Roterdam. Perusahaan unilever ini sendiri pertama kali didirikan di benua Eropa,
bermula dari tahun 1855 dimana William Hasketh Lever mendirikan pabrik
sabunnya yang pertama di Warington (Inggris) dan diberi nama Lever Brothers
dengan diberi nama Unilever Ltd. Kedua perusahaan tersebut bergabung karena
Pada tahun 1931, Unilever Ltd mulai membuka anak perusahaan dijakarta
(Indonesia). Dua tahun kemudian didirikan pabrik sabun yaitu pada tahun 1933
(LZF) dan perseroan ini mulai beroprasi sebagai produsen sabun tepatnya pada
bulan Oktober 1936 disebuah pabrik dijalan Pangeran Tubagus Angke 170
Jakarta. Pada tahun 1936 di lokasi yang sama juga didirikan sebuah pabrik
pembuatan lemak makanan dan minyak goreng yang diberi nama Maatschappijter
Maret 1946. pabrik dan peralatan diperbaiki dengan bantuan induk perusahaan
50
Unilever dan sejak itu fasilitas-fasilitas produksi diperluas dan dimodernisasi.
untuk menambah volume produksinya, maka pada tahun 1948 dibeli sebuah
pabrik minyak kelapa yang bernama Olie Fabriken Archa yang beroprasi di
Jakarta.
Pada tahun 1964 kegiatan perseroan di Jakarta dan Surabaya secara penuh
Pada tahun 1979 pabrik minyak Archa ditutup karena persediaan minyak
perusahaan dijual pada tahun 1980. pada tahun yang sama dilakukan reorganisasi
Surabaya Yaitu pabrik Elida Gibbs. Pabrik ini di khususkan untuk membuat
Bentuk struktur organisasi PT. Unilever Indonesia, Tbk dapat dilihat pada
gambar 4.1:
Presiden Direktur
Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT. Unilever Indonesia,Tbk
54
Visi PT. Unilever Indonesia, Tbk adalah: “Untuk meraih rasa cinta dan
setiap harinya”.
1) Kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari.
menikmati hidup melalui brand dan layanan yang baik bagi mereka dan orang
lain.
Indonesia, Tbk periode 2014-2018 tercantum pada tabel 4.1 berikut ini:
Tabel 4.1
Laba Kotor, Beban Operasidan Pajak Penghasilan PT. Unilever Indonesia,
Tbk
Periode 2014-2018
(dinyatakan dalam jutaan rupiah)
Pajak
Tahun Laba Kotor Beban Operasi
Penghasilan
2014 17.099.121 9.442.399 1.938.199
2015 18.648.969 10.839.479 1.977.685
2016 20.459.096 11.887.221. 2.181.213
2017 21.219.734 11.484.053 2.367.099
2018 21.092.273 8.906.509 3.076.319
Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi
Universitas Galuh Ciamis (diolah,2020).
Adapun perhitungan laba bersih bersih PT. Unilever Indonesia, Tbk periode
=Rp. 5,851,805,000,000,00
Rp. 6,390,672,00
56
Rp. 7,004,562,000,000,00
Perkembangan laba bersih PT. Unilever Indonesia, Tbk dapat dilihat pada
tabel 4.2
Tabel 4.2
Perkembangan Laba Bersih PT. Unilever Indonesia, Tbk
Periode 2014-2018
(dinyatakan dalam jutaan)
Perkembangan
Tahun Laba Bersih
Laba Bersih
2014 5.738.523 -
2015 5.851.805 1,97%
2016 6.390.672 9,21%
2017 7.004.562 9,61%
2018 9.109.445 30,05%
Sumber:Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi
Universitas Galuh Ciamis (diolah,2020).
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa laba bersih pada PT. Unilever
Indonesia, Tbk tiap tahunnya mengalami kenaikan. Perolehan laba bersih tahun
2014 mencapai Rp. 5.738.523.000.000 dan pada tahun 2015 mengalami kenaikan
sebesar 1,97% hingga mencapai Rp. 5.851.805.000.000. Pada tahun 2016 laba
sebelumnya sebesar 9,21%. Pada tahun 2017 laba bersih pada PT. Unilever
Indonesia, Tbk mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 9,61% hingga
57
mencapai Rp. 7.004.562.000.000. Kenaikan laba bersih terjadi juga pada tahun
Tbk selama periode 2014 sampai dengan 2018 dihitung dengan rumus:
dividen per share dengan earning per share. dividen pershare dihitung dengan
rumus:
Data yang dibutuhkan untuk menghitung dividen per share PT. Unilever
Indonesia, Tbk periode 2014-2018 tercantum pada tabel 4.3 berikut ini:
Tabel 4.3
Jumlah Dividen yang Dibayarkan dan Jumlah Saham yang Beredar
PT. Unilever Indonesia, Tbk
Periode 2014-2018
(dinyatakan dalam jutaan)
Berikut ini perhitungan dividen per share PT. Unilever Indonesia, Tbk
periode 2014-2018:
Rp . 5,394,411,000,000,00
dividen per share ( 2014 )= =Rp . 707 , , 00
7,630,000,000
Rp .5,783,540 , 000,000 , 00
dividen per share ( 2015 ) = =Rp .758,00
7,630 , 000,000
Rp . 6,096,370 ,000,000 , 00
dividen per share ( 2016 ) = =Rp .799,00
7,630 , 000,000
Rp . 6,638,100 ,000,000 , 00
dividen per share ( 2017 ) = =Rp . 870,00
7,630 , 000,000
Rp . 6,981,450, 000,000 , 00
dividen per share ( 2018 ) = =Rp .915,00
7,630 , 000,000
Data yang dibutuhkan untuk menghitung Earning per share PT. Unilever
Indonesia, Tbk periode 2014-2018 tercantum pada tabel 4.4 berikut ini:
Tabel 4.4
Laba Bersih dan Jumlah Dividen yang Dibayarkan pada PT. Unilever
Indonesia, Tbk
Periode 2009-2018
(dinyatakan dalam jutaan)
Berikut ini perhitungan earning per share PT. Unilever Indonesia, Tbk
periode 2014-2018
Rp . 5,851,805, 000,000 , 00
Earning per share ( 2015 ) = =Rp .766,00
7,630 , 000,000
Rp . 6,390,672 ,000,000 , 00
Earning per share ( 2016 )= =Rp .838,00
7,630 , 000,000
60
Rp . 7,004,562, 000,000 , 00
Earning per share ( 2017 )= =Rp .918,00
7,630 , 000,000
Berdasarkan hasil perhitungan earning per share dan dividen per share
pada PT. Unilever Indonesia, Tbk setiap tahunnya yaitu dari tahun 2014 sampai
Tabel 4.5
Earning Per Share dan Dividen Per Share (DPS) PT. Unilever Indonesia, Tbk
Periode 2014-2018
No Tahun DPS EPS
1 2014 707 752
2 2015 758 766
3 2016 799 838
4 2017 870 918
5 2018 915 1,194
Sumber:Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas
Ekonomi Universitas Galuh Ciamis (diolah,2020).
Berdasarkan hasil perhitungan earning per share dan dividen per share
Rp . 707
Dividend Payout Ratio ( 2014 )= =0,9402=94,02 %
Rp. 752
Rp . 758
Dividend Payout Ratio ( 2015 ) = =0,9896=98,96 %
Rp .766
Rp . 799
Dividend Payout Ratio ( 2016 ) = =0,9535=95,35 %
Rp . 838
61
Rp . 870
Dividend Payout Ratio ( 2017 ) = =0,9477=94,77 %
Rp . 918
Rp . 915
Dividend Payout Ratio ( 2018 ) = =0,7663=76,63%
Rp .1.194
Unilever Indonesia, Tbk setiap tahunnya yaitu dari tahun 2014 sampai dengan
Tabel 4.6
Dividend Payout Ratio (DPR) PT. Unilever Indonesia, Tbk
Periode 2014-2018
DPR Perkembangan
No Tahun DPS EPS
% %
1 2014 707 752 94.02 -
2 2015 758 766 98.96 5.25
3 2016 799 838 95.34 (3.65)
4 2017 870 918 94.77 (0.6)
5 2018 915 1,194 76.63 (19.14)
Sumber:Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas
Galuh Ciamis (diolah,2020).
Dividend Payout Ratio (DPR) di PT. Unilever Indonesia Tbk, periode 2014-2018
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2014 Dividend Payout Ratio (DPR) di PT.
Unilever Indonesia ,Tbk mencapai 94.02%. Pada 2015 dividend payout ratio di
PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalami kenaikan 5,25% dari tahun sebelumnya
yaitu 94,02% menjadi 98.96%. Pada tahun 2016 dividend payout ratio
mengalami penurunan 3,65% yaitu dari 98,96% menjadi 95,34%. Pada tahun
2017 dividend payout ratio masih mengalami penurunan namun hanya 0,6% dari
95,34% menjadi 94,77. Pada tahun 2018 dividend payout ratio mengalami
penurunan yang besar yaitu sebesar 19,14% dari 94,77% menjadi 76,63%.
