Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Komunikasi LINTAS Budaya dan Komunikasi ANTAR Budaya

Mata kuliah : komunikasi keperawatan


Dosen penampung : Sulastri,M.Kel.,Sp.Jiwa*)

Disusun oleh:

1. DITA FEBIYANA(2014301054)
2. EMIASATRI (2014301055)
3. IDA BAGUS PUTU SANJAYA P (2014301061)
4. LINDA RIA ANANTA (2014301068)
5. M AKBAR (2014301072)
6. MUTIARA A (2014301073)
7. OCA YULIANDA (2014301079)
8. RANU DWI SAM ADITYA (2014301084)

PROGRAM STUDI SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN

POLITEKNIK KESEHATAN TANJUNG KARANG

2021

1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang melimpahkan
rahmatnya kepada kita serta sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita pada jalan kebenaran yakni agama Islam.
Makalah yang berjudul “Prinsip-prinsip Komunikasi dalam penerapan pada konteks
lintas budaya” ini merupakan sebuah tugas untuk memenuhi tugas mata kuliah. Yang mana
dengan tugas ini beliau dapat mengetahui seberapa besar kemampuan para mahasiswa dalam
memahami mata kuliah yang beliau ajarkan.
Agar kami lebih mudah dalam menulis makalah ini, kami berusaha semaksimal mungkin
mencari beberapa referensi baik dari buku maupun internet serta mempelajarinya untuk
mempermudah dalam penyelesaian makalah ini.
Kami harap makalah ini dapat mengganti semua kekurangan kami saat kuliah dan juga
dapat menambah pengetahuan kami walaupun hanya sedikit karena memang itulah batas
kemampuan kami. Selain itu kami harap makalah ini juga bermanfaat dan dapat meningkatkan
pengetahuan belajar kita tentang Komunikasi Lintas Budaya.
Kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis untuk mengetahui kekurangan dari
makalah ini karena penulis masih dalam taraf belajar dan bukanlah manusia yang sempurna.

Bandar lampung,01 Februari 2021

Penulis

2
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan .................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Komunikasi lintas budaya ......................................................... 6
2.2 Prinsip-prinsip Komunikasi .................................................................... 7
2.3 Prinsip Homofili dan Heterofili .............................................................. 8
Perbedaan Komunikasi Lintas Budaya dan Komunikasi Antar Budaya

2.4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 10
3.2 Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 11

3
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Masyarakat Indonesia sejak dulu sudah dikenal sangat heterogen dalam berbagai aspek,
seperti adanya keberagaman suku bangsa, agama, bahasa, adatistiadat dan sebagainya. Di lain
pihak, perkembangan dunia yang sangat pesat saatini dengan mobilitas dan dinamika yang
sangat tinggi, telah menyebabkan dunia menuju ke arah desa dunia´ (global village) yang
hampir tidak memiliki batas-batas lagi sebagai akibat dari perkembangan teknologi
modern. Oleh karenanya masyarakat (dalam arti luas) harus sudah siap menghadapi situasi-
situasi baru dalam konteks keberagaman kebudayaan atau apapun namanya. Interaksi dan
komunikasi harus pula berjalan satu dengan yang lainnya, adakah sudah saling mengenal atau
pun belum pernah sama sekali berjumpa apalagi berkenalan. Dalam berkomunikasi dengan
konteks keberagaman kebudayaan kerapkali menemui masalah atau hambatan-hambatan yang
tidak diharapkan sebelumnya. Misalnya saja dalam penggunaan bahasa, lambang-lambang,
nilai atau norma-norma masyarakat dan lain sebagainya. Padahal syarat untuk terjalinya
hubungan itu tentu saja harus ada saling pengertian dan pertukaran informasi atau makna antara
satu dengan lainnya. Komunikasi dan budaya mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua
sisi mata uang. Budaya menjadi bagian dari prilaku komunikasi dan pada gilirannya
komunikasi pun turut menentukan memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya
Budaya adalah komunikasi. Pada satu sisi, komunikasi merupakan suatu mekanisme untuk
mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horizontal´ dari suatu masyarakat
kepada masyarakatlainnya, ataupun secara vertikal dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
Pada sisi lain, budaya merupakan norma .Pentingnya peranan komunikasi dan budayamaupun
sebaliknya.
Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi satu sama lain, baik itu
dengan sesama, adat istiadat, norma, pengetahuan ataupun budaya di sekitarnya. Dan setiap
manusia sangat membutuhkan itu semua, karena manusia tidak dapat hidup secara individu,
dalam kehidupannya pasti membutuhkan pertolongan dari orang lain. Dan untuk mewujudkan
itu semua diperlukan komunikasi yang baik.

Tidaklah asing bagi kita sebagai warga Negara Indonesia dengan adanya perbedaan
budaya di kalangan masyarakat kita, karena mengingat begitu luasnya wilayah indonesia
hingga Indonesia disebut – sebut sebagai negara seribu pulau. Hal ini patutlah membuat kita
sebagai warga Negara Indonesia menjadi bangga akan kekayaan kebudayaan kita. Akan

4
tetapi pada Kenyataanya seringkali kita tidak bisa menerima atau merasa kesulitan
menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan yang terjadi akibat interaksi tersebut,
seperti masalah perkembangan teknologi, kebiasan yang berbeda dari seorang teman yang
berbeda asal daerah atau cara-cara yang menjadi kebiasaan (bahasa, tradisi atau norma-
norma) yang berlaku dari suatu daerah.

Oleh karena itu, disini manfaatnya kita perlu belajar mengenai bagaimana cara
berkomunikasi antar budaya yang berbeda. Tidak hanya dengan satu bangsa melainkan lintas
bangsa, lintas bangsa disini yang dimaksudkan nya adalah kebudayaan dari luar negara
indonesia misalnya (Cina, Jepang, Inggris, Amerika, dan negara lainya). Dalam makalah ini
akan dibahasnya mengenai: perbedaan Komunikasi Lintas Budaya dengan Komunikasi Antar
Budaya, Simbol dan Bahasa Dalam Komunikasi Antar Budaya, serta Komunikasi Verbal dan
Non Verbal.

Dari hal tersebutlah pemakalah dapat merumuskan beberapa permasalahan untuk lebih detail di kaji,
adapun rumusanya adalah sebagai berikut.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana Hakikat komunikasi lintas budaya ?
2. Sepertiapa Prinsip-prinsip komunikasi pada konteks Lintas Budaya ?
3. Apa maksud dari Prinsip homofili dan heterofili ?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Hakikat komunikasi
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip komunikasi pada konteks lintas budaya
3. Untuk memahami maksud dari prinsip homofili dan heterofili

5
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Komunikasi lintas budaya


Komunikasi adalah suatu proses penyampaian informasi (pesan, ide, gagasan) dari satu
pihak kepada pihak lain agar terjadi saling mempengaruhