Anda di halaman 1dari 17

PT UNILER INDONESIA Tbk

A. PROFIL PERUSAHAAN
1. Sejarah

PT Unilever Indonesia Tbk ("Perseroan") didirikan pada tanggal 5 Desember 1933


dengan nama Lever’s Zeepfabrieken N.V. dengan akta No. 23 oleh Tn. A.H.van
Ophuijsen, notaris di Batavia, disetujui oleh Gouverneur Generaal van Nederlandsch-
Indie dengan surat No. 14 tanggal 16 Desember 1933, didaftarkan di Raad van Justitie
di Batavia dengan No. 302 pada tanggal 22 Desember 1933, dan diumumkan dalam
Javasche Courant tanggal 9 Januari 1934, Tambahan No. 3. Nama Perseroan diubah
menjadi "PT Unilever Indonesia" dengan akta No. 171 tanggal 22 Juli 1980 dari
notaris Ny. Kartini Muljadi, S.H.. Selanjutnya perubahan nama Perseroan menjadi
"PT Unilever Indonesia Tbk", dilakukan dengan akta notaris Tn. Mudofir Hadi, S.H.,
No. 92 tanggal 30 Juni 1997. Akta ini disetujui oleh Menteri Kehakiman dalam Surat
Keputusan No. C2-1.049HT.01.04-TH.1998 tanggal 23 Februari 1998 dan
diumumkan dalam Berita Negara No. 39 tanggal 15 Mei 1998, Tambahan No. 2620.
Kegiatan usaha Perseroan meliputi bidang produksi, pemasaran dan distribusi
barang-barang konsumsi yang meliputi sabun, deterjen, makanan berinti susu, es
krim, produk-produk kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh dan minuman sari
buah, serta penyewaan ruang kantor. Berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham
Tahunan tanggal 13 Juni 2000, yang diaktakan dengan akta No.82 tanggal 14 Juni
2000 dari notaris Singgih Susilo, S.H., Perseroan juga bertindak sebagai distributor
utama untuk produk-produk Perseroan dan penyedia jasa penelitian pemasaran. Akta
ini telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Perundang-undangan (dahulu Menteri
Kehakiman) Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C-18482 HT.01.04-
TH.2000.
2. Visi
Untuk meraih rasa cinta dan penghargaan dari masyarakat Indonesia dengan
menyentuh kehidupan setiap orang Indonesia setiap harinya.
3. Misi
3.1 Kami bekerja untuk menciptakan masa depan yang lebih baik setiap hari
3.2 Kami membantu konsumen merasa nyaman, berpenampilan baik dan lebih
menikmati hidup melalui brand dan layanan yang baik bagi mereka dan orang
lain.
3.3 Kami menginspirasi masyarakat untuk melakukan langkah kecil setiap harinya
yang bila digabungkan bisa mewujudkan perubahan besar bagi dunia.
3.4 Kami senantiasa mengembangkan cara baru dalam berbisnis yang memungkinkan
kami untuk terus bertumbuh seraya mengurangi dampak terhadap lingkungan.
4. Tujuan
Tujuan corporate kami adalah bahwa kesuksesan memerlukan “standar tertinggi dari
perilaku corporate terhadap setiap orang yang bekerja dengan kami, komunitas yang
kami sentuh dan lingkungan yang terdampak dari pekerjaan kami.”
4.1 Selalu bekerja dengan integritas
Beroperasi dengan integritas dan rasa hormat pada orang-orang, sentuhan bisnis
kami pada organisasi dan lingkungan selalu menjadi pusat dari tanggung jawab
corporate kami.
4.2 Dampak Positif
Kami bertujuan memberikan dampak positif dengan berbagai cara: melalui brand
kami, melalui kegiatan komersial dan hubungan kami, melalui kontribusi
sukarela, serta berbagai cara lain dimana kami berhubungan dengan masyarakat.
4.3 Komitmen yang berlanjut
Kami juga berkomitmen untuk terus meningkatkan cara dalam menangani
dampak lingkungan dan bekerja dengan tujuan jangka panjang kami dalam
mengembangkan bisnis yang berkelanjutan.
4.4 Menjalankan aspirasi kami
Tujuan corporate kami telah memberikan aspirasi bagi kami untuk mengelola
bisnis. Hal ini diperkuat peraturan kami dalam prinsip-prinsip bisnis yang
menjelaskan standar operasional yang diikuti semua karyawan Unilever,
dimanapun mereka berada diseluruh dunia. Aturan ini juga mendukung
pendekatan kami pada pemerintah serta tanggung jawab corporate.
4.5 Bekerja dengan yang lain
Kami ingin bekerja dengan para penyedia sumber daya yang memiliki nilai dan
standar yang sama dengan kami dalam bekerja. Peraturan tentang rekanan bisnis,
sejalan dengan peraturan prinsip bisnis kami, terdiri dari sepuluh prinsip yang
meliputi integritas bisnis dan tanggung jawab yang berhubungan dengan
karyawan, konsumen dan lingkungan.
5. Nilai
5.1 Integritas
Kami berkomitmen terhadap integritas karena integritas membangun reputasi
kami, karena itu kami tidak pernah mengenal kompromi. Integritas menentukan
bagaimana kami berperilaku, dimana pun kami berada. Integritas memandu kami
melakukan tindakan yang benar untuk keberhasilan jangka panjang Perseroan
5.2 Saling Menghormati
Kami berkomitmen untuk saling menghormati karena setiap orang harus
diperlakukan secara bermartabat, jujur dan adil. Kami menghargai keberagaman
dan kami menghormati orang atas dasar siapa mereka dan apa yang mereka
lakukan untuk Perseroan.
5.3 Tanggung Jawab
Kami berkomitmen terhadap tanggung jawab karena kami ingin menjaga
konsumen, lingkungan dan masyarakat dimana kami beroperasi. Kami
mengemban tanggung jawab tersebut secara pribadi dan senantiasa melaksanakan
apa yang kami katakan.
5.4 Semangat Kepeloporan
Kami berkomitmen untuk menjalankan semangat kepeloporan karena hal itulah
yang awalnya membuat bisnis kami ada, dan hal itulah yang sampai saat ini
masih menjadi penggerak kami untuk terus tumbuh. Semangat ini memberi kami
gairah untuk menang dan untuk menciptakan masa depan yang lebih baik.
Artinya, kami senantiasa siap untuk mengambil risiko secara cerdas.

B. INTERNAL AND EXTERNAL ENVIRONMENTS


1. Strenght
1.1 Strategi promosi produk PT Unilever yang efektif dengan menampilkan model
yangdapat menarik konsumen.
1.2 PT Unilever gencar di misi sosial, sehingga kedekatan dengan konsumen dapat
terusterjaga. Pemimpin pasar consumer goods di Indonesia.
1.3 Memiliki tim yang terdiri dari orang-orang berdedikasi, terampil, dan termotivasi
disegenap jajaran.
1.4 Adanya kenaikan pangsa pasar untuk kategori-kategori penting seperti face care,
savoury,dan ice cream.
1.5 Perencanaan baik dan kerja sama erat dengan para pemasok, konsumen dan
distributoruntuk menghantar produk-produk dari pabrik ke tempat-tempat penjual.
1.6 PT Unilever sudah memiliki jaringan distribusi sendiri sehingga distribusi
produknyahingga ke daerah-daerah dapat terlayani.
1.7 PT unilever mempunyai moto “operational excellent with no compromise on
quality”. Unilever dalam menjalankan operasinya dijalankan dengan baik tanpa
mengabaikankualitas produk.
2. Weaknesess
2.1 PT Unilever memiliki struktur matriks, yang terdapat beberapa tantangan yang
mestidihadapi perusahaan yaitu pertama, sulitnya koordinasi kegiatan antar
departemen yangmempunyai agenda dan jadwal sendiri-sendiri. Kedua,
komunikasi pada karyawan yang bisa menerima pesan yang berbeda-beda. Dan
ketiga, resolusi konflik antara inisiatif daridukungan departemen (SDM, keuangan,
dan lain-lain) dengan departemen lini produkyang biasanya sangat berorientasi
komersial.
2.2 Rendahnya respon pasar terhadap produk-produk tertentu.
2.3 Jumlah karyawan yang tambun.
2.4 Birokrasi yang panjang karena kebijakan sentralisasi yang menyebabkan
unileverindonesia tidak bisa begitu saja memutuskan sesuatu.
2.5 Lambatnya konsolidasi intern dalam pengambilan keputusan.
2.6 Ketidakjelasan sertifikat halal untuk produk tertentu.
2.7 Mayoritas produk unilever memiliki entry barrier rendah.
2.8 Growth omzet penjualan dibawah rata-rata industri
3. Opportunity
3.1 Stabilitas ekonomi yang relatif baik dengan pertumbuhan yang menggembirakan
bagi ekonomi Indonesia sebesar 6.3%.
3.2 Pertumbuhan ekonomi yang kuat di wilayah pulau-pulau seperti Sumatera,
Kalimantan, Sulawesi, dan papua.
3.3 Tingginya kepuasan konsumen terlihat dari predikat prima indeks kepuasan
konsumen.
3.4 Banyaknya pemain pasar nasional yang belum memiliki cara produksi kosmetik
yang baik.
3.5 Luasnya potensial market sekitar 250 juta tepatnya 122.527.186 laki-laki (49,9%)
dan 122.922.553 (50,1%) perempuan.
3.6 Tingginya tingkat ketergantungan masyarakat akan jenis produk consumer goods.
3.7 Rekomendasi investasi pada saham dengan level beta dibawah 1.
3.8 Tinggi dan stabilnya tingkat kesetiaan masyarakat atas produk consumer goods 83
%.
4. Threat
4.1 Adanya kenaikan biaya bahan baku dan bahan kemasan seperti minyak kelapa
sawit, gula kelapa, dan bahan berbahan dasar petroleum yang disebabkan oleh
kenaikan harga minyak, bahan kimia dan komoditas lainnya.
4.2 Tidak stabilnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing.
4.3 Melemahnya daya beli konsumen.
4.4 Maraknya pemalsuan dan penyelundupan produk dari cina.
4.5 Rendahnya infrastruktur yang memadai berupa jalan yang menyebabkan t
ingginya biaya pemasaran produk.
4.6 Adanya penghapusan subsidi BBM bagi industri.
4.7 Tidak konsistennya pasokan gas dari pertamina.
4.8 Adanya tren perubahan gaya hidup masyarakat dari produk tradisional-nasional
menjadi produk-produk luar negeri.
4.9 Adanya campaign against unilever oleh greenpeace akibat penggundulan hutan
yang membahayakan komunitas orang utan.
4.10 Adanya pemboikotan produk zionisme termasuk unilever.
4.11 Produk pesaing dengan harga lebih rendah.

C. STRATEGIC CHOICES
1. Strategi perusahaan
1.1 Integrasi vertical
Tiga jenis strategi, yaitu forward, backward dan horizontal seringkali disebut
strategi -strategi vertical integration. Namun, tidak jarang yang memaksudkan
integrase vertikal sebagai hanya integrasi forward dan backward saja.
1.1.1 Backward Integration (Integrasi Mundur)
Integrasi ke hulu merupakan suatu strategi yang mengupayakan kepemilikan
atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pemasok. Hal ini dibutuhkan
karena baik produsen maupun peritel selalu membeli bahan baku dari
perusahaan pemasok. Strategi ini menjadi menarik terutama ketika
perusahaan pemasok yang saat ini ada ternyata tidak dapat diandalkan
(unreliable), terlalu mahal, atau tidak dapat memenuhi kebutuhan
perusahaan. Langkah ini dapat disebut sebagai upaya “mengamankan” jalur
pasokan perusahaan terhadap kebutuhan dalam rangka proses produksinya.
Seperti halnya yang dilakukan PT Unilever Indonesia Tbk sepakat untuk
mengakuisisi bisnis makanan dan minuman sehat (Health Food Drinks/HFD)
milik GlaxoSmithKline Plc. di India.
1.1.2 Horizontal Integration (Integrasi Horizontal)

Strategi integrasi ke samping merupakan strategi yang dilakukan dalam


bentuk membeli atau meningkatkan kontrol terhadap perusahaan pesaing.
Salah satu kecenderungan paling signifikan dalam kompetisi perusahaan saat
ini adalah meningkatnya upaya untuk melakukan integrasi ke samping
sebagai suatu strategi pertumbuhan. Merjer, akusisi, dan pengambilalihan
perusahaan yang sedang bersaing memberikan peluang terjadinya skala
ekonomi (economies of scale) serta mendorong terjadinya transfer sumber
daya dan kompetensi perusahaan. Merger  di antara perusahaan yang tidak
bergerak di bidang yang sama merupakan suatu kesalahan. Tetapi merger
yang terjadi pada perusahaan yang sedang bersaing langsung (direct
competitors) memberikan peluang yang besar untuk menyatukan potensi agar
menjadi lebih efektif, efisien, dan kompetitif. Salah satu contoh  pelaksanaan
strategi integrasi horisontal yang dilakukan adalah ketika PT Unilever
melakukan akuisisi atau mengambil alih kepemilikan Buahvita dan gogo dari
PT. Ultramilk. PT Unilever juga mengakuisisi Kecap bango.

1.2 Diversifikasi
Unilever Indonesia menerapkan strategi diversifikasi produk dengan
memproduksi, memasarkan dan mendistribusikan barang-barang konsumsi yang
meliputi sabun, deterjen, margarin, makanan berinti susu, es krim, produk-produk
kosmetik, minuman dengan bahan pokok teh dan sari buah. Unilever Indonesia
memiliki 8 pabrik dengan 40 jenis produk. Perjalanan produk margarin blue band
dan sabun mandi lux dipasarkan di Indonesia sejak tahun 1936. Pada tahun 1990
perusahaan melakukan pertumbuhan internal dengan mendirikan pabrik
perawatan personal. Disamping itu, perusahaan juga mulai melakukan
diversifikasi dengan memasuki bisnis teh dengan mengakuisisi SariWangi. Pada
tahun 1992 melakukan ekspansi usahanya dengan membuka pabrik es krim
Wall’s. Hal tersebut diiringi dengan munculnya Conello dan Paddle Pop pertama
kali di pasar. Proses diversifikasi terus berlanjut, ditandai dengan membangun
pabrik perawatan kulit terbesar se-Asia pada tahun 2008. Pada tahun tersebut
perusahaan juga menambah diversifikasi bisnisnya dengan memasuki bisnis
minuman sari buah dengan mengakuisisi merek Buavita dan Gogo.

Perseroan memiliki dua anak perusahaan : 

a. PT Anugrah Lever (dalam likuidasi), kepemilikan Perseroan sebesar 100%


(sebelumnya adalah perusahaan patungan untuk pemasaran kecap) yang telah
konsolidasi dan 
b. PT Technopia Lever, kepemilikan Perseroan sebesar 51%, bergerak di bidang
distribusi ekspor, dan impor produk dengan merek Domestos Nomos

1.3 Penggabungan
Unilever merupakan perusahaan consumer goods di Indonesia dengan 400
distributor dan 500.000 outlet retailer. Perusahaan ini memiliki banyak produk
yang tergolong dalam empat kategori, yaitu masakan dan makanan (seperti
sariwangi, dan Royco), hidup sehat (seperti pepsodent), kecantikan dan gaya
(seperti rexona, lux dan sunsilk), dan kategori rumah tangga (seperti surf dan
domestos). Pada tanggal 30 Juli 2004, perusahaan melakukan merger dengan PT.
Knorr Indonesia (PT. KI), produsen bumbu masak, saus, selai, minuman, dan
makanan kemasan cepat saji. Tujuan Unilever melakukan merger adalah untuk
memperoleh sinergi, dan dengan memanfaatkan kapabilitas distribusi Unilever,
merger ini diharapkan akan lebih mengembangkan merek-merek yang dimilikinya.
Tujuan merger Unilever ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Brigham
dan Gapenski (1996), bahwa perusahaan melakukan merger untuk memperoleh
manfaat sinergi sebagai akibat dari penggabungan dua atau lebih perusahaan.
Keuntungan yang didapat dari sinergi yakni perusahaan dapat berkembang dari
berbagai macam sumber daya yang ada pada kedua perusahaan tersebut. Selain itu,
merger dilakukan untuk meningkatkan pangsa pasar (market share), karena
Unilever juga merupakan produsen makanan, sama seperti PT. KI, walaupun hanya
terbatas pada makanan yang berinti susu, es krim, dan minuman dengan bahan
pokok teh. Bagi PT KI sendiri, merger ini bertujuan untuk menyelamatkan kondisi
keuangan PT. KI yang hingga akhir tahun 2003, PT. KI sudah mencatatkan
kerugian hingga Rp 10 miliar
1.4 Akuisisi
Implementasi strategi ini bisa juga dilakukan dengan menambah unit usaha
strategis yang menghasilkan barang dan jasa yang sama dengan yang sebelumnya
telah dimiliki (Basri, 2005: 81). Hal ini bisa dilakukan dengan akuisisi, yaitu
dengan membeli perusahaan lain yang menghasilkan produk yang sama yang
sebelumnya menjadi pesaing perusahaan. Pengembangan usaha dilanjutkan dengan
memasuki bisnis kecap dengan mengakuisisi Bango pada tahun 2000. Kemudian
pada tahun 2004 melakukan akuisisi Knorr Indonesia dari Unilever Overseas
Holding Ltd dan memindahkan pabrik produk perawatan rambut. Kemudian PT
Unilever Indonesia Tbk sepakat untuk mengakuisisi bisnis makanan dan minuman
sehat (Health Food Drinks/HFD) milik GlaxoSmithKline Plc. di India senilai 3,3
miliar euro (US$3,8 miliar). Hal itu diumumkan oleh Unilever pada Senin
(3/12/2018) dengan menyampaikan bahwa aksi korporasi itu bertujuan untuk
memperkuat posisi perusahaan di salah satu ekonomi dengan pertumbuhan tercepat
di dunia.
1.5 Aliansi Strategis
Lazada  telah menjalin aliansi strategis dengan Unilever. Kemitraan ini
merupakan sebuah gebrakan baru dalam peta e-commerce Asia Tenggara,
dan menunjukkan kepercayaan Unilever, selaku brand global atas strategy
one-stop platform kami untuk mendukung perkembangan Unilever secara
online. komitmen Unilever secara regional ini akan memberikan banyak
dampak positif bagi keseluruhan ekosistem industri digital di Asia Tenggara,
termasuk di Indonesia. Di Indonesia Lazada sudah bermitra dengan Unilever
sejak 2013, dan terus mengembangkan kemitraan strategis dengan dibukanya
official store pada 2016 untuk sejumlah brand Unilever di Lazada.co.id.
Sejak Maret tahun ini, Unilever telah memiliki flagship store yang
membawahi berbagai brand, dengan menyediakan lebih dari 600 jenis
produk. Unilever juga turut memeriahkan kampanye Ramadhan di Lazada
melalui “1001 Inspirasi Ramadhan”, yang menghadirkan mulai dari berbagai
produk limited edition eksklusif hingga 40 persen untuk berbagai produk
kecantikan dan 30 persen untuk produk pria, hingga berbagai penawaran
menarik untuk pembelian produk rumah tangga, makanan dan minuman
dalam jumlah besar.nn
1.6 Strategi Internasional
Strategi internasional yang diterapkan PT. Unilever Indonesia Tbk.
1.6.1 Differensiasi Produk
Deferensiasi produk adalah strategi bersaing yang dimana menekankan
pada Kreativitas yang tinggi dalam menciptakan keunikan produk yang
lebih menarik, sejuk, aman, nyaman, menyenangkan, karyawan yang
ramah, terampil, berwawasan, dan mampu mewujudkan dalam keseharian
sehingga lebih diminati oleh konsumen dibandingkan dengan produk
pesaing lainnya. Pada Differensiasi produk Unilever mempunyai strategi
winning with brand and innovation, kuncinya adalah pengembangan produk
baru dan tepat guna, terutama pada kategori hair, male grooming, home and
personal, serta food and beverages di tahun lalu. Di samping factor
keunikan produk, perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing juga
menerapkan strategi marketing mix yangmeliputi harga yang mampu
bersaing, tempat atau lokasi strategis, dan promosi yang memadai.Simpulan
yang dapat ditarik dari konsep keunggulan bersaing melalui diferensiasi
produk adalah bagaimana perusahaan dapat menciptakan produk unik yang
memberikan tingkat keuntungan diatas rata-rata yang mampu diraih oleh
industri melalui kombinasi manusia, lingkungan, dan proses. Produk
Unilever terus memperkenalkan kemasan-kemasan yang terbaru, tetapi
Unilever tetap mempertahankan kualitas produknya. Baik itu kemasan yang
botol kaca, sachet, botol kecil dan masih banyak lagi kemasannya.
1.6.2 Segmentasi Produk
Unilever menciptakan brand masing-masing pada setiap produk, sehingga
membagi pasar produk sabunnya dalam 3 merek, yaitu Lux (untuk
kecantikan wanita dengan segala manfaat dari sabun Lux), Lifebuoy
(Kesehatan-keluarga) dan Dove (kecantikan sejati karena cantik itu tidak
mengenal usia, ras dan batasan yang lain serta menonjolkan keistimewaan
formulanya yang hingga kini belum bisa dicontoh oleh produsen sabun
dimanapun), atau bagaimana Sosro membagi konsumennya berdasarkan
jenis produk teh botol Sosro (umum), Estea (menyukai volume/isi lebih
banyak) dan Fruit tea (anak muda/khususnya anak sekolah yang menyukai
teh rasa buah & cenderung suka rasa manis). Unilever tidak saja menjawab
kebutuhan pasarnya tetapi juga memastikan kempetitornya untuk berfikir
beberapa kali sebelum menyemplungkan diri kekancah persaingan tersebut.
Pendekatan penjualan dan promosi penjualan akan efektif dan efisien
apabila dirancang dengan menerapkan pola regionalisasi atau diterapkan di
daerah-daerah atau kawasan tertentu. Unilever sudah menerapkan pola
regionalisasi karena Unilever telah memiliki pabrik-pabrik atau juga cabang
perusahaan di tiap-tiap negara. Hal ini dilakukan agar setiap negara dapat
membeli produk yang sesuai dengan keinginan dan kebiasaan
mengkonsumsi produk yang sangat erat hubungannya dengan cita rasa
negaranya.
1.6.3 Berfokus Pada Peluang Pasar
Produk Unilever menggunakan sistem informasi pelanggan yang berbeda
dengan yang lain, produk masuk kedalam pasar dengan cara
mempromosikan barang-barangnya dengan cara terjun langsung ke
masyarakat dengan bukti-bukti kualitas secara real, misalnya dengan
diadakannya perlombaan-perlombaan kepada masyarakat perbandingan
antara produk Unilever dengan produk-produk pesaing lainnya.
1.6.4 Kepemimpinan Harga Rendah
Dengan menjaga harga yang rendah dan rak-rak diisi dengan baik
menggunakan sistim pengisian kembali persediaan yang melegenda. Sistem
ini mampu membuat Unilever mempertahankan biaya rendah sembari
menyesuaikan persediaannya untuk memenuhi permintaan pelanggan.
1.6.5 Menguatkan Keakraban dengan Pelanggan dan Pemasok
Menggunakan sistem informasi untuk memfasilitasi akses langsung dari
pemasok terhadap jadwal produksi dan bahkan mengizinkan pemasok untuk
memutuskan bagaimana dan kapan mengirim pasokan kepada pemasok.
Selain itu Unilever juga melakukan tanya jawab konsumen dan membuat
suara konsumen tempat para konsumen mengeluh dalam PT.Unilever
Indonesia, promosi yang dilakukan paling banyak melalui media elektronik.
Namun dalam kehidupan sehari-hari promosi yang dilakukan PT. Unilever
Indonesia tidak hanya lewat media elektronik tetapi banyak juga melalui
media cetak, sponsorship, dan mengadakan event-event.
2. Strategi bisnis
2.1 Diferensiasi

