Oleh:
2. Perspektif Pelanggan
Pelanggan (customer) adalah pihak yang menggunakan barang/jasa yang diusahakan
organisasi. Keberadaan dan kelangsungan pelanggan menggunakan barang/jasa, menjadi penentu
kemajuan organisasi. Semakin tajam persaingan, tentu perhatian terhadap perspektif pelanggan
menjadi semakin penting dan menentukan. Ketika organisasi yang memproduksi dan
mengusahakan barang/jasa tertentu masih sedikit, persaingan belum tajam, maka masih cukup
ruang gerak untuk menarik dan memperebutkan pelanggan (customer). Tanpa melakukan upaya
dan tindakan untuk mempertahankan pelanggan, secara bertahap akan terjadi migrasi pelanggan.
Situasi akhir yang mungkin terjadi, organisasi atau koperasi akan ditinggalkan pelanggan
sehingga mengarah ke kebangkrutan.
Selanjutnya interval diatas akan digunakan untuk membuat rasio dari perspektif keuangan
PT. Jamsostek setiap tahunnya dengan menentukan nilai dan memilih skor yang sesuai dengan
nilai tersebut. Penerapan dari indikator skor untuk menampilkan perspektif keuangan dapat
dilihat melalui tabel berikut.
Tabel 2 Perspektif Keuangan PT. Jamsostek
Rasio
Tahun ROI ROE NPM DAR
Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor Nilai Skor
2010 -0,08% D 100% B -1,57% D 100% C
2011 -0,44% D -447,39% D -7,04% D 100% C
2012 0,81% C 104,76% A 19,77% C 99% C
2013 1,29% C 100% B 24,35% C 99% C
Total 1,58% -142,63% 35,51% 398%
0,40% -35,66% 8,88% 99,5%
Rata-rata
C (cukup baik) D (tidak baik) C (cukup baik) B (baik)
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa, hasil skor untuk ROI menunjukkan kinerja
yang kurang baik yang dibuktikan oleh hasil berikut.
1. Pada tahun 2010 memperoleh skor D berarti kinerjanya tidak baik disebabkan oleh
rendahnya pencapaian laba bersih.
2. Pada tahun 2011 memiliki skor D berarti kinerjanya tidak baik disebabkan pengelolaan
investasi perusahaan dalam pencapaian laba bersih juga belum efektif.
3. Pada tahun 2012 dan 2013 naik kembali menjadi skor C berarti kinerjanya cukup baik
disebabkan oleh laba bersih mengalami peningkatan. Kinerja perusahaan menunjukkan
angka yang cukup baik disebabkan oleh kemampuan manajemen perusahaan mengelola
investasinya yang menghasilkan laba bersih yang diharapkan.
Sedangkan untuk hasil skor ROE mengalami perubahan yang kurang baik pada setiap
tahunnya disebabkan oleh efektivitas perusahaan dalam mengelola ekuitasnya kurang baik
sehingga belum mampu menghasilkan laba bersih yang maksimal seperti berikut.
1. Pada tahun 2010 memperoleh skor B berarti kinerjanya sudah baik disebabkan ekuitasnya
mampu menutupi kerugian perusahaan.
2. Pada tahun 2011 memiliki skor D berarti kinerjanya menurun yang disebabkan
pengelolaan investasi perusahaan dalam pencapaian laba bersih juga tidak efektif.
3. Pada tahun 2012 skor naik kembali menjadi skor A berarti terjadi peningkatan kinerja
yang sangat baik disebabkan oleh laba bersih mengalami peningkatan.
4. Namun pada tahun 2013 skor turun menjadi B berarti kinerja kembali sedikit menurun
disebabkan ekuitasnya mampu menghasilkan laba. Ditinjau dari nilai rata-ratanya ROE
perusahaan tergolong skor D berarti tidak baik disebabkan oleh kinerja tahun 2011 yang
sangat rendah.
Peninjauan NPM perusahaan pada tahun 2010–2011 menghasilkan skor D berarti
kinerjanya tidak baik disebabkan oleh pencapaian pendapatan bersih perusahaan belum mampu
menghasilkan laba bersih yang diinginkan tetapi pada tahun 2012 dan 2013 NPM naik menjadi
skor C berarti kinerjanya cukup baik disebabkan oleh perolehan pendapatan bersih perusahaan
sudah mampu menghasilkan laba bersih yang diinginkan. Ditinjau dari nilai rata-ratanya NPM
perusahaan tergolong skor C berarti kinerjanya cukup baik disebabkan oleh rendahnya
kemampuan manajemen perusahaan memperoleh pendapatan bersih diatas biaya-biaya yang
dikeluarkan sehingga perusahaan belum mampu menghasilkan laba bersih yang maksimal.
DAR tahun 2010-2013 menghasilkan skor C berarti cukup baik disebabkan oleh hutang
perusahaan masih cukup tinggi dibandingkan dengan asset yang dimiliki sehingga resiko
perusahaan juga tinggi. Ditinjau dari nilai rata-ratanya resiko perusahaan juga masih tergolong
skor C berarti cukup baik disebabkan untuk beberapa tahun terakhir perusahaan belum mampu
membayar hutang-hutangnya yang jatuh tempo secara keseluruhan.
2. Perspektif Pelanggan
Perspektif pelanggan mengukur perkembangan jumlah nasabah peserta jamsostek.
Terdapat indikator skor yang biasanya digunakan untuk menentukan perspektif pelanggan.
Indikator yang digunakan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 3 Indikator Skor dari Perspektif Pelanggan
Interval Skor Nilai
< 0% A 4
0% - 50% B 3
51% - 100% C 2
>100% D 1
Terdapat beberapa ketentuan interval yang ditetapkan untuk menentukan skor serta nilai
dari perspektif pelanggan PT. Jamsostek untuk kemudian digunakan dalam pengukuran rasio
perkembangan dari jumlah nasabah PT. Jamsostek di setiap tahunnya.
Tabel 4 Perspektif Pelanggan PT. Jamsostek
Rasio
Tahun
Nasabah (%) Skor Interval
2010 16,00% C 0 – 50%
2011 26,00% C 0 – 50%
2012 12,00% C 0 – 50%
2013 10,00% C 0 – 50%
Total 74,00% -
Rata-rata 18,50% C (cukup baik) 0 – 50%
Terjadi penurunan perkembangan jumlah nasabah di tahun 2012 dari 23.208 menjadi
17.017. Tingkat perolehan nasabah hanya meningkat dari tahun 2010 ke 2011, sedangkan pada
tahun 2011 sampai dengan tahun 2013 secara keseluruhan sebenarnya mengalami sedikit
penurunan, namun dari kategori perhitungan persentasi berada pada skor C yang berarti
meskipun terjadi sedikit penurunan tetapi kinerjanya masih dikatakan cukup baik. Berikut ini
perhitungan kemampuan perusahaan dalam memperoleh nasabah baru.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Menurut Simon, 1999 Perspektif proses bisnis internal menampilkan proses kritis yang
memungkinkan unit bisnis untuk memberi value proposition yang mampu menarik dan
mempertahankan pelanggannya di segmen pasar yang diinginkan dan memuaskan harapan para
pemegang saham melalui flnancial retums. Perspektif proses bisnis internal memiliki 3 pokok
proses utamanya menurut Kaplan dan Norton (1996), yaitu:
a. Proses Inovasi merupakan proses penelitian dasar dan trepan juga penelitian
pengembangan produk.
b. Proses Operasi merupakan prposes menitikberatkan pada efisiensi proses, konsistensi dan
ketepatan waktu dari barang/jasa yang diberikan kepada konsumen.
c. Pelayanan Purna Jual merupakan proses yang akan mempengaruhi tingkat kepuasan
konsumen.
Perspektif Proses Bisnis Internal pada Jamsostek menggunakan analisa yang dilakukan
adalah kegiatan umum yang dilakukan nasabah, seperti pendaftaran nasabah baru, pembayaran
premi asuransi dan proses klaim asuransi. Adapun rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
- Waktu Pengolahan, lama waktu ketika jasa layanan benar-benar dikerjakan yaitu sekitar
15 menit. Waktu pengolahan, waktu yang dibutuhkan untuk memproses transaksi yang
dibutuhkan oleh karyawan selama 3 menit.
- Waktu Pemeriksaan, waktu yang dibutuhkan oleh karyawan untuk mengidentifikasi
keinginan nasabah dan mengidentifikasi data nasabah yaitu sekitar 5 menit.
- Waktu pemindahan, waktu yang dibutuhkan nasabah untuk menyerahkan formulir
aplikasi ke karyawan atau waktu yang dibutuhkan karyawan untuk menyerahkan bukti
transaksi kepada nasabah yaitu sekitar 3 menit.
- Waktu Tunggu, waktu yang diperlukan oleh nasabah mengantri atau lamanya waktu dari
setelah karyawan selesai mengidentifikasi keinginan nasabah dan selesai mengidentifikasi
data nasabah sampai nasabah memperoleh apa yang dibutuhkannya yaitu ± 10 menit.
Tabel 5 Interpretasi Perspektif Proses Bisnis Internal
Interval Koefisien Tingkat Hubungan
0,00-0,399 Tidak Baik (D)
0,40-0,5999 Kurang Baik (C)
0,60-0,799 Baik (B)
0,80-1,000 Sangat Baik (A)
Dalam melakukan perhitungan EMR ini, jika rasio yang dihasilkan mendekati angak 1
maka perusahaan tersebut melakukan operasi kedapa nasabah telah efesian dan sebaliknya jika
rasio yang dihasilkan lebih kecil dari 1 maka perusahaan tersebut melakukan operasi kepada
nasabah belum efesien. Hasil yang didapatkan pada perhitungan memberikan interpretasi pada
perspektif proses bisnis internal pada jamsostek dapat dilihat dibawah ini.
Tabel 6 Perspektif Proses Bisnis Internal PT. Jamsostek
Waktu Penyelesaian EMR
Waktu Waktu
Tahun Waktu Waktu Waktu
Pengolahan Proses
Pemeriksaan Pemindahan Tunggu
Data
2010 15 3 5 3 10 0,71
2011 15 3 5 3 10 0,71
2012 15 3 5 3 10 0,71
2013 15 6 7 4 12 052
Perhitungan hasil dari interpretasi pada prespektif proses bisnis internal diperolehnya data
setiap tahun dari tahun 2010 sampai 2013 mendapatkan nilai sebesar 0,71. Ini menunjukan
bahwa tingkat keefisienan PT. Jamsostek Cabang Belawan dalam melakukan proses transaksinya
sudah baik dengan skor B berarti sudah baik. Hal ini disebabkan karyawan perusahaan sudah
efektif dalam bekerja sehingga proses internal yang terjadi sudah menunjang keahlian yang
dimiliki karyawannya.
Pembelajran dan pertubuhan diperhitungkan dari tahun 2010 sampai tahun 2013 dengan
memiliki rata-rata skor B yang berarti sudah baik memiliki jam kerja pelatihan aktivitas kerja
karyawan.. Hal ini dilihat dari adanya kegiatan di bidang informasi dan teknologi yang
memudahkan karyawan perusahaan dalam bekerja. Kegiatan di bidang informasi ini telah
memberikan kontribusi yang cukup berarti di dalam mendukung kegiatan operasional PT.
Jamsostek Cabang Belawan. Perhitungan indikator perspektif dapat dilihat dibawah ini.
Tabel 9 Perspektif Keseluruhan PT. Jamsostek
N Skor Total
Perspektif KPI Skor Nilai
O Indikator Skor
1 Keuangan ROI C 2
ROE D 1
7
NPM C 2
DAR C 2
2 Pelanggan Tingkat Perolehan Nasabah B 3 3
3 Proses Internal EMR B 3 3
4 Pembelajaran Keahlian dan Teknologi B 3 3
Perhitungan total skor dari tertimbangan maksimal dengan melakukan skor tertimbang
dari keempat perspektif dan skor akhir dari keempat perspektif. Dari hasil yang didapatkan total
skor tertimbang maksimum mendapatkan skor 400 dan perhitungan jumlah skor tertimbang
adalah 225. Perhitungan total skor dengan membagi jumah skor tertimbang dengan skor
tertimbang maksimum lalu di kali 100% dan hasilnya 56,25%.
Tabel 11 Indikator Perhitunngan Akhir
Kinerja Kategori Total Score
AAA >95%
SANGAT BAIK AA 80% < TS < 95%
A 65% < TS < 80%
BBB 50% < TS < 65%
KURANG BAIK BB 40% < TS < 50%
B 30% < TS < 40%
CCC 20 % < TS < 30%
TIDAK BAIK CC 10% < TS < 20%
C TS < 10%
Penentuan nilai akhir dengan rumus nilai akhir total adalah jumlah skor tertimbang dibagi
jumlah skor tertimbang maksimum dikali 100% diperoleh total skor 56,25% termasuk ke dalam
kondisi kurang baik dengan kategori BBB.
DAFTAR PUSTAKA
Brigham, Eugene F. dan Houston, Joel F., dialihbahasakan oleh Dodo Suharto dan Herman
Widodo (2006), Manajemen Keuangan, Jilid 2, Penerbit Erlangga. Jakarta.
Friska (2009), meneliti tentang Balanced Scorecard: Pengukuran Kinerja Perusahaan dan Sistem
Manajemen Strategis. Jurnal Akuntansi Gunadarma.
Singgih, Damayanti dan Oktavia (2009), Pengukuran Dan Analisa Kinerja Dengan Metode
Balanced Scorecard di PT.X.