TEKNOLOGI INFORMASI
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS UDAYANA
2018
1. Gambaran umum perusahaan
PT. Unilever Indonesia Tbk. (PT. ULI) merupakan bagian dari kelompok
Unilever, salah satu perusahaan terbesar di dunia di bidang barang kebutuhan
dasar yang beroperasi di sekitar 75 negara. Unilever adalah usaha gabungan
Inggris-Belanda yang berkantor pusat di London dan Rotterdam serta memiliki
tenaga kerja sebanyak 300.000 orang.
Pasaran utama Unilever adalah pangan, deterjen, dan kosmetika. Dalam
skala dunia, merek-merek barang yang dihasilkan Unilever lebih dikenal
konsumen daripada nama Unilever sendiri. Berjuta-juta orang membeli margarin
Blue band dan Flora, es krim Cornetto dan Magnum, teh Sariwangi dan Lipton,
bubuk deterjen Rinso dan sabun krim Omo, sabun Lifebouy dan Lux, pasta gigi
Pepsodent dan Close Up, krim kosmetika Pond's dan kosmetika Elizabeth Arden,
serta banyak lagi produk dengan merek terkenal, tanpa sekalipun melihat nama
Unilever (Wamsteker, 1993).
Perusahaan berstatus PMA yang telah berusia lebih dari 60 tahun ini
memiliki empat divisi, dimana masing-masing divisi ini memproduksi produk
produknya dan bertanggung jawab untuk memasarkannya. Divisi-divisi tersebut
antara lain:
a. Divisi Makanan (Foods)
b. Divisi Home Care
c. Divisi Personal Care
d. Divisi Es Krim
Makalah ini akan difokuskan pada implementasi BSC di tingkat divisi yaitu di
Divisi Es Krim Wall's yang resmi berdiri sejak awal tahun 1992.
b. Kerjasama tim
Perusahaan menyadari kesalingterkaitan dan kesalingtergantungan antar
komponen dalam perusahaan karena itu dikembangkan kerjasama tim untuk
mencapai tujuan bersama dengan semangat kemenangan, keterbukaan dan
saling percaya.
c. Integritas
Dalam setiap aktivitasnya perusahaan menjunjung tinggi kejujuran,
memegang teguh prinsip, konsisten dan dapat diandalkan. Perusahaan juga
memiliki kepercayaan diri yang tinggi dalam memegang teguh apa yang
diyakininya, meskipun harus menghadapi berbagai tantangan.
d. Mewujudkan tujuan
Perusahaan bersikap proaktif dalam mewujudkan tujuan berdasarkan
keputusan yang singkat. Jiwa perusahaan kecil yang dimiliki memberi
perusahaan fleksibilitas, kegesitan dan imajinasi yang dibutuhkan untuk
meraih sukses.
e. Berbagi keceriaan
Perusahaan bertekad untuk menang bersama-sama. Kedermawanan jiwa
yang perusahaan miliki berarti bahwa perusahaan memberi penghargaan yang
tinggi atas kerja keras karyawannya. Melalui kegembiraan perusahaan
menjaga energi untuk berkontribusi terhadap kesuksesan perusahaan.
f. Keunggulan
Perusahaan bergairah untuk melampaui ekspektasi pelanggan dan
konsumennya melalui produk dan proses yang unggul. Perusahaan memberi
kebebasan dalam suatu bingkai kerja.
Margin laba kotor meningkat berkat adanya langkah-langkah efisiensi biaya yang
mampu menutupi kenaikan biaya. Beberapa kenaikan harga diterapkan akibat dari
dampak depresiasi rupiah atas biaya bahan impor, terutama pada kuartal akhir
tahun 2000. Laba usaha 29 persen lebih tinggi dari tahun sebelumnya dan margin
laba tumbuh menjadi 21 persen. Pertumbuhan laba sebelum pajak dan laba
sesudah pajak perusahaan disajikan pada Gambar 2 dan Gambar 3
Gambar 6. Pertumbuhan Penjualan dan Kapasitas Produksi Divisi Es Krim Wall's 1992-2000
(juta liter)
Gambar 10. Tema Tujuan dan Ukuran dalam Perspektif Proses bisnis
Gambar 11. Tema, Tujuan dan ukuran dalam Perspektif Pembelajaran dan
Pertumbuhan
4. Hasil Penerapan BSC di Divisi Es Krim Wall's PT.Uniliver Indonesia
Tbk.
Keberhasilan pemanfaatan BSC dapat diamati dengan membandingkan
outcomes dari kinerja keuangan sebelum menggunakan BSC dan setelah BSC
diterapkan (Yuwono, 2002). Pada tahun 1999, volume penjualan perusahaan
meningkat sebesar 3 persen dari tahun 1998. Pada tahun 2000, tahun pertama
penerapan BSC, angka tersebut meningkat sebesar 17 persen dan sebesar 11
persen pada tahun 2001. Pertumbuhan pendapatan penjualan Revenue/NPS
Growth divisi juga mengalami peningkatan sebesar 10 persen di tahun 1999.
Pada tahun 2000 dan 2001 angka tersebut terus meningkat menjadi sebesar
21 persen dan 28 persen. Profitabilitas divisi berada pada angka pertumbuhan
minus 18% di tahun 1999. Pertumbuhan profitabilitas melonjak hingga 31 persen
di tahun 2000 dan sebesar 100 persen di tahun 2001. Peningkatan beberapa
indikator kinerja keuangan penting Divisi Es Krim Wall's selengkapnya dapat
dilihat pada Gambar 12.
Gambar 13. Hasil Akhir Pencapaian Target BSC Divisi Es Krim Wall's
Tujuan dan ukuran dalam divisi diuraikan ke dalam tujuan dan ukuran
yang lebih spesifik melalui team charter yang dibuat berdasarkan inisiatif-inisiatif
strategis divisi. Sponsor dari masing-masing proyek menjadi penanggungjawab
terhadap pencapaian target tim. Target tim diuraikan lagi menjadi target
perorangan melalui workplan. Semua orang yang berada pada worklevel 2 ke atas
harus memiliki rencana kerja yang tertulis ke dalam formulir PDP (personal
development performance).
2. Keterkaitan dengan Sistem Imbalan
Agar BSc dapat menciptakan perubahan budaya, kompensasi insentif
harus terkait dengan tercapainya tujuan BSc (Kaplan & Norton, 1996). Di
Unilever, BSC dikaitkan dengan kompensasi insentif melalui sistem variable pay
yang berlaku untuk semua orang dalam worklevel 2 ke atas. Kompensasi insentif
untuk setiap orang pada worklevel 2 ke atas ditentukan oleh pencapaian target
BSC perusahaan, pencapaian target BSC divisi, dan pencapaian target individual
dalam workplan.
Ukuran bobot kompensasi insentif dengan sistem variable pay adalah 50
persen berdasarkan pencapaian target BSC perusahaan, 30 persen berdasarkan
pencapaian target BSc divisi, dan 20 persen berdasarkan pencapaian target
individual. Bobot insentif sebesar 50 persen, 30 persen dan 20 persen tersebut
dibagi ke dalam berbagai tujuan dan ukuran dalam BSC tingkat perusahaan,
divisi, dan workplan. Hal tersebut dijelaskan dalam Gambar 15.
b. Tujuan proyek
Merupakan tujuan spesifik proyek yang di dalamnya dijelaskan ukuran-
ukuran kesuksesan proyek.
c. Elemen-elemen kunci
Merupakan elemen-elemen penting proyek yang harus dicapai pada akhir
periode
f. Resiko
Mengidentifikasi kejadian-kejadian tak diinginkan yang mungkin dapat
terjadi, serta bagaimana menghadapinya apabila kejadian-kejadian tersebut
terjadi baik dengan tindakan preventif maupun korektif.
Selain itu diadakan sebuah pertemuan tinjauan strategis yang dilakukan
secara periodik setiap tiga bulan sekali untuk memantau kinerja dibandingkan
dengan rencana yang sudah ditetapkan dan untuk melakukan koreksi jika
ditemukan penyimpangan kinerja. Pertemuan tersebut memberikan sebuah
atmnosfir bagi pemecahan masalah secara tim di antara para manajer. Melalui
pertemuan tersebut terlaksana sebuah proses pendidikan akan pentingnya kerja
sama lintas fungsi ketika para manajer dari berbagai fungsional dengan keahlian
dan tanggungjawabnya masing-masing melakukan peninjauan ulang atas rencana
dan hasil-hasil yang telah dicapai.
5. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, dapat
ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Proses pembangunan Balanced Scorecard di Divisi Es Krim Wall's PT
ULI dilakukan dengan sebuah proses sistematik yang melalui empat tahap:
1) Penyelarasan antar ruang lingkup BSC
2) Pembangunan konsensus terhadap tujuan strategis
3) Pemilihan dan Perancangan Ukuran :
4) Penetapan target dan rencana kerja
Keempat tahap tersebut menjadikan BSC sebagai sarana dalam
menciptakan konsensus dan kejelasan tentang bagaimana visi, misi dan
strategi perusahaan diterjemahkan ke dalam strategi divisi serta bagaimana
strategi divisi diterjemahkan ke dalam kerangka dan ukuran operasional.
b. Balanced Scorecard bukan hanya berperan sebagai sistem perencanaan dan
pengukuran operasional semata tetapi juga memegang peran penting
sebagai instrumen pelaksana sistem manajemen strategis di Divisi Es Krim
Wall's PT. Unilever Indonesia Tbk.
c. Hasil analisis keselarasan Balanced Scorecard yang dibangun dan
dikembangkan oleh Divisi Es Krim Wall's dengan strategi pertumbuhan
perusahaan antara lain menunjukkan bahwa:
1) Berbagai tujuan dan ukuran yang dikembangkan telah memiliki
hubungan sebab akibat, hanya saja ilustrasi hubungan sebab akibat
tersebut belum dikembangkan pada saat proses pembangunan BSC.
2) Dari berbagai ukuran yang dikembangkan dalam BSC divisi belum
dilakukan pemisahan secara jelas antara ukuran yang merupakan ukuran
hasil dan ukuran yang merupakan faktor pendorong kinerja.
3) Melalui analisis lintas dibuktikan bahwa pencapaian tujuan finansial
perusahaan dipengaruhi secara positif oleh tiga perspektif pendorong
lainnya. Hal tersebut menunjukkan bahwa pertumbuhan bisnis
perusahaan yang dinilai dari sisi finansial perusahaan (di mata
pemegang saham/shareholder value) akan tercipta jika perusahaan
mampu memberikan nilai terbaik di mata pelanggan (menciptakan firm
equity). Proses bisnis yang baik adalah suatu organizational capital
yang mampu memberikan nilai yang diharapkan oleh pelanggan dan
pemegang saham. Pada akhirnya proses bisnis yang baik tidak akan
tercipta tanpa sebuah kemampuan pembelajaran dan pertumbuhan
perusahaan yang mendorong terciptanya human capital yang
berkomitmen, termotivasi dan memiliki kapabilitas tinggi.