Anda di halaman 1dari 21

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.1.1 Profil Singkat PT. Unilever Indonesia, Tbk.

PT. Unilever indonesia merupakan salah satu dari beberapa perusahaan

yang tergabung dalam konsorsium unilever yang berpusat di London dan

Roterdam. Perusahaan unilever ini sendiri pertama kali didirikan di benua Eropa,

bermula dari tahun 1855 dimana William Hasketh Lever mendirikan pabrik

sabunnya yang pertama di Warington (Inggris) dan diberi nama Lever Brothers

Limited bergabung dengan perusahaan margarine di Belanda (Uni Margarine)

dengan diberi nama Unilever Ltd. Kedua perusahaan tersebut bergabung karena

mempunyai kepentingan yang sama terhadap bahan baku.

Pada tahun 1931, Unilever Ltd mulai membuka anak perusahaan dijakarta

(Indonesia). Dua tahun kemudian didirikan pabrik sabun yaitu pada tahun 1933

yang berbentuk perseroan dengan nama Lever's Zeepfabrieken Indonesia N. V

(LZF) dan perseroan ini mulai beroprasi sebagai produsen sabun tepatnya pada

bulan Oktober 1936 disebuah pabrik dijalan Pangeran Tubagus Angke 170

Jakarta. Pada tahun 1936 di lokasi yang sama juga didirikan sebuah pabrik

pembuatan lemak makanan dan minyak goreng yang diberi nama Maatschappijter

Exploitatie der Colbri Fabriken N. V (Collibri). Selama perang dunia II,

pengawasan unit terhadap perseroan untuk sementara dihentikan hingga bulan

Maret 1946. pabrik dan peralatan diperbaiki dengan bantuan induk perusahaan

50
Unilever dan sejak itu fasilitas-fasilitas produksi diperluas dan dimodernisasi.

Unilever Ltd bermaksud


52

untuk menambah volume produksinya, maka pada tahun 1948 dibeli sebuah

pabrik minyak kelapa yang bernama Olie Fabriken Archa yang beroprasi di

Jakarta.

Pada tahun 1964 kegiatan perseroan di Jakarta dan Surabaya secara penuh

dibawah pengawasan pemerintah Indonesia. Baru pada tahun 1967 perseroan

dikembalikan kepada Unilever yang berdasarkan keputusan Presiden Kabinet

Ampera dan perjanjian unilever dan departemen perindustrian ditetapkan dalam

undang-undang No. 1 Tahun 1967 yaitu tentang penanaman modal asing.

Pada tahun 1979 pabrik minyak Archa ditutup karena persediaan minyak

murni tercukupi dari perusahan-perusahaan panggila minyak lokal dan kekayan

perusahaan dijual pada tahun 1980. pada tahun yang sama dilakukan reorganisasi

dari perusahaan-perusahaan Unilever di indonesia dan perseroan tersebut

disatukan dengan nama PT. Unilever Indonesia.

Semua ini dilakukan karena kapsitas produksi di Collibri sudah tidak

memungkinkan atau memenuhi kebutuhan pasar lagi serta mengembangkan

perusahaan dimasa mendatang. Maka pada tahun 1981 terjadi langkah-langkah

penting di dalam sejarah perkembangan perseroan PT. Unilever Indonesia mulai

menawarkan sahamnya kepada masyarakat umum. Hasil penawaran ini

dipergunakan untuk membangun pabrik besar di kawasan industry Rungkut

Surabaya Yaitu pabrik Elida Gibbs. Pabrik ini di khususkan untuk membuat

produk-produk kosmetik dan penawaran kecantikan.


53

4.1.1.1 Struktur Organisasi PT. Unilever Indonesia, Tbk.

Bentuk struktur organisasi PT. Unilever Indonesia, Tbk dapat dilihat pada

gambar 4.1:

Presiden Direktur

Audit Internal Sekertaris Perusahaan

Direktur Direktur Direktur Direktur


home&P Ice Customer Human
Direktur Direktur
ersonal
Foods Cream& Supply Developme Resource
Care
Marketing Chain nt &Corporat
Service e Relation

Sumber: PT. Unilever Indonesia Tbk 2020

Gambar 4.1
Struktur Organisasi PT. Unilever Indonesia,Tbk
54

4.1.1.2 Visi PT. Unilever Indonesia, Tbk

Visi PT. Unilever Indonesia, Tbk adalah: “Untuk meraih rasa cinta dan

penghargaan dari Indonesia dengan menyentuh kehidupan setiap orang Indonesia

setiap harinya”.

4.1.1.3 Misi PT. Unilever Indonesia, Tbk

Misi PT. Unilever Indonesia, Tbk adalah:

1) Kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari.

2) Kami membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih

menikmati hidup melalui brand dan layanan yang baik bagi mereka dan orang

lain.

3) Kami menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil setiap harinya

yang bila digabungkan bisa mewujudkan perubahan besar bagi dunia.

4) Kami senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang

memungkinkan kami tumbuh dua kali lipat sambal mengurangi dampak

terhadap lingkungan, dan meningkatkan dampak sosial.

4.1.2 Deskripsi Variabel Penelitian

4.1.2.1 Laba bersih PT. Unilever Indonesia, Tbk

Laba bersih PT. Unilever Indonesia, Tbk periode 2014-2018 dihitung

dengan menggunakan rumus :

Laba Bersih = Laba Kotor – Beban Operasi – Beban Pajak


Tabel 4.1
Sumber Kasmir (2011:303)
55

Data yang dibutuhkan untuk menghitung laba bersih PT. Unilever

Indonesia, Tbk periode 2014-2018 tercantum pada tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1
Laba Kotor, Beban Operasidan Pajak Penghasilan PT. Unilever Indonesia,
Tbk
Periode 2014-2018
(dinyatakan dalam jutaan rupiah)

Pajak
Tahun Laba Kotor Beban Operasi
Penghasilan
2014 17.099.121 9.442.399 1.938.199
2015 18.648.969 10.839.479 1.977.685
2016 20.459.096 11.887.221. 2.181.213
2017 21.219.734 11.484.053 2.367.099
2018 21.092.273 8.906.509 3.076.319
Sumber: Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi
Universitas Galuh Ciamis (diolah,2020).

Adapun perhitungan laba bersih bersih PT. Unilever Indonesia, Tbk periode

2014-2018 dapat diuraikan sebagaiberikut:

Laba Bersih = Laba Kotor – Beban Operasi – Beban Pajak

Sumber Kasmir (2011:303)

Laba Bersih tahun 2014 = Rp. 17,099,121,000,000,00 - Rp. 9442,399,000,000,00

- Rp. 1,938,199,000,000,00 = 5,738,523,000,000,00

Laba Bersih tahun 2015 = Rp. 18,648,969,000,000,00 - Rp.

10,839,479,000,000,00 - Rp. 1,977,685,000,000,00

=Rp. 5,851,805,000,000,00

Laba Bersih tahun 2016 = Rp. 20,459,096,000,000,00 - Rp.

11,887,221,000,000,00 - Rp. 2,181,213,000,000,00 =

Rp. 6,390,672,00
56

Laba Bersih tahun 2017 = Rp. 21,219,734,000,000,00 - Rp.

11,484,053,000,000,00 - Rp. 2,367,099,000,000,00=

Rp. 7,004,562,000,000,00

Laba Bersih tahun 2018 = Rp. 21,092,273,000,000,00 - Rp. 8,906,509,000,000,00

- Rp. 3,076,319,000,000,00= Rp. 9,109,445,000,000,00

Perkembangan laba bersih PT. Unilever Indonesia, Tbk dapat dilihat pada

tabel 4.2

Tabel 4.2
Perkembangan Laba Bersih PT. Unilever Indonesia, Tbk
Periode 2014-2018
(dinyatakan dalam jutaan)

Perkembangan
Tahun Laba Bersih
Laba Bersih
2014 5.738.523 -
2015 5.851.805 1,97%
2016 6.390.672 9,21%
2017 7.004.562 9,61%
2018 9.109.445 30,05%
Sumber:Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi
Universitas Galuh Ciamis (diolah,2020).

