Anda di halaman 1dari 14

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

4.1.1. Penyajian Data

Penelitian ini bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan dengan

menghitung Economic Value Added (EVA) dan menganalisa EVA sebagai ukuran

keberhasilan Share Holder pada PT Unilever Indonesia Tbk berdasarkan data

yang diperoleh dari website http://www.idx.xo.id.

Berikut ini merupakan data yang berkaitan dengan perhitungan Economic

Value Added (EVA) untuk PT Unilever Indonesia Tbk yang disajikan sebagai

berikut:

Tabel 4.1
Profil Data Keuangan PT Unilever Indonesia Tbk
(Dalam Miliaran Rupiah)
Tahu Laba Bersih Beban Beban Total Total
n Setelah Pajak Pajak Bunga Utang Ekuitas
2014 5.738 1.938 96,064 9.682 4.526
2015 5.852 1.978 120,527 10.903 4.827
2016 6.391 2.181 143,244 12.041 4.704
2017 7.005 2.367 127,682 13.733 5.173
2018 9.109 3.076 108,642 11.945 7.578
Sumber: Data diolah

31
32

Berdasarkan tabel 4.1 masing-masing data diuraikan sebagai berikut:

a. Laba Bersih Setelah Pajak

Perusahaan melakukan kegiatan ekonomi dengan tujuan untuk mendapatkan

penghasilan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan perusahaan.

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa tingkat laba tertinggi dan terendah

dari PT Unilever Indonesia Tbk dari tahun 2014 sampai 2018. Laba

perusahaan tertinggi pada tahun 2018 yaitu sebesar 9.109 miliar rupiah

sedangkan yang terendah pada tahun 2014 sebesar 5.738 miliar rupiah.

b. Beban Pajak

Di Indonesia setiap orang memiliki kewajiban untuk membayar pajak apabila

telah memenuhi syarat subjektif dan syarat objektif. Sehingga seluruh

perusahaan yang ada di Indonesia memiliki kewajiban untuk membayar pajak.

Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa beban pajak tertinggi yang harus

dibayarkan oleh PT Unilever Indonesia Tbk terdapat pada tahun 2018 yaitu

sebesar 3.076 miliar rupiah. Dan untuk beban pajak terendah yaitu pada tahun

2014 yaitu sebesar 1.938 miliar rupiah. Semakin besar ukuran perusahaan,

maka semakin besar pula beban pajak yang harus dibayar perusahaan tersebut.

Begitu pula sebaliknya semakin kecil ukuran perusahaan, maka semakin kecil

pula beban pajak yang harus dibayar oleh suatu perusahaan.

c. Beban Bunga

Beban bunga biasanya dibayarkan kepada nasabah atau pihak lain yang

berkaitan dengan kegiatan penghimpunan dana. Biasanya perusahaan dalam

membangun suatu usaha memerlukan pinjaman modal yang setiap bulannya


33

dapat dikenakan beban bunga atas pinjaman tersebut. Berdasarkan tabel 4.1

dapat dilihat bahwa beban bunga terbesar yang harus dibayar PT Unilever

Indonesia Tbk yaitu sebesar 1,19 milyar rupiah pada tahun 2016, dan beban

bunga terendah yaitu sebesar 0,91 milyar rupiah di tahun 2018.

d. Total Utang

Rasio hutang biasanya digunakan untuk mengukur seberapa besar perusahaan

mengandalkan hutang untuk membiayai asetnya. Besaran hutang

menunjukkan proporsi hutang perusahaan terhadap total aset yang

dimilikinya. Semakin tinggi rasio hutang, maka semakin besar pula resiko

yang terkait dengan operasional perusahaan. Berdasarkan tabel 4.1 dapat

dilihat bahwa total hutang yang paling tinggi yaitu pada tahun 2017 sebesar

13.733 miliar rupiah. Dan total hutang yang paling rendah yaitu pada tahun

2014 sebesar 9.682 miliar rupiah.

e. Total Ekuitas

Setiap perusahaan memiliki total ekuitas, setiap investor memiliki aktiva

atas perusahaan yang terdiri dari modal, pengambilan pribadi, pendapatan

dan beban/pengeluaran. Berdasarkan tabel 4.1 dapat dilihat bahwa total

ekuitas yang paling tinggi yaitu pada tahun 2018 sebesar 7.578 miliar

rupiah, dan total ekuitas terendah yaitu pada tahun 2016 sebesar 4.704

miliar rupiah.

4.2. Pembahasan

4.2.1. Pengukuran EVA (Economic Value Added) PT Unilever Indonesia Tbk


34

Berikut ini langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung EVA

adalah sebagai berikut:

a. Perhitungan NOPAT (Net Operating After Tax) PT Unilever Indonesia

Tbk

Untuk melakukan perhitungan NOPAT yaitu menggunakan rumus sebagai

berikut:

NOPAT = Laba Bersih Setelah Pajak (1-Tax)


Dimana:

Beban Pajak
Tax = x 100 %
Laba Sebelum Pajak

Tabel 4.2
Perhitungan Tax
(Dalam Miliaran Rupiah)
Tahun Beban Pajak Laba Sebelum Tax (%)
Pajak
2014 1.938 7.676 25
2015 1.978 7.829 25
2016 2.181 8.527 25
2017 2.367 9.372 25
2018 3.076 12.186 25
Sumber: Data diolah

Tabel 4.3
Perhitungan NOPAT PT Unilever Indonesia Tbk
(Dalam Miliaran Rupiah)
Tahun Laba Bersih Setelah (1-Tax) NOPAT
Pajak (%)
2014 5.738 75 4.304
2015 5.852 75 4.389
2016 6.391 75 4.793
2017 7.005 75 5.254
35

2018 9.109 75 6.832


Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.3 bisa dilihat bahwa dari tahun 2014 sampai dengan

tahun 2018 terus mengalami peningkatan laba. Laba terbesar yaitu pada tahun

2018 sebesar 12.186 miliar rupiah, sedangkan yang terendah yaitu sebesar 7.676

miliar rupiah pada tahun 2014. Beban pajak setiap tahunnya juga akan

mempengaruhi NOPAT yang di hasilkan.

NOPAT setiap tahunnya bernilai positif, yaitu pada tahun 2014 sebesar

4.304 miliar rupiah, tahun 2015 sebesar 4.389 miliar rupiah, tahun 2016 sebesar

4.793 miliar rupiah, tahun 2017 sebesar 5.254 miliar rupiah, dan pada tahun 2018

sebesar 6.832 miliar rupiah. Hal ini terjadi dikarenakan laba yang dihasilkan lebih

besar dari pada beban pajak. Oleh karena itu PT Unilever Indonesia Tbk memiliki

kinerja yang baik dari perhitugan NOPAT.

b. Perhitungan Invested Capital PT Unilever Indonesia Tbk

Untuk menghitung Invested Capital (IC) yaitu menggunakan rumus sebagai

berikut:

IC = Total Utang dan Ekuitas – Utang Jangka Pendek


Tabel 4.4

Tabel 4.4
Perhitungan Invested Capital PT Unilever Indonesia Tbk
(Dalam Miliaran Rupiah)
Tahun Total Utang dan Utang Jangka Invested
Ekuitas Pendek Capital
2014 14.208 8.864 5.344

2015 15.729 10.128 5.601

2016 16.746 10.878 5.868


36

2017 18.906 12.532 6.374

2018 19.523 11.135 8.388

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa Invested Capital sama seperti

