Anda di halaman 1dari 2

Nama : Nurul Laelatul Husna

Kelas : Sejarah Peradaban Islam 6B

Nim : 12307183036

Mata Kuliah : Budaya Islam Populer

Judul Artikel : NALAR MODERASI TAFSIR POP GUS BAHA’: Studi Kontestasi
Pengajian Tafsir Al-Qur’an di YouTube

No Judul dan Hal Kutipan Alasan


.
1. (Pranawati 2019: 105-106) Saluran yang digunakan Saya setuju dengan ini,
untuk mendiseminasikan karena pada
gerakan Islamisme yang kenyataannya terdapat
berwajah radikal dan beberapa kelompok kecil
intoleran tersebut, selain yang membangun
melalui aras gerakan masjidnya sendiri,
berupa partai politik, sekaligus menjual faham
infiltrasi radikalisme juga mereka di acara-acara
dipertontonkan di masjid. masjid ini, seperti
khotbah dan lainnya.
2. (Fealy 2007: 101-104) Namun demikian, pada Saya setuju dengan ini,
saat masyarakat karena sekarang hampir
Indonesia berada dalam seluruh elemen
kepungan revolusi masyarakat mempunyai
informasi, salah-satu gadget, sehingga engan
saluran dan strategi yang berkembangnya sistem
digunakan oleh informatika maka strategi
kelompok “religiusitas kelompok religiusitas
aktif” untuk mulai merambah ke
mempropagandakan dan dunia maya melalui
mendiseminasikan gadged/android.
ideologi mereka bergeser
pada new media.
3. (Muthohirin 2015: 240- Target utama propaganda Saya setuju dengan ini,
259) tersebut menyasar dimana anak-anak muda
kepada anak-anak muda usia labil banyak yang
sebagai netizen sudah diberi hp oleh
journalism. orangtuanya, dampak
dari kelabilan ini anak-
anak mudah terpengaruh
dan terpedaya oleh
radikalisme, sehingga
mereka akan menjadi
sasaran empuk untuk di
cuci otak. Selain itu saya
juga melihat berita
insiden bom dan
penembakan di kantor
polisi belakangan ini
pelakunya adalah anak
yang masih muda.
4. Nalar Moderasi Tafsir Pop Model pemahaman Saya setuju, karena
Gus Baha’, (Fathurrosyid : integrasi dengan instropeksi dan tawaduk
hal 97) menggunakan ajaran dalam konsep tasawuf
introspeksi dan tawaduk merupakan suatu metode
dalam konsep tasawuf, yang baik untuk
menurut Gus Baha’, mengenalkan dan
penting dilanjutkan memahami integrasi.
dalam rangka menghalau
ego ekstremisme agama.
Dengan demikian,
kehadiran agama tidak
berwajah menyeramkan,
sebab Islam itu adalah
agama rahmat, bukan
agama laknat.
5. (Drajat 2017: 79-94) maka indikatornya Saya setuju, dimana
adalah berpangkal pada toleransi sangat di gaung-
nilai toleransi, anti gaungkan tahun-tahun
kekerasan dan ini. namun masih ada
akomodatif terhadap saja kaum fanatik yang
nilai-nilai kearifan lokal. menyindir atau
Nilai-nilai tersebut mencemooh kelompok
sebenarnya sudah lama lain karena berbeda
dimainkan dengan baik aliran, bahkan sampai
oleh dua organisasi besar hari ini masih banyak
yang ada di negeri ini, terlihat di sosial media.
yaitu Nahdlatul Ulama Dan bahkan ada yang
(NU) dan memang sengaja untuk
Muhammadiyah, mengadu domba antar
sekalipun dengan umat di Indonesia.
ekspresi dan aktualisasi
gerakannya berbeda.

Anda mungkin juga menyukai