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa laba bersih pada PT. Unilever

Indonesia, Tbk tiap tahunnya mengalami kenaikan. Perolehan laba bersih tahun

2014 mencapai Rp. 5.738.523.000.000 dan pada tahun 2015 mengalami kenaikan

sebesar 1,97% hingga mencapai Rp. 5.851.805.000.000. Pada tahun 2016 laba

bersih mencapai Rp. 6.390.672.000.000 dan mengalami kenaikan dari tahun

sebelumnya sebesar 9,21%. Pada tahun 2017 laba bersih pada PT. Unilever

Indonesia, Tbk mengalami kenaikan dari tahun sebelumnya sebesar 9,61% hingga
57

mencapai Rp. 7.004.562.000.000. Kenaikan laba bersih terjadi juga pada tahun

2018 sebesar 30,05% hingga mencapai Rp. 9.109.445.000.000. Perkembangan

laba bersih PT. Unilever Indonesia, Tbk cenderung naik.

4.1.2.2 Dividend Payout Ratio PT. Unilever Indonesia, Tbk

Untuk mengetahui Dividend Payout Ratio pada PT. Unilever Indonesia,

Tbk selama periode 2014 sampai dengan 2018 dihitung dengan rumus:

Dividend per share


Dividend Payout Ratio= X 100 %
Earning per share

Sumber : Sartono (2010:491)

Berdasarkan rumus diatas dividen payout ratio adalah hasil perbandingan

dividen per share dengan earning per share. dividen pershare dihitung dengan

rumus:

Dividen per share = Jumlah dividen yang dibayarkan


Jumlah lembar saham

Sumber : Lukman Syamsuddin (2009:67)

Data yang dibutuhkan untuk menghitung dividen per share PT. Unilever

Indonesia, Tbk periode 2014-2018 tercantum pada tabel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3
Jumlah Dividen yang Dibayarkan dan Jumlah Saham yang Beredar
PT. Unilever Indonesia, Tbk
Periode 2014-2018
(dinyatakan dalam jutaan)

Jumlah Dividen yang Jumlah Lembar


Tahun
Dibayarkan Saham
2014 Rp. 5,394,411 7,630
2015 Rp. 5,783,540 7,630
2016 Rp. 6,096,370 7,630
2017 Rp. 6,638,100 7,630
2018 Rp. 6,981,450 7,630
58

Sumber:Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas


Galuh Ciamis (diolah,2020).

Berikut ini perhitungan dividen per share PT. Unilever Indonesia, Tbk

periode 2014-2018:

Dividen pershare = Jumlah dividen yang dibayarkan


Jumlah lembar saham

Rp . 5,394,411,000,000,00
dividen per share ( 2014 )= =Rp . 707 , , 00
7,630,000,000

Rp .5,783,540 , 000,000 , 00
dividen per share ( 2015 ) = =Rp .758,00
7,630 , 000,000

Rp . 6,096,370 ,000,000 , 00
dividen per share ( 2016 ) = =Rp .799,00
7,630 , 000,000

Rp . 6,638,100 ,000,000 , 00
dividen per share ( 2017 ) = =Rp . 870,00
7,630 , 000,000

Rp . 6,981,450, 000,000 , 00
dividen per share ( 2018 ) = =Rp .915,00
7,630 , 000,000

Earning per share dihitung dengan rumus:

Earning pershare = Laba bersih


Jumlah lembar saham

Sumber : Kasmir (2012:207


59

Data yang dibutuhkan untuk menghitung Earning per share PT. Unilever

Indonesia, Tbk periode 2014-2018 tercantum pada tabel 4.4 berikut ini:

Tabel 4.4
Laba Bersih dan Jumlah Dividen yang Dibayarkan pada PT. Unilever
Indonesia, Tbk
Periode 2009-2018
(dinyatakan dalam jutaan)

Tahu Jumlah Lembar


Laba Bersih
n Saham yang Beredar
2014 Rp. 5,738,523 7,630
2015 Rp. 5,851,805 7,630
2016 Rp. 6,390,672 7,630
2017 Rp. 7,004,562 7,630
2018 Rp. 9,109,445 7,630
Sumber:Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi
Universitas Galuh Ciamis (diolah,2020).

Berikut ini perhitungan earning per share PT. Unilever Indonesia, Tbk

periode 2014-2018

Earning per share = Laba bersih


Jumlah lembar saham

Rp. 5,738,523 , 000,000 ,00


Earning per share ( 2014 )= =Rp . 752,00
7,630 ,000,000

Rp . 5,851,805, 000,000 , 00
Earning per share ( 2015 ) = =Rp .766,00
7,630 , 000,000

Rp . 6,390,672 ,000,000 , 00
Earning per share ( 2016 )= =Rp .838,00
7,630 , 000,000
60

Rp . 7,004,562, 000,000 , 00
Earning per share ( 2017 )= =Rp .918,00
7,630 , 000,000

Rp . 9,109,445 , 000,000 ,00


Earning per share ( 2017 )= =Rp .1,194,00
7,630 ,000,000

Berdasarkan hasil perhitungan earning per share dan dividen per share

pada PT. Unilever Indonesia, Tbk setiap tahunnya yaitu dari tahun 2014 sampai

dengan tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 4.5

Tabel 4.5
Earning Per Share dan Dividen Per Share (DPS) PT. Unilever Indonesia, Tbk
Periode 2014-2018
No Tahun DPS EPS
1 2014 707 752
2 2015 758 766
3 2016 799 838
4 2017 870 918
5 2018 915 1,194
Sumber:Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas
Ekonomi Universitas Galuh Ciamis (diolah,2020).

Berdasarkan hasil perhitungan earning per share dan dividen per share

maka dividen payout ratio dihitung dengan rumus :

Dividend per share


Dividend Payout Ratio= X 100 %
Earning per share

Rp . 707
Dividend Payout Ratio ( 2014 )= =0,9402=94,02 %
Rp. 752

Rp . 758
Dividend Payout Ratio ( 2015 ) = =0,9896=98,96 %
Rp .766

Rp . 799
Dividend Payout Ratio ( 2016 ) = =0,9535=95,35 %
Rp . 838
61

Rp . 870
Dividend Payout Ratio ( 2017 ) = =0,9477=94,77 %
Rp . 918

Rp . 915
Dividend Payout Ratio ( 2018 ) = =0,7663=76,63%
Rp .1.194

Berdasarkan hasil dari perhitungan Dividend Payout Ratio pada PT.

Unilever Indonesia, Tbk setiap tahunnya yaitu dari tahun 2014 sampai dengan

tahun 2018 dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut:

Tabel 4.6
Dividend Payout Ratio (DPR) PT. Unilever Indonesia, Tbk
Periode 2014-2018
DPR Perkembangan
No Tahun DPS EPS
% %
1 2014 707 752 94.02 -
2 2015 758 766 98.96 5.25
3 2016 799 838 95.34 (3.65)
4 2017 870 918 94.77 (0.6)
5 2018 915 1,194 76.63 (19.14)
Sumber:Galeri Investasi Bursa Efek Indonesia Fakultas Ekonomi Universitas
Galuh Ciamis (diolah,2020).

Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat diketahui bahwa perkembangan

Dividend Payout Ratio (DPR) di PT. Unilever Indonesia Tbk, periode 2014-2018

mengalami fluktuasi. Pada tahun 2014 Dividend Payout Ratio (DPR) di PT.

Unilever Indonesia ,Tbk mencapai 94.02%. Pada 2015 dividend payout ratio di

PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalami kenaikan 5,25% dari tahun sebelumnya

yaitu 94,02% menjadi 98.96%. Pada tahun 2016 dividend payout ratio

mengalami penurunan 3,65% yaitu dari 98,96% menjadi 95,34%. Pada tahun

2017 dividend payout ratio masih mengalami penurunan namun hanya 0,6% dari

95,34% menjadi 94,77. Pada tahun 2018 dividend payout ratio mengalami

penurunan yang besar yaitu sebesar 19,14% dari 94,77% menjadi 76,63%.
62

4.1.2.3 Pengaruh Laba Bersih Terhadap Dividend Payout Ratio di PT.

Unilever Indonesia, Tbk

1) Analisis Koefisien Korelasi Sederhana.

Untuk mengetahui hubungan antara laba bersih dengan kebijakan dividen

dihitung dengan analisis koefisien kolerasi.

Tabel 4.7
Tabel Rxy (Laba Bersih dan Dividen Payout Ratio)
(dinyatakan dalam jutaan kecuali dinyatakan lain)

Dividen
d
Laba
Payout
Tahun Bersih Ratio X² Y² XY
(X) (Y)

2014 5.738.523 0,9402 32.930.072.369.229 0,8840 5395359,325


2015 5.864.386 0,9896 34.243.621.758.025 0,9793 5790946,228
2016 6.390.672 0,9534 40.840.688.611.584 0,9090 6092866,685
2017 7.004.562 0,9477 49.063.888.811.844 0,8981 6638223,407
2018 9.109.445 0,7663 82.981.988.208.025 0,5872 6980567,704
 34.095.007 4,5972 240.060.259.758.707 4,2576 30.897.963,35

Koefisien korelasi dihitung dengan rumus :

n ( ΣXY )−( ΣX )( ΣY )
r xy =
√¿¿ ¿

5(30897963,35)−( 34095007 ) ( 4 ,5972 )


r xy =
√¿ ¿ ¿

154489816,75−156741566,18
r xy =
√[37831796463486][¿ 0,1538]¿
−2251749,43
r xy =
2412162,99

r xy =¿ -0,93
63

Berdasarkan penafsiran tingkat hubungan Sugiyono (2013: 231) nilai -0,93

termasuk kategori negatif lemah. Dengan demikian tingkat korelasi antara laba

bersih dengan dividen payout ratio dinyatakan memiliki tingkat hubungan yang

negatif lemah. Artinya setiap peningkatan laba bersih tidak diikuti dengan

kebijakan dividen. Dari hasil perhitungan di atas, maka diperoleh nilai r sebesar -

0,93. Hasil tersebut dapat diketahui bahwa terdapat hubungan negatif antara laba

bersih dengan dividen payout ratio.

2) Analisi Koefisien Determinasi

Untuk mengetahui pengaruh laba bersih terhadap kebijakan dividen dapat

dihitung menggunakan rumus Koefisien Determinasi yaitu:

KD=r2 x 100%
(Sumber :Sugiyono, 2013:231)

KD = r2 x 100%
KD = -0,932 x 100%

KD = -0,8649 x 100%

KD = 86.49 %

Berdasarkan hasil perhitungan diperoleh nilai koefisien determinasi sebesar

86.49%. Artinya pengaruh laba bersih terhadap kebijakan dividen sebesar 86.49

%, sedangkan sisanya sebesar 13,51% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak

diteliti.

3) Uji t

Untuk mengetahui tingkat signifikansi pengaruh laba bersih terhadap

kebijakan dividen dihitung menggunakan uji t dengan rumus sebagai berikut:


64

r √( n−2 )
t=
√ 1−r 2
−0,93 √ (5−2 )
t=
√ 1−¿ ¿ ¿
−0,93 √ 3
t=
√1−¿ ¿ ¿
−1,6108
t=
0,3676

t=¿- 4,3819
Dengan uji t hitung sebesar -4,3819 pada dk = (n-2) = (5-2) = 3 dan ɑ = 0,05

diperoleh t tabel sebesar 2,3533 dengan demikian maka jika t hitung <t table, maka Ha

ditolak dan Ho diterima, maka Hipotesis ditolak artinya laba bersih tidak

berpengaruh terhadap kebijakan dividen. Dengan kata lain laba berpengaruh

negatif terhadap kebijakan dividen.

4.2. Pembahasan

4.2.1 Laba Bersih Pada PT. Unilever Indonesia, Tbk

Laba bersih pada PT. Unilever Indonesia, Tbk periode tahun 2014 sampai

dengan 2018 cenderung mengalami kenaikan. Pada tahun 2014 laba bersih

mencapai Rp 5.738.523.000.000,00. Pada tahun 2015 laba bersih mengalami

kenaikan sebesar 1,97% hingga mencapai Rp 5.851.805.000.000,00. Pada tahun

2016 laba bersih juga mengalami kenaikan 9,21% dari tahun sebelumnya hingga

mencapai Rp 6.390.672.000.000,00. Pada tahun 2017 laba bersih mengalami

kenaikan 9,61% dari tahun sebelumnya hingga mencapai Rp

7.004.562.000.000,00. Pada tahun 2018 laba bersih juga mengalami kenaikan

30,05% hingga mencapai Rp 9.109.445.000.000,00. Hal tersebut menandakan


65

bahwa perolehan laba di PT. Unilever Indonesia, Tbk cukup stabil karena dari

tahun ke tahun laba bersih perusahaan cenderung mengalami peningkatan.

Peningkatan laba terjadi karena berdasarkan hasil penelitian pada laporan laba

rugi di PT. Unilever Indonesia, Tbk diketahui bahwa penjualan bersih di PT.

Unilever Indonesia, Tbk tahun 2014 sampai dengan tahun 2018 setiap tahunnya

mengalami kenaikan. Meningkatnya penjualan di PT. Unilever Indonesia, Tbk

menyebabkan laba dari tahun ke tahun meningkat karena meningkatnya volume

penjualan memberikan keuntungan bagi PT. Unilever Indonesia, Tbk.

Peningkatan penjualan berpengaruh terhadap peningkatan laba kotor karena

penjualan adalah unsur pembentuk laba kotor. Artinya ketika laba kotor

meningkat yang disebabkan oleh penjualan bersih meningkat maka laba bersih

PT. Unilever Indonesia, Tbk juga mengalami peningkatan. Hal tersebut terjadi

karena PT. Unilever Indonesia, Tbk juga berupaya untuk melakukan efisiensi

biaya operasional. Dengan demikian naik turunya perolehan laba dipengaruhi oleh

naik turunya volume penjualan, harga pokok penjualan dan tingkat efisiensi biaya

atau beban operasional. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Jumingan

(2006:165) beberapa faktor yang mempengaruhi perubahan laba adalah :

1) Naik turunnya jumlah unit yang dijual dan harga per unit.
2) Naik turunnya harga pokok penjualan, perubahan harga pokok penjualan
ini dipengaruhi oleh jumlah unit yang dibeli atau diproduksi atau dijual
dari harga per unit atau harga pokok per unit.
3) Naik turunnya biaya usaha yang dipengaruhi oleh jumlah unit yang dijual,
variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat harga dan efisiensi
operasi perusahaan.
4) Naik turunnya pos penghasilan atau biaya nonoperasional yang
dipengaruhi oleh variasi jumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat
harga dan perubahan kebijaksanaan dalam penerimaan discount.
5) Naik turunnya pajak perseroan yang dipengaruhi oleh besar kecilnya laba
yang diperoleh atau tinggi rendahnya tarif pajak.
66

6) Adanya perubahan dalam metode akuntansi.

Meningkatnya jumlah penjualan disebabkan oleh kemampuan PT. Unilever

Indonesia, Tbk untuk memenuhi kebutuhan konsumen yang lebih spesifik. Serta

PT. Unilever mampu menyediakan produk-produk yang dibutuhkan serta mampu

menyediakan produk yang berbeda untuk berbagai tingkatan daya beli di setiap

kategori. PT. Unilever Indonesia, Tbk juga mampu mengoptimalkan pelaksanaan

strategi pemsaran diantaranya dengan menyediakan ukuran kemasan produk yang

berbeda untuk memastikan produk-produk PT. Unilever terjangkau oleh berbagai

segmen konsumen sehingga mampu meningkatkan penjualan produk.

Kemampuan perusahaan dalam meningkatkan penjualan menyebabkan laba

bersih PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalami peningkatan karena penjualan

merupakan sumber utama bagi pendapatan perusahaan dan sebagai unsur utama

pembentuk laba. Dengan demikian tinggi rendahnya penjualan menentukan tinggi

rendahnya perolehan laba. Sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Angkoso

(2006: 64) “salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan laba yaitu tingkat

penjulan di masa lalu yang tinggi, semakin tinggi tingkat penjualan dimasa yang

akan datang sehingga pertumbuhan laba semakin tinggi”.

Peningkatan laba bersih pada PT. Unilever Indonesia, Tbk disebabkan oleh

peningkatan penjualan bersih. Penjualan bersih merupakan sumber penghasilan

utama bagi perusahaan untuk memperoleh laba.


67

4.2.2 Dividen Payout Ratio di PT. Unilever Indonesia, Tbk

Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan Dividend Payout Ratio

(DPR) di PT. Unilever Indonesia, Tbk, periode 2014 sampai dengan 2018

mengalami fluktuasi. Pada tahun 2014 sampai dengan 2015 Dividend Payout

Ratio (DPR) di PT. Unilever Indonesia, Tbk mengalami kenaikan 4,92% yaitu

dari 94,02% menjadi 98.96%. Pada tahun 2016 dividend payout ratio mengalami

penurunan 3,62% yaitu dari 98,96% menajdi 95,34%. Pada tahun 2017 dividend

payout ratio masih mengalami penurunan namun hanya 0,57% dari 95,34%

menjadi 94,77%; dan di tahun 2018 dividend payout ratio mengalami penurunan

yang cukup besar yaitu 18,14% dari 94,77% menjadi 76,63%. Berfluktuasinya

dividend payout ratio terjadi karena PT. Unilever Indonesia, Tbk mengambil

kebijakan untuk menahan sebagian laba yang diperoleh untuk kepentingan dan

keberlangsungan perusahaan itu sendiri. Berdasarkan hasil penelitian kenaikan

jumlah dividen yang dibagikan oleh perusahaan tidak sebanding dengan kenaikan

perolehan laba bersih PT. Unilever Indonesia, Tbk. Berdasarkan hasil penelitian

earning per share lebih besar daripada dividen per share, artinya laba per lembar

saham lebih besar daripada dividen per lembar saham yang dibayarkan oleh PT.

Unilever Indonesia, Tbk. Hal tersebut mengindikasikan bahwa perusahaan tidak

membagikan seluruh laba dalam bentuk dividen kepada pemegang saham dan

perusahaan lebih memilih menahan sebagian laba untuk memenuhi kebutuhan

dalam membiayai perusahaan yang sedang mengalami pertumbuhan yang tinggi.


68

Hal ini didukung Riyanto (2010:267), yang mengemukan faktor-faktor yang

mempengaruhi kebijakan dividen suatu perusahaan adalah:

1) Posisi Likuiditas Perusahaan, posisi kas atau likuiditas dari suatu


perusahaan merupakan faktor yang penting yang harus dipertimbangkan
sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang
akan dibayarkan kepada para pemegang saham.
2) Kebutuhan Dana Untuk Membayar Hutang, apabila perusahaan
menetapkan bahwa pelunasan utangnya akan diambilkan dari laba ditahan,
berarti perusahaan harus menahan sebagian besar dari pendapatannya
untuk keperluan tersebut, yang ini berarti bahwa hanya sebagian kecil saja
dari pendapatan atau earning yang dapat dibayarkan sebagai dividen.
3) Tingkat Pertumbuhan Perusahaan, makin cepat tingkat pertumbuhan suatu
perusahaan, makin besar kebutuhan akan dana untuk membiayai
pertumbuhan perusahaan tersebut.
4) Pengawasan Terhadap Perusahaan, pada pembelanjaan intern dalam
rangka usaha mempertahankan “control” terhadap perusahaan, berarti
mengurangi “dividen payout ratio”nya.

Dividend Payout Ratio (DPR) di PT. Unilever Indonesia Tbk, periode

2014-2018 mengalami fluktuasi dan cenderung mengalami penurunan. Penurunan

dividend payout ratio disebabkan oleh keputusan perusahan untuk menahan

sebagian laba dalam rangka memenuhi kebutuhan dalam membiayai perusahaan

yang sedang mengalami pertumbuhan yang sangat pesat.

4.2.3 Pengaruh Laba Bersih Terhadap Kebijakan Dividen.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh negatif laba bersih

terhadap kebijakan dividen pada PT. Unilever Indonesia, Tbk. Artinya jika laba

bersih pada PT. Unilever Indonesia, Tbk naik, Dividend Payout Ratio (DPR) akan

mengalami penurunan. Laba bersih pada PT. Unilever Indonesia, Tbk tiap

tahunya mengalami kenaikan dan cukup stabil, namun Dividend Payout Ratio

(DPR) mengalami fluktuasi dan cenderung turun. Dapat diartikan bahwa

peningkatan laba bersih di pada PT. Unilever Indonesia, Tbk tidak diikuti dengan
69

peningkatan Dividend Payout Ratio (DPR). Hasil penelitian mengindikasikan

bahwa laba yang besar atau meningkat tidak menjadi tolak ukur untuk kebijakan

deviden yang diberikan perusahaan kepada pemegang saham/para investor. PT.

Unilever Indonesia, Tbk. mengambil kebijakan untuk menahan laba yang

diperoleh untuk kepentingan dan keberlangsungan perusahaan PT. Unilever

Indonesia, Tbk itu sendiri. Penurunan pembayaran dividen PT. Unilever

Indonesia, Tbk yang ditunjukan oleh dividen payout ratio adalah kebijakan

perusahan untuk menahan sebagian labanya yang memberikan sinyal bahwa PT.

Unilever Indonesia, Tbk sedang mengalami pertumbuhan yang sangat cepat, dapat

dilihat dari perolehan laba bersih yang tiap tahunnya mengalami kenaikan yang

besar.

Besar kecilnya laba perusahaan tidak menjadi tolak ukur untuk kebijakan

dividen yang diberikan perusahaan kepada para pemegang saham atau investor.

PT. Unilever Indonesia, Tbk termasuk pada perusahaan dengan tingkat

pertumbuhan yang sangat pesat sehingga mengindikasikan perusahaan memiliki

beban serta kebutuhan yang cukup besar pula untuk membiayai kegiatan

operasional perusahaan. Perolehan laba yang tinggi pada PT. Unilever Indonesia,

Tbk tidak mempengaruhi perusahaan untuk membayar dividen yang tinggi pula.

Karena perusahaan berhak untuk menahan sebagian laba untuk dijadikan sebagai

komponen modal berupa laba ditahan. Hal tersebut dibuktikan dengan Earning

pershare pada PT. Unilever Indonesia, Tbk lebih besar dibandingkan dengan

dividen per share. Artinya perolehan laba per lembar saham lebih besar daripada
70

dividen per lembar saham yang dibagikan kepada para pemegang saham. Hal

tersebut sejalan dengan pendapat Stice, at all (dalam Cahyo, 2014:20) bahwa:

Untuk perusahaan dengan pertumbuhan yang tinggi, laba yang positif tidak
menjamin adanya arus kas. Perusahaan yang tumbuh dengan cepat
menggunakan kas dalam jumlah yang besar untuk memperbesar persediaan,
perusahaan tersebut lebih banyak menghabiskan daripada menghasilkan kas
walaupun perusahaan memperoleh laba yang positif. Sehingga hal ini dapat
menyulitkan perusahaan untuk membayar utang dan untuk memenuhi
keingainan investor akan dividen kas.

Selain itu perolehan laba yang tinggi tidak menggambarkan tersedianya

saldo kas untuk membayar jumlah dividen kepada para investor, artinya perolehan

laba yang diketahui dari laporan keuangan tidak mengindikasikan adanya kas di

PT. Unilever Indonesia, Tbk. Karena perusahaan mempergunakan saldo kas untuk

memenuhi kebutuhan dalam membiayai pertumbuhan perusahaan. Hal tersebut

sejalan dengan pendapat Revee, et all dalam Cahyo (2014:19) bahwa “ laba yang

besar tidak selalu berarti bahwa perusahaan dapat membayar dividen. Hal tersebut

dikarenakan saldo akun kas dan laba ditahan seringkali tidak berkaitan. Dengan

demikian, sejumlah laba ditahan tidak berarti terdapat kas yang tersedia untuk

membayar deviden.”

Hasil Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Triatmojo

(2013) “terdapat pengaruh negative dan tidak signifikan Laba Bersih terhadap

Kebijakan Dividen”. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan

oleh Prihantoro (2003) menyatakan bahwa “Laba Bersih tidak berpengaruh

terhadap Kebijakan Dividen”.

Anda mungkin juga menyukai