Judul Artikel : NALAR MODERASI TAFSIR POP GUS BAHA’: Studi Kontestasi Pengajian Tafsir Al-Qur’an di YouTube
No Judul dan Hal Kutipan Alasan
. 1. (Pranawati 2019: 105-106) Saluran yang digunakan Saya setuju dengan ini, untuk mendiseminasikan karena pada gerakan Islamisme yang kenyataannya terdapat berwajah radikal dan beberapa kelompok kecil intoleran tersebut, selain yang membangun melalui aras gerakan masjidnya sendiri, berupa partai politik, sekaligus menjual faham infiltrasi radikalisme juga mereka di acara-acara dipertontonkan di masjid. masjid ini, seperti khotbah dan lainnya. 2. (Fealy 2007: 101-104) Namun demikian, pada Saya setuju dengan ini, saat masyarakat karena sekarang hampir Indonesia berada dalam seluruh elemen kepungan revolusi masyarakat mempunyai informasi, salah-satu gadget, sehingga engan saluran dan strategi yang berkembangnya sistem digunakan oleh informatika maka strategi kelompok “religiusitas kelompok religiusitas aktif” untuk mulai merambah ke mempropagandakan dan dunia maya melalui mendiseminasikan gadged/android. ideologi mereka bergeser pada new media. 3. (Muthohirin 2015: 240- Target utama propaganda Saya setuju dengan ini, 259) tersebut menyasar dimana anak-anak muda kepada anak-anak muda usia labil banyak yang sebagai netizen sudah diberi hp oleh journalism. orangtuanya, dampak dari kelabilan ini anak- anak mudah terpengaruh dan terpedaya oleh radikalisme, sehingga mereka akan menjadi sasaran empuk untuk di cuci otak. Selain itu saya juga melihat berita insiden bom dan penembakan di kantor polisi belakangan ini pelakunya adalah anak yang masih muda. 4. Nalar Moderasi Tafsir Pop Model pemahaman Saya setuju, karena Gus Baha’, (Fathurrosyid : integrasi dengan instropeksi dan tawaduk hal 97) menggunakan ajaran dalam konsep tasawuf introspeksi dan tawaduk merupakan suatu metode dalam konsep tasawuf, yang baik untuk menurut Gus Baha’, mengenalkan dan penting dilanjutkan memahami integrasi. dalam rangka menghalau ego ekstremisme agama. Dengan demikian, kehadiran agama tidak berwajah menyeramkan, sebab Islam itu adalah agama rahmat, bukan agama laknat. 5. (Drajat 2017: 79-94) maka indikatornya Saya setuju, dimana adalah berpangkal pada toleransi sangat di gaung- nilai toleransi, anti gaungkan tahun-tahun kekerasan dan ini. namun masih ada akomodatif terhadap saja kaum fanatik yang nilai-nilai kearifan lokal. menyindir atau Nilai-nilai tersebut mencemooh kelompok sebenarnya sudah lama lain karena berbeda dimainkan dengan baik aliran, bahkan sampai oleh dua organisasi besar hari ini masih banyak yang ada di negeri ini, terlihat di sosial media. yaitu Nahdlatul Ulama Dan bahkan ada yang (NU) dan memang sengaja untuk Muhammadiyah, mengadu domba antar sekalipun dengan umat di Indonesia. ekspresi dan aktualisasi gerakannya berbeda.