UNILEVER
INDONESIA, Tbk
Dosen Pengampu: Sri Rahayu Tri Astuti, S.E., M.M
DEPARTEMEN MANAJEMEN
FAKULTAS EKONOMIKA DAN BISNIS
UNIVERSITAS DIPONEGORO
TAHUN 2018
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmatNya
kami dapat menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul ‘Analisis PT Unilever Indonesia,
Tbk.” Meskipun banyak rintangan dan hambatan yang kami hadapi dalam proses
pengerjaannya, namun kami berhasil menyelesaikannya dengan baik.
Tidak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah
Laboratorium Manajemen yang telah membantu kami dalam mengerjakan laporan ini. Kami
juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman mahasiswa yang sudah memberi
konstribusi baik langsung maupun tidak langsung dalam pembuatan laporan ini. Kami
berharap laporan ini dapat menjadi sesuatu yang berguna bagi kita bersama.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
iii
BAB II
PEMBAHASAN
A. PROFILE COMPANY
Dengan akta No. 171 yang dibuat oleh notaris Ny. Kartini Mulyadi tertanggal 22 Juli
1980, nama perusahaan diubah menjadi PT Unilever Indonesia. Dengan akta no. 92 yang
dibuat oleh notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H. tertanggal 30 Juni 1997, nama perusahaan diubah
menjadi PT Unilever Indonesia Tbk. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dengan
keputusan No. C2-1.049HT.01.04TH.98 tertanggal 23 Februari 1998 dan diumumkan di
Berita Negara No. 2620 tanggal 15 Mei 1998 Tambahan No. 39.
Perusahaan mendaftarkan 15% dari sahamnya di Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek
Surabaya setelah memperoleh persetujuan dari Ketua Badan Pelaksana Pasar Modal
(Bapepam) No. SI-009/PM/E/1981 pada tanggal 16 November 1981.
Pada Rapat Umum Tahunan perusahaan pada tanggal 24 Juni 2003, para pemegang
saham menyepakati pemecahan saham, dengan mengurangi nilai nominal saham dari Rp 100
per saham menjadi Rp 10 per saham. Perubahan ini dibuat di hadapan notaris dengan akta
No. 46 yang dibuat oleh notaris Singgih Susilo, S.H. tertanggal 10 Juli 2003 dan disetujui
oleh Menteri Kehakiman dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan keputusan No.
C-17533 HT.01.04-TH.2003.
Perusahaan bergerak dalam bidang produksi sabun, deterjen, margarin, minyak sayur
dan makanan yang terbuat dari susu, es krim, makanan dan minuman dari teh dan produk-
produk kosmetik.
1
B. STRATEGI ASPEK PEMASARAN
2. Diferensiasi Produk
Produk Unilever terus memperkenalkan kemasan-kemasan yang terbaru, tetapi
Unilever tetap mempertahankan kualitas produknya. Baik itu kemasan yang botol kaca,
sachet, botol kecil dan masih banyak lagi kemasannya.
3. Segmentasi Produk
Pendekatan penjualan dan promosi penjualan akan efektif dan efisien apabila
dirancang dengan menerapkan pola regionalisasi atau diterapkan di daerah-daerah atau
kawasan tertentu. Unilever sudah menerapkan pola regionalisasi karena Unilever telah
memiliki pabrik-pabrik atau juga cabang perusahaan di tiap-tiap negara. Hal ini dilakukan
agar setiap negara dapat membeli produk yang sesuai dengan keinginan dan kebiasaan
mengkonsumsi produk yang sangat erat hubungannya dengan cita rasa negaranya.
2
6. Strategi Penjualan atau Promosi
Strategi Promosi yang dapat dilakukan oleh PT. Unilever yaitu:
Periklanan → semua bentuk penyajian nonpersonal dan promosi ide, barang atau jasa
yang dibayar oleh suatu sponsor tertentu.
Promosi Penjualan → Berbagai insentif jangka pendek untuk mendorong keinginan
mencoba atau membeli suatu produk atau jasa.
Hubungan Masyarakat dan Publisitas → berbagai program untuk mempromosikan
dan atau melindungi citra perusahaan atau produk individualnya.
Penjualan Secara Pribadi → interaksi langsung dengan satu calon pembeli atau lebih
untuk melakukan presentasi, menjawab pertanyaan, dan menerima pesan
Pemasaran Langsung → penggunaan surat, telepon, faksimili, e-mail, dan alat
penghubung non personal lain untuk berkomunikasi secara langsung dengan atau
mendapatkan tanggapan langsung dari pelanggan tertentu dan calon pelanggan.
Akan tetapi dengan bertambahnya zaman, persaingan pasar semakin ketat, berkembangnya
berbagai jenis media baru dan semakin canggihnya konsumen maka Strategi Promosi
dirumuskan menjadi:
Advertising
Consumer Sales Promotion
Trade Promotion and Co-Marketing
Packaging. Point Of Purchase
Personal Selling
Public relations
Brand Publicity
Corporate Advertising
The Internet
Direct Marketing
Experiantial contact: Event, sponsorship
Customer Service
Word Of Mouth
3
Analisa value chain PT. Unilever Indonesia:
1) Inbound logistik
a. Penerimaan bahan baku : bahan baku diterima oleh gudang pusat. Bahan baku diberi
kode, diinput di database persediaan umtuk memudahkan kontrol jumlah persediaan
yang tersedia, persediaan yang habis, dan persediaan yang baru di tambah.
b. Pengendalian kualitas : pengendalian kualitas dilakukan oleh departemen (Quality
Control Material). Departemen ini bertugas memastikan bahan baku yang masuk
digudang sudah sesuai standar yang ditetapkan oleh perusahaan.
2) Operation
a. Proses produksi : dilakukan oleh tenaga produksi yang mengolah bahan baku
sedemikian rupa hingga menjadi produk jadi yang siap dipasarkan. Proses produksi
ini meliputi beberapa aktivitas seperti : penakaran, pencampuran, dan pengemasan.
Setelah dikemas, jumlah produk jadi tersebut diinput.
b. Pengendalian produk : pengendalian produk dilakukan oleh departemen Quality
Control Product. Departemen ini bertugas memastikan bahwa produk yang diproduksi
sudah sesuai dengan standar kualitas yang sudah di tetapkan oleh PT.Unilever
Indonesia Tbk.
3) Outbond logistic
a. Packaging : pengemasan produk dengan kardus-kardus dan siap untuk di distribusikan
ke pasar
b. Distributor : barang yang sudah di packaging siap di distribusikan ke berbagai (
Distribution Center ) di seluruh dunia.
c. Brand Controller : bagian ini memegang kendali pada tiap tempat yang tersebar di
seluruh dunia. Ini mempermudah kontrol terhadap jumlah produk yang di pasarkan
dan memantau jumlah produk yang tersebar.
d. Produk display : produk yang di pajang disemua tempat digunakan untuk
mendemonstrasikan produk secara langsung tanpa dibuka untuk dicoba.
Komponen yang digunakan pada PT. Unilever adalah Cost Debt(Biaya Hutang) :
Cost of Debt (Biaya Hutang) adalah Hutang dapat diperoleh dari lembaga pembiayaan
atau dengan menerbitkan surat pengakuan hutang (oligasi). Biaya hutang yang berasal dari
pinjaman adalah merupakan bunga yang harus dibayar perusahaan, sedangkan biaya hutang
dengan menerbitkan obligasi adalah tingkat pengembalian hasil yang diinginkan (required of
return) yang diharapkan investor yang digunakan untuk sebagai tingkat diskonto dalam
mencari nilai obligasi.
4
Biaya Utang sebelum Pajak (before-tax cost of debt)
Menurut Warsono (2003: 139), besarnya biaya utang sebelum pajak dapat
ditentukan dengan menghitung besarnya tingkat hasil internal (yield to
maturity) atas arus kas obligasi, yang dinotasikan dengan kd.
Biaya Utang setelah Pajak (after-tax cost of debt)
Menurut Warsono (2003: 139), mengatakan bahwa perusahaan yang
menggunakan sebagian sumber dananya dari utang akan terkena kewajiban
membayar bunga. Bunga merupakan salah satu bentuk beban bagi perusahaan
(interest expense). Dengan adanya beban bunga ini akan menyebabkan
besarnya pembayaran pajak penghasilan menjadi berkurang.
Definisi perkiraan biaya adalah seni memperkirakan kemungkinan jumlah biaya yang
diperlukan untuk suatu kegiatan yang didasarkan pada informasi yang tersedia pada waktu itu
(Iman Soeharto_National Estimating Society USA), berdasarkan definisi, tersebut maka
perkiraan biaya mempunyai pengertian sebagai berikut :
5
4. Penyusunan Cash Flow Perusahaan.
Laporan arus kas merupakan laporan yang menunjukkan semua aspek yang berkaitan
dengan kegiatan perusahaan, baik yang berpengaruh langsung atau tidak langsung terhadap
kas. Laporan arus kas harus disusun berdasarkan konsep kas selama periode laporan.
5. Kriteria Investasi
Payback Periode adalah metode penilaian terhadap jangka waktu pengembalian investasi
suatu proyek atau usaha. Perhitungan ini dapat dilihat dari perhitungan kas bersih (Proceed)
yang diperoleh setiap tahun.
F. ANALISIS SWOT
1. Strengths (Kekuatan):
a. Strategi promosi produk PT Unilever yang efektif dengan menampilkan model-
model yang tipikal muda, berkulit putih, berambut panjang, sehingga memacu
konsumen (lebih spesifik perempuan) untuk membeli produk tersebut agar dapat
mengalami sendiri hasil yang diterima si model dalam iklan tersebut.
b. PT Unilever gencar di misi sosial, sehingga kedekatan dengan konsumen dapat
terus terjaga. Hal ini terlihat dari pembelanjaan iklan dan promosi yang telah
mendorong pertumbuhan penjualan di tengah pasar yang kompetitif. PT Unilever
6
Indonesia sebagai salah satu perusahaan dengan belanja iklan terbesar menurut
majalah marketing (top Brand Survey, edisi khusus 2007).
c. Pemimpin pasar consumer goods di Indonesia.
d. Memiliki tim yang terdiri dari orang-orang berdedikasi, terampil, dan termotivasi
di segenap jajaran.
e. Adanya kenaikan pangsa pasar untuk kategori-kategori penting seperti face care,
savoury, dan ice cream.
f. Perencanaan baik dan kerja sama erat dengan para pemasok, konsumen dan
distributor untuk menghantar produk-produk dari pabrik ke tempat-rempat
penjualan.
g. PT Unilever sudah memiliki jaringan distribusi sendiri sehingga distribusi
produknya hingga ke daerah-daerah dapat terlayani.
h. PT unilever mempunyai moto “operational excellent with no compromise on
quality”. Unilever dalam menjalankan operasinya dijalankan dengan baik tanpa
mengabaikan kualitas produk.
2. Kelemahan (Weaknesses)
a. PT Unilever memiliki struktur matriks, yang terdapat beberapa tantangan yang
mesti dihadapi perusahaan yaitu pertama, sulitnya koordinasi kegiatan antar
departemen yang mempunyai agenda dan jadwal sendiri-sendiri. Kedua,ko
munikasi pada karyawan yang bisa menerima pesan yang berbeda-beda.Dan
ketiga, resolusi konflik antara inisiatif dari dukungan departemen (SDM,
keuangan, dan lain-lain) dengan departemen lini produk yang biasanya sangat
berorientasi komersial.
b. Rendahnya respon pasar terhadap produk-produk tertentu.
c. Jumlah karyawan yang tambun.
d. Birokrasi yang panjang karena kebijakan sentralisasi yang menyebabkan unilever
indonesia tidak bisa begitu saja memutuskan sesuatu.
e. Lambatnya konsolidasi intern dalam pengambilan keputusan.
f. Ketidakjelasan sertifikat halal untuk produk tertentu.
g. Mayoritas produk unilever memiliki entry barrier rendah.
h. Growth omzet penjualan dibawah rata-rata industri.
3. Kesempatan (Opportunities)
a. Stabilitas ekonomi yang relatif baik dengan pertumbuhan yang menggembirakan
bagi ekonomi Indonesia sebesar 6.3%.
b. Pertumbuhan ekonomi yang kuat di wilayah pulau-pulau seperti Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, dan papua.
c. Tingginya kepuasan konsumen terlihat dari predikat prima indeks kepuasan
konsumen.
d. Banyaknya pemain pasar nasional yang belum memiliki cara produksi kosmetik
yang baik.
e. Luasnya potensial market sekitar 250 juta tepatnya 122.527.186 laki-laki (49,9%)
dan 122.922.553 (50,1%) perempuan.
7
f. Tingginya tingkat ketergantungan masyarakat akan jenis produk consumer goods.
g. Rekomendasi investasi pada saham dengan level beta dibawah 1.
h. Tinggi dan stabilnya tingkat kesetiaan masyarakat atas produk consumer goods 83
%.
4. Ancaman (Threats)
a. Adanya kenaikan biaya bahan baku dan bahan kemasan seperti minyak kelapa
sawit, gula kelapa, dan bahan berbahan dasar petroleum yang disebabkan oleh
kenaikan harga minyak, bahan kimia dan komoditas lainnya.
b. Tidak stabilnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
c. Melemahnya daya beli konsumen.
d. Maraknya pemalsuan dan penyelundupan produk dari cina.
e. Rendahnya infrastruktur yang memadai berupa jalan yang menyebabkan t
ingginya biaya pemasaran produk.
f. Adanya penghapusan subsidi BBM bagi industri.
g. Tidak konsistennya pasokan gas dari pertamina.
h. Adanya tren perubahan gaya hidup masyarakat dari produk tradisional-nasional
menjadi produk-produk luar negeri.
i. Adanya campaign against unilever oleh greenpeace akibat penggundulan hutan
yang membahayakan komunitas orang utan.
j. Adanya pemboikotan produk zionisme termasuk unilever.
k. Produk pesaing dengan harga lebih rendah.
8
secara signifikan. Berdasarkan data PT SMART, penjualan produk minyak sawit ke Unilever
tidak mencapai 5 persen dari total penjualan.
( Sumber : bataviase.co.id )
Hasil Analisis
Solusi
1. Memilih pemasok secara hati-hati, atas dasar praktek usaha yang sesuai dengan
praktek usaha.
2. Berupaya menciptakan kerja sama yang terbuka dan kooperatif dengan para
pemasok, karena hubungan yang kuat memungkinkan untuk bekerja sama dengan
para pemasok dalam mengatasi persoalan yang timbul dan meningkatkan kualitas.
3. Mendorong mitra agar berbisnis dengan cara yang berkelanjutan. Melalui Program
Manajemen Kualitas Pemasok (Supplier Quality Management Programme -
SQMP)
4. Mendorong para pemasok menerapkan standar tertinggi dalam berbisnis.
a. Strengths (Kekuatan):
- Produk-produk sudah dikenal luas oleh masyarakat
- Produk memiliki kualitas yang tinggi
9
b. Kelemahan (Weaknesses):
- Pencemaran Lingkungan dari perluasan lahan perkebunan sawit
- Rusaknya hutan yang ditimbulkan akibat perluasan lahan perkebunan sawit
c. Kesempatan (Opportunities):
- Produk-produk Unilever telah mendapat kepercayaan dari masyarakat
d. Ancaman (Threats)
- Adanya laporan Green Pearce
10
BAB III
PENUTUP
11
DAFTAR PUSTAKA
http://blog.ub.ac.id/achmadnazar/files/2013/11/Analisis-PT-UNILEVER-Tbk1.pdf
http://syafiqfadhillah.blogspot.com/2017/11/aspek-keuangan-pada-pt-unilever.html
http://agrungeprayitno.blogspot.com/2015/04/analisis-swot.html
https://emaalife.wordpress.com/2017/05/06/pos-blog-pertama/
12