
a. Total Operating Cash Flow to Total Debt Ratio:
Arus Kas Kegiatan Operasi
Total Utang

b. Time Interest Earned Ratio:


Laba Bersih Sebelum Bunga & Pajak
Biaya Bunga

c. Debt to Total Assets Ratio (Debt Ratio):


Total utang
Total aktva

d. Debt to Equity Ratio (Debt Equity):


Total utang
16
Total bunga

e. Debt to Tangible Net Worth:


Total utang
Total Modal – Aktiva Tidak Berwujud

f. Fixed Charge Cover-age Ratio:


Laba Bersih Sebelum Semua Beban Keuangan
Total beban keuangan

NO. Rasio Solvabilitas


a Time Interest Earned Ratio (TIER) 43 Kali 63 kali
b Debt to Total Assets Ratio (DAR) 0,74 : 1 0,64 : 1
c Debt to Equity Ratio (DER) 2,91 : 1 1,75 : 1

➢ Pada tahun 2019 perbandingan Kas yang dikeluarkan untuk kegiatan operasional
perusahaan adalah sebesar 74% dari jumlah nilai Total Utang Perusahaan. Dan ini
mengalami peningkatan dibanding pada tahun 2018 yang hanya sebesar 64%.
➢ Pada tahun 2019 dari sisi kemampuan perusahaan membayar bungan pinjaman
nampaknya masih cukup besar, hal ini tampak dari rasio Time Interest Earned yang
masih jauh diatas 1 Kali
➢ Pada tahun 2019 dan 2018 tingkat pengembalian hutang dari Total Asset yang
dimiliki adalah berada pada batas yang cukup aman, karna ini lebih kecil sedikit dari
0,5 taraf normalnya. Ini mungkin lebih membutuhkan perhatian lebih untuk
membayar hutangnya tepat waktu.

2. Rasio Aktivitas
Rasio ini melihat pada beberapa aset kemudian menetukan berapa tingkat aktivitas
aktiva-aktiva tersebut pada tingkat kegiatan tertentu. Aktivitas yang rendah pada tingkat
penjualan tertentu akan mengakibatkan semakin besarnya dana kelebihan yang tertanam
pada aktiva-aktiva tersebut. Dana kelebihan tersebut akan lebih baik bila di tanamkan
pada aktiva lain yang lebih produktif.
• Perputaran Piutang, merupakan cara mengukur berapa kali, secara rata-rata piutang
yang di kumpulkan dalam satu tahun. rasio ini mengukur kualitas piutang dan

17
efisiensi perusahaan dalam pengumpulan piutang dan kebijakan kreditnya, rasio ini
mengukur efektivitas pengelolaan piutang. semakin tinggi tingkat perputaranya
semakin efektif pengelolaan piutangnya ( sutrisno,2021).
• Perputaran Persediaan, mengambarkan likuiditas perusahaan, yaitu dengan cara
mengkurefisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual persediaan yang di miliki
oleh perusahaan. rasio ini mengukur efektivitas pengelolaan persediaan . semakin
tinggi tingkat perputaran nya semakin efektif pengelolaan persediaan (sutrisno,2021).
• Perputaran Aktiva Tetap, merupakan cara mengukur sejauh mana kemampuaan
perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang di miliki
perusahaan. rasio ini memeperlihatkan sejauh mana evektivitas perusahaan
menggunakan aktiva tetapnya. Semakin tinggi rasio ini berarti semakin efektif
proporsi aktiva tetap tersebut.
• Perputaran Total Aktiva, merupakan rasio yang menghitung evektivitas
penggunaan total aktiva. Rasio yang tinggi biasanya menunjukan manajemen yang
baik, sebaliknya rasio yang strategi, pemasaran, dan pengeliaran investasi atau
modalnya (hanafi dan halim, 2000).

RINGKASAN RASIO LIKUIDITAS

No Rasio 2019 2018


Rp Rp
1 Modal Kerja 4.534.974 3.015.912
2 Current Ratio 0,65 : 1 0,73 : 1
3 Account Receivable Turn-Over 8,3(12 Kali) 8,6 (13Kali)
4 Acount Receivable TO-In Days 44 Hari 42 Hari
5 Merchandise Inventory Turn-Over 8 Kali 6 Kali
6 Inventory Turn Over-In Days 45 Hari 45 Hari
7 Operating Cycle 89 Hari 87 Hari
8 Quick (Acid Test Ratio) 0,47: 1 0,48 : 1
9 Cash Ratio 0,05 : 1 0,03 : 1
10 Account Payable Turn-Over 4,59 Kali 4,54Kali
11 Account Payable TO- in Days 79Hari 81 Hari