62
Tabel 4.7
Tabel Rxy (Laba Bersih dan Dividen Payout Ratio)
(dinyatakan dalam jutaan kecuali dinyatakan lain)
Dividen
d
Laba
Payout
Tahun Bersih Ratio X² Y² XY
(X) (Y)
n ( ΣXY )−( ΣX )( ΣY )
r xy =
√¿¿ ¿
154489816,75−156741566,18
r xy =
√[37831796463486][¿ 0,1538]¿
−2251749,43
r xy =
2412162,99
r xy =¿ -0,93
63
termasuk kategori negatif lemah. Dengan demikian tingkat korelasi antara laba
bersih dengan dividen payout ratio dinyatakan memiliki tingkat hubungan yang
negatif lemah. Artinya setiap peningkatan laba bersih tidak diikuti dengan
kebijakan dividen. Dari hasil perhitungan di atas, maka diperoleh nilai r sebesar -
0,93. Hasil tersebut dapat diketahui bahwa terdapat hubungan negatif antara laba
KD=r2 x 100%
(Sumber :Sugiyono, 2013:231)
KD = r2 x 100%
KD = -0,932 x 100%
KD = -0,8649 x 100%
KD = 86.49 %
86.49%. Artinya pengaruh laba bersih terhadap kebijakan dividen sebesar 86.49
%, sedangkan sisanya sebesar 13,51% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diteliti.
3) Uji t
r √( n−2 )
t=
√ 1−r 2
−0,93 √ (5−2 )
t=
√ 1−¿ ¿ ¿
−0,93 √ 3
t=
√1−¿ ¿ ¿
−1,6108
t=
0,3676
t=¿- 4,3819
Dengan uji t hitung sebesar -4,3819 pada dk = (n-2) = (5-2) = 3 dan ɑ = 0,05
diperoleh t tabel sebesar 2,3533 dengan demikian maka jika t hitung <t table, maka Ha
ditolak dan Ho diterima, maka Hipotesis ditolak artinya laba bersih tidak
4.2. Pembahasan
Laba bersih pada PT. Unilever Indonesia, Tbk periode tahun 2014 sampai
dengan 2018 cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2014 laba bersih
2016 laba bersih juga mengalami kenaikan 9,21% dari tahun sebelumnya hingga
bahwa perolehan laba di PT. Unilever Indonesia, Tbk cukup stabil karena dari
Peningkatan laba terjadi karena berdasarkan hasil penelitian pada laporan laba
rugi di PT. Unilever Indonesia, Tbk diketahui bahwa penjualan bersih di PT.
Unilever Indonesia, Tbk tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 setiap tahunnya
penjualan adalah unsur pembentuk laba kotor. Artinya ketika laba kotor
meningkat yang disebabkan oleh penjualan bersih meningkat maka laba bersih
PT. Unilever Indonesia, Tbk juga mengalami peningkatan. Hal tersebut terjadi
karena PT. Unilever Indonesia, Tbk juga berupaya untuk melakukan efisiensi
biaya operasional. Dengan demikian naik turunya perolehan laba dipengaruhi oleh
naik turunya volume penjualan, harga pokok penjualan dan tingkat efisiensi biaya
1) Naik turunnya jumlah unit yang dijual dan harga per unit.
2) Naik turunnya harga pokok penjualan, perubahan harga pokok penjualan
ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang dibeli atau diproduksi atau dijual
dari harga per unit atau harga pokok per unit.
3) Naik turunnya biaya usaha yang dipengaruhi oleh jumlah unit yang dijual,
variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan efisiensi
operasi perusahaan.
4) Naik turunnya pos penghasilan atau biaya nonoperasional yang
dipengaruhi oleh variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat
harga dan perubahan kebijaksanaan dalam penerimaan discount.
5) Naik turunnya pajak perseroan yang dipengaruhi oleh besar kecilnya laba
yang diperoleh atau tinggi rendahnya tarif pajak.