NOPAT yang merupakan salah satu kompenen untuk penilaian kinerja dengan

menggunakan metode EVA. Invested Capital atau Modal merupakan

penjumlahan total hutang dan total saham yang diinvestasikan, berdasarkan tabel

diatas yang memiliki nilai tertinggi ditahun 2018 sebesar 8.388 miliar rupiah,

sedangkan nilai Invested Capital terendah pada tahun 2014 sebesar 5.334 miliar

rupiah.

c. Perhitungan WACC (Weight Average Cost of Capital) PT Unilever

Indonesia Tbk

Untuk menghitung WACC yaitu menggunakan rumus sebagai berikut:

WACC = (D * Rd) * (1-Tax) + (E * Re)

Dimana:

Total Utang
a. Tingkat Modal (D) = x 100 %
Total Utang dan Ekuitas

Tabel 4.5
Perhitungan Tingkat Modal (D)
(Dalam Miliaran Rupiah)
Tahun Total Utang Total Utang dan D (%)
Ekuitas
2014 9.682 14.208 68,14
2015 10.903 15.729 69,32
2016 12.041 16.746 71,90
37

2017 13.733 18.906 72,64


2018 11.945 19.523 61,18
Sumber: Data diolah

Beban Bunga
b. Cost of Debt (Rd) = x 100 %
Total Utang

Tabel 4.6
Perhitungan Cost of Debt (Rd)
(Dalam Miliaran Rupiah)
Tahun Beban Bunga Total Utang Rd (%)
2014 96,07 9.682 0,99
2015 120,53 10.903 1,11
2016 143,24 12.041 1,19
2017 127,68 13.733 0,93
2018 108,64 11.945 0,91
Sumber: Data diolah

Total Ekuitas
c. Proporsi Ekuitas (E) = x 100 %
Total Utang dan Ekuitas

Tabel 4.7
Perhitungan Proporsi Ekuitas (E)
(Dalam Miliaran Rupiah)
Tahun Total Ekuitas Total Utang dan E (%)
Ekuitas
2014 4.526 14.208 31,86
2015 4.827 15.729 30,69
2016 4.704 16.746 28,09
2017 5.173 18.906 27,36
2018 7.578 19.523 38,82
Sumber: Data diolah
38

Laba Bersih Setelah Pajak


d. Cost of Equity (Re) = x 100 %
Total Ekuitas

Tabel 4.8
Perhitungan Cost of Equity (Re)
(Dalam Miliaran Rupiah)
Tahun Laba Bersih Setelah Total Ekuitas Re (%)
Pajak
2014 5.738 4.526 126,78
2015 5.852 4.827 121,23
2016 6.391 4.704 135,86
2017 7.005 5.173 135,41
2018 9.109 7.578 120,20
Sumber: Data diolah

Tabel 4.9
Perhitungan WACC PT Unilever Indonesia Tbk
Tahun D Rd 1 – Tax E Re WACC

2014 68,14% 0,99% 75% 31,86% 126,78% 0,41

2015 69,32% 1,11% 75% 30,69% 121,23% 0,38

2016 71,90% 1,19% 75% 28,09% 135,86% 0,39

2017 72,64% 0,93% 75% 27,36% 135,41% 0,38

2018 61,18% 0,91% 75% 38,82% 120,20% 0,47

Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.9, bisa dilihat yang memiliki nilai WACC paling

tinggi pada tahun 2018 sebesar 0,47 sedangkan nilai WACC paling rendah yaitu

sebesar 0,38. Semakin meningkat nilai WACC yang di peroleh setiap tahunnya

maka semakin besar pula pengembalian investasi yang diperoleh para investor.
39

d. Perhitungan Capital Charges PT Unilever Indonesia Tbk

Untuk menghitung Capital Charges yaitu menggunakan rumus sebagai berikut:

Capital Charges = WACC x Invested Capital

Tabel 4.10
Perhitungan Capital Charges PT Unilever Indonesia Tbk
Invested Capital Capital Charges
Tahun WACC (Dalam Milyaran (Dalam Milyaran
Rupiah) Rupiah)
2014 0,41 5.344 2.191
2015 0,38 5.601 2.128
2016 0,39 5.868 2.289
2017 0,38 6.374 2.422
2018 0,47 8.388 3.942
Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.10, bisa dilihat bahwa pada tahun 2014 nilai capital

charges sebesar 2.191 miliar rupiah, pada tahun 2015 sebesar 2.128 miliar rupiah,

pada tahun 2016 sebesar 2.289 miliar rupiah, pada tahun 2017 sebesar 2.422

miliar rupiah, dan pada tahun 2018 sebesar 3.942 miliar rupiah. Capital Charges,

Invested Capital dan WACC saling berkaitan, apabila WACC dan Invested

Capital meningkat setiap tahunnya maka akan berdampak pada Capital Charges.

Sehingga modal yang diinvestasikan dalam perusahaan setiap tahun meningkat

dikarenakan tingkat pengembalian investasi yang diterima investor meningkat.

e. Perhitungan EVA (Economic Value Added) PT Unilever Indonesia Tbk

Untuk menghitung EVA yaitu menggunakan rumus sebagai berikut:

EVA = NOPAT – Capital Charges


40

Tabel 4.11
Perhitungan EVA PT Unilever Indonesia Tbk
(Dalam Miliaran Rupiah)
Tahun NOPAT Capital Charges EVA
2014 4.304 2.191 2.113
2015 4.389 2.128 2.261
2016 4.793 2.289 2.504
2017 5.254 2.422 2.832
2018 6.832 3.942 2.890
Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.11, bisa dilihat bahwa nilai EVA dari tahun 2014

sampai 2018 bernilai positif. Nilai EVA dari tahun 2014 hingga 2018 mengalami

peningkatan, pada tahun 2014 sebesar 2.113 miliar rupiah, pada tahun 2015

sebesar 2.261 miliar rupiah, pada tahun 2016 sebesar 2.504 miliar rupiah, pada

tahun 2017 sebesar 2.832 miliar rupiah dan pada tahun 2018 sebesar 2.890 miliar

rupiah.

Faktor yang menyebabkan EVA dominan tinggi adalah nilai NOPAT yang

besar. Kenaikan NOPAT yang lebih besar daripada kenaikan biaya modal

mendukung nilai EVA menjadi positif. Di bawah ini merupakan pembahasan dari

hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.12
Pembahasan Hasil Penelitian
Tahun NOPAT IC WACC CC EVA Kriteria
41

(Dalam (Dalam (Dalam (Dalam


Miliaran Miliaran Miliaran Miliaran
Rupiah) Rupiah) Rupiah) Rupiah)
2014 4.304 5.344 0,41 2.191 2.113 >0
2015 4.389 5.601 0,38 2.128 2.261 >0
2016 4.793 5.868 0,39 2.289 2.504 >0
2017 5.254 6.374 0,38 2.422 2.832 >0
2018 6.832 8.388 0,47 3.942 2.890 >0
Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.12 dapat dilihat bahwa dari tahun 2014 – 2018

diperoleh nilai yang positif atau EVA > 0. Karena terjadi nilai tambah ekonomis

dalam perusahaan, sehingga semakin besar EVA yang dihasilkan maka harapan

para Shareholder dapat terpenuhi dengan baik, yaitu mendapatkan pengembalian

investasi yang sama atau lebih dari yang diinvestasikan dan kreditur mendapatkan

bunga. Keadaan ini menunjukkan bahwa perusahaan berhasil menciptakan nilai

(creative value) bagi pemilik modal sehingga menandakan bahwa kinerja

keuangannya baik.

Beberapa hal yang menyebabkan kinerja keuangan menciptakan nilai

positif yaitu sebagai berikut:

a. Net Operating After Tax (NOPAT)

Semakin besar pendapatan atau laba usaha yang didapat maka NOPAT

yang diperoleh akan semakin besar juga. NOPAT yang diperoleh akan

mempengaruhi besarnya EVA. Apabila NOPAT lebih besar dari biaya

modal, maka EVA yang diperoleh bernilai positif begitu juga sebaliknya.

b. Invested Capital (IC)


42

Besar kecilnya Modal Invesasi akan mempengaruhi Biaya Modal yaitu

WACC dikali Modal Investasi. Semakin tinggi Modal Investasi yang

didapat maka semakin tinggi juga Biaya Modal yang dihasilkan begitu

juga sebaliknya.

c. Capital Charges (CC)

Besarnya EVA tergantung dari Biaya Modal. Semakin kecil Biaya Modal

yang didapat maka semakin besar juga EVA yang diperoleh. Biaya Modal

dipengaruhi oleh besarnya Modal Investasi. Karena Modal Investasi

didapat dengan mengurangkan Total Liabilitas dan Ekuitas dengan

Liabilitas Jangka Pendek. Besar kecilnya Liabilitas Jangka Pendek akan

mempengaruhi Modal Investasi.

4.2.2. Analisa EVA (Economic Value Added) Sebagai Ukuran Keberhasilan

Shareholder Pada PT Unilever Indonesia Tbk

Di bawah ini merupakan pembahasan untuk analisa EVA sebagai ukuran

keberhasilan untuk Shareholder, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.13
Harga Saham PT Unilever Indonesia Tbk
Tahun Tertingg Terendah Penutupa Volume Kapitalisasi Pasar
i n Perdagangan (Miliaran Rupiah)
(Ribu Saham)
2014 32.300 29.625 32.300 94.220 223.177
2015 40.000 34.150 37.000 118.952 282.310
2016 45.325 37.825 38.800 160.001 296.044
2017 55.975 48.550 55.900 152.653 426.517
2018 47.200 38.900 45.400 170.324 346.402
Sumber: Data diolah
43

Berdasarkan tabel 4.13, dapat dilihat bahwa volume perdagangan saham

PT Unilever Indonesia Tbk setiap tahunnya mengalami peningkatan. Sebelumnya

sudah diketahui bahwa nilai EVA dari tahun 2014 sampai 2018 bernilai positif,

hal ini juga tentunya berpengaruh kepada harga saham karena nilai dari suatu

perusahaan akan tercermin dari harga sahamnya. Jika kinerja perusahaan baik

maka investor berharap dimasa yang akan datang perusahaan tersebut memiliki

prospek yang cerah sehingga permintaan akan saham meningkat dan harga saham

akan naik.

Berikut ini merupakan pembagian dividen PT Unilever Indonesia Tbk dari

tahun 2014 sampai tahun 2018:

Tabel 4.14
Pembagian Dividen PT Unilever Indonesia Tbk
Tahun Dividen yang Dibagikan Dividen per Saham
(miliaran rupiah)
2014 5.738 752
2015 5.845 766
2016 6.371 835
2017 6.638 870
2018 6.981 915
Sumber: Data diolah

Berdasarkan tabel 4.14, dapat diketahui bahwa pembagian dividen setiap

tahunnya meningkat. Pada tahun 2014 sebesar 5.738 miliar rupiah, tahun 2015

sebesar 5.845 miliar rupiah, tahun 2016 sebesar 6.371 miliar rupiah, tahun 2017

sebesar 6.638 miliar rupiah dan pada tahun 2018 sebesar 6.981 miliar rupiah.

Dividen juga berpengaruh terhadap nilai perusahaan, karena nilai perusahaan akan

dimaksimumkan oleh pembayaran dividen yang tinggi. Investor menganggap

bahwa risiko dividen tidak sebesar kenaikan biaya modal, sehingga investor lebih
44

menyukai keuntungan dalam bentuk dividen dari pada keuntungan yang

diharapkan dari kenaikan nilai modal.

Anda mungkin juga menyukai