18
➢ Pada tahun 2019 Working Capital mengalami penurunan, ini menandakan
perusahaan memiliki jumlah Modal Kerja yang kurang baik pada tahun 2019.
Sehingga perusahaan kurang memiliki kesiapan yang baik untuk beroperasi
dengan lancar. Tanda minus ini disebabkan karna lebih besarnya Jumlah Utang
Lancar yang dimiliki dibanding Aktiva Lancar yang ada.
➢ Pada tahun 2019 Current Ratio perusahaan tersebut adalah 0,65 : 1 atau 65% yang
berarti jumlah aset lancar ada 0,65 kali dari jumlah utang lancar atau setiap Rp1,-
Utang lancar dijamin dengan Rp 0,65,- aset lancar. Yang mana apabila jika
perusahaan kurang efisien dalam pemanfaatan modal kerjanya, maka akan
menyulitkannya untuk membayar hutang - hutang jangka pendek yang akan
segera jatuh tempo.
➢ Pada tahun 2019 Quick Ratio perusahaan tersebut adalah 0,47, dan ini kurang dari
100%, maka perusahaan dapat diindikasikan kurang baik tingkat likuiditasnya.
➢ Pada tahun 2019 Cash Ratio perusahaan tersebut adalah 0,05 : 1 atau 5% yang
berarti jumlah aset lancar ada 0,05 kali dari jumlah utang lancar. Cash yang
tersedia dapat menjamin 5% dari total utang lancarnya.
➢ Pada tahun 2019 dan 2018 waktu rata - rata yang dibutuhkan untuk menagih
piutang usaha adalah selama 44 hari dan 42 hari, ini mengalami kendala lebih
lama dalam pengumpulan kembali piutang usahanya (mengindikasikan naiknya
jumlah tagihan telat bayar konsumen).
3. Rasio Laverage Keuangan
Rasio leverage yang disebut juga rasio solvabilitas berfungsi untuk mengukur
perbandingan dana yang disediakan oleh pemiliknya dengan dana pinjaman dari kreditur.
Rasio ini mengukur seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai oleh utang dengan indikasi
tingkat keamanan dari para pemberi pinjaman (bank) sesuai prinsip-prinsip akuntansi. Rasio
ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek
dan jangka panjang jika perusahaan dilikuidasi.

Perusahaan yang memiliki aktiva atau kekayaan yang cukup untuk membayar semua
utang disebut perusahaan yang solvable namun belum tentu likuid. Sedangkan yang
sebaliknya disebut insolvable, namun belum tentu tidak likuid. Macam-macam rasio leverage
berdasarkan kerangka konseptual akuntansi keuangan yaitu:

• Total Debt to Equity Ratio (RasioUtangTerhadapEkuitas)

19
Perbandinganantarautangdenganekuitastentangpendanaanperusahaan yang
menunjukkan kemampuan modal sendiri untuk memenuhi seluruh kewajiban (baca: konsep
dasar akuntansi). Rasio utang dengan modal sendiri (debt to equity ratio) selalu diperhatikan
posisinya agar utang yang dimiliki perusahaan dengan modal sendiri tidak saling
bertumpukan.

Semakin tinggi nilai rasio ini berarti modal sendiri (pribadi) semakin sedikit
dibandingkan dengan utang yang harus dibayar. Besaran utang perusahaan tidak boleh
melebihi modal sendiri agar beban tetap tidak terlalu tinggi sehingga tidak memberatkan.
Semakin kecil rasio ini maka semakin baik karena porsi utang terhadap modal semakin kecil
sehingga kondisi keuangan perusahaan semaki naman. Rasio ini dapat dihitung dengan rumus
yaitu:

Total Debt to equity Ratio = Total Utang/Ekuitas Pemegang Saham

• Total Debt to Total Asset Ratio (RasioUtangTerhadap Total Aktiva)

Perbandingan antara utang lancer dengan utang jangka panjang dan jumlah seluruh
aktiva perusahaan yang diketahui. Rasio ini menunjukkan seberapa besar bagian dari
keseluruhan aktiva yang dibelanja ioleh utang. Rasio ini biasa disebut rasio utang (debt ratio)
untuk mengukur persentase dana yang berasal dari semua utang yang dimiliki oleh
perusahaan dalam jangka pendek maupun jangka panjang.

Kreditor tentu saja lebih suka kalau debt ratio rendah karena tingkat keamanan dana
akan semakin baik (Sutrisno, 2001:249). Rasio ini juga menunjukkan sejauh mana utang yang
bias ditutupi oleh aktiva. Semakin kecil rasio ini maka kondisi keuangan perusahaan semakin
aman (solvable) sesuai pencatatan transaksi keuangan.Rasio ini dapat dihitung dengan rumus
yaitu:

Total Debt to Total Asset Ratio = Total Utang/Total Aktiva

• Times Interest Earned Ratio

Times Interest Earned merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan


dalam membayar beban bunga pada masa yang akan datang. Times Interest Earned Ratio ini
disebu tjuga Interest Coverage Ratio (cara membuat laporan keuangan). Setelah perhitungan

20
rasio ini maka bias diketahui sebesar besar laba bersih yang dimiliki perusahaan
(baca: pengertian akuntansi keuangan).

Cara menghitung rasio ini yaitu dengan membagi laba sebelum pajak dan bunga
dengan biaya bunga. Berikut ini adalah rumus Times Interest Earned Ratio secara lebih
mudah:

Times Interest Earned Ratio = Laba sebelum Pajak dan bunga / Beban Bunga

4. Rasio Profitabilitas

Merupakan rasio yang bermanfaat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam


menghasilkan laba. Kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dipengaruhi oleh
kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktiva yang dimiliki, beroperasi secara efisien,
dan memberikan kembalian (return) kepada investor.

Rasio profitabilitas dipecah menjadi tiga kelompok rasio, yaitu Rasio pemanfaatan aktiva
(assets utilization ratio), Rasio kinerja operasi (operating performance ratio), dan Rasio
kembalian investasi (return on investment ratio)

a) Rasiopemanfaatanaktiva (assets utilization ratio)

Merupakan rasio yang bermanfaat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam


memanfaatkan aktiva yang dimiliki untuk menghasilkan laba melalui kegiatan operasi,
seperti penjualan untuk perusahaan dagang. Rasiopemanfaatanaktiva merupakanrasio yang

21
bermanfaatuntukmengukurefektifitaskegiatanoperasiperusahaan. Efektifitas pemanfaatan
aktiva dalam kegiatan operasi perusahaan ditentukan oleh jumlah penjualan yang dihasilkan
melalui kegiatan operasi dan jumlah aktiva yang digunakan untuk mendukung kegi-atan
operasi yang bersangkutan.

Rasiopemanfaatanaktivalancarmasihdapatdirincilebihlanjutmenjadicash turn-over, account


receivable turn-over dan inventory turn-over.

RINGKASAN RASIO PEMANFAATAN AKTIVA

NO. RASIO 2019 2018


1 Assets Turn-Over 2,10 1,07
2 Working Capital Turn-Over 11,37 10,99
3 Fixed Assets Turn Over 4,92 3,97

22
Dari tabel rasio solvabilitas diatas dapat disimpulkan:

➢ Kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan seluruh aktiva untuk mendukung


kegiatan operasi dalam rangka memperoleh laba pada tahun 2019 tidak mengalami
perubahan yang cukup signifikan dibanding tahun 2018.
➢ Data ini dapat dilihat pada angka rasio total aset turn over tahun 2019 (2,10) lebih
besar daripada tahun 2018 sebesar (1,07) yang artinya mampu mempertahankan.
➢ Demikian juga halnya dengan kemampuan perusahaan dalam memanfaatkan aktiva
tetap.
➢ Sementara kemampuan perusahaan dalam memanfaat-kan aktiva lancar pada tahun
2019 mengalami peningkatan dari tahun 2018. Hal itu dapat dilihat pada angka rasio
working capital turn-over tahun 2019 (11,37) lebih besar dari pada tahun 2018
(10,99).

b) Rasiokinerjaoperasi (operating performance ratio)

Merupakan rasio yang bermanfaat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam


memperoleh laba melalui pelaksanakan kegiatan operasi. Rasio kinerja operasi merupakan
rasio yang bermanfaat untuk mengukur efisiensi kegiatan operasi perusahaan. Efisiensi
kegiatan operasi perusahaan pada dasarnya ditentukan oleh jumlah biaya yang dikeluarkan
dalam kegiatan operasi dan jumlah penjualan yang dihasilkan melalui kegiatan operasi. Pada
akhirnya efisiensi operasi juga dapat diukur dari perbandingan antara jumlah laba yang
dihasilkan melalui kegiatan operasi dan jumlah penjualan yang dihasilkan melalui kegiatan
operasi yang bersangkutan.

23
24
RINGKASAN RASIO KINERJA OPERASI

NO. RASIO 2019 2018


1 Gross Profit Margin 0,513 0,505
2 Operating Profit Margin 0,231 0,291
3 Net Profit Margin 0,172 0,217
4 Cost to Sales Ratio 0,487 0,495
5 Operating Expenses to Sales Ratio 0,277 0,278
6 General Expenses to Sales Ratio 0,094 0,094
7 Selling Expenses to Sales Ratio 0,188 0,184
Dari tabel rasio solvabilitas diatas dapat disimpulkan:

➢ Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dari kegiatan operasi (penjualan)


yang dilakukan tahun 2019 mengalami peningkatan dibanding tahun 2018. Hal itu
dapat dilihat pada lebih besarnya angka-angka rasio kinerja operasi tahun 2019
dibanding tahun 2018.
➢ Dengan demikian pada tahun 2019, perusahaan dapat dikatakan dapat beroperasi
secara lebih efisien dibanding tahun 2018.
➢ Peningkatan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba tersebut disebabkan
oleh kemampuan perusahaan beroperasi secara lebih efisien pada tahun 2019
dibanding tahun 2018.

c) Rasiokembalianinvestasi (return on investment ratio)

Merupakan rasio yang bermanfaat untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam


memberikan kembalian (return) atau imbalan kepada para pemberi dana, yaitu
investor dan kreditur. Imbalan yang diberikan kepada investor berupa dividen dan
imbalan yang diberikan kepada kreditur berupa bunga, yang keduanya berkaitan erat
dengan laba. Kemampuan perusahaan dalam memberikan kembalian kepada para
pemberi dana dipengaruhi oleh besar kecilnya laba yang berhasil diperoleh
perusahaan dan jumlah dana yang ditanamkan oleh pemberi dana.

25
26
RINGKASAN RASIO KEMBALIAN INVESTASI

NO. RASIO 2019 2018


1 Return on aset 0,36 0,46
2 return on invesment 0,36 0,45
3 Return on equity 1,40 1,23

➢ Kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba untuk memberikan imbalan


(kembalian) kepada pemberi dana baik itu pemegang saham maupun pemberi
pinjaman pada tahun 2019 mengalami peningkatan dibanding tahun 2018.
➢ Dapat dilihat pada lebih besarnya angka-angka rasio kembalian investasi pada tahun
2019 lebih besar daripada tahun 2018.

27
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Sepanjang tahun 2019, PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) membukukan kenaikan


pendapatan 2,68% secara tahunan dari Rp 41,8 triliun pada tahun 2018 menjadi Rp 42,92
triliun. Namun, laba bersih perusahaan turun 18,61% dari Rp 9,08 triliun menjadi Rp.7,39
triliun. Berdasarkan laporan keuangan, penurunan laba tersebut disebabkan oleh turunnya
penghasilan lain-lain dari Rp 2,82 triliun hanya menjadi Rp 3,08 miliar. Sementara itu,
UNVR nampak menaikkan biaya pemasaran dari Rp 7,68 triliun menjadi Rp 8,05 triliun. Hal
ini menunjukkan peningkatan yang signifikan dalam kinerja operasinya tersebut dan
memanfaatkan aktiva tetap yang baik.Pada tahun 2019 ini menandakan PT Unilever
Indonesia Tbk memiliki jumlah Modal Kerja yang cukup baik pada tahun 2019. Sehingga
perusahaan memiliki kesiapan yang baik untuk beroperasi dengan lancar.Dan kemampuan
PT Unilever Indonesia Tbk dalam memperoleh keuntungan yang signifikan ini juga
menujukkan cukup baik untuk memberikan imbalan (kembalian) kepada pemberi dana baik
itu pemegang saham maupun pemberi pinjaman.

28
Daftar Pustaka

https://www.idx.co.id/perusahaan-tercatat/laporan-keuangan-dan-tahunan/

http://www.idx.co.id/Portals/0/StaticData/ListedCompanies/Corporate_Actions/New_Info_JS
X/Jenis_Informasi/01_Laporan_Keuangan/02_Soft_Copy_Laporan_Keuangan//Laporan%20
Keuangan%20Tahun%202019/Audit/UNVR/FinancialStatement-2019-Tahunan-UNVR.pdf

https://www.unilever.co.id/about/

https://adrivit.wordpress.com/2015/10/23/struktur-organisasi-pt-unilever/

http://simfanny.blogspot.co.id/2012/10/perbandingan-struktur-organisasi-pt.html

29

Anda mungkin juga menyukai