66
Indonesia, Tbk untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih spesifik. Serta
menyediakan produk yang berbeda untuk berbagai tingkatan daya beli di setiap
merupakan sumber utama bagi pendapatan perusahaan dan sebagai unsur utama
(2006: 64) “salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan laba yaitu tingkat
penjulan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan dimasa yang
Peningkatan laba bersih pada PT. Unilever Indonesia, Tbk disebabkan oleh
(DPR) di PT. Unilever Indonesia, Tbk, periode 2014 sampai dengan 2018
mengalami fluktuasi. Pada tahun 2014 sampai dengan 2015 Dividend Payout
Ratio (DPR) di PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalami kenaikan 4,92% yaitu
dari 94,02% menjadi 98.96%. Pada tahun 2016 dividend payout ratio mengalami
penurunan 3,62% yaitu dari 98,96% menajdi 95,34%. Pada tahun 2017 dividend
payout ratio masih mengalami penurunan namun hanya 0,57% dari 95,34%
menjadi 94,77%; dan di tahun 2018 dividend payout ratio mengalami penurunan
yang cukup besar yaitu 18,14% dari 94,77% menjadi 76,63%. Berfluktuasinya
dividend payout ratio terjadi karena PT. Unilever Indonesia, Tbk mengambil
kebijakan untuk menahan sebagian laba yang diperoleh untuk kepentingan dan
jumlah dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak sebanding dengan kenaikan
perolehan laba bersih PT. Unilever Indonesia, Tbk. Berdasarkan hasil penelitian
earning per share lebih besar daripada dividen per share, artinya laba per lembar
saham lebih besar daripada dividen per lembar saham yang dibayarkan oleh PT.
membagikan seluruh laba dalam bentuk dividen kepada pemegang saham dan
terhadap kebijakan dividen pada PT. Unilever Indonesia, Tbk. Artinya jika laba
bersih pada PT. Unilever Indonesia, Tbk naik, Dividend Payout Ratio (DPR) akan
mengalami penurunan. Laba bersih pada PT. Unilever Indonesia, Tbk tiap
tahunya mengalami kenaikan dan cukup stabil, namun Dividend Payout Ratio
peningkatan laba bersih di pada PT. Unilever Indonesia, Tbk tidak diikuti dengan
69
bahwa laba yang besar atau meningkat tidak menjadi tolak ukur untuk kebijakan
Indonesia, Tbk yang ditunjukan oleh dividen payout ratio adalah kebijakan
perusahan untuk menahan sebagian labanya yang memberikan sinyal bahwa PT.
Unilever Indonesia, Tbk sedang mengalami pertumbuhan yang sangat cepat, dapat
dilihat dari perolehan laba bersih yang tiap tahunnya mengalami kenaikan yang
besar.
Besar kecilnya laba perusahaan tidak menjadi tolak ukur untuk kebijakan
dividen yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham atau investor.
beban serta kebutuhan yang cukup besar pula untuk membiayai kegiatan
operasional perusahaan. Perolehan laba yang tinggi pada PT. Unilever Indonesia,
Tbk tidak mempengaruhi perusahaan untuk membayar dividen yang tinggi pula.
Karena perusahaan berhak untuk menahan sebagian laba untuk dijadikan sebagai
komponen modal berupa laba ditahan. Hal tersebut dibuktikan dengan Earning
pershare pada PT. Unilever Indonesia, Tbk lebih besar dibandingkan dengan
dividen per share. Artinya perolehan laba per lembar saham lebih besar daripada
70
dividen per lembar saham yang dibagikan kepada para pemegang saham. Hal
tersebut sejalan dengan pendapat Stice, at all (dalam Cahyo, 2014:20) bahwa:
Untuk perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi, laba yang positif tidak
menjamin adanya arus kas. Perusahaan yang tumbuh dengan cepat
menggunakan kas dalam jumlah yang besar untuk memperbesar persediaan,
perusahaan tersebut lebih banyak menghabiskan daripada menghasilkan kas
walaupun perusahaan memperoleh laba yang positif. Sehingga hal ini dapat
menyulitkan perusahaan untuk membayar utang dan untuk memenuhi
keingainan investor akan dividen kas.
saldo kas untuk membayar jumlah dividen kepada para investor, artinya perolehan
laba yang diketahui dari laporan keuangan tidak mengindikasikan adanya kas di
PT. Unilever Indonesia, Tbk. Karena perusahaan mempergunakan saldo kas untuk
sejalan dengan pendapat Revee, et all dalam Cahyo (2014:19) bahwa “ laba yang
besar tidak selalu berarti bahwa perusahaan dapat membayar dividen. Hal tersebut
dikarenakan saldo akun kas dan laba ditahan seringkali tidak berkaitan. Dengan
demikian, sejumlah laba ditahan tidak berarti terdapat kas yang tersedia untuk
membayar deviden.”
Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Triatmojo
(2013) “terdapat pengaruh negative dan tidak signifikan Laba Bersih terhadap
Kebijakan Dividen”. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan