Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH KONSERVASI TANAH DAN AIR

DEGRASI LAHAN YANG DISEBABKAN OLEH FAKTOR ALAM

Meyla Ferliana
05101182025008

PROGRAM STUDI ILMU TANAH


FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2022
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Indonesia memiliki banyak sekali pulau-pulau yang dipisahkan
oleh lautan. Indonesia dari dulu terkenal merupakan daerah yang subur
(daratan). Banyak sekali daerah daratan daripada negara kita ini yang
dimanfaatkan sebagai daerah pertanian dan juga perkebunan, hal ini karena
daratan Indonesia terkenal subur sehingga baik untuk dikembangkannya
sektor tersebut. Namun semakin hari keadaan negeri kita semakin banyak
mengalami berubah. Seiring dengan perkembangan teknologi industri,
banyak lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang subur dibangun
diatasnya pabrik-pabrik industri dan juga perkotaan. Perkembangan zaman
juga diikuti dengan semakin banyaknya jumlah penduduk yang mendiami
negeri kita tercinta ini. Akibatnya, lahan pertanian dan perkebunan pun
semakin sempit, yang mana dikarenakan adanya pembukaan lahan untuk
memenuhi kebutuhan sandang pangan dan papan kita. Selain itu juga
banyaknya lahan-lahan yang mulai tercemar dengan limbah dan tingginya
kandungan bahan-bahan kimia yang ada di dalam tanah kita. (Arief., 2016)
lahan kritis adalah lahan yang telah mengalami atau dalam proses
kerusakan fisik, kimia, dan biologi yang pada akhirnya membahayakan
fungsi hidrologis, orologis, produksi pertanian, pemukiman dan kehidupan
sosial ekonomi. Lahan kritis dapat juga diartikan sebagai suatu lahan yang
keadaan fisiknya sedemikian rupa sehingga lahan tersebut tidak dapat
berfungsi secara baik sesuai dengan peruntukannya sebagai media produksi
ataupun media tatanan air. Munculnya lahan kritis di Indonesia sebagian
besar disebabkan oleh degradasi lahan atau penurunan kualitas lahan.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Pengertian Degrasi Lahan

Degradasi lahan adalah proses di mana kondisi lingkungan biofisik


berubah akibat aktivitas manusia terhadap suatu lahan. Perubahan kondisi
lingkungan tersebut cenderung merusak dan tidak diinginkan.

Degradasi lahan adalah proses penurunan produktivitas lahan, baik


yang sifatnya sementara maupun tetap. Lahan terdegradasi dalam definisi
lain sering disebut lahan tidak produktif, lahan kritis, atau lahan tidur yang
dibiarkan terlantar tidak digarap dan umumnya ditumbuhi semak belukar.
Lahan yang telah terdegradasi berat dan menjadi lahan kritis luasnya sekitar
48,3 juta ha atau 25,1% dari luas wilayah Indonesia. Untuk lahan gambut
dari sekitar 14,9 juta ha lahan gambut di Indonesia, ± 3,74 juta ha atau 25,1
% dari total luas gambut telah terdegradasi dan ditumbuhi semak belukar.
Proses degradasi lahan dimulai dengan tidak terkontrolnya konversi hutan,
dan usaha pertambangan kemudian diikuti dengan penggunaan lahan yang
tidak sesuai dengan potensi dan pengelolaan lahan yang kurang tepat. Lahan
terdegradasi baik di tanah mineral maupun gambut ini menjadi sumber
emisi Gas Rumah Kaca (GRK) karena rentan terhadap kebakaran di musim
kemarau panjang. Sesuai Perpres No. 61 tahun 2011 dan himbauan dari
Kelompok Bank Dunia, bahwa “rehabilitasi lahan terdegradasi/terlantar
harus memprioritaskan investasi pada sektor pertanian dan perkebunan
kelapa sawit untuk produksi pertanian/perkebunan yang berkelanjutan”, hal
tersebut perlu direalisasikan secara nasional. (Lorenzia., 2016)

2.1.2 Pengertian Lahan Kritis


Lahan kritis merupakan lahan atau tanah yang saat ini tidak
produktif karena pengelolaan dan penggunaan tanah yang tidak atau kurang
memperhatikan syarat-syarat konservasi tanah dan air, sehingga lahan
mengalami kerusakan, kehilangan atau berkurang fungsinya sampai pada
batas yang telah ditentukkan atau diharapkan. Secara umum lahan kritis
merupakan salah satu indikator adanya degradasi (penurunan kualitas)
lingkungan sebagai dampak dari berbagai jenis pemanfaatan sumber daya
lahan yang kurang bijaksana.
Lahan kritis dapat juga diartikan sebagai suatu lahan yang keadaan
fisiknya sedemikian rupa sehingga lahan tersebut tidak dapat berfungsi
secara baik sesuai dengan peruntukannya sebagai media produksi ataupun
media tatanan air
2.2 Faktor alam Penyebab Degrasi Lahan
2.2.1. Kekeringan
Bencana alam seperti kekeringan biasanya terjadi pada wilayah
yang memiliki curah hujan yang minim. Meskipun Indonesia memiliki
iklim tropis, akan tetapi terdapat daerah-daerah yang sering mengalami
kondisi kekeringan, seperti daerah NTB dan NTT sehingga dapat ditemui
hutan sabana di wilayah tersebut.
Lahan-lahan di wilayah kekeringan cenderung kritis karena tanah
memiliki kondisi kering dan kurang kadar air, sehingga tumbuhan sulit
hidup dan beradaptasi.
2.2.2. Tergenang Air
Lahan kritis juga dapat disebabkan tanah yang memiliki kondisi
tergenang air yang cukup lama. Genangan tersebut dapat menyebabkan
humus dan mineral tanah tergerus dan sehingga menjadikan tanah jenuh
dan tidak subur.
2.2.3. Erosi Tanah
Erosi tanah (masswasting) biasanya terjadi pada daerah dataran
tinggi, pegunungan, dan lahan dengan kondisi miring. Apabila kondisi ini
tidak dikelola dengan tepat, maka erosi tanah akan terjadi. Tanah akan
bergerak turun dan mengikis lapisan tanah yang subur dibawahnya. Lebih
parahnya, kondisi ini juga dapat menimbulkan tanah longsor.
2.2.4. Pembekuan air
Di Indonesia, faktor pembekuan air jarang mempengaruhi tanah
sehingga menyebabkan lahan kritis. Kawasan tanah menjadi kritis akibat
pembekuan air biasanya terjadi di wilayah kutub dan pegunungan yang
memiliki cuaca dingin

2.3 Upaya Mengatasi Degrasi Lahan

2.3.1. Mengubah Lahan Menjadi Hutan

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi degradasi


lahan yang pertama adalah mengubah lahan menjadi hutan (baca: jenis
hutan hujan tropis). Hutan merupakan kawasan yang sangat penting yang
ada di bumi karena hutan dapat menyelamatkan kehidupan di planet bumi.
Hutan sebagai paru- paru dunia dapat menjadi penyeimbang di bumi dari
berbagai macam bencana atau kerusakan. Tentu tidak semua lahan akan
diubah menjadi hutan karena manusia juga masih membutuhkan lahan untuk
dimanfaatkan. Lahan- lahan yang dijadikan hutan adalah lahan- lahan yang
sifatnya tidak cocok untuk pertanian. Sebagai contoh adalah lahan- lahan
yang berada di lereng gunung, atau lahan- lahan di tanah kapur yang sangat
tidak cocok untuk pertanian maka bisa dirubah menjadi kawasan hutan.
dengan demikian lahan tersebit tidak akan menjadi lahan gundul yang dapat
menurunkan kualitas tanah sewaktu- waktu

2.3.2. Membuat saluran pelepas air di wilayah yang memiliki curah


hujan tinggi

Upaya selanjutnya yang dapat dilakukan untuk mengatasi degradasi


lahan dengan cara membuat saluran pelepas air. Biasanya di daerah yang
memiliki curah hujan tinggi tanahnya akan lebih sering basah dan juga
terkena aliran air hujan. Apabila tanah tersebut berupa lerang gunung atau
bukit atau bahkan dataran tinggi, maka solusi yang pas untuk mencegah
penurunan kualitas tanah dengan cara membuat sengkedan atau terasering.
Namun hal ini dirasa belum cukup karena degradasi lahan dapat mengancam
kapan saja. kita tidak hanya membuat sengkedan atau terasering saja, namun
perlu juga untuk membuat saluran pelepas air supaya dapat mengatasi
degradasi lahan dengan lebih baik lagi. Saluran pelepas air ini dapat dibuat
memanjang sepanjang lereng tersebut.

2.3.3. Melakukan reboisasi terhadap lahan yang sudah kritis

Reboisasi merupakan solusi yang terbaik untuk menyelamatkan


lingkungan, terlebih menyelamatkan tanah, udara, lingkungan dan binatang.
Penananam hutan kembali atau reboisasi pada lahan- lahan gundul dapat
memberikan nafas baru bagi lingkungan. Ternyata penanaman pohon
kembali ini tidak hanya dilakukan pada lahan- lahan gundul (baca: cara
mencegah hutan gundul) saja namun juga lahan kritis. Lahan kritis memiliki
kualitas yang menurun dibandingkan dengan lahan di sekitarnya. Untuk
menyelamatkan lahan kritis ini kita perlu menanaminya dengan pepohonan.
Pepohonan tidak hanya akan menyelamatkan erosi tanah, namun juga
memapu menyimpan dan mengunci ar tanah sehingga manusia di sekitarnya
pun juga akan menuai manfaatnya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari makalah ini yaitu Lahan kritis merupakan


lahan atau tanah yang saat ini tidak produktif karena pengelolaan dan
penggunaan tanah yang tidak atau kurang memperhatikan syarat-syarat
konservasi tanah dan air, sehingga lahan mengalami kerusakan, kehilangan
atau berkurang fungsinya sampai pada batas yang telah ditentukkan atau
diharapkan.

3.2 Saran

Adapun saran dari makalh ini yaitu berdasarkan makalh yang saya
buat akan lebih efisien jika suatu saat nakalah ini bisa diterapkan langsung ke
lahan pertanian.
DAFTAR PUSTAKA

Arief Laila Nugraha . 2016. Pemetaan Tingkat Lahan Kritis Kabupaten Wonosobo
Dengan Penginderaan Jauh Sistem Informasi Geografis (Studi Kasus :
Kec. Kejajar, Kec. Garung, Kec. Mojo Tengah). Jurnal Geodesi
Undip. 2(2) : 6-12

Lorenzia Anggi Ramayanti. 2016. Pemetaan Tingkat Lahan Kritis Dengan


Menggunakan Penginderaan Jauh dan Sistem Informasi Geografi
(Studi Kasus : Kabupaten Blora). Jurnal Geodesi Undip. 2(2) : 65-72

https://foresteract.com/lahan-kritis/ diakses oleh Meyla pada tanggal 28 Feb 2022

https://sipil.ub.ac.id/sarjana/kerusakan-tanah-jenis-penanggulangan-dan-
pencegahan/ diakses oleh Meyla pada tanggal 28 Feb 2022

https://rinoitink.blogspot.com/2010/05/lahan-kritis.html diakses oleh Meyla pada


tanggal 28 Feb 2022

https://dlhk.bantenprov.go.id/upload/article/2019/
Degradasi_Lahan_di_Indonesia.pdf diakses oleh Meyla pada tanggal
28 Feb 2022.

Anda mungkin juga menyukai