Deferensiasi produk adalah strategi bersaing yang dimana menekankan pada


Kreativitas yang tinggi dalam menciptakan keunikan produk yang lebih menarik,
sejuk, aman, nyaman, menyenangkan, karyawan yang ramah, terampil,
berwawasan, dan mampu mewujudkan dalam keseharian sehingga lebih diminati
oleh konsumen dibandingkan dengan produk pesaing lainnya. Pada Differensiasi
produk Unilever mempunyai strategi winning with brand and innovation,
kuncinya adalah pengembangan produk baru dan tepat guna, terutama pada
kategori hair, male grooming, home and personal, serta food and beverages di
tahun lalu.

Di samping factor keunikan produk, perusahaan yang memiliki keunggulan


bersaing juga menerapkan strategi marketing mix yangmeliputi harga yang
mampu bersaing, tempat atau lokasi strategis, dan promosi yang
memadai.Simpulan yang dapat ditarik dari konsep keunggulan bersaing melalui
diferensiasi produk adalah bagaimana perusahaan dapat menciptakan produk unik
yang memberikan tingkat keuntungan diatas rata-rata yang mampu diraih oleh
industri melalui kombinasi manusia, lingkungan, dan proses. Produk Unilever
terus memperkenalkan kemasan-kemasan yang terbaru, tetapi Unilever tetap
mempertahankan kualitas produknya. Baik itu kemasan yang botol kaca, sachet,
botol kecil dan masih banyak lagi kemasannya.

2.2 Kepemimpinan Biaya


Dengan menjaga harga yang rendah dan rak-rak diisi dengan baik menggunakan
sistim pengisian kembali persediaan yang melegenda, wal-mart menjadi
pemimpin bisnis eceran di amerika serikat. Sistem mili wal-mart mengirimkan
pesanan atas barang dagang baru secara langsung kepada pemasok ketika
pelanggan membayar pembelian mereka pada kasir.terminal titik pejualan
mencatat kode barang setiap barang yang melewati kasir dan mengirimkan
transaksi pembelian langsung kepada komputer pusat wal-mart. Komputer
mengumpulkan pesanan dari semua toko wai-mart dan mengirimkannya ke
pemasok.Pemasok juga dapat mengakses daa penjualan dan persediaan wal-mart
menggunakan teknologi web.Sistem ini mampu membuat wal-mart
mempertahankan biaya rendah sembari menyesuaikan persediaannya untuk
memenuhi permintaan pelanggan.
3. Strategi Fungsional

Sasaran jangka pendek mengacu pada strategi fungsional yang sifatnya operasional.
Strategi fungsional yang sifatnya lebih operasional ini mengarah kepada berbagai
bidang fungsional dalam perusahaan untuk memperjelas hubungan makna strategi
utama dengan identifikasi rincian yang sifatnya spesifik. Strategi fungsional ini
menjadi penuntun dalam melakukan berbagai aktivitas agar konsisten bukan hanya
dengan strategi utamanya saja, melainkan juga dengan strategi dibidang fungsional
lainnya. Didalam dunia binis, perusahaan harus mempunyai bidang-bidang fungsional
yang utama agar dapat bersaing dengan pesaing bisnisnya

3.1 Keuangan
3.2 Pemasaran

Ada empat komponen pokok bidang pemasaran yang dapat dikendalikan


perusahaan yang kita kenal dengan sebutan 4P (Product, Price, Place,
dan Promotion), termasuk pula kondisi persaingan.
Dalam strategi pemasaran, Unilever menciptakan brand masing-masing pada setiap
produk, sehingga membagi pasar produk sabunnya dalam 3 merek, yaitu Lux
(untuk kecantikan wanita dengan segala manfaat dari sabun Lux), Lifebuoy
(Kesehatan-keluarga) dan Dove (kecantikan sejati karena cantik itu tidak mengenal
usia, ras dan batasan yang lain sera menonjolkan keistimewaan formulanya yang
hingga kini belum bisa dicontoh oleh produsen sabun dimanapun), atau bagaimana
Sosro membagi konsumennya berdasarkan jenis produk teh botol Sosro (umum),
Estee (menyukai volume/isi lebih banyak) dan Fruit tee (anak muda/khususnya
anak sekolah yang menyukai teh rasa buah & cenderung suka rasa manis).
Unilever tidak saja menjawab kebutuhan pasarnya tetapi juga memastikan
kempetitornya untuk berfikir beberapa kali sebelum menyemplungkan diri
kekancah persaingan tersebut
3.3 Operasi
Dalam Merumuskan strategi manajemen operasional paling tidak membutuhkan
dua komponen, yaitu adanya sarana dan prasarana yang memadai dan cara
menyediakan sarana dan prasarana tersebut. Dari dua komponen diatas, hal-hal
pokok dalam manajemen operasional dapat dijabarkan menjadi beberapa bidang,
yaitu inventarisasi, prosedur, pembelian barang, pengendalian mutu, biaya
produksi, produktivitas kerja, jadwal produksi, tenaga kerja, penggunaan fasilitas,
dan pemeliharaan peralatan.Strategi Manajemen Operasional Unilever adalah
penyertaan, merangkul perbedaan, menciptakan kemungkinan dan berkembang
bersama-sama untuk bisnis yang lebih baik kinerjanya. Perusahaan merangkul
keragaman dalam tenaga kerja. Ini berarti memberikan perhatian penuh dan adil
kepada semua pemohon dan pembangunan berkelanjutan semua karyawan tanpa
memandang jenis kelamin, kebangsaan, ras, kepercayaan, cacat, atau status sosial.
Keanekaragaman memainkan peranan penting dalam memastikan perusahaan
memahami kebutuhan konsumen. Produktivitas kerja yang berusaha ditingkatkan
dari tahun per tahun dengan melatih SDM dalam bidang produksi dan keuangan.
3.4 Sumber daya manusia

Salah satu kekuatan Unilever ada pada kualitas sumber daya manusia. Unilever
secara rutin merekrut lulusan baru dari universitas terkemuka. Setelah itu diberikan
pelatihan sistem produksi, pemasaran dan keuangan selama tiga bulan. Mereka
tidak langsung kerja tetapi ditraining terlebih dahulu di berbagai bidang seperti
manufaktur, pemasaran, penelitian dan pengembangan. Saat ini tenaga kerja yang
diserap oleh Unilever secara langsung berjumlah 3.000 orang ini belum termasuk
tenaga kerja tidak langsung. Total tenaga kerja yang terserap berjumlah 25.000
orang. Jika diansumsikan satu orang memiliki empat anggota keluarga maka
perusahaan menanggung nasib sekitar 100.000 orang. Program pelatihan yang
dilakukan PT Unilever, Tbk terhadap para karyawan pada tahun 2012 mencapai
42.350 program yang menjamin pengembangan kemampuan karyawan peruahaan
3.5 Penelitian dan Pengembangan (R&D)
Dalam perusahaan Unilever memiliki fungsi untuk melakukan penelitian dan
mengembangkan penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan menyangkut semua
kebutuhan perusahaan yang ditujukan untuk meningkatkan kinerja perusahaan.
Penelitian dilakukan untuk mengetahui produk yang dibutuhkan masyarakat, atau
persepsi masyarakat mengenai suatu produk. Hasil dari penelitian tersebut
digunakan untuk menciptakan sistem dan produk baru yang lebih baik bagi
perusahaan. Dengan canggih nya peralatan riset dan penelitian dapat memudahkan
para ahli untuk ini melakukan survei pasar,membuat model dan desain produk,
hingga melakukan monitoring prosedur
3.6 Sistem Informasi Manajemen (SIM)
Banyak strategi yg digunakan perusahaan khususnya dibidang teknologi informasi
untuk meningkatkan efisiensi perusahaan. PT. Unilever menjalankan Komunikasi
pasar terpadu (Integrated Marketing Communication/IMC).Strategi ini merupaka
upaya perusahaan untuk memadukan dan mengkoordinasikan semua saluran
komunikasi untuk menyampaikan pesannya secara jelas, konsisten dan
berpengaruh kuat tentang organisasi-organisasi produknya. IMC adalah sebuah
konsep dari perencanaan komunikasi pemasaran yang memperkenalkan nilai
tambah dari rencana komprehensif yang mengevaluasi peran strategis dari berbagai
disiplin komunikasi misalnya periklanan umum, respon langsung, sales promotion,
dan PR dan mengombinasikan disiplin-disiplin ini untuk memberikan kejelasan,
konsistensi dan dampak komunikasi yang maksimal.
Secara sederhana-nya IMC dapat diartikan sebagai “Proses dari pengelolaan
customer relationships yang menggerakkan brand value.” Sedangkan secara
spesifik, IMC dapat diartikan sebagai “proses yang mempunyai fungsi bersilang
dalam menciptakan dan memelihara hubungan yang menguntungkan dengan
customer dan stakeholder lainnya dengan mengontrol dan mempengaruhi secara
strategis semua pesan yang terkirim kepada kelompok ini serta menggerakkan
dialog dengan maksud tertentu kepada mereka.” Integrated Marketing
Communication (IMC) adalah satu dari sekian proses yang tersedia guna membina
hubungan dengan customer. Apa yang membedakan IMC dengan proses customer-
centric lainnya adalah dasar dari proses tersebut adalah komunikasi, yang
merupakan jantung dari semua hubungan, dan juga merupakan proses yang
sirkuler.
Seperti yang sudah disebutkan diatas, konsep dasar dari IMC adalah komunikasi.
Dengan komunikasi ini, IMC berusaha untuk memaksimalkan pesan positif dan
meminimalkan pesan negatif dari suatu brand, dengan sasaran menciptakan dan
menyokong brand relationship, IMC juga digunakan untuk membangun dan
memperkuat brand. Brand relationship yang positif juga akan menghasilkan
keuntungan dan meningkatkan nilai dari pemegang saham perusahaan tersebut.

4. Industri Tunggal vs Lintas Industri


4.1 Lintas industry
PT. Unilever merupakan perusahaan yang menggunakan lintas industry. Karena
perusahaan lintas industry melakukan kegiatan unit bisnis tidak hanya pada bisnis
tertentu saja melainkan berbagai unit bisnis.

D. STRATEGIC REVIEW, EVALUATION, AND CONTROL


a. Mengukur Indikator Kinerja Utama dengan Kartu Skor Seimbang
pengukuran kinerja dengan menggunakan metode Balanced Scorecard pada PT
Unilever Tbk maka dilakukan pengukuran pada empat perspektif diperoleh total
score. Total Balanced scorecard PT Unilever. Tbk Periode 2012 – 2017 sebagai
berikut:
1. Perspektif Keuangan
Berdasarkan perpektif keuangan PT UNILEVER Tbk pada periode 2012 – 2017,
dapat diukur menggunakan metode ROA dan ROE. terdapat peningkatan kinerja di
periode 2013, 2012 , 2014 sama dengan 2016 dibanding periode 2015. Secara
keseluruan sudah cukup baik kecuali pada tahun 2015 - 2016 mengalami penurunan.
2. Perspektif Pelanggan
Berdasarkan perpektif pelanggan PT UNILEVER Tbk pada periode 2012 – 2017,
dapat dilihat bahwa pengukuran kinerja diukur menggunakan metode penerimaan kas
dari pelanggan terdapat peningkatan kinerja di periode 2013, 2014, 2015, 2016 sama
dengan 2017 karena ditahun tersebut terjadi peningkatan penerimaan pelanggan.
3. Perspektif proses Bisnis Internal
Berdasarkan Perpektif proses bisnis internal PT UNILEVER Tbk pada peride 2012 –
2017 yang dukur dari hasil pengukuran Operating Profit terdapat peningkatan kinerja
di periode 2017, pada periode 2016 mengalami penurunan kinerja, dan pada periode
2015 , 2014, 2013 mengalami peningkata kinerja.
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pmbelajaran
Berdasarkan Perpektif pertumbuhan dan pembelajaran, dapat dilihat bahwa terdapat
peningkatan kinerja periode 2017, sedangkan pada periode 2016, 2015, 2014, 2013
memiliki rentang score yang sama yang disebabkan karena Net Income, sehingga
pendapatan per karyawan mengalami peningkatan, dan pada periode 2017 perpektif
pertumbuhan dan pembelajaran mengalami peningkatan kinerja.

Anda mungkin juga menyukai