Anda di halaman 1dari 23

Analisis Kinerja Keuangan

Tahun 2014, 2015, 2016

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Keuangan
pada Program Pascasarjana Magister Manajemen
STIEPARI Semarang

Disusun oleh :
KELOMPOK

PROGRAM PASCASARJANA MAGISTER MANAJEMEN


SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI PARIWISATA
INDONESIA SEMARANG
TAHUN 2021

Page | 0
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
PT Kino Indonesia Tbk., di tengah kondisi perekonomian yang kurang kondusif
dan persaingan usaha yang kompetitif di sepanjang tahun 2016, Perseroan terbukti
mampu memanfaatkan peluang yang ada sehingga sukses mempertahankan
keunggulan yang dimiliki. Keberhasilan melewati tantangan sulit disertai prestasi yang
tidak kecil di sepanjang tahun ini semakin menguatkan optimisme PT Kino bahwa
Perseroan akan dapat tumbuh lebih kuat di masa mendatang.
Selama tahun 2016, PT Kino mencatat tantangan-tantangan sehubungan
dengan kondisi makro ekonomi Indonesia yang masih belum kondusif, kinerja
keuangan yang diperoleh tahun 2016, perubahan yang telah dilakukan dan adanya
capaian-capaian yang harus ditingkatkan di masa mendatang. PT Kino juga berhasil
meraih beberapa prestasi yang cukup memuaskan.
Pada aspek sosial kemasyarakatan, PT Kino melakukan aksi-aksi kemanusiaan
meliputi donor darah, pengobatan gratis, pemberian beasiswa bagi putra/putri
karyawan yang berprestasi, bantuan dalam bentuk material untuk pembangunan
sarana dan prasarana lingkungan sekitar pabrik, serta pembagian sembako dan hewan
kurban kepada penduduk sekitar pabrik Perseroan. Di tengah ketatnya persaingan
industri serta tekanan perekonomian global dan nasional, Perseroan tetap memiliki
posisi yang kuat di pasar domestik. Sejumlah produk Perseroan tetap mempertahankan
kedudukannya sebagai pemimpin pasar di Indonesia, terutama produk-produk yang
berasal dari segmen pemeliharaan dan perawatan tubuh.

B. Rumusan Masalah
PT Kino berhasil meraih beberapa prestasi yang cukup memuaskan, dari aspek
social telah berhasil melakukan banyak kegiatan social kemasyarakatan, dan dari sisi
pangsa pasar kedudukannya sebagai pemimpin pasar di Indonesia, tetapi bagaimana
dengan kinerja keuangan yang diperoleh tahun ini? Sehingga dengan kondisi PT Kino
sekarang ini, maka dalam pembahasan ini dirumuskan masalah sebagai berikut:
“Bagaimana prestasi perusahaan dari unsur keuangan PT Kino Indonesia Tbk?”

Page | 1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Gambaran PT Kino Indonesia Tbk (Kino)


1. Sejarah PT Kino Indonesia Tbk (Kino)
PT Kino Indonesia Tbk (Kino) berawal dari sebuah perusahaan distribusi kecil
bernama PT Dutalestari Sentratama (DLS) yang didirikan pada 1991.
Memanfaatkan peluang yang ada saat itu, pengembangan usaha dilakukan DLS
dengan mendirikan PT Kino Sentra Industrindo (KSI), sebuah perusahaan produksi
makanan ringan pada 1997. KSI memfokuskan diri pada aneka produk makanan
ringan seperti permen, snack, dan cokelat, serta minuman berperisa dalam bentuk
serbuk yang hingga kini dijual di pasar Indonesia maupun mancanegara. Produk
pertama yang diluncurkan oleh KSI adalah "Kino Candy".
Melihat keberhasilan pencapaian sebelumnya, pada 1999, Perseroan
mendirikan PT Kinocare Era Kosmetindo sebagai produsen aneka produk
perawatan tubuh untuk semua gender dan usia. Pada 2014, PT Kinocare Era
Kosmetindo berganti nama menjadi PT Kino Indonesia. Produk pertama yang
diluncurkan adalah pembersih muka 2 in 1 "Ovale", disusul dengan produk vitamin
rambut "Ellips", sabun khusus daerah kewanitaan "Resik-V", dan parfum dalam
bentuk gel "Eskulin".
Inovasi atas produk minuman terus dilakukan dengan meluncurkan produk
larutan penyegar "Cap Kaki Tiga" dalam beberapa varian rasa pada 2016. Dalam
segmen farmasi, Perseroan mengembangkan produk jamu dengan merek "Dua
Putri Dewi" setelah mengakuisisi merek tersebut dari PT Surya Herbal pada 2016.
Merek ini juga akan digunakan untuk berbagai varian jamu lainnya di masa depan.
Selama hampir tiga dekade, Kino telah bertransformasi menjadi perusahaan
yang mapan dan terkemuka. Selain bersaing di dalam negeri, Kino juga melakukan
pengembangan bisnis untuk merambah kawasan Asia dengan membuka kantor
cabang di luar negeri, yaitu di Malaysia, Filipina, Singapura, Vietnam, Thailand,
Kamboja, dan India.

Page | 2
2. Struktur Organisasi PT Kino Indonesia Tbk
Gambar 1
Struktur Organisasi PT Kino Indonesia Tbk

Sumber: https://www.kino.co.id/investor/organization-structure

Page | 3
3. Produk PT Kino Indonesia Tbk (Kino)
Sejumlah produk yang berhasil membuat prestasi PT Kino Indonesia Tbk
tetap bertahan dalam kedudukannya sebagai pemimpin pasar di Indonesia, yaitu:
Tabel 1
Daftar Produk PT Kino Indonesia Tbk
No Produk PT Kino Indonesia Tbk
1 Perawatan Rambut
2 Perawatan Rongga Mulut
3 Perawatan Kulit
4 Perawatan Bayi
5 Dekoratif Make Up
6 Perawatan Anak
7 Minuman Jus
8 Pembersih Kewanitaan
9 Parfum
10 Air Kelapa
11 Makanan Ringan
12 Minuman Anti Panas Dalam
13 Minuman Sehat
14 Permen
15 Minuman Serbuk
16 Minuman Energi
17 Perawatan Pria
18 Obat-obatan
19 Produk Kebersihan
20 Penyegar Udara
21 Buah-Buahan Kaleng
Sumber: https://www.kino.co.id/brands/hair-care
4. Data Keuangan PT Kino Indonesia Tbk (Kino)
Berikut ini kami sajikan data keuangan yang terkait dengan perhitungan rasio-
rasio keuangan dalam pembahasan ini.
Tabel 2
Data Keuangan PT. Kino Indonesia Tbk
Dalam satuan Rupiah
Uraian / Description 2016 2015 2014
Kas 376,655,296,337 665,988,250,372 44,353,548,329
Surat Berharga - - -
Piutang 931,007,399,047 932,005,173,413 452,631,702,219
Total Aktiva 3,284,504,424,358 3,211,234,658,570 1,863,380,544,823
Hutang Lancar 1,220,778,246,218 1,291,021,571,370 1,090,455,377,950
Hutang Jangka Panjang 111,653,704,511 143,583,834,900 110,540,458,319
Total Hutang 1,332,431,950,729 1,434,605,406,270 1,200,995,836,269
Modal Sendiri 1,952,072,473,629 1,776,629,252,300 662,384,708,554
Penjualan Bersih 3,493,028,761,680 3,603,847,602,517 3,339,386,491,005
Laba Bersih Setelah Pajak 181,110,153,810 262,980,202,426 888,633,392,298
Sumber: Annual Report PT Kino Indonesia Tbk, 2015, 2016.

Page | 4
5. Kebijakan Struktur Modal dan Manajemen PT Kino Indonesia Tbk (Kino)
Kebijakan struktur modal Perseroan ditujukan untuk melindungi kemampuan
entitas dalam mempertahankan kelangsungan usaha, sehingga entitas dapat tetap
memberikan hasil bagi pemegang saham dan seluruh pemangku kepentingan
lainnya. Kebijakan struktur modal juga ditujukan kepada pemegang saham dengan
menentukan harga produk dan jasa yang sepadan dengan tingkat risiko.
Sebagaimana praktik yang berlaku secara umum, Perseroan mengevaluasi struktur
permodalan melalui rasio liabilitas terhadap modal ( gearing ratio) yang dihitung
melalui pembagian antara liabilitas bersih dengan modal. Liabilitas bersih adalah
jumlah liabilitas konsolidasian dikurangi dengan jumlah kas dan setara kas.
Sedangkan modal meliputi seluruh komponen ekuitas dalam laporan posisi
keuangan konsolidasian per 31 Desember 2016 dan 2015.
Pada tahun 2016, kebijakan manajemen atas struktur modal yakni dengan
rasio liabilitas terhadap modal sebesar 0,49, lebih tinggi dibandingkan dengan tahun
2015 sebesar 0,43. Hal ini mengindikasikan Perseroan memiliki risiko keuangan
yang lebih tinggi pada tahun 2016 dibandingkan dengan tahun 2015. Berikut ini
merupakan struktur modal Perseroan per 31 Desember 2016.

Sumber: Annual Report PT Kino Indonesia Tbk, 2016.

B. Analisis Data
1. Likuiditas
Rasio likuiditas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
membayar hutang yang harus segera dilunasi. Jenis rasio likuiditas meliputi: Current
Ratio, Quick Ratio, dan Cash Ratio. Berikut ini ditunjukkan analisis Current Ratio,
Quick Ratio, dan Cash Ratio dari PT Kino Indonesia Tbk.

Page | 5
a. Current Ratio
Berikut ini disajikan tabulasi hasil perhitungan Current Ratio PT Kino Indonesia
Tbk.
Tabel 3
Perhitungan Current Ratio
Current Ratio
Tahun Aktiva Lancar Hutang Lancar
Desimal Persentase Naik(Turun)
2014 888,633,392,298 1,090,455,377,950 0.81 81.49
2015 2,089,896,826,583 1,291,021,571,370 1.62 161.88 80.39
2016 1,876,157,549,127 1,220,778,246,218 1.54 153.69 (8.19)

Sedangkan kondisi Current Ratio PT Kino Indonesia Tbk secara grafik


ditunjukkan sebagai berikut:
Gambar 2

Dari Tabel 3 dan Gambar 2 diketahui bahwa current ratio PT Kino untuk tahun
2014 sebesar 0,81 (81,49%), sedangkan pada tahun 2015 sebesar 1,62
(161,88%) dan untuk tahun 2016 sebesar 1,54 (153,69%). Dapat dilihat untuk
tahun 2015 nilai current ratio PT Kino mengalami kenaikan sebesar 80,39%, dan
untuk current ratio PT Kino pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar
8,19%.

Page | 6
b. Quick Ratio
Berikut ini disajikan tabulasi hasil perhitungan Quick Ratio PT Kino Indonesia
Tbk.
Tabel 4
Perhitungan Quick Ratio
Quick Ratio
Surat
Tahun Kas Piutang Hutang Lancar Naik
Berharga Desimal Persentase
(Turun)
2014 44,353,548,329 - 452,631,702,219 1,090,455,377,950 0.46 45.58
2015 665,988,250,372 - 932,005,173,413 1,291,021,571,370 1.24 123.78 78.20
2016 376,655,296,337 - 931,007,399,047 1,220,778,246,218 1.07 107.12 (16.66)

Sedangkan kondisi Quick Ratio PT Kino Indonesia Tbk secara grafik ditunjukkan
sebagai berikut:
Gambar 3

Dari Tabel 4 dan Gambar 3 diketahui bahwa nilai Quick Ratio PT Kino untuk
tahun 2014 sebesar 0,46 (45,58%), sedangkan pada tahun 2015 sebesar 1,24
(123,78%) dan untuk tahun 2016 sebesar 1,07 (107,12%). Dapat dilihat untuk
tahun 2015 nilai Quick Ratio PT Kino mengalami kenaikan sebesar 78,20%, dan
untuk Quick Ratio PT Kino pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar
16,66%.
c. Cash Ratio
Berikut ini disajikan tabulasi hasil perhitungan Cash Ratio PT Kino Indonesia
Tbk.

Page | 7
Tabel 5
Perhitungan Cash Ratio
Surat Cash Ratio
Tahun Kas Hutang Lancar
Berharga Desimal Persentase Naik(Turun)
2014 44,353,548,329 - 1,090,455,377,950 0.04 4.07
2015 665,988,250,372 - 1,291,021,571,370 0.52 51.59 47.52
2016 376,655,296,337 - 1,220,778,246,218 0.31 30.85 (20.73)

Sedangkan kondisi Cash Ratio PT Kino Indonesia Tbk secara grafik ditunjukkan
pada gambar 4 sebagai berikut.
Gambar 4

Dari Tabel 5 dan Gambar 4 diketahui bahwa nilai Cash Ratio PT Kino untuk
tahun 2014 sebesar 0,04 (4,07%), sedangkan pada tahun 2015 sebesar 0,52
(51,59%) dan untuk tahun 2016 sebesar 0,31 (30,85%). Dapat dilihat untuk
tahun 2015 nilai Cash Ratio PT Kino mengalami kenaikan sebesar 47,52%, dan
untuk Cash Ratio PT Kino pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar
20,73%.

2. Solvabilitas
Rasio solvabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
memenuhi seluruh hutangnya. Jenis rasio solvabilitas meliputi: Total Debt To
Equity, Total Debt To Asset , dan Long Term Debt To Equity . Berikut ini ditunjukkan
analisis Total Debt To Equity, Total Debt To Asset , dan Long Term Debt To Equity
dari PT Kino Indonesia Tbk.

Page | 8
a. Total Debt To Equity
Berikut ini disajikan tabulasi hasil perhitungan Total Debt To Equity PT Kino
Indonesia Tbk.
Tabel 6
Perhitungan Total Debt To Equity
Total Debt To Equity
Tahun Total Hutang Modal Sendiri
Desimal Persentase Naik(Turun)
2014 1,200,995,836,269 662,384,708,554 1.81 181.31
2015 1,434,605,406,270 1,776,629,252,300 0.81 80.75 (100.57)
2016 1,332,431,950,729 1,952,072,473,629 0.68 68.26 (12.49)

Sedangkan kondisi Total Debt To Equity PT Kino Indonesia Tbk secara grafik
ditunjukkan pada gambar 5 sebagai berikut.
Gambar 5

Dari Tabel 6 dan Gambar 5 diketahui bahwa nilai Total Debt To Equity PT Kino
untuk tahun 2014 sebesar 1,81 (181,31%), sedangkan pada tahun 2015 sebesar
0,81 (80,75%) dan untuk tahun 2016 sebesar 0,68 (68,26%). Dapat dilihat untuk
tahun 2015 nilai Total Debt To Equity PT Kino mengalami penurunan sebesar
100,57%, dan untuk Total Debt To Equity PT Kino pada tahun 2016 juga
mengalami penurunan sebesar 12,49%.
b. Total Debt To Asset
Berikut ini disajikan tabulasi hasil perhitungan Total Debt To Asset PT Kino
Indonesia Tbk.

Page | 9
Tabel 7
Perhitungan Total Debt To Asset
Total Debt To Asset
Tahun Total Hutang Total Aktiva
Desimal Persentase Naik(Turun)
2014 1,200,995,836,269 1,863,380,544,823 0.64 64.45
2015 1,434,605,406,270 3,211,234,658,570 0.45 44.67 (19.78)
2016 1,332,431,950,729 3,284,504,424,358 0.41 40.57 (4.11)

Sedangkan kondisi Total Debt To Asset PT Kino Indonesia Tbk secara grafik
ditunjukkan sebagai berikut:
Gambar 6

Dari Tabel 7 dan Gambar 6 diketahui bahwa nilai Total Debt To Asset PT Kino
untuk tahun 2014 sebesar 0,64 (64,45%), sedangkan pada tahun 2015 sebesar
0,45 (44,67%) dan untuk tahun 2016 sebesar 0,41 (40,57%). Dapat dilihat untuk
tahun 2015 nilai Total Debt To Asset PT Kino mengalami penurunan sebesar
19,78%, dan untuk Total Debt To Asset PT Kino pada tahun 2016 juga
mengalami penurunan sebesar 4,11%.
c. Long Term Debt To Equity
Berikut ini disajikan tabulasi hasil perhitungan Long Term Debt To Equity PT
Kino Indonesia Tbk.
Tabel 8
Perhitungan Term Debt To Equity
Hutang Jangka Long Term Debt To Equity
Tahun Modal Sendiri
Panjang Desimal Persentase Naik(Turun)
2014 110,540,458,319 662,384,708,554 0.17 16.69
2015 143,583,834,900 1,776,629,252,300 0.08 8.08 (8.61)
2016 111,653,704,511 1,952,072,473,629 0.06 5.72 (2.36)

Page | 10
Sedangkan kondisi Long Term Debt To Equity PT Kino Indonesia Tbk secara
grafik ditunjukkan sebagai berikut:
Gambar 7

Dari Tabel 8 dan Gambar 7 diketahui bahwa nilai Long Term Debt To Equity PT
Kino untuk tahun 2014 sebesar 0,17 (16,69%), sedangkan pada tahun 2015
sebesar 0,08 (8,08%) dan untuk tahun 2016 sebesar 0,06 (5,72%). Dapat dilihat
untuk tahun 2015 nilai Long Term Debt To Equity PT Kino mengalami penurunan
sebesar 8,61%, dan untuk Long Term Debt To Equity PT Kino pada tahun 2016
juga mengalami penurunan sebesar 2,36%.

3. Profitabilitas
Rasio profitabilitas adalah menunjukkan kemampuan perusahaan dalam
menghasilkan laba. Jenis rasio profitabilitas meliputi: Rate Return On Investment
(ROI), dan Rate Return On Asset (ROA).
a. Rate Return On Investment (ROI)
Berikut ini disajikan tabulasi hasil perhitungan Rate Return On Investment (ROI).
Tabel 9
Perhitungan Rate Return On Investment (ROI)
Laba Bersih Setelah Rate Return On Investment (ROI)
Tahun Modal Sendiri
Pajak Desimal Persentase Naik(Turun)
2014 888,633,392,298 662,384,708,554 1.34 134.16
2015 262,980,202,426 1,776,629,252,300 0.15 14.80 (119.35)
2016 181,110,153,810 1,952,072,473,629 0.09 9.28 (5.52)

Sedangkan kondisi Rate Return On Investment (ROI) secara grafik ditunjukkan


pada gambar 8 berikut ini

Page | 11
Gambar 8

Dari Tabel 9 dan Gambar 8 diketahui bahwa nilai ROI PT Kino untuk tahun 2014
sebesar 1,34 (134,16%), sedangkan pada tahun 2015 sebesar 0,15 (14,8%) dan
untuk tahun 2016 sebesar 0,09 (9,28%). Dapat dilihat untuk tahun 2015 nilai ROI
PT Kino mengalami penurunan sebesar 119,5%, dan untuk ROI PT Kino pada
tahun 2016 juga mengalami penurunan sebesar 5,52%.
b. Rate Return On Asset (ROA)
Berikut ini disajikan tabulasi hasil perhitungan Rate Return On Asset (ROA).
Tabel 10
Perhitungan Rate Return On Asset (ROA)
Laba Bersih Setelah Rate Return On Asset (ROA)
Tahun Total Aktiva
Pajak Desimal Persentase Naik(Turun)
2014 104,160,456,499 1,863,380,544,823 0.06 5.59
2015 262,980,202,426 3,211,234,658,570 0.08 8.19 2.60
2016 181,110,153,810 3,284,504,424,358 0.06 5.51 (2.68)

Sedangkan kondisi Rate Return On Asset (ROA) secara grafik ditunjukkan pada
gambar 9 sebagai berikut:
Gambar 9

Page | 12
Dari Tabel 10 dan Gambar 9 diketahui bahwa nilai ROA PT Kino untuk tahun
2014 sebesar 0,06 (5,59%), sedangkan pada tahun 2015 sebesar 0,08 (8,19%)
dan untuk tahun 2016 sebesar 0,06 (5,51%). Dapat dilihat untuk tahun 2015 nilai
ROA PT Kino mengalami kenaikan sebesar 2,60%, dan untuk ROA PT Kino
pada tahun 2016 mengalami penurunan sebesar 2,68%.

4. Aktivitas
Rasio aktivitas adalah menunjukkan kemampuan efektivitas perusahaan
dalam menggunakan sumber dayanya. Rasio aktivitas diukur dengan melihat
berapa kali sumber dayanya digunakan untuk memperoleh penjualan bersih. Jenis
rasio aktivitas meliputi: Total Asset Turn Over, dan Recievable Turnover.
a. Total Asset Turn Over
Berikut ini disajikan tabulasi hasil perhitungan Total Asset Turn Over PT Kino
Indonesia Tbk.
Tabel 11
Perhitungan Total Asset Turn Over
Total Asset Turn Over
Tahun Penjualan Bersih Total Aktiva
Desimal Persentase Naik(Turun)
2014 3,339,386,491,005 1,863,380,544,823 1.79 179.21
2015 3,603,847,602,517 3,211,234,658,570 1.12 112.23 (66.98)
2016 3,493,028,761,680 3,284,504,424,358 1.06 106.35 (5.88)

Sedangkan kondisi Total Asset Turn Over PT Kino Indonesia Tbk secara grafik
ditunjukkan pada gambar 10 sebagai berikut:
Gambar 10

Page | 13
Dari Tabel 11 dan Gambar 10 diketahui bahwa nilai Total Asset Turn Over PT
Kino untuk tahun 2014 sebesar 1,79 (179,21%), sedangkan pada tahun 2015
sebesar 1,12 (112,23%) dan untuk tahun 2016 sebesar 1,06 (106,35%). Dapat
dilihat untuk tahun 2015 nilai Total Asset Turn Over PT Kino mengalami
penurunan sebesar 66,98%, dan untuk Total Asset Turn Over PT Kino pada
tahun 2016 juga mengalami penurunan sebesar 5,88%.
b. Recievable Turnover
Berikut ini disajikan tabulasi hasil perhitungan Recievable Turnover PT Kino
Indonesia Tbk.
Tabel 12
Perhitungan Recievable Turnover
Recievable Turnover
Tahun Penjualan Bersih Piutang
Desimal Persentase Naik(Turun)
2014 3,339,386,491,005 452,631,702,219 7.38 737.77
2015 3,603,847,602,517 932,005,173,413 3.87 386.68 (351.09)
2016 3,493,028,761,680 931,007,399,047 3.75 375.19 (11.49)

Sedangkan kondisi Recievable Turnover PT Kino Indonesia Tbk secara grafik


ditunjukkan pada gambar 11 sebagai berikut:
Gambar 11

Dari Tabel 12 dan Gambar 11 diketahui bahwa nilai Recievable Turnover PT


Kino untuk tahun 2014 sebesar 7,38 (737,77%), sedangkan pada tahun 2015
sebesar 3,87 (386,68%) dan untuk tahun 2016 sebesar 3,75 (375,19%). Dapat
dilihat untuk tahun 2015 nilai Recievable Turnover PT Kino mengalami
penurunan sebesar 351.,09%, dan untuk Recievable Turnover PT Kino pada
tahun 2016 juga mengalami penurunan sebesar 11,49%.

Page | 14
C. Pembahasan
1. Likuiditas
Munawir (2014) menjelaskan rasio likuiditas menunjukkan kemampuan
suatu perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangannya yang harus segera
dipenuhi, atau kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban keuangan pada
saat ditagih.
a. Current Ratio
Current Ratio adalah kemampuan perusahaan dalam membayar hutang
lancarnya yang harus segera dilunasi dengan didanai menggunakan aktiva
lancarnya. Jika angka Current Ratio suatu perusahaan lebih dari 1 (100%), maka
perusahaan tersebut punya kemampuan yang baik dalam melunasi
kewajibannya, karena perbandingan aktiva lancarnya lebih besar dibandingkan
dengan hutang lancarnya yang dimiliki. Namun jika Current Ratio yang dimiliki
perusahaan nilainya di bawah 1 (100%), maka kemampuannya dalam melunasi
utang masih dipertanyakan. Diketahui current ratio PT Kino untuk tahun 2014
sebesar 0,81 (81,49%), berarti perushaaan tidak memiliki kemampuan yang baik
dalam melunasi hutang lancarnya. Sedangkan pada tahun 2015 current ratio PT
Kino sebesar 1,62 (161,88%) dan untuk tahun 2016 sebesar 1,54 (153,69%),
berarti perusahaan selama 2 tahun memiliki kemampuan yang baik dalam
melunasi hutang lancarnya yang didanai dengan aktiva lancar.
b. Quick Ratio
Hasil penghitungan quick ratio jika lebih dari 1 (100) maka menunjukkan
kemampuan perusahaan yang baik dalam memenuhi kewajibannya. Quick Ratio
adalah kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancarnya yang harus
segera dilunasi dengan didanai menggunakan Kas, Surat Berharga, dan Piutang.
Jika angka Quick Ratio suatu perusahaan lebih dari 1 (100%), maka perusahaan
tersebut punya kemampuan yang baik dalam melunasi kewajibannya, karena
perbandingan kas, surat berharga, dan piutangnya lebih besar dibandingkan
dengan hutang lancarnya yang dimiliki. Namun jika Quick Ratio yang dimiliki
perusahaan nilainya di bawah 1 (100%), maka kemampuannya dalam melunasi
utang masih dipertanyakan. Diketahui Quick ratio PT Kino untuk tahun 2014

Page | 15
sebesar 0,46 (45,58%), berarti perushaaan tidak memiliki kemampuan yang baik
dalam melunasi hutang lancarnya. Sedangkan pada tahun 2015 Quick ratio PT
Kino sebesar 1,24 (123,78%) dan untuk tahun 2016 sebesar 1,07 (107,12%),
berarti perushaaan selama 2 tahun memiliki kemampuan yang baik dalam
melunasi hutang lancarnya yang didanai dengan aktiva lancar.
c. Cash Ratio
Hasil penghitungan cash ratio jika lebih dari 1 (100) maka menunjukkan
kemampuan perusahaan yang baik dalam memenuhi kewajibannya. Cash ratio
adalah kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancarnya yang harus
segera dilunasi dengan didanai menggunakan Kas dan Surat Berharga. Jika
angka Cash ratio suatu perusahaan lebih dari 1 (100%), maka perusahaan
tersebut punya kemampuan yang baik dalam melunasi kewajibannya, karena
perbandingan kas, dan surat berharganya lebih besar dibandingkan dengan
hutang lancarnya yang dimiliki. Namun jika Cash ratio yang dimiliki perusahaan
nilainya di bawah 1 (100%), maka kemampuannya dalam melunasi utang masih
dipertanyakan. Diketahui Cash ratio PT Kino untuk tahun 2014 sebesar 0,04
(4,07%), pada tahun 2015 Cash ratio sebesar 0,52 (51,59%) dan untuk tahun
2016 sebesar 0,31 (30,85%).
Rasio kas jarang digunakan oleh perusahaan karena kurang realistis dan
tidak mudah dipertahankan nilainya. Jumlah kas berlebih yang ada pada
perusahaan yang mampu menutupi kewajiban lancar sering dianggap sebagai
kas tidak produktif yang tidak dimanfaatkan dengan baik. Jadi kalau melihat cash
ratio di atas, berarti kas PT Kino adalah produktif karena nilainya menunjukkan
kecil yaitu di bawah 1.

2. Solvabilitas
Seperti yang diketahui bahwa semakin kecil rasio solvabilitas, maka semakin
baik bagi pembiayaan, rasio > 1 menunjukkan bahwa pembiayaan akan menaggung
risiko lebih besar dari pemilik.

a. Total Debt To Equity

Page | 16
Total debt to equity ratio menunjukkan hubungan antara jumlah utang
dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik perusahaan. Besaran
utang tidak boleh lebih dari jumlah modal sendiri. Sehingga Semakin kecil
rasionya maka semakin aman bagi perusahaan. Nilai maksimal dari Total debt to
equity ratio adalah 200% sebagai batas aman perusahaan memenuhi kewajiban
jangka panjangnya. Berdasarkan analisis data di atas, diketahui nilai total debt to
equity ratio PT Kino untuk tahun 2014 sebesar 1,81 (181,31%), pada tahun 2015
total debt to equity ratio sebesar 0,81 (80,75%) dan untuk tahun 2016 total debt
to equity ratio sebesar 0,68 (68,26%). Dilihat dari Total debt to equity ratio
semakin menurun, hal ini berarti kinerja PT Kino semakin baik karena nilainya
semakin mengecil.
b. Total Debt To Asset
Total debt to asset ratio bertujuan menghitung pengaruh besaran
kewajiban terhadap pengelolaan aset perusahan. Selain itu, rasio ini berfungsi
untuk mengukur berapa aktiva/aset perusahaan yang dibiayai oleh utang. Kunci
dari total debt to asset ratio adalah semakin kecil rasionya maka semakin aman
Berdasarkan analisis data di atas, diketahui nilai Total debt to asset ratio PT Kino
untuk tahun 2014 sebesar 0,64 (64,45%), pada tahun 2015 Total debt to asset
ratio sebesar 0,45 (44,67%) dan untuk tahun 2016 Total debt to asset ratio
sebesar 0,41 (40,57%). Dilihat dari Total debt to asset ratio semakin menurun,
hal ini berarti kinerja PT Kino semakin baik karena nilainya semakin mengecil.
c. Long Term Debt To Equity
Long Term Debt To Equity menunjukkan hubungan antara jumlah utang
jangka panjang dengan jumlah modal sendiri yang diberikan oleh pemilik
perusahaan. Semakin kecil rasionya maka semakin aman bagi perusahaan.
Berdasarkan analisis data di atas, diketahui nilai Long Term Debt To Equity PT
Kino untuk tahun 2014 sebesar 0,17 (16,69%), pada tahun 2015 Long Term
Debt To Equity sebesar 0,08 (8,08%) dan untuk tahun 2016 Long Term Debt To
Equity sebesar 0,06 (5,72%). Dilihat dari nilai Long Term Debt To Equity , berarti
kinerja PT Kino semakin baik karena nilainya semakin mengecil.
3. Profitabilitas

Page | 17
Menurut Bank Indonesia, Rasio profitabilitas diartikan sebagai tolok ukur
suatu perusahaan dalam menghasilkan laba selama periode waktu tertentu.
Semakin tinggi nilai rasio profitabilitas, maka perusahaan tersebut dianggap memiliki
reputasi yang baik.
a. Rate Return On Investment (ROI)
Rate Return On Investment (ROI) digunakan untuk menilai kemampuan
badan usaha dalam menghasilkan laba terhadap jumlah modal sendiri. Rasio
yang tinggi menunjukkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan modal sendiri,
yang berarti semakin baik.
Berdasarkan analisis data diketahui ROI dari PT Kino untuk tahun 2014
sebesar 1,34 (134,16%), ROI tahun 2015 sebesar 0,15 (14,80%), dan ROI tahun
2016 sebesar 0,09 (9,28%). Nilai ROI tersebut menunjukkan PT Kino dengan
modal yang dimiliki tidak mampu memperoleh laba yang diharapkan, karena nilai
ROInya semakin menurun.
b. Rate Return On Asset (ROA)
Rate Return On Asset (ROA) digunakan untuk menilai kemampuan badan
usaha dalam menghasilkan laba terhadap jumlah aktiva secara keseluruhan.
Rasio yang tinggi menunjukkan efisiensi dan efektivitas pengelolaan aset, yang
berarti semakin baik.
Berdasarkan analisis data diketahui ROA dari PT Kino untuk tahun 2014
sebesar 0,06 (5,59%), ROA tahun 2015 sebesar 0,08 (8,19%), dan ROA tahun
2016 sebesar 0,06 (5,51%). Nilai ROA untuk tahun 2015 mengalami
peningkatan, tetapi ROA pada tahun 2016 mengalami penurunan, hal tersebut
menunjukkan PT Kino dengan asset yang dimiliki tidak mampu memperoleh laba
yang diharapkan.

4. Aktivitas
Rasio aktivitas adalah rasio yang digunakan untuk menilai efisiensi atau
efektivitas perusahaan dalam pemanfaatan semua sumber daya atau asset (aktiva)
yang dimiliki oleh suatu perusahaan.
a. Total Asset Turn Over (TATO)

Page | 18
Total assets turn over adalah perbandingan antara penjualan dengan total
aktiva suatu perusahaan yang menjelaskan tentang kecepatan perputaran total
aktiva dalam satu periode tertentu. Total assets turn over diukur dari volume
penjualan. Semakin besar rasio ini maka kondisi operasional perusahaan
semakin baik. Maksudnya yaitu perputaraan aktiva lebih cepat sehingga
menghasilkan laba dan pemakaian keseluruhan aktiva dalam menghasilkan
penjualan semakin optimal.
Berdasarkan analisis data diketahui TATO dari PT Kino untuk tahun 2014
sebesar 1,79 kali, TATO tahun 2015 sebesar 1,12 kali, dan TATO tahun 2016
sebesar 1,06 kali. Nilai TATO tersebut selalu mengalami penurunan, hal tersebut
menunjukkan perputaraan aktiva PT Kino semakin lambat dalam menghasilkan
laba, berarti dalam pemakaian keseluruhan aktiva dalam menghasilkan
penjualan semakin tidak optimal.
b. Recievable Turnover
Receivable turnover adalah perbandingan antara penjualan dengan total
piutang suatu perusahaan yang menjelaskan tentang kecepatan perputaran
piutang dalam satu periode tertentu. Receivable turnover diukur dari volume
penjualan. Semakin besar rasio ini maka kondisi operasional perusahaan
semakin baik. Maksudnya yaitu perputaraan piutang lebih cepat sehingga
menghasilkan laba dan pemakaian keseluruhan piutang dalam menghasilkan
penjualan semakin optimal.
Berdasarkan analisis data diketahui receivable turnover dari PT Kino untuk
tahun 2014 sebesar 7,38 kali, receivable turnover tahun 2015 sebesar 3,87 kali,
dan receivable turnover tahun 2016 sebesar 3,75 kali. Nilai receivable turnover
tersebut selalu mengalami penurunan, hal tersebut menunjukkan perputaraan
piutang PT Kino semakin lambat dalam menghasilkan laba, berarti dalam
pemakaian keseluruhan piutang dalam menghasilkan penjualan semakin tidak
optimal.

Page | 19
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
1. Kinerja keuangan PT Kino Indonesia Tbk selama 3 tahun dari tahun 2014, 2015,
dan 2016 dilihat dari rasio Likuiditas memiliki kinerja yang baik, karena nilai Current
Ratio dan Quick Ratio mengalami peningkatan, serta Cash Ratio dalam kategori
produktif.
2. Kinerja keuangan PT Kino Indonesia Tbk selama 3 tahun dari tahun 2014, 2015,
dan 2016 dilihat dari rasio Solvabilitas memiliki kinerja yang baik, karena dilihat dari
nilai Total Debt To Equity, Total Debt To Asset, dan Long Term Debt To Equity
semakin menurun, hal ini berarti kinerja PT Kino semakin baik.
3. Kinerja keuangan PT Kino Indonesia Tbk selama 3 tahun dari tahun 2014, 2015,
dan 2016 dilihat dari rasio Profitabilitas memiliki kinerja yang tidak baik, karena
dilihat dari nilai Rate Return On Investment (ROI), dan Rate Return On Asset (ROA)
semakin menurun, hal ini menunjukkan PT Kino dengan modal dan asset yang
dimiliki tidak mampu memperoleh laba yang diharapkan.
4. Kinerja keuangan PT Kino Indonesia Tbk selama 3 tahun dari tahun 2014, 2015,
dan 2016 dilihat dari rasio Aktivitas memiliki kinerja yang tidak baik, karena dilihat
dari nilai Total Asset Turn Over (TATO), dan Recievable Turnover selalu mengalami
penurunan, hal tersebut menunjukkan perputaraan aktiva PT Kino semakin lambat
dalam menghasilkan laba, berarti dalam pemakaian keseluruhan aktiva dan piutang
dalam menghasilkan penjualan semakin tidak optimal.

B. Rekomendasi
1. Karena kinerja profitabilitas tidak baik, maka untuk memperbaiki kebijakan modal
dan menggunakan asset secara maksimal, dengan harapan perusahaan mampu
memperoleh laba yang diharapkan.
2. Karena kinerja aktivitas tidak baik, maka perusahaan harus meningkatkan
pemakaian keseluruhan aktiva dan piutang dengan harapan dapat menghasilkan
penjualan semakin optimal.

Page | 20
DAFTAR PUSTAKA

Annual Report 2015 PT Kino Indonesia Tbk.

Annual Report 2016 PT Kino Indonesia Tbk.

https://dosenakuntansi.com

https://www.akseleran.co.id

https://www.jurnal.id

https://www.kino.co.id

Munawir, S. 2014. Analisis Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty.

Page | 21
FOTO DOKUMENTASI

Page | 22

Anda mungkin juga menyukai