Scorecard sendiri memiliki makna kartu skor. Maksudnya yaitu kartu skor yang
akan di gunakan dalam merencanakan skor yang di wujudkan pada masa yang akan
datang. Sedangkan balanced memiliki makna berimbang, yang artinya dalam
mengukur kinerja seseorang atau suatu organisasi harus di ukur secara seimbang
dari dua sudut pandang seperti keuangan dan non keuangan, jangka panjang dan
jangka pendek, intern dan ekstern.
1
dan pertumbuhan karyawan, serta proses bisnis internal yang dapat membantu
organisasi untuk menerjemahkan visi dan strategi ke dalam aksi dimana semua
perspektif tersebut terjalin dalam suatu hubungan sebab akibat.
Kartu skor berimbang (bahasa Inggris: balanced scorecard, BSC) adalah suatu
metode untuk pengukuran dan penilaian kinerja suatu perusahaan dengan mengukur
empat perspektif yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses
bisnis internal, perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. suatu konsep untu
mengukur apakah aktivitas-aktivitas operasional suatu perusahaan dalam skala yang
lebih kecil sejalan dengan sasaran yang lebih besar dalam hal visi dan strategi. BSC
pertama kali dikembangkan dan digunakan pada perusahaan Analog Devices pada
tahun 1987. Dengan tidak hanya berfokus pada hasil finansial melainkan juga masalah
manusia, BSC membantu memberikan pandangan yang lebih menyeluruh pada suatu
perusahaan yang pada gilirannya akan membantu organisasi untuk bertindak sesuai
tujuan jangka panjangnya. Sistem manajemen strategis membantu manajer untuk
berfokus pada ukuran kinerja sambil menyeimbangkan sasaran finansial dengan
perspektif pelanggan, proses, dan karyawan.
Balanced Scorecard membantu organisasi untuk menghadapi dua masalah
fundamental: mengukur performa organisasi secara efektif dan mengimplementasikan
strategi dengan sukses. Secara tradisional, pengukuran terhadap bisnis berkisar pada
aspek finansial, yang kemudian banyak mendatangkan kritik. Ukuran finansial tidaklah
konsisten dengan lingkungan bisnis saat ini, punya daya prediktif yang lemah,
mengakibatkan munculnya silo fungsional, menghambat cara berpikir jangka panjang,
dan tidak lantas bisa relevan bagi kebanyakan level organisasi. Mengimplementasikan
strategi secara efektif menjadi permasalahan tersendiri. Setidaknya terdapat empat
pembatas implementasi strategi di organisasi: pembatas visi, pembatas orang, pembatas
sumberdaya, dan pembatas manajemen
Balanced Scorecard terdiri dari dua kata yakni kartu skor (scorecard) dan
berimbang (balanced). Kartu skor adalah kartu yang digunakan untuk mencatat skor
hasil kinerja seseorang. Kata berimbang dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa
kinerja personel diukur secara berimbang dari dua aspek: keuangan dan non keuangan,
jangka pendek dan jangka panjang, intern dan ekstern. Dari definisi tersebut Mulyadi
(2001:1) berpendapat bahwa secara sederhana pengertian Balanced Scorecard adalah
kartu skor yang digunakan untuk mengukur kinerja dengan memperhatikan
2
keseimbangan sisi keuangan dan non keuangan, jangka panjang dan jangka pendek,
intern dan ekstern.
a. Konsep keseimbangan Balanced Scorecard
Konsep keseimbangan dalam Balanced Scorecard terkait pada tiga area berikut:
Keseimbangan antara indikator keberhasilan finansial dan non finansial.
Balanced Scorecard sendiri awalnya dibuat untuk mengatasi kekuranghandalan ukuran
performa finansial dengan menyeimbangkannya dengan pemicu lain untuk performa
yang mengacu ke masa depan. Ini adalah masih terus menjadi prinsip dari sistem
Balanced Scorecard ini.
Keseimbangan antara konstituen internal dan eksternal dari organisasi.
Shareholder dan pelanggan merepresentasikan konstituen eksternal dalam Balanced
Scorecard, sementara karyawan dan proses internal merepresentasikan konstituen
internal. Balanced Scorecard berusaha menyeimbangkan kebutuhan kedua grup yang
tak jarang menjadi kontradiktif satu sama lain untuk bisa secara efektif
mengimplementasikan strategi.
Keseimbangan antara indikator performa lag dan lead. Indikator lag secara
umum merepresentasikan performa masa lalu. Contohnya semisal saja kepuasan
pelanggan atau revenue. Meskipun ukuran tersebut pada umumnya cukup obyektif dan
bisa diakses dengan mudah, namun mereka semua punya daya prediktif yang lemah.
Sementara itu indikator lead adalah pemicu performa yang membawa pada pencapaian
indikator lag. Indikator ini biasanya berbentuk ukuran atas proses dan aktivitas.
Pengiriman tepat waktu, semisal, bisa merepresentasikan indikator lead untuk ukuran
lag kepuasan pelanggan. Suatu scorecard harus berisi campuran/paduan antara
indikator lag dan lead. Indikator lag yang tanpa disertai oleh ukuran lead tidak akan
mengkomunikasikan bagaimana target akan diraih. Sebaliknya, indikator lead tanpa
ukuran lag akan menghasilkan perkembangan jangka pendek namun tidak tampak
bagaimana perkembangan tersebut berdampak pada peningkatan benefit bagi
pelanggan dan juga shareholder.
3
Perbaikan-perbaikan ini tercermin dalam sasaran-sasaran yang secara khusus
berhubungan dengan keuntungan yang terukur, pertumbuhan usaha, dan nilai
pemegang saham.
Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus
kehidupan bisnis, yaitu: growth, sustain, dan harvest (Kaplan dan Norton, 2001).
Tiap tahapan memiliki sasaran yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannya
pun berbeda pula.
a. Growth (bertumbuh)
Tahap pertumbuhan menjadi tahap awal dalam siklus kehidupan bisnis.
Pada tahap ini perusahaan berusaha untuk menggunakan sumber daya yang
dimiliki untuk meningkatkan pertumbuhan bisnisnya. Selain itu, perusahaan
akan menanamkan investasi sebanyak-banyaknya, meningkatkan produk baru,
membangun fasilitas produksi, meningkatkan kemampuan beroperasi, merebut
pangsa pasar, dan membuat jaringan distribusi. Di dalam tahap ini kemungkinan
besar perusahaan akan selalu dalam keadaan rugi, karena tahap ini perusahaan
memfokuskan untuk penanaman investasi yang dinikmati dalam jangka panjang
nanti.
b. Sustain (bertahan)
adalah tahapan kedua di mana perusahaan masih melakukan investasi
dan reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Pada
tahap ini perusahaan masih mempunyai daya tarik yang bagus bagi para investor
untuk menanamkan modalnya. Dalam tahap ini perusahaan harus mampu
mempertahankan pangsa pasar yang sudah dimiliki dan harus memperhatikan
kualitas produk dan pelayanan yang lebih baik sehingga secara bertahap akan
mengalami pertumbuhan dari tahun ke tahun.
Tujuan keuangan pada tahap ini biasanya lebih berorientasi pada
profitabilitas. Tujuan yang berkaitan dengan profitabilitas dapat dinyatakan
dengan menggunakan ukuran yang berkaitan dengan laba operasional. Untuk
mendapatkan profitabilitas yang baik tentunya para manajer harus bekerja keras
untuk memaksimalkan pendapat yang dihasilkan dari investasi modal,
sedangkan untuk unit bisnis yang telah memiliki otonomi diminta tidak hanya
mengelola arus pendapatan, tetapi juga tingkat investasi modal yang telah
ditanamkan dalam unit bisnis yang bersangkutan. Tolak ukur lain yang kerap
digunakan pada tahap ini, misalnya ROI, profit margin, dan operating ratio.
4
c. Harvest (Menuai)
Tahap ini merupakan tahap pendewasaan bagi sebuah perusahaan,
karena pada tahap ini perusahaan tinggal menuai dari investasi yang dilakukan
pada tahap-tahap sebelumnya, yang harus dilakukan pada tahap ini adalah
perusahaan tidak lagi melakukan investasi, tetapi hanya memelihara supaya
perusahaan berjalan dengan baik.
5
Customer Profitability (profitabilitas pelanggan); mengukur
keuntungan yang diperoleh perusahaan dari penjualan produk atau
jasa kepada konsumen.
Sedangkan Customer Value Proposition merupakan pemicu
kinerja yang terdapat pada core value proposition yang didasarkan
pada atribut sebagai berikut:
1. Product or service attributes
Meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga, dan kualitas.
Pelanggan memiliki preferensi yang berbeda-beda atas produk
yang ditawarkan. Ada yang mengutamakan fungsi dari produk,
kualitas, atau harga yang murah. Perusahaan harus
mengidentifikasikan apa yang diinginkan pelanggan atas produk
yang ditawarkan. Selanjutnya pengukuran kinerja ditetapkan
berdasarkan hal tersebut.
2. Konsumen relationship
Menyangkut perasaan pelanggan te rhadap proses pembelian
produk yang ditawarkan perusahaan. Perasaan konsumen ini
sangat dipengaruhi oleh responsivitas dan komitmen perusahaan
terhadap pelanggan berkaitan dengan masalah waktu
penyampaian. Waktu merupakan komponen yang penting dalam
persaingan perusahaan. Konsumen biasanya menganggap
penyelesaian order yang cepat dan tepat waktu sebagai faktor yang
penting bagi kepuasan mereka.
3. Image and reputasi
Menggambarkan faktor-faktor in tangible yang menarik seorang
konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan. Membangun
image dan reputasi dapat dilakukan melalui iklan dan menjaga
kualitas seperti yang dijanjikan.
6
3. PERSPEKTIF PROSES BISNIS INTERNAL (Internal Business Process
Perspective)
Analisis proses bisnis internal perusahaan dilakukan dengan
menggunakan analisis value-chain. Disini manajemen mengidentifikasi
proses internal bisnis yang kritis yang harus diunggulkan perusahaan.
Scorecard dalam perspektif ini memungkinkan manajer untuk mengetahui
seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah produk dan atau jasa
mereka sesuai dengan spesifikasi pelanggan. Perspektif ini harus didesain
dengan hati-hati oleh mereka yang paling mengetahui misi perusahaan yang
mungkin tidak dapat dilakukan oleh konsultan luar.
Kaplan dan Norton (1996) membagi proses bisnis internal ke dalam tiga
tahapan, yaitu:
1. Proses inovasi
Dalam proses penciptaan nilai tambah bagi pelanggan, proses inovasi
merupakan salah satu kritikal proses, dimana efisiensi dan efektifitas serta
ketepatan waktu dari proses inovasi ini akan mendorong terjadinya efisiensi
biaya pada proses penciptaan nilat tambah bagi pelanggan. Dalam proses
ini, unit bisnis menggali pemahaman tentang kebutuhan dari pelanggan dan
menciptakan produk dan jasa yang mereka butuhkan. Proses inovasi dalam
perusahaan biasanya dilakukan oleh bagian marketing sehingga setiap
keputusan pengeluaran suatu produk ke pasar telah memenuhi syarat-syarat
pemasaran dan dapat dikomersialkan (didasarkan pada kebutuhan pasar).
Aktivitas marketing inimerupakan aktivitas penting dalam menentukan
kesuksesan perusahaan, terutama untuk jangka panjang.
2. Proses Operasi
Proses operasi adalah proses untuk membuat dan menyampaikan produk
atau jasa. Aktivitas di dalam proses operasi terbagi ke dalam dua bagian: 1)
proses pembuatan produk, dan 2) proses penyampaian produk kepada
pelanggan. Pengukuran kinerja yang terkait dalam proses operasi
dikelompokkan pada waktu, kualitas, dan biaya.
3. Proses Pelayanan Purna Jual
Proses ini merupakan jasa pelaya nan pada pelanggan setelah penjualan
produk/jasa tersebut dilakukan. Aktivitas yang terjadi dalam tahapan ini,
misalnya penanganan garansi dan perbai kan penanganan atas barang rusak
7
dan yang dikembalikan serta pemrosesan pembayaran pelanggan.
Perusahaan dapat mengukur apakah upayanya dalam pelaya nan purna jual
ini telah memenuhi harapan pelanggan, dengan menggunakan tolak ukur
yang bersifat kualitas, biaya, dan waktu seperti yang dilakukan dalam proses
operasi. Untuk siklus waktu, perusahaan dapat menggunakan pengukuran
waktu dari saat keluhan pelanggan diterima hingga keluhan tersebut
diselesaikan.
Berikut adalah gambar perspektif proses bisnis internal:
8
a. Kapabilitas pekerja
Dalam hal ini manajemen dituntut untuk memperbaiki pemikiran
pegawai terhadap organisasi, yaitu bagaimana para pegawai
menyumbangkan segenap kemampuannya untuk organisasi. Untuk itu
perencanaan dan upaya implementasi reskilling pegawai yang menjamin
kecerdasan dan kreativitasnya dapat dimobilisasi untuk mencapai tujuan
organisasi.
b. Kapabilitas system informasi
Bagaimanapun juga, meski motivasi dan keahlian pegawai telah
mendukung pencapaian tujuan-tujuan perusahaan, masih diperlukan
informasi-informasi yang terbaik. Dengan kemampuan sistem informasi
yang memadai, kebutuhan seluruh tingkatan manajemen dan pegawai atas
in formasi yang akurat dan tepat waktu dapat dipenuhi dengan sebaik-
baiknya.
c. Motivasi, kekuasaan dan keselarasan
Perspektif ini penting untuk menjamin adanya proses yang
berkesinambungan terhadap upaya pemberian motivasi dan inisiatif yang
sebe sar-besarnya bagi pegawai. Paradigma manajemen terbaru
menjelaskan bahwa proses pembelajaran sangat penting bagi pegawai
untuk melakukan trial and error sehingga turbulensi lingkungan sama-sama
dicoba-kenali tidak saja oleh jenjang manajemen strategis tetapi juga oleh
segenap pegawai di dalam organisasi sesuai kompetensinya masing-
masing. Upaya tersebut perlu didukung dengan motivasi yang besar dan
pemberdayaan pegawai berupa delegasi wewenang yang memadai untuk
mengambil keputusan. Selain itu, upaya tersebut juga harus dibarengi
dengan upaya penyesuaian yang terus menerus yang sejalan dengan tujuan
organisasi.
9
Berikut ini adalah gambar yang menjelaskan tentang
hubungan sebab akibat keempat perspektif dalam Balance
Scorecard :
10
A. BALANCED SCORCARD DI RUMAH SAKIT
Dalam menyusun balance scorecard rumah sakit aspek – aspek yang digunakan
adalah aspek standar yang biasa digunakan dalam balance scorecard pada
umumnya. Namun aspek penilaian tersebut harus melalui penyesuaian terlebih
dahulu sehingga lebih sesuai dengan jenis industri rumah sakit.
1. Perspektif proses bisnis internal.
Aspek proses bisnis dalam balance scorecard biasanya memiliki faktor –
faktor yang berbeda antara satu jenis perusahaan dengan perusahaan yang
lain. dalam industri rumah sakit proses bisnis internal dihitung dari tingkat
BOR atau Bed Occupancy Rate, BTO atau Bed Turn Over Rate, NDR atau
Net Death Rate, GDR atau Gross Death Rate, dan TOI atau Turn Over
Internal. Faktor – faktor khas industri rumah sakit tersebut biasanya diambil
dalam pmenyusun sebuah penilaian kinerja proses bisnis internal rumah
sakit.
2. Perspektif keuangan
Perspektif keuangan merupakan hal krusial yang biasanya menjadi dasar
penilaian utama kemajuan dan perkembangan di jenis industri apa saja
termasuk dalam hal ini adalah industri rumah sakit.
Apek keuangan memiliki faktor atau standar penilaian yang hampir selalu
sama antara satu jenis industri dengan yang lain. Sebuah perusahaan akan
dianggap berhasil jika selisih anggaran belanja lebih sedikit dibandingkan
jumlah pendapatan yang dihasilkan. Keuntungan finansial merupakan salah
satu aspek tradisional yang paling mudah dihitung sebab sifatnya kasat mata
dan menjadi hal yang paling umum digunakan sebagai kriteria penilaian
perkembangan dan kemajuan sebuah rumah sakit.
3. Perspektif konsumen/pasien
Aspek yang tidak boleh dilupakan dalam sebuah implementasi balance
scorecard rumah sakit adalah kepuasan pasien. Konsumen rumah sakit atau
pasien yang merasa puas dengan pelayanan rumah sakit dianggap sebagai
sebuah perkembangan atau kemajuan yang baik. Tingkat kepuasan pasien
bisa dihitung dengan menggunakan ALOS atau Average Length of Stay atau
waktu rata – rata yang dihabiskan pasien untuk tinggal di rumah sakit. Jika
semakin banyak pasien yang memutuskan untuk tetap tinggal di rumah sakit
11
atau memperpanjang waktu inap mereka, maka dapat diartikan bahwa
pasien merasa puas dengan pelayanan rumah sakit tersebut.
4. Aspek pengembangan dan pertumbuhan
Aspek ini sangat penting untuk mengetahui produktivitas karyawan rumah
sakit. Di aspek yang satu ini juga bisa diketahui bagaimana tingkat kepuasan
karyawan terhadap kebijakan, pendapatan, dan kondisi lingkungan dimana
mereka bekerja.
Aspek ini juga bisa menghitung dengan pasti tingkat retensi karyawan. Dari
aspek yang satu ini bisa diketahui sejauh mana perkembangan rumah sakit
ditinjau dari produktivitas karyawan, profesionalitas mereka, hubungan
antar karyawan, hubungan karyawan dengan perusahaan, serta bagaimana
tingkat kepuasan karyawan selama bekerja di perusahaan tersebut.
Jadi implementasi balance scorecard pada rumah sakit sangat penting
mengingat persaingan di industri yang satu ini semakin ketat.
Konsumen juga menuntut pelayanan yang semakin baik karena tingkat
kesejahteraan masyarakat yang semakin baik. Oleh sebab itu
meimplementasikan balance scorecard pada rumah sakit sebaiknya harus
segera dilakukan tidak hanya untuk mengetahui sejauh mana perkembangan
dan kemajuan yang telah dicapai selama ini namun juga untuk mengetahui
berbagai kelemahan manajerial sehingga kelemahan – kelemahan tersebut
bisa segera diperbaiki.
B. SPM
A. Jenis Pelayanan
12
10. Pelayanan Farmasi
11. Pelayanan Gizi
12. Pelayanan Transfusi Darah
13. Pelayanan Pasien Keluarga Miskin
14. Pelayanan Rekam Medik
15. Pengelolaan Limbah
16. Administrasi dan Manajemen
17. Pelayanan Ambulans dan Mobil Jenazah
18. Perawatan Jenazah
19. Pelayananan Laundry
20. Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
21. Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
22. Pelayanan Keamanan
23. Hemodialisis
13
I. PELAYANAN GAWAT DARURAT
Uraian Indikator Kinerja SPM Instalasi Gawat Darurat
1) Kemampuan menangani life saving anak dan dewasa
Judul Kemampuan menangani life saving
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Tergambarnya kemampuan Rumah Sakit dalam
memberikan pelayanan Gawat Darurat pada bayi, anak,
orang dewasa dan ibu melahirkan.
Definisi Operasional Life saving adalah upaya penyelamatan jiwa manusia
dengan urutan Circulation, Airway, dan Breath.
Frekuensi Setiap Bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah alat yang dimiliki di UGD dalam rangka
penyelamatan jiwa.
Denominator Jumlah alat yang seharusnya dimiliki dalam rangka
penyelamatan jiwa sesuai dengan kelas RS
Sumber Data Daftar inventaris alat di UGD
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Gawat Darurat
pengumpul data
14
Sumber Data Kepegawaian
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Pendidikan dan Pelatihan Rumah Sakit
pengumpul data
15
5) Waktu tanggap pelayanan dokter di Gawat Darurat
Judul Waktu tanggap Pelayanan Dokter di Gawat Darurat
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektivitas
Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang cepat, responsif dan
mampu menyelamatkan pasien gawat darurat
Definisi Waktu tanggap adalah waktu yang dibutuhkan mulai
Operasional pasien datang di IGD sampai mendapat pelayanan dokter.
Frekuensi Setiap Bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah kumulatif waktu yang diperlukan sejak
kedatangan semua pasien yang di sampling secara acak
sampai dilayani dokter
Denominator Jumlah seluruh pasien yang disampling (minimal n = 50)
Sumber Data Sampel
Standar ≤ 5 menit
Penanggung jawab Kepala Instalasi Gawat Darurat / Tim mutu / Panitia Mutu
pengumpul data
16
Judul Kematian pasien ≤ 8 jam di Gawat Darurat
Dimensi Mutu Efektifitas dan Keselamatan
Tujuan Terselenggaranya pelayanan yang efektif dan mampu
menyelamatkan pasien gawat darurat
Definisi Kematian ≤ 8 jam adalah kematian yang terjadi dalam
Operasional periode 8 jam sejak pasien datang
Frekuensi Tiga Bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa Tiga bulan
Numerator Jumlah pasien yang meninggal dalam periode ≤ 8 jam
sejak pasien datang
Denominator Jumlah seluruh pasien yang ditangani di Gawat Darurat
Sumber Data Rekam Medik
Standar ≤2 per 100
Penanggung jawab Kepala Instalasi Gawat Darurat
pengumpul data
8) Kepuasan pelanggan
Judul Kepuasan Pelanggan pada Gawat Darurat
Dimensi Mutu Kenyamanan
Tujuan Terselenggaranya pelayanan gawat darurat yang mampu
memberikan kepuasan pelanggan
Definisi Kepuasan adalah pernyataan tentang persepsi pelanggan
Operasional terhadap pelayanan yang diberikan oleh dokter, perawat,
petugas loket.
Frekuensi Setiap Bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien
Gawat Darurat yang disurvei
Denominator Jumlah seluruh pasien Gawat Darurat yang disurvei
(minimal n=50)
Sumber Data Survei
Standar ≥ 70%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Gawat Darurat / Tim mutu / Panitia Mutu
pengumpul data
17
Tujuan Tersedianya pelayanan klinik oleh tenaga spesialis yang
kompeten di rumah sakit sesuai dengan kelas rumah sakit
Definisi Ketersediaan pelayanan adalah jenis-jenis pelayanan
Operasional rawat jalan spesialistis yang disediakan oleh rumah sakit
sesuai dengan klasifikasi rumah sakit
Frekuensi 1 bulan
Pewngumpulan
Data
Periode Analisis 3 bulan
Numerator Jenis-jenis pelayanan yang tersedia di rumah sakit
Denominator Jenis pelayanan yang seharusnya tersedia di RS sesuai
dengan kelas RS
Sumber Data Register rawat jalan poliklinik spesialis
Standar 100% (sesuai dengan kelas rumah sakit Permenkes NO
340/2010)
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Rawat Jalan
18
Definisi Jam buka pelayanan adalah jam dimulainya pelayanan
Operasional rawat jalan oleh tenaga spesialis. Jam buka antara pukul
08.00 – 13.00 setiap hari kerja kecuali jum’at pukul 08.00
– 11.00
Frekuensi 1 bulan
Pewngumpulan
Data
Periode Analisis 3 bulan
Numerator Jumlah hari pelayanan rawat jalan spesialistik yang buka
sesuai ketentuan dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluruh hari pelayanan rawat jalan spesialistik
dalm satu bulan
Sumber Data Register rawat jalan
Standar 100%
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Rawat Jalan
19
Numerator Jumlah pasien tuberculosis yang didiagnosi tubercolosis
ditegakkan melalui pemeriksaan mikroskopis
Denominator Jumlah seluruh seluruh pasien tubercolosis yang diperiksa
Sumber Data Rekam medik pasien
Standar 100%
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Rawat Jalan
20
Standar Tersedia dengan tenaga terlatih
Penanggung Jawab Kepala instalasi rawat jalan
21
Frekuensi Setiap bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisis Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah kumulatif rerata penilaian kepuasan pasien rawat
jalan yang disurvei
Denominator Jumlah seluruh pasien rawat jalan yang disurvei (minimal
n = 50)
Sumber Data Survey
Standar ≥ 90%
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Rawat Jalan / Tim Mutu / Panitia Mutu
22
Definisi Pemberi pelayanan rawat inap adalah dokter dan tenaga
Operasional perawat yang kompeten (minimal D3)
Frekuensi 6 bulan
Pengumpulan data
Periode Analisa 6 bulan
Numerator Jumlah tenaga dokter dan perawat yang memberi
pelayanan di ruang rawat inap yang sesuai dengan
ketentuan
Denominator Jumlah seluruh tenaga dokter dan perawat yang
bertugas di rawat inap
Sumber data Kepegawaian
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Rawat Inap
Pengumpulan Data
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Rawat Inap
23
Tujuan Tidak terjadinya pasien jatuh di dalam kamar mandi
Definisi Pengaman adalah pegangan tangan yang dipasang di
Operasional kamar mandi untuk membantu pasien agar tidak jatuh
di dalam kamar mandi
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan data
Periode Analisa 3 bulan
Numerator Jumlah kamar mandi di ruang rawat inap yang
mempunyai pengaman
Denominator Jumlah seluruh kamar mandi yang ada di ruang rawat
inap yang ada di rumah sakit
Sumber data Catatan Instalasi Rawat Inap
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Rawat Inap
24
Dimensi mutu Akses, kesinambungan pelayanan
Tujuan Tergambarnya kepedulian tenaga medis terhadap
ketepatan waktu pemberian pelayanan
Definisi Visite dokter spesialis adalah kunjungan dokter
Operasional spesialis setiap hari kerja sesuai sesuai dengan
ketentuan waktu kepada setiap pasien yang menjadi
tanggung jawabnya, yang dilakukan antara jam 08.00
sampai dengan 14.00
Frekuensi Tiap bulan
Pengumpulan data
Periode Analisa Tiap 3 bulan
Numerator Jumlah visite dokter spesialis antara jam 08.00 sampai
dengan 14.00 yang disurvei
Denominator Jumlah pelaksanaan visite dokter spesialis yang
disurvei
Sumber data Survey
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala Instalasi Rawat Inap/ Komite medic/ Panitia
mutu
25
Sumber data Rekam medik
Standar ≤1,5%
Penanggung jawab Ketua komite medic/komite mutu/tim mutu
Standar ≤ 9%
26
Definisi operasional Kejadian pasien jatuh adalah kejadian pasien jatuh
selama di rawat baik akibat jatuh dari tempat tidur, di
kamar mandi, dsb
Frekuensi Tiap bulan
Pengumpulan data
Periode Analisa Tiap bulan
Standar 100%
10. Pasien Rawat Inap Tubercolosis yang Ditangani dengan Strategi DOTS
27
Standar 100%
28
Sumber data Rekam medik
Standar ≤5%
29
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (minimal n=50)
Sumber data Survey
Standar ≥ 90%
Penanggung jawab Ketua Komite Mutu/ Tim Mutu
30
Sumber Data Inventaris instalasi bedah sentral
Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit
Penanggung jawab Kepala Instalasi Bedah Sentral
31
Dimensi Mutu Keselamatan pasien
Tergambarkannya kepedulian dan ketelitian instalasi
Tujuan
bedah sentral terhadap keselamatan pasien
Kejadian operasi salah sisi adalah kejadian dimana
pasien dioperasi pada sisi yang salah, misalnya yang
Definisi Operasional
semestinya dioperasi pada sisi kanan, ternyata yang
dilakukan operasi adalah pada sisi kiri atau sebaliknya
Frekuensi
1 bulan dan sentinel event
Pengumpulan Data
Periode Analisa 1 bulan dan sentinel event
Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan
Numerator dikurangi jumlah pasien yang dioperasi salah sisi
dalam waktu satu bulan
Denominator Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan
Sumber Data Rekam medik, laporan keselamatan pasien
Standar <100 %
Penanggung jawab Kepala instalasi bedah sentral/komite medis
32
Tergambarnya ketelitian dalam pelaksanaan operasi dan
Tujuan kesesuaiannya dengan tindakan operasi rencana yang
telah ditetapkan
Kejadian salah satu tindakan pada operasi adalah
Definisi Operasional kejadian pasien mengalami tindakan operasi yang tidak
sesuai dengan yang direncanakan
Frekuensi
1 bulan dan sentinel event
Pengumpulan Data
Periode Analisa 1 bulan dan sentinel event
Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan
Numerator dikurangi jumlah pasien yang mengalami salah tindakan
operasi dalam waktu satu bulan
Denominator Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan
Sumber Data Rekam medis, laporan keselamatan pasien
Standar <100 %
Penanggung jawab Kepala instalasi bedah sentral/komite medis
8) Tidak Adanya Kejadian Tertinggalnya Benda Asing Pada Tubuh Pasien Setelah
Operasi
Tidak adanya kejadian tertinggalnya benda asing
Judul
pada tubuh pasien setelah operasi
Dimensi Mutu Keselamatan pasien
Tergambarkannya ketelitian dan kecermatan dokter
Tujuan
bedah dalam melaksanakan tindakan operasi
Kejadian tertinggalnya benda asing adalah kejadian
dimana benda asing seperti kapas, gunting, peralatan
Definisi Operasional
operasi dalam tubuh pasien akibat suatu tindakan
pembedahan.
Frekuensi
1 bulan dan sentinel event
Pengumpulan Data
Periode Analisa 1 bulan dan sentinel event
Jumlah pasien yang dioperasi dalam satu bulan
dikurangi jumlah pasien yang mengalami tertinggalnya
Numerator
benda asing dalam tubuh akibat operasi dalam satu
bulan
Denominator Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan
Sumber Data Rekam medik, laporan keselamatan pasien
Standar <100 %
Penanggung jawab Kepala instalasi bedah sentral/komite medis
33
Komplikasi anastesi karena Ooer dosis, reaksi anantesi
Judul
dan salah penempatan endrotacheal tube
Dimensi Mutu Keselamatan pasien
Tergambarkannya kecermatan tindakan anastesi dan
Tujuan monitoring pasien selama proses pembedahan
berlangsung.
Komplikasi anastesi adalah kejadian yang tidak
diharapkan sebagai akibat komplikasi anastesi antara
Definisi Operasional
lain karena over dosis, reaksi anantesi dan salah
penempatan endrotacheal tube
Frekuensi
1 bulan dan sentinel event
Pengumpulan Data
Periode Analisa 1 bulan dan sentinel event
Jumlah pasien yang mengalami komplikasi/anastesi
Numerator
dalam satu bulan
Denominator Jumlah pasien yang dioperasi dalam waktu satu bulan
Sumber Data Rekam medic
Standar <6 %
Penanggung jawab Kepala instalasi bedah sentral/komite medis
34
Judul Kepuasan Pelanggan Rawat Inap
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap mutu
pelayanan instalasi bedah sentral
Definisi Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh
Operasional pelanggan terhadap pelayanan instalasi bedah sentral
yang diberikan oleh dokter, perawat.
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan data
Periode Analisa 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien
yang disurvei (dalam persen)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (minimal n=50)
Sumber data Survey
Standar ≥ 90%
Penanggung jawab Ketua Komite Mutu/ Tim Mutu
35
2) Pemberi Pelayanan Persalinan dengan Penyulit
Judul Pemberi Pelayanan Persalinan dengan Penyulit
Dimensi Mutu Kompetensi Teknis
Tujuan Tersedianya pelayanan persalinan dengan penyulit oleh
tenaga yang kompeten
Definisi Pemberi pelayanan persalinan dengan penyulit adalah
Operasional TIM PONEK yang terdiri dari dokter Sp. OG, dengan
dokter umum, dokter SpA, bidan dan perawat yang
terlatih. Penyulit dalam persalinan antara lain meliputi
partus lama, ketuban pecah dini, kelainan letak janin,
berat badan janin diperkirakan kurang dari 2500 gr,
kelainan panggul, pendarahan ante partum, ekslampsia
dan preeklampsia berat, tali pusat menumbung
Frekuensi 1 Bulan
Pewngumpulan
Data
Periode Analisis 3 Bulan
Numerator Tersedianya tim dokter Sp. OG, dokter umum, dokter
SpA, bidang dan perawat terlatih
Denominator 1
Sumber Data Kepegawaian, Rekam Medik, SMF Kebidanan
Standar Tersedia
Penanggung Jawab Kepala SMF Kebidanan
36
Dimensi Mutu Efektivitas dan keselamatan
Tujuan Tergambarnya kemampuan rumah sakit dalam menangani
BBLR
Definisi BBLR adalah bayi yang lahir dengan berat badan 1500
Operasional gr-2500 gr
Frekuensi 1 bulan
Pewngumpulan
Data
Periode Analisis 3 bulan
Numerator Jumlah BBLR 1500 gr – 2500 gr yang berhasil ditangani
Denominator Jumlah seluruh BBLR 1500 gr – 2500 gr yang ditangani
Sumber Data Rekam Medik
Standar 100%
Penanggung Jawab Komite Medik/komite Mutu
37
Denominator Jumlah seluruh persalinan pada pasien yang pemeriksaan
antenatalnya dirumah sakit dalam 1 bulan
Sumber Data Rekam Medik
Standar ≤20%
Penanggung Jawab Komite Mutu
38
9) Kejadian Kematian Ibu Karena Persalinan
Judul Kejadian kematian ibu karena persalinan
Dimensi Mutu Keselamatan
Tujuan Mengetahui mutu pelayanan rumah sakit terhadap pelayanan
kasus persalinan
Definisi Kematian ibu melahirkan yang disebabkan karena perdarahan,
Operasional preeclampsia, eklampsia, dan sepsis.
Perdarahan adalah perdarahan yang terjadi pada saat kehamilan
semua skala persalinan dan nifas. Preeclampsia dan eklampsia
mulai terjadi pada kehamilan tri mester kedua, preeclampsia dan
eklampsia merupakan kumpulan dari dua dari tiga tanda yaitu
Tekanan darah sistolik > 160 mmHg dan diastolic > 110
mmHg
Proteiunuria > 5 gr/24 jam 3+/4+ pada pemeriksaan
kualitatif
Oedem tungkai
Eklampsia adalah tanda pre eklampsia yang disertai dengan
kejang dan atau penurunan kesadaran.
Sepsis adalah tanda-tanda sepsis yang terjadi akibat penanganan
aborsi, persalinan dan nifas yang tidak ditangani dengan tepat
oleh pasien atau penolong.
Frekuensi Tiap bulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis Tiap tiga bulan
Numerator Jumlah kematian pasien persalinan karena perdarahan,
preeclampsia/eklampsia, sepsis (masing-masing penyebab)
Denominator Jumlah pasien-pasien persalinan dengan perdarahan,
preeclampsia/eklampsia dan sepsis
Sumber Data Rekam medic rumah sakit
Standar Pendarahan ≤1 %, preeclampsia ≤30%, Sepsis ≤0,2 %
Penanggung Komite Medik
Jawab
39
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang
disurvey (dalam persen)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvey (n minimal 50)
Sumber Data Survey
Standar ≥ 80%
Penanggung Ketua komite mutu/tim mutu
Jawab
V. PELAYANAN INTENSIF
1) Pemberi Pelayanan Intensif
Judul Pemberipelayanan intensif
Dimensi Mutu Keselamatan dan efektivitas
Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam menyediakan pelayanan
intensif
Definisi Pemberi pelayanan intensif adalah dokter spesialis, dokter
Operasional umum dan perawat yang mempunyai kompetensi sesuai
yang dipersyaratkan dalam persyaratan kelas rumah sakit.
Frekuensi 3 bulan sekali
Pengumpulan Data
Periode Analisa 3 bulan sekali
Numerator Jumlah tim yang tersedia
Denominator 1
Sumber Data Unit Pelayanan intensif
Standar Sesuai dengan ketentuan kelas rumah sakit
Penanggung Jawab Kepala instalasi ICU
Pengumpul Data
40
Tujuan Kesiapan fasilitas dan peralatan rumah sakit untuk
memberikan pelayanan bedah sentral
Definisi Tempat tidur ruang intensif adalah tempat tidur yang
Operasional dapat diubah posisi yang dilengkapi dengan monitoring
dan ventilator
Frekuensi Tiga bulan sekali
Pengumpulan Data
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah tempat tidur yang dilengkapi dengan peralatan
monitoring dan ventilator
Denominator Jumlah seluruh tempat tidur di ICU
Sumber Data Inventaris ICU
Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit
Penanggung Jawab Kepala instalasi ICU
Pengumpul Data
41
Periode Tiap 3 bulan
Analisa
Numerator Jumlah pasien rawat inap yang terkena infeksi nosokomial
dalam satu bulan.
Denominator Jumlah pasien rawat inap dalam periode yang sama
Sumber data Survei, laporan infeksi nosocomial
Standar ≤ 9%
Penanggung Kepala ruang ICU
jawab
6) Rata-rata pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan kasus yang sama
<72 jam
Judul Rata-rata pasien yang
kembalikeperawatanintensifdengankasus yang sama<72
jam
Dimensi Mutu Efektivitas
Tujuan Tergambarnya keberhasilan perawatan intensif
Definisi Pasien kembali ke perawatan intensif dari ruang rawat
Operasional inap dengan kasus yang sama dalam waktu <72 jam
Frekuensi 1 Bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa 3 Bulan
Numerator Jumlah pasien yang kembali ke perawatan intensif dengan
kasus yang sama <72 jam dalam 1 bulan
Denominator Jumlah seluruh pasien yang dirawat di ruang intensif
dalam periode yang sama
Sumber Data Rekam medic
Standar ≤3%
Penanggung Jawab Komite Medik / Mutu
Pengumpul Data
42
Denominator 1
Sumber Data Kepegawaian, Instalasi Radiologi
Standar Dokter spesialis radiologi dan radiographer sesuai dengan
persyaratan kelas rumah sakit
Penanggung Jawab Kepala instalasi Radiologi
Pengumpul Data
43
Standar < 3 jam
Penanggung jawab Kepala instalasi radiologi
pengumpul data
4) Kerusakan Foto
Judul Kerusakan Foto
Dimensi mutu Efektivitas dan Efisiensi
Tujuan Tergambarnya efektivitas dan efisiensi pelayanan
rontgen
Definisi operasional Kerusakan foto adalah foto hasil pemeriksaan yang
tidak dapat dibaca
frekuensi 1 bulan
penguimpulan data
Periode analisa 3 bulan
Numerator Jumlah foto rusak yang tidak dapat dibaca dalam 1
bulan
Denominator Jumlah seluruh pemeriksaan foto dalam 1 bulan
Sumber data Register radiologi
Standar ≤2%
Penanggung jawab Kepala instalasi radiologi
pengumpul data
44
Definisi operasional Pelaksanaan ekspertisi rontgen adalah dokter spesialis
radiologi yang mempunyai kewenagan untuk
melakukan pembacaan foto rontgen/hasil pemeriksaan
radiologi. Bukti pembacaan dan verifikasi adalah
dicantumkannya tanda tangan dokter spesialis radiologi
pada lembar hasil pemeriksaan yang dikirimkan
kepada dokter yang meminta.
frekuensi 1 bulan
penguimpulan data
Periode analisa 3 bulan
Numerator Jumlah foto rontgen yang dibaca dan diverifikasi oleh
dokter spesialis radiologi dalam 1 bulan
Denominator Jumlah seluruh pemeriksaan foto rontgen dalam satu
bulan
Sumber data Register di instalasi radiologi
Standar 100 %
Penanggung jawab Kepala instalasi radiologi
pengumpul data
7) Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan pelanggan
Dimensi mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan
radiologi
Definisi operasional Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh
pelanggan terhadap pelayanan radiologi
frekuensi 1 bulan
penguimpulan data
Periode analisa 3 bulan
Numerator Jumlah pasien yang disurvei yang menyatakan puas
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (minimal n = 50)
Sumber data Survey
Standar >80 %
Penanggung jawab Ketua komite mutu/tim mutu
pengumpul data
45
Denominator 1
Sumber Data Kepegawaian, instalasi laboratorium
Standar Dokter spesialis patologi klinik dan analis sesuai dengan
persyaratan kelas rumah sakit
Penanggung jawab Kepala instalasi rumah sakit
46
Judul Tidak adanya kejadian tertukar specimen pemeriksaan
laboratorium
Dimensi Mutu Keselamatan pasien
Tujuan Tergambarnya ketelitian dalam pelaksanaan pengelolaan
specimen laboratorium
Definisi Kejadian tertukar specimen pemeriksaan laboaratorium
Operasional adalah tertukarnya specimen milik orang yang satu dengan
orang lain.
Frekuensi 1 bulan dan sentinel event
Pengumpulan Data
Periode Analisis 1 bulan dan sentinel event
Numerator Jumlah seluruh specimen laboratorium yang diperiksa
dikurangi jumlah specimen yang tertukar
Denominator Jumlah seluruh specimen laboratorium yang diperiksa
Sumber Data Rekam medic, laporan keselamatan pasien
Standar 100%
Penanggung jawab Kepala instalasi laboratorium
47
Periode Analisis 3 bulan
Numerator Ketersediaan tenaga, peralatan dan reagen untuk
pemeriksaan tuberculosis.
Denominator 1
Sumber Data Rekam medic
Standar Tersedia
Penanggung jawab Komite medic/komite mutu
48
9) Kesesuaian Hasil Pemeriksaan Baku Mutu Eksternal
Judul Kesesuaian Hasil pemeriksaan Baku Mutu Eksternal
Dimensi Mutu Keselamatan, efektivitas, efisiensi
Tujuan patologi Klinik
Definisi Baku mutu eksternal adalah pemeriksaan mutu pelayanan
Operasional laboratorium patologi klinik oleh pihak di luar rumah
sakit yang kompeten
Frekuensi 3 bulan
Pengumpulan data
Periode Analisis 3 bulan
Numerator Jumlah parameter diperiksa yang sesuai
Denominator Jumlah seluruh parameter yang diperiksa
Sumber Data Hasil pemeriksaan baku mutu eksternal
Standar 100%
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Laboratorium
49
Numerator Jumlah dan jenis tenaga pelayanan rehabilitas medik
Denominator 1
Sumber Data Unit Pelayanan Rehab Medik
Standar Sesuai dengan ketentuan kelas rumah sakit
Penanggung Jawab Kepala instalasi Rehab Medik
Pengumpulan Data
50
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Rehabilitasi Medik
Pengumpulan Data
5) Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan Pelanggan
51
Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam menyediakan pelayanan
farmasi
Definisi Pemberi pelayanan farmasi adalah Apoteker dan Asisten
Operasional Apoteker yang mempunyai kompetensi sesuai yang
dipersyaratkan dalam persyaratan kelas rumah sakit
Frekuensi Tiga bulan sekali
Pengumpulan data
Periode Analisis Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah dan jenis tenaga farmasi yang ada di instalasi
farmasi
Denominator 1
Sumber Data Instalasi Farmasi
Standar Sesuai dengan ketentuan kelas rumah sakit
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Farmasi
Pengumpulan Data
3) Ketersediaan Formularium
Judul Ketersediaan Formularium
Dimensi Mutu Efisiensi
Tujuan Tergambarnya efisiensi pelayanan obat kepada pasien
Definisi Formularium obat adalah daftar obat yang digunakan di
Operasional rumah sakit
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan data
Periode Analisis 3 bulan
Numerator Dokumen Formularium
Denominator 1
Sumber Data Survei
Standar Tersedianya dan updated paling lama 3 tahun
52
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Farmasi
Pengumpulan Data
53
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan data
Periode Analisis 3 bulan
Numerator Jumlah seluruh pasien instalasi farmasi yang disurvei
dikurangi jumlah pasien yang mengalami kesalahan
pemberian obat
Denominator Jumlah seluruh pasien instalasi farmasi yang disurvei
Sumber Data Survey
Standar 100 %
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Farmasi
Pengumpulan Data
7) Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan Pelanggan
Dimensi Mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan
farmasi
Definisi Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh
Operasional pelanggan terhadap pelayanan farmasi
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan data
Periode Analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang
disurvei (dalam persen)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minimal 50)
Sumber Data Survey
Standar ≥ 80 %
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Farmasi
Pengumpulan Data
X. PELAYANAN GIZI
1) Pemberi Pelayanan Gizi
Judul Pemberi Pelayanan Gizi
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektivitas
Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam menyediakan pelayanan gizi
Definisi Pemberi pelayanan gizi adalah tenaga ahli gizi yang
Operasional mempunyai kompetensi sesuai yang dipersyaratkan dalam
persyaratan kelas rumah sakit
Frekuensi Tiga bulan sekali
Pengumpulan data
Periode Analisis Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah dan jenis tenaga ahli gizi yang bekerja di instalasi
gizi
Denominator 1
Sumber Data Instalasi Gizi
Standar Sesuai dengan ketentuan kelas rumah sakit
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Gizi
Pengumpulan Data
54
2) Ketersediaan Fasilitas dan Peralatan Pelayanan Gizi
Judul Ketersediaan Fasilitas dan Peralatan Pelayanan Gizi
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektivitas
Tujuan Kesiapan fasilitas dan peralatan rumah sakit untuk
memberikan pelayanan gizi
Definisi Fasilitas dan peralatan pelayanan gizi adalah ruang, mesin,
Operasional dan peralatan yang harus tersedia untuk pelayanan gizi
sesuai dengan persyaratan kelas rumah sakit
Frekuensi Tiga bulan sekali
Pengumpulan data
Periode Analisis Tiga bulan sekali
Numerator Jenis dan jumlah fasilitas dan peralatan pelayanan gizi
Denominator 1
Sumber Data Inventaris Instalasi Gizi
Standar Sesuai dengan kelas rumah sakit
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Gizi
Pengumpulan Data
55
Numerator Jumlah pemberian makanan yang disurvei dikurangi
jumlah pemberian makanan yang salah diet
Denominator Jumlah pasien yang disurvei dalam satu bulan
Sumber Data Survey
Standar 100 %
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Gizi/Kepala Instalasi Rawat Inap
Pengumpulan Data
6) Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan Pelanggan
Dimensi Mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelangan terhadap pelayanan gizi
Definisi Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh
Operasional pelanggan terhadap pelayanan gizi
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan data
Periode Analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang
disurvey
Denominator Jumlah total pasien yang disurvey (n minimal 50)
Sumber Data Survey
Standar ≥ 80 %
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Gizi
Pengumpulan Data
56
Dimensi Mutu Keselamatan dan Efektivitas
Tujuan Kesiapan rumah sakit dalam menyediakan pelayanan bank
darah
Definisi Pemberi pelayanan bank darah adalah tenaga yang
Operasional mempunyai kompetensi sesuai yang dipersyaratkan dalam
persyaratan kelas rumah sakit untuk pelayanan bank darah
rumah sakit
Frekuensi Tiga bulan sekali
Pengumpulan data
Periode Analisis Tiga bulan sekali
Numerator Jumlah dan jenis tenaga yang bekerja di bank darah rumah
sakit
Denominator 1
Sumber Data Bank Darah Rumah Sakit
Standar Sesuai dengan ketentuan Pedoman Bank Darah Rumah
Sakit
Penanggung Jawab Kepala Instansi Laboratorium / Penanggung Jawab Bank
Pengumpulan Data Darah
57
Periode Analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kejadian reaksi transfusi dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluruh pasien yang mendapat transfusi dalam satu
bulan
Sumber Data Rekam medik
Standar ≤ 0,01 %
Penanggung Jawab Penanggung Jawab BDRS
Pengumpulan Data
5) Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan Pelanggan
Dimensi Mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi Pelanggan terhadap pelayanan
BDRS
Definisi Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh
Operasional pelanggan terhadap pelayanan BDRS
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan data
Periode Analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang
disurvei
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minimal 50)
Sumber Data Survei
Standar ≥ 80 %
Penanggung Jawab Penanggung Jawab BDRS
Pengumpulan Data
58
Judul Ketersediaan Pelayanan untuk Keluarga Miskin
Dimensi Mutu Akses
Tujuan Memberikan jaminan akses pasien dari keluarga miskin
untuk memperoleh pelayanan rujukan di rumah sakit
Definisi Pasien Keluarga Miskin adalah pasien yang mempunyai
Operasional kartu jaminan kesehatan masyarakat (jamkesmas) atau
kartu jaminan kesehatan daerah, atau membawa surat
keterangan tidak mampu yang sah
Frekuensi 3 bulan sekali
Pengumpulan data
Periode Analisis 3 bulan sekali
Numerator Pelayanan rawat jalan dan rawat inap untuk pasien keluarga
miskin
Denominator 1
Sumber Data Jamkesmas/Jamkesda
Standar Tersedia
Penanggung Jawab Direktur Rumah Sakit
Pengumpulan Data
59
Numerator Jumlah kumulatif waktu tunggu verifikasi kepesertaan
pasien dari keluarga miskin yang disurvei
Denominator Jumlah seluruh pasien dari keluarga miskin yang disurvei
Sumber Data Survey waktu tunggu verifikasi kepesertaan
Standar ≤ 15 menit
Penanggung Jawab Kepala Instalasi rawat jalan/komite mutu/tim mutu
Pengumpulan Data
6) Kepuasan Pelanggan
60
Judul Kepuasan Pelanggan
Dimensi Mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan
keluarga miskin
Definisi Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh
Operasional pelanggan terhadap pelayanan keluarga miskin
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan data
Periode Analisis 3 bulan
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang
disurvey
Denominator Jumlah total pasien yang disurvey (n minimal 50)
Sumber Data Survei
Standar ≥ 80%
Penanggung Jawab Panitia Mutu
Pengumpulan Data
61
Frekuensi Tiap bulan
Pengumpulan data
Periode Analisis Tiap tiga bulan
Numerator Jumlah kumulatif waktu penyediaan rekam medik sampel
rawat jalan yang diamati
Denominator Total sampel penyediaan rekam medik yang diamati (N
tidak kurang dari 100)
Sumber Data Hasil survey pengamatan di ruang pendaftaran rawat jalan
untuk pasien baru/ di ruang rekam medik untuk pasien
lama
Standar ≤10 menit
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Rekam Medik
Pengumpulan Data
62
pasien, anamnesis, rencana asuhan, pelaksanaan asuhan,
tindak lanjut, dan resume.
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan data
Periode Analisis 3 bulan
Numerator Jumlah rekam medik yang disurvey dalam 1 bulan yang
diisi lengkap
Denominator Jumlah rekam medik yang disurvey dalam 1 bulan
Sumber Data Survey
Standar 100 %
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Rekam Medik
Pengumpulan Data
6) Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan Pelanggan
Dimensi Mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan
rekam medic
Definisi Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh
Operasional pelanggan terhadap pelayanan rekam medic
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan data
Periode Analisis 3 bulan
63
Numerator Jumlah kumulatif hasil penilaian kepuasan dari pasien yang
disurvei (dalam persen)
Denominator Jumlah total pasien yang disurvei (n minimal 50)
Sumber Data Survei
Standar ≤ 80%
Penanggung Jawab Panitia Mutu
Pengumpulan Data
64
Denominator 1
Sumber Data Inventaris Instalasi/unit pengelolaan limbah rumah sakit
Standar Sesuai dengan persyaratan kelas rumah sakit dan
persyaratan Permenkes No. 1204 thn 2004
Penanggung Kepala instalasi/unit pengelolaan limbah rumah sakit
Jawab
65
Penanggung Kepala instalasi/Unit Pengelolaan Limbah Rumah sakit.
Jawab
66
2) Peraturan Internal Rumah Sakit
67
Tujuan Kelancaran administrasi kepegawaian di rumah sakit
Definisi Daftar urutan kepangkatan adalah salah satu bahan objektif
Operasional untuk melaksanakan pembinaan karir karyawan
berdasarkan sistem karir dan prestasi kerja
Frekuensi 6 bulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis 6 bulan
Numerator Daftar urutan kepangkatan
Denominator 1
Sumber Data Sekretariat
Standar Ada dan di-update tiap 6 bulan
Penanggung Direktur Rumah Sakit
Jawab
68
Numerator Perencanaan Pengembangan SDM
Denominator 1
Sumber Data Sekretariat
Standar Ada dokumen rencana pengembangan SDM
Penanggung Direktur SDM
Jawab
69
Penanggung Kepala Bagian Tata Usaha
Jawab
70
Judul Ketepatan waktu penyusunan laporan keuangan
Dimensi Mutu Efektivitas
Tujuan Tergambarnya disiplin pengelolaan keuangan rumah sakit
Definisi Laporan keuangan meliputi realisasi realisasi anggaran dan
Operasional arus kas. Laporan keuangan harus diselesaikan sebelum
tanggal 10 setiap bulan berikutnya.
Frekuensi Tiga bulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis Tiga bulan
Numerator Jumlah laporan keuangan yang diselesaikan sebelum
tanggal 10 setiap bulan berikutnya dalam tiga bulan
Denominator Jumlah laporan keuangan yang harus diselesaikan dalam
tiga bulan
Sumber Data Bagian keuangan
Standar ≥ 90 %
Penanggung Kepala bagian keuangan
Jawab
12) Ketepatan Waktu Pemberian Informasi tentang Tagihan Pasien Rawat Inap
71
Definisi Cost Recovery adalah jumlah pendapatan fungsional dalam
Operasional periode waktu tertentu dibagi dengan jumlah pembelanjaan
operasional dalam periode waktu tertentu.
Frekuensi Tiap bulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis Tiap tiga bulan
Numerator Jumlah pendapatan fungsional dalam satu bulan
Denominator Jumlah pembelanjaan operasional dalam satu bulan
Sumber Data Hasil pengamatan
Standar ≥ 60 %
Penanggung Bagian Keuangan
Jawab
72
Tujuan Tergambarnya kepedulian rumah sakit terhadap kualitas
sumber daya manusia
Definisi Pelatihan adalah semua kegiatan peningkatan kompetensi
Operasional karyawan yang dilakukan baik di rumah sakit ataupun
diluar rumah sakit yang bukan merupakan pendidikan
formal. Minimal per karyawan 20 jam per tahun
Frekuensi Satu tahun
Pengumpulan
Data
Periode Analisis Satu tahun
Numerator Jumlah karyawan yang mendapat pelatihan minimal 20 jam
pertahun
Denominator Jumlah seluruh karyawan rumah sakit
Sumber Data Sub Bag Kepegawaian
Standar ≥ 60%
Penanggung Kepala Bagian Tata Usaha
Jawab
73
Frekuensi Setiap Bulan
Pengumpulan
Data
Periode Analisis Tiga bulan sekali
Numerator Ketersediaan ambulans dan mobil jenazah
Denominator 1
Sumber Data Laporan bulanan
Standar 24 jam
Penanggung Kepala IGD/instalasi Pemulasaran Jenazah
Jawab
74
Penanggung Kepala IGD
Jawab
75
Denominator Jumlah seluruh permintaan ambulans/kereta jenazah dalam
satu bulan
Sumber Data Catatan penggunaan ambulans/mobil jenazah
Standar ≤ 30 menit
Penanggung Penanggung jawab ambulans
Jawab
7) Kepuasan Pelanggan
76
Penanggung Panitia Mutu
Jawab
77
Definisi Tenaga pelayanan perawatan jenazah adalah tenaga yang
operasional ditunjuk melalui SK direktur untuk memberikan pelayanan
perawatan jenazah
Frekuensi Tiga bulan sekali
Pengumpulan Data
Periode Analisa Tiga bulan sekali
Numerator Jenis dan jumlah tenaga pemberi pelayanan perawatan
jenazah
Denominator 1
Sumber data Instalasi Perawatan Jenazah
Standar Sesuai dengan ketentuan kelas rumah sakit dan kebutuhan
dan ditetapkan dengan SK Direktur
Penanggung jawab Kepala Instalasi Perawatan Jenazah
pengumpul data
78
Standar 100 %
Penanggung jawab Kepala Instalasi Perawatan Jenazah
pengumpul data
7) Kepuasan Pelanggan
Judul Kepuasan Pelanggan
Dimensi Mutu Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya persepsi pelanggan terhadap pelayanan
perawatan jenazah
Definisi Kepuasan pelanggan adalah pernyataan puas oleh
operasional pelanggan terhadap pelayanan perawatan jenazah
Frekuensi 1 bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa 3 bulan
Numerator
Denominator Jumlah total keluarga yang disurvei (n minimal 50)
Sumber data Survei
Standar ≥ 80 %
Penanggung jawab Panitia Mutu
pengumpul data
79
Definisi Pelayanan laundry adalah pelayanan pencucian,
Operasional penyiapan, dan penyediaan linen bersih di rumah sakit
baik dilakukan oleh rumah sakit atau dipihakketigakan
Frekuensi
Setiap bulan
PengumpulanData
Periode Analisis Tiga bulan sekali
Numerator Pelayanan laundry di rumah sakit
Denominator 1
Sumber Data Instalasi Laundry
Standar Tersedia
Penanggung Jawab Kepala Instalasi Laundry
80
4) Ketepatan Waktu Penyediaan Linen Untuk Ruang Rawat Inap dan Ruang
Pelayanan
Judul Ketepatan Waktu Penyediaan Linen Untuk Ruang
Rawat Inap dan Ruang Pelayanan
Dimensi Mutu Efisiensi dan Efektivitas
Tujuan Tergambarnnya pengendalian dan mutu pelayanan
laundry
Definisi Ketepatan waktu penyediaan linen adalah ketepatan
Operasional penyediaan linen sesuai dengan ketentuan waktu yang
ditetapkan
Frekuensi
1 bulan
PengumpulanData
Periode Analisis 1 bulan
Numerator Jumlah hari dalam satu bulan dengan penyediaan linen
tepat waktu
Denominator Jumlah hari dalam satu bulan
Sumber Data Survei
Standar 100%
Penanggung Jawab Kepala Instalasi laundry
6) Ketersediaan Linen
Judul Ketersediaan Linen
Dimensi Mutu Efisiensi, Efektivitas, Kenyamanan
Tujuan Tergambarnya kemampuan instalasi laundry dalam
mencukupi kebutuhan linen di rumah sakit
Definisi Ketersediaan Linen adalah tersedianya linen yang terdiri
Operasional dari seprei, sarung bantal, selimut, sticklaken dan perlak
dalam jumlah cukup
81
Frekuensi
1 bulan
PengumpulanData
Periode Analisis 1 bulan
Numerator Jumlah pengamatan proses pengelolaan linen infeksius
yang dilakukan benar
Denominator Jumlah seluruh pengamatan proses pengelolaan linen
infeksius
Sumber Data Survei
Standar 100%
Penanggung Jawab Kepala Instalasi laundry
82
2. Ketersediaan Bengkel Kerja
Judul Ketersediaan Bengkel Kerja
Dimensi Mutu Efektivitas, Efisiensi
Tujuan Terpeliharanya sarana prasarana mesin dan peralatan di
rumah sakit
Definisi Bengkel kerja adalah tempat untuk melakukan
Operasional pemeliharaan dan perbaikan sarana, prasarana, mesin dan
peralatan di rumah sakit
Frekuensi
Tiga bulan sekali
PengumpulanData
Periode Analisis Tiga bulan sekali
Numerator Adanya bengkel kerja
Denominator 1
Sumber Data Instalasi/Unit Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
Standar Tersedia sesuai dengan kelas rumah sakit
Penanggung Jawab Kepala Instalasi/Unit Pemeliharaan Sarana Rumah Sakit
83
Numerator Jumlah alat yang dilakukan pemeliharaan tepat waktu
dalam satu bulan
Denominator Jumlah seluruh alat yang seharusnya dilakukan
pemeliharaan alat dalam satu bulan
Sumber Data Register Pemeliharaan alat
Standar 100%
Penanggung Jawab Kepala IPSRS
84
Tujuan Tersedianya anggota tim PPI yang kompeten untuk
melaksanakan tugas-tugas tim PPI
Definisi
operasional
Frekuensi Tiap 3 bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa Tiap 3 bulan
Numerator Jumlah anggota tim PPI yang sudah dilatih
Denominator Jumlah anggota tim PPI
Sumber data Kepegawaian
Standar ≥ 75 %
Penanggung jawab Ketua tim PPI
pengumpul data
85
Standar Ada
Penanggung jawab Ketua tim PPI
pengumpul data
86
Tujuan Terlaksananya pemantauan infeksi nosocomial di rumah
sakit
Definisi Kegiatan pengamatan faktor risiko infeksi nosocomial,
operasional pengumpulan data (check list) pada instalasi yang ada di
rumah sakit, minimal satu parameter dari ILO < ILI < VAP
< ISK
Frekuensi Tiap hari
Pengumpulan Data
Periode Analisa Tiap bulan
Numerator Jumlah instalasi yang melakukan pencatatan dan pelaporan
infeksi nosocomial
Denominator Jumlah instalasi yang ada
Sumber data Survey
Standar ≥ 75%
Penanggung jawab Ketua Tim PPI
pengumpul data
2) Sistem Pengamanan
Judul Sistem Pengamanan
Dimensi Mutu Efektivitas, kesinambungan pelayanan keamanan
Tujuan Terciptanya sistem pengamanan di rumah sakit khususnya
pengamanan bagi bayi, anak dan usia lanjut serta tempat
yang diidentifikasi rawan
Definisi Sistem pengamanan adalah kebijakan direktur rumah sakit
operasional yang mengatur tentang pola pengamanan khususnya bagi
bayi, anak dan usia lanjut serta tempat yang diidentifikasi
rawan keamanan
87
Frekuensi 3 bulan
Pengumpulan Data
Periode Analisa 3 bulan
Numerator Adanya kebijakan direktur rumah sakit yang mengatur
tentang pola pengamanan khususnya bagi bayi, anak dan
usia lanjut serta tempat yang diidentifikasi rawan
keamanan
Denominator 1
Sumber data Bagian Umum
Standar 100 %
Penanggung jawab Bagian Umum
pengumpul data
88
Standar 100 %
Penanggung jawab Bagian Umum
pengumpul data
89
yang dilakukan dengan melihat masalah yang ada secara menyeluruh dan melakukan
analisis secara sistem.
Jadi Pendekatan sistem adalah cara pandang atau cara berfikir menggunakan
konsep-konsep sistem dalam memecahkan suatu masalah. Ini memberikan suatu
kerangka untuk menggambarkan faktor lingkungan internal yang digabungkan secara
keseluruhan.
Pendekatan ini dilaksanakan untuk menghindari kesalahan dalam mengambil
kesimpulan dan keputusan dari masalah yang dihadapi. Pendekatan sistem merupakan
suatu proses yangm melahirkan suatu pemikiran dimana dalam pemecahan suatu
masalah terlebih dahulu dilaksanakan identifikasi, pemecahannya dipilih dari beberapa
alternatif, metode dan alat dicari dan diterapkan, hasil dievaluasi dan direvisi yang
diperlukan terhadap seluruh bagian dari sistem tersebut. Hal seperti dilaksanakan untuk
mendapat jawaban dari masalah yang sedemikian rupa dengan tepat dan akurat.
Pendekatan sistem merupakan aplikasi dari sistem ilmiah dan manajemen.
Pendekatan sistem dalam manajemen dirancang untuk memanfaatkan analisis ilmiah
dalam suatu organisasi yang kompleks untuk :
1. Mengembangkan dan mengatur/mengelola sistem operasionalnya (misal: aliran
uang, sistem personil, dan sebagainya).
2. Merancang sistem informasi untuk pembuatan keputusan.
Hubungan antara kedua bagian ini dengan alasan dibuatnya suatu rancangan
sistem informasi untuk membantu dalam pembuatan keputusan yang berkenaan dengan
manajemen sistem operasi. Maksud dari pendekatan sistem pada organisasi dan
manajemen adalah hubungan timbak balik dalam bagian atau subsistem organisasi,
dimana hendak mencapai suatu sinergi yang merupakan tindakan bersama yang
terpisah, tetapi saling berkaitan yang bersama-sama menghasilkan sebuah dampak
keseluruhan yang lebih besar dari pada secara sendiri.
90
mengambil keputusan yang tepat untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.
Pendekatan sistem terdiri dari tiga jenis usaha/upaya, yaitu :
a. Persiapan
Manajer memandang perusahaan sebagai suatu sistem dengan memahami
lingkungan perusahaan dan mengidentifikasi subsistem-subsistem dalam
perusahaan.
b. Definisi
Manajer bergerak dari tingkat sistem ke subsistem (subsystem) dan
menganalisis bagian sistem menurut suatu urutan tertentu.
c. Solusi
Manajer mengidentifikasi berbagai solusi altenatif, mengevaluasi, memilih
yang terbaik, menerapkannya dan membuat tindak lanjut untuk memastikan
bahwa solusi itu berjalan sebagaimana mestinya.
Selama tahun 1960-an sampai awal tahun 1970-an, General Systems Theory
(GST) digunakan sebagai pendekatan untuk mempelajari konsep manajemen.
Bertalanffy, terkenal sebagai ahli di bidang biologi teoretis. Ia yakin bahwa GST dapat
diterapkan dalam berbagai disiplin ilmu. Menurut Bertalanffy, organisme merupakan
totalitas. Karya-karyanya telah mendorong didirika Society for General Research. Ia
berdalil, ‘”di atas llmu Pengetahuan yang ada perlu ditetapkan dan dikembangkan
sebuah ilmu pengetahuan dasar berdasarkan teori sistem umum.” Bentuk umum suatu
Sistem terdiri atas Input, proses, output dan umpan balik. Umpan balik ialah hasil
output untuk memperbaiki input yang akan datang. Keempat unsur tersebut berada
dalam Suatu Organisasi. Sebagai organisasi dengan sistem terbuka, maka organisasi
dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungan luarnya. Uraian di atas akan menjadi jelas
dengan mempelajari gambar bentuk umum suatu sistem seperti yang tampak Pada
Gambar 2.1 berikut.
91
perencanaan (planning systems), dan sistem-sistem lainnya. Dengan demikian,
pendekatan sistem sudah ada sejak dahulu.
Pendekatan sistem ini selanjutnya berkembang menjadi Planning
Programming Budgeting System (PPBS), Management By Objective (MBO), Pola
Kerja Terpadu (PKT) (1993), dan Performance Improvement Planning (PIP) atau
Peningkatan Prestasi Kinerja (PPK) (1995).
Pengikut pendekatan sistem di antaranya Selznick (1948), Homan (1950)
RAND (1954) dengan PPBS-nya, Churman (1957) dengan operasional risetnya,
McManara (1960) dengan FPBS-nya, Murdick (1971) dan Humble (1971) Kast &
Rosenzweig (1974), Odione (1975) masing-masing dengan MBO-nya.
Titik berat teori pendekatan sistem ialah memandang organisasi sebagai sistem
terbuka yang berinteraksi dengan lingkungannya. Berikut ini ialah gambar pendekatan
sistem di dalam administrasi.
92
D. PENGERTIAN SISTEM
1. Pengertian Sistem
Ada beberapa pengertian tentang sistem antara lain :
1. Sistem ialah satu kesatuan yang utuh diperkirakan berhubungan, serta satu
sama lain saling mempengaruhi, yang ketemunya dengan sadar dipersiapkan untuk
mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (Azrul Azwar)
2. Suatu sistem adalah merupakan suatu penggabungan, penyatuan dari dua atau
lebih bagian-bagian, komponen-komponen atau subsistem-subsistem yang
interdependen dan ditandai oleh batas-batas yang jelas dari lingkungan
suprasistemnya. (Fremont)
3. Suatu sistem adalah suatu tatanan yang terdiri dari beberapa bagian
(subsistem) yang berkaitan dan tergantung satu sama lain dalam upaya mencapai
tujuan bersama. (Norman)
93
Cross-Cultural Communication Dan Intercultural Communication. Berasal dari
tiga kata yaitu inter yang berarti antara, cultural yang berarti budaya, dan
communication yang berarti komunikasi. Jadi intercultural communication adalah
komunikasi antar budaya
b. Gambar penerapan cross culture skill
94
kesehatan dan penyakit dan mencari serta menggunakan sumber kesehatan
dan asuhan keperawatan serta dukungan sosial.
Contoh:
Kepercayaan masyarakat tentang pengobat tradisional ( dukun ) menjadi
pilihan utama pengobatan bagi klien. Klien merasa hubungan dengan
dukun lebih erat dibandingkan dengan tenaga perawatan kesehatan
profesional. Klien menganggap dukun sebagai seseorang yang memahami
masalah dalam konteks kultural, berbicara dengan bahasa yang sama, dan
mempunyai pandangan yang sama tentang dunia.
2. Organisasi Fenomena Lintas Budaya: Variasi Biologis
Terdapat beberapa cara di mana seseorang dari satu kelompok cultural
berbeda secara biologis ( misalnya: secara fisik dan genetik ) dari anggota
kelompok kultural lainnya. Berikut ini adalah beberapa contoh signifikan
untuk dipertimbangkan :
Struktur dan Bentuk Tubuh
Terdapat perbedaan tulang dan structural di antara kelompok, seperti
bentuk tubuh. yang lebih kecil dari kebangsaan Asia.
Warna Kulit
Terdapat variasi dala tonus, tekstur, kemampuan penyembuhan, dan
folikel rambut.
Variasi Enzimatik dan Genetic
Variasi ini mencakup cara klien berespons terhadap obat dan terapi diet.
Kerentanan Terhadap Penyakit
Banyak penyakit mempunyai angka morbiditas yang lebih tinggi dalam
kelompok tertentu. Penyakit ini termasuk tuberculosis, yang angka
kesakitannya lebih tinggi pada suku Indian-Amerika; diabetes mellitus,
yang angka kesakitannya lebih tinggi pada suku yang berasal dari
Spanyol dan Indian-Amerika; hipertensi, yang angka kesakitannya lebih
tinggi pada bangsa Kulit Hitam dari Afrika.
Variasi Nutrisi
Ada banyak contoh dari kesukaan nutrisi, berkisar antara kesukaan panas
dan dingin yang ditemukan diantara orang Amerika keturunan Spanyol,
kesukaan yindan yang yang ditemukan di antara keturunan Asia-
95
Amerika, dan peran diet halal yang ditemukan di antara orang Yahudi
dan Islam-Amerika. Kelainan nutrisi umum adalah intoleransi laktosa,
yang ditemukan di antara orang Meksiko, Kulit Hitam dari Afrika, Asia,
dan Yahudi Eropa Timur (Giger & Davidhizar, 1995).
Contoh:
Seorang klien yang di rawat di suatu rumah sakit berasal dari China.
Klien mengalami dehidrasi dan perawat menyarankan klien untuk
minum air yang banyak agar kondisinya membaik. Perawat memberikan
air dingin. Klien menolak untuk meminum air tersebut karena klien
mempunyai kepercayaan jika sakit tidak boleh minum air dingin ( yin
dan yang ). Perawat harus memahami kepercayaan klien tersebut dan
memberikan air yang hangat.
3. Organisasi Fenomena Lintas Budaya : Organisasi Sosial
Lingkungan sosial di mana seseorang dibesarkan dan bertempat tinggal
memainkan peran penting dalam perkembangan dan identitas kultural
mereka. Anak-anak belajar tentang respons terhadap peristiwa kehidupan
dari keluarga mereka dan dari kelompok etnoreligi. Proses sosialisasi ini
adalah suatu bagian warisan yang diturunkan(cultural, agama, dan latar
belakang etnik). Organisasi social mengacu pada unit keluarga ( keluarga
kecil, orang tua tunggal, atau keluarga besar ) dan organisasi kelompok
social ( keagamaan atau etnik ) yang dapat diidentifikasi oleh klien atau
keluarga.
Hambatan Sosial Pada Perawatan Kesehatan Beberapa rintangan sosial
seperti : pengangguran, kekurangan pekerjaan, tunawisma, tidak memiliki
asuransi kesehatan, dan kemiskinan menghambat seseorang untuk
memasuki system perawatan kesehatan. Kemiskinan sejauh ini merupakan
factor yang paling kritis. Kemiskinan adalah istilah relative dan selalu
berubah sesuai waktu dan tempat. Di Amerika Serikat, kemiskinan adalah
pervasive dan ditemukan secara luas diantara orang-orang di area geografis
tertentu ( mis. Appalachia, area pedesaan lain, dan area perkotaan ) dan
kelompok tertentu ( mis. Kulit hitam dari Afrika, Spanyol, dan Indian-
Amerika, Eskimo, atau Aletus; kelompok lansia; pekerja migran; dan
pendatang illegal ). Kesehatan yang buruk, penyakit yang melumpuhkan
96
kehidupan, penyalahgunaan obat dan alcohol, dan tingkat pendidikan yang
minimimal adalah penyebab social yang menyebabkan kemiskinan.
Contoh:
Seorang klien yang menderita DM, di rawat di rumah sakit pemerintah.
Klien tersebut berasal dari suku Batak yang memiliki karakter yang keras.
Perawat harus memahami perbedaan budaya yang dimiliki klien.
4. Organisasi Fenomena Lintas Budaya : Komunikasi
Pengertian Komunikasi Lintas Budaya Komunikasi lintas budaya / KLB
(cross-cultural communication) secara tradisional membandingkan
fenomena komunikasi dalam budaya-budaya berbeda. Contoh bagaimana
gaya komunikasi pria dalam budaya Amerika dan budaya Indonesia.
Komunikasi lintas budaya lebih menekankan pada perbandingan pola-pola
komunikasi antarpribadi di antara peserta komunikasi yang berbeda
kebudayaan.
Perbedaan komunikasi ditunjukan dalam banyak cara, termasuk
perbedaan bahasa, perilaku, verbal, dan non-verbal, dan diam. Perbedaan
bahasa kemungkinan merupakan factor terpenting dalam memberikan
asuhan keperawatan transkultural karena perbedaan ini memberi dampak
pada semua tahap proses keperawatan. Komunikasi yang jelas dan efektif
adalah aspek penting ketika berhubungan dengan klien, terutama jika
perbedaan bahasa menciptakan rintangan cultural antara perawat dan klien.
Ketidakberhasilan untuk berkomunikasi secara efektif dengan klien tidak
hanya menyebabkan penundaan dalam diagnosis dan tindakan tetapi juga
dapat mengarah pada hasil yang tragis.
Perawat harusnya tidak berasumsi bahwa klien memahami apa yang
sudah diucapkan. Intervensi keperawatan yang lebih tepat harus
menunjukan bagaimana membersihkan area yang akan dioperasi dengan
povidon-iodin, kemudian meminta klien untuk mengulangi tindakan
tersebut. Tidak ada kata-kata yang harus diucapkan; namun dengan
melakukan prosedur ini atau prosedur lainnya dengan gerakan pantomime,
klien menangkap apa yang perawat ajarkan dan kemudian mampu untuk
mengikuti petunjuk yang diberikan perawat.
Ketika kehilangan media interaksi yang paling umum dengan klien,
yaitu bahasa sehari-hari, perawat sering menjadi prustasi dan tidak efektif.
97
Perawat harus berkomunikasi dengan klien terbatas dalam bahasa yang
mereka gunakan. Beberapa perawat cenderung untuk menghindari klien
dengan siapa mereka tidak dapat berkomunikasi. Hal ini menciptakan
lingkungan erat kesalahpahaman cultural. Menurut Muecke ( 1970 ),
perawat dapat berperilaku terhadap klien dalam cara berikut yang dapat
disalah mengerti :
Perawat meneriakkan kata-kata yang sama lebih keras. Dengan
mengeraskan suara , tidak akan membuat kata-kata tersebut dapat dipahami,
dan tindakan seperti ini dapat juga menunjukan permusuhan dengan klien.
Perawat berfokus pada tugas ketimbang pada klien. Hal ini menujukkan
bahwa perawat lebih tertarik pada tugasnya ketimbang pada klien.
Perawat berhenti berbicara dengan klien dan mulai melakukan sesuatu
bagi klien ketimbang bersama klien, sikap ini menyatakan secara tidak
langsung tentang inferioritas klien.
Contoh :
Misalnya, pada seorang klien, perawat yang berbahasa inggris tidak
berhasil menentukan bahwa klien benar-benar memahami instruksi
preoperative tentang membersihkan bagian yang hendak dioperasi
menggunakan povidon-iodin ( Betadin ). Klien yang tidak bisa berbahasa
Indonesia, sepanjang penjelasan tentang instruksi, mengangguk dan
tersenyum ketika perawat menanyakan, “ Anda mengerti apa yang Saya
katakan ?” Perawat menilai bahwa klien memahami instruksi yang ia
berikan. Yang lebuh mencengangkan perawat, klien meminum seluruh isi
botol povidon-iodin dan bukan menggunakan cairan tersebut untuk
membersihkan bagian yang akan dioperasi.
Jika klien tidak berbicara dengan bahasa perawat, maka diperlukan
pengalih bahasa. Namun demikian sering terjadi di mana klien dapat
berbicara dengan bahasa perawat dengan kemampuan terbatas atau
menggunakan bahasa dengat makna denotative atau konotatif yang berbeda
dari makna yang dimiliki perawat. Misalnya, klien dengan keterbatasan
bahasa mungkin mengetahui ucapan salam yang umum seperti “ Apa kabar
?” atau “Halo” tetapi tidak mengetahui istilah kesehatan seperti “nyeri”
atau “suhu tubuh” yang biasa dipahami oleh orang kebanyakan dalam
kelompok
98
d. Tujuan Komunikasi Lintas Budaya
Tujuan mempelajari komunikasi lintas budaya menurut Litvin (1977) yaitu
menguraikan bahwa tujuan komunikasi lintas budaya bersifat kognitif dan
afektif. Adapun tujuan komunikasi lintas budaya adalah sebagai berikut:
1. Menyadari bias terhadap budaya sendiri.
2. Lebih peka secara budaya.
3. Memperoleh kapasitas untuk benar-benar terlibat dengan anggota dari
budaya lain untuk menciptakan hubungan yang langgeng dan memuaskan
orang tersebut.
4. Merangsang pemahaman yang lebih besar atas budaya sendiri.
5. Memperluas dan memperdalam pengalaman seseorang.
6. Mempelajari keterampilan komunikasi yang membuat seseorang mampu
menerima gaya dan isi komunikasinya sendiri.
7. Membantu memahami budaya sebagai hal yang menghasilkan dan
memelihara semesta wacana dan makna bagi para anggotanya.
8. Membantu memahami kontak antar budaya sebagai suatu cara memperoleh
pandangan ke dalam budaya sendiri:asumsi-asumsi, nilai-nilai, kebebasan-
kebebasan dan keterbatasan-keterbatasannya.
9. Membantu memahami model-model, konsep-konsep dan aplikasi-aplikasi
bidang komunikasi antar budaya.
10. Membantu menyadari bahwa sistem-sistem nilai yang berbeda dapat
dipelajari secara sistematis, dibandingkan, dan dipahami.
99
1. Organisasi Lini
Organisasi Garis / Lini adalah suatu bentuk organisasi dimana pelimpahan
wewenang langsung secara vertical dan sepenuhnya dari kepemimpinan terhadap
bawahannya
Bentuk lini juga disebut bentuk lurus atau bentuk jalur. Bentuk ini merupakan bentuk
yang dianggap paling tua dan digunakan secara luas pada masa perkembangan industri
pertama. Organisasi Lini ini diciptakan oleh Henry Fayol.
Ciri :
• Hubungan antara pimpinan & bawahan masih bersifat langsung melalui satu
garis wewenang
• Selain top manajer , manajer dibawahnya hanya sebagai pelaksana
• Jumlah karyawan sedikit
• Sarana dan alatnya terbatas
• Bentuk lini pada perusahaan perseorangan, pemilik perusahaan adalah sebagai
top manajer
• Organisasi kecil
100
dari para staf dibawahnya. Tugas para staf disini adalah untuk membantu memberikan
pemikiran nasehat atau saran-saran, data, informasi dan pelayanan kepada pimpinan
sebagai bahan pertimbangan untuk menetapkan suatu keputusan atau kebijaksanaan.
Pada struktur organisasi ini Hubungan antara atasan dengan bawahan tidak secara
langsung
Ciri :
• Hubungan atasan dan bawahan tidak seluruhnya secara langsung
• Karyawan banyak
• Organisasi besar
• Ada dua kelompok kerja dalam organisasi sehingga ditekankan adanya
spesialisasi:
1. Personel lini
2. Personel staf
101
Ciri :
• Organisasi kecil
• Di dalamnya terdapat kelompok-kelompok kerja staf ahli
• Spesialisasi dalam pelaksanaan tugas
• Target yang hendak dicapai jelas dan pasti
• Pengawasan dilakukan secara ketat
Kelebihan dari struktur organisasi ini adalah :
• Program tearah, jelas dan cepat
• Anggaran, personalia, dan sarana tepat dan sesuai
• Kenaikan pangkat pejabat fungsional cepat
• Adanya pembagian tugas antara kerja pikiran dan fisik
• Dapat dicapai tingkat spesialisasi yang baik
• Solidaritas antar anggota yang tinggi
• Moral serta disiplin kerja yang tinggi
• Koordinasi antara anggota berjalan dengan baik
• Mempromosikan ketrampilan yang terspesialisasi
• Mengurangi duplikasi penggunaan sumber daya yang terbatas
• Memberikan kesempatan karir bagi para tenaga ahli spesialis
Kelemahan dari struktur organisasi ini adalah :
• Pejabat fungsional bingung dalam mengikuti prosedur administrasi
• Pangkat pejabat fungsional lebih tinggi dibandingkan kepala unit sehingga
inspeksi sulit dilaksanakan
• Insiatif perseorangan sangat dibatasi
• Sulit untuk melakukan pertukaran tugas, karena terlalu menspesialisasikan diri
dalam satu bidang tertentu
• Menekankan pada rutinitas tugas - kurang memperhatikan aspek strategis
jangka panjang
• Menumbuhkan perspektif fungsional yang sempit
• Mengurangi komunikasi dan koordinasi antar fungsi
• Menumbuhkan ketergantungan antar-fungsi dan kadang membuat koordinasi
dan kesesuaian jadwal kerja menjadi sulit dilakukan
102
Dan tipe fungsional ini relevan untuk situasi seperti berikut :
• Lingkungan stabil
• Tugas bersifat rutin dan tidak banyak perubahan terjadi
• Mengutamakan efisiensi dan kapabilitas fungsional
4. Organisasi Lini dan Fungsional
Organisasi Lini dan Fungsional adalah organisasi yang masing-masing anggota
mempunyai wewenang yang sama dan pimpinannya kolektif. Organisasi Komite lebih
mengutamakan pimpinan, artinya dalam organisasi ini terdapat pimpinan “kolektif/
presidium/plural executive” dan komite ini bersifat managerial. Komite dapat juga
bersifat formal atau informal,komite-komite itu dapat dibentuk sebagai suatu bagian
dari struktur organisasi formal, dengan tugas-tugas dan wewenang yang dibagi-bagi
secara khusus.
Ciri :
• Tidak tampak adanya pembedaan tugas pokok dan bantuan
• Spesialisasi secara praktis pada pejabat fungsional
• Pembagian kerja dan wewenang tidak membedakan perbedaan tingkat eselon
• Strukutur organisasi tidak begitu kompleks. Biasanya terdiri dari ketua,
sekretaris, bendahara, ketua-ketua seksi, dan para petugas
• Struktur organisasi secara relatif tidak permanen. Organisasi ini hanya dipakai
sesuai kebutuhan atau kegiatan
• Tugas pimpinan dilasanakan secara kolektif
• Semua anggota pimpinan mempunyai hak, wewenang dan tanggung jawab yang
sama
• Para pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas tertentu dalam bentuk
satgas
Kelebihan dari struktur organisasi ini adalah :
• Solidaritas tinggi
• Disiplin tinggi
• Produktifitas tinggi karena spesialisasi dilaksanakan maksimum
• Pekerjaan-pekerjaan yang tidak rutin atau teknis tidak dikerjakan
• Keputusan dapat diambil dengan baik dan tepat
• Kecil kemungkinan penggunaan kekuasaan secara berlebihan dari pimpinan
• Usaha kerjasama bawahan mudah digalang
103
Kelemahan dari struktur organisasi ini adalah :
• Kurang fleksibel dan tour of duty
• Spesialisasi memberikan kejenuhan
• Proses pengambilan keputusan agak lamban karena harus dibicarakan terlebih
dahulu dengan anggota organisasi
• Kalau terjadi kemacetan kerja, tidak seorang pun yang mau bertanggung jawab
melebihi yang lain
• Para pelaksana sering bingung, karena perintah datangnya tidak dari satu orang
saja
• Kreativitas nampaknya sukar dikembangkan, karena perintah pelaksanaan
didasarkan pada kolektivitas
• Organisasi panitia biasanya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, dan
beberapa seksi
5. Organisasi Matrik
Organisasi matrik disebut juga sebagai organisasi manajemen proyek yaitu
or¬ganisasi di mana penggunaan struktur organisasi menunjukkan di mana para
spesialis yang mempunyai ketrampilan di masing-masing bagian dari kegiatan
perusahaan dikum-pulkan lagi menjadi satu untuk mengerjakan suatu proyek yang
harus diselesaikan. Organisasi matrik digunakan berdasarkan struktur organisasi staf
dan lini khususnya di bidang penelitian dan pengembangan.
Organisasi matrik akan menghasilkan wewenang ganda di mana wewenang
horison¬tal diterima manajer proyek sedangkan wewenang fungsionalnya yaitu sesuai
dengan keahliannya dan tetap akan melekat sampai proyek selesai, karena memang
terlihat dalam struktur formalnya. Sebagai akibat anggota organisasi matrik
mempunyai dua wewenang, hal ini berarti bahwa dalam melaksanakan kegiatannya
para anggotanya juga harus melaporkan kepada dua atasan.
Untuk mengatasi masalah yang mungkin timbul, biasanya manajer proyek
diberi jaminan untuk melaksanakan wewenangnya dalam memberikan perintah di mana
manajer proyek tersebut akan langsung lapor kepada manajer puncak.
Kelebihan dari struktur organisasi ini adalah :
• Pada fleksibelitas dan kemampuannya dalam memperhatikan masalah-masalah
yang khusus maupun persoalan teknis yang unik serta pelaksanaan kegiatan organisasi
matrik tidak mengganggu struktur organisasi yang ada.
104
Kelemahan dari struktur organisasi ini adalah :
• Manajer proyek tak bisa mengkoor¬dinir berbagai bagian yang berbeda hingga
menghadapi kesulitan dalam mengembangkan team yang terpadu dikarenakan
penyimpangan pelaksanaan perintah untuk masing-masing individu. Untuk mengatasi
kesulitan yang mungkin timbul, maka manajer proyek biasanya diberi wewenang
khusus yang penting, misalnya: dalam menentukan gaji, mempromosikan atau
melakukan perlakuan personalia.
6. Organisasi Komite
Organisasi komite adalah bentuk organisasi di mana tugas kepemimpinan dan tugas
tertentu dilaksanakan secara kolektif oleh sekelompok pejabat, yang berupa komite atau
dewan atau board dengan pluralistic manajemen. Organisasi komite terdiri dari :
1. Executive Committe (Pimpinan komite)
Yaitu para anggotanya mempunayi wewenang lini.
2. Staff Committee
Yaitu orang-orang yang hanya mempunyai wewenang staf.
105
dan terdapat hubungan kerja antara anggota organisasi tersebut yang bisa
dilakukan secara langsung tanpa batas-batas formalitas.
Functional Structure, yaitu struktur organisasi yang terdiri dari orang-orang
dengan keterampilan yang sama dan melakukan tugas-tugas serupa yang
kemuadian dikelompokkan bersama menjadi beberapa unit kerja. Anggota-
anggotanya bekerja di bidang fungsional sesuai dengan keahlian mereka. Jenis
struktur organisasi seperti ini tidak terbatas pada bisnis saja. Jenis struktur
seperti ini juga dapat bekerja dengan baik untuk organisasi kecil yang
memproduksi beberapa produk atau jasa.
Divisional Structure, stuktur organisasi yang dikelompokkan berdasarkan pada
produk yang sama, proses yang sama, kelompok orang yang melayani
pelanggan yang sama, dan atau berlokasi di daerah yang sama di suatu wilayah
geografis. Secara umum dalam struktur organisasi seperti ini biasanya bersifat
kompleks, dan menghindari masalah yang terkait dengan struktur fungsional.
Matrix Structure, yaitu struktur organisasi yang menggabungkan antara struktur
fungsional dengan struktur divisional untuk mendapatkan keuntungan dari
kedua struktur tersebut dan meminimalkan kekurangan dari masing-masing
struktur tersebut.
Horizontal Structure, biasanya fokus organisasi sekitar proses, dan bukan pada
fungsi, menempatkan orang-orang yang bertanggung jawab atas proses inti dan
dalam penurunan hirarki digunakan untuk meningkatkan penggunaan tim.
Memberdayakan orang untuk membuat keputusan kritis terhadap kinerja, dan
biasanya sudah memanfaatkan teknologi informasi yang ditekankan pada
multiskilling dan beberapa kompetensi. Dalam struktur organisasi ini orang-
orang diajarkan bagaimana bekerja dalam kemitraan dengan orang lain,
termasuk membangun budaya keterbukaan, kerjasama, dan komitmen kinerja.
Team Structure, secara luas stuktur organisasi seperti ini menggunakan tim
permanen atau sementara untuk memecahkan masalah, atau jika ada proyek
khusus yang harus diselesaikan. Selain itu, dalam stuktur organisasi seperti ini
sering menggunakan tim lintas fungsional
Network Structure, yaitu struktur organisasi yang terdiri dari sebuah inti pusat
yang dihubungkan melalui jaringan hubungan dengan kontraktor luar dan
pemasok layanan penting lainnya.
106
4. Bentuk organisasi, termasuk organisasi matriks.
107
• Relatif sulit karena terdapat kepentingan ganda sehingga memerlukan koordinasi kuat.
108
Tugas leadership dan innovation
1. Indikator budaya keselamatan pasien
Keselamatan pasien rumah sakit adalah suatu sistem yang diterapkan untuk
mencegah terjadinya cedera akibat perawatan medis dan kesalahan pengobatan
melalui suatu sistem assesment resiko, identifikasi dan pengelolaan faktor risiko,
pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dan tindak lanjut dari insident
serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko (Dep Kes RI,2006).
Indikator keselamatan pasien :
a. Angka komplikasi anastesi
b. Angka komplikasi yang didapatkan selama dirawat di rumah sakit
c. Angka dekubitus pada pasien yang dirawat inap lebih dari 4 hari
d. Angka infesksi nosocomial
e. Angka kejadian reaksi tranfusi
f. Angka kejadian perlukaan jalan lahir pada persalinan p vagina
109
g. Angka kejadian gangguan metabolisme post-oeperatif
h. Angka kelengkapan rekam medik
i. Angka peresepan obat yang tidak rasional
j. Angka kejadian infeksi luka operasi setelah 5 hari operasi
k. Masuk kembali ke rumah sakit yang terencana dalam waktu 28 hari
l. Masuk kembali kamar oeprasi selama rawat inap di rumah sakit
m. Admianistrasi ke ICU yang tidak diduga lab cito
n. Angka ketidak tepatan waktu pemeriksaan plain-foto cito
o. Angka kejadian benda asing tertinggal selama operasi
p. Angka pendarahan posoperatif
q. Angka kegagalan respirasi post-operatif
r. Angka kejadian sepsis post-operatif
s. Angka kejadian luka operasi abdominal yang tidak menutup (dehisensi)
Menurut WHO, Keselamatan pasien adalah tidak adanya bahaya yang dapat dicegah pada
pasien selama proses asuhan kesehatan. Disiplin keselamatan pasien adalah upaya
terkoordinasi untuk mencegah kerusakan yang terjadi pada pasien, yang disebabkan oleh
proses asuhan kesehatan itu sendiri (WHO Patient Safety). Sedangkan definisi keselamatan
pasien menurut KKP-RS adalah bebasnya pasien dari harm/cedera yang tidak seharusnya
terjadi atau bebas dari harmyang potensial akan terjadi (seperti penyakit, cedera fisik / sosial
/psikologis, cacad, kematian, dan lainlain), terkait dengan pelayanan kesehatan (Pedoman
Pelaporan Insidens Keselamatan Pasien)
Menurut The Health Foudation, 2011, budaya keselamatan berkaitan dengan sejauh mana
organisasi memprioritaskan dan mendukung peningkatan keselamatan dengan aman.
Organisasi dengan budaya keselamatan positif memiliki komunikasi atas dasar saling percaya,
persepsi bersama tentang pentingnya keselamatan, keyakinan pada efektivitas langkah-langkah
pencegahan, dan dukungan bagi tenaga kerja.
untuk mengukur budaya keselamatan pasien ada teori dan hasil penelitian yang membagi
tingkatan:
Hofmann dan Stetzer (1996) dalam Flin (2007) yang mengukur di tingkat individu,
kelompok kerja, departemen, organisasi dan lingkungan.
110
Currie (2007) ada tiga tingkatan yaitu individu, kelompok kerja dan sistem/organisasi
Singer et.al. (2009) di tingkat unit kerja dan interpersonal
Matsubara et.al. (2008) mencakup dua tingkatan: pekerja dan organisasi
1) Untuk indikator budaya di tingkat organisasi/RS:
Keberadaan SDM khusus yang fokus pada KP,
kepemimpinan Komite KP,
Kepemimpinan Pengawas Safety,
Kejelasan dan keteraturan penempatan kerja, audit proses.
2) Untuk indikator budaya di tingkat manajemen senior/CEO RS/kepemimpinan:
persepsi manajemen senior tentang KP,
keterlibatannya dalam KP.
3) Untuk indikator budaya di tingkat unit kerja/teamwork:
norma-norma/nilai KP di unit kerja,
penanganan konflik.
4) Untuk indikator budaya di tingkat individu:
beban kerja, tingkat stress,
tingkat kelelahan,
perasaan takut disalahkan (fear of blame),
perasaan malu (fear of shame),
keterlibatan keluarga/pasien.
Adapun teori lain
1. CARA MENGUKUR BUDAYA KESELAMATAN PASIEN
Tiga strategi penerapan budaya patient safety:
A. Strategy 1
1) Lakukan safe practices
2) Rancang sistem pekerjaan yang memudahkan orang lain untuk melakukan
tindakan medik secara benar
3) Mengurangi ketergantungan pada ingatan
4) Membuat protokol dan checklist
5) Menyederhanakan tahapan-tahapan
B. Edukasi
1) Kenali dampak akibat kelelahan dan kinerja
2) Pendidikan dan pelatihan patient safety
3) Melatih kerjasama antar tim
4) Meminimalkan variasi sumber pedoman klinis yang mungkin membingungkan
C. Akuntabilitas
1) Melaporkan kejadian error
2) Meminta maaf
3) Melakukan remedial care
4) Melakukan root cause analysis
111
5) Memperbaiki sistem atau mengatasi masalahnya.
112
efektifitas intervensi selalu
dievaluasi, selalu belajar dari
pengalaman yang salah maupun
yang berhasil, dan mengambil
tindakan-tindakan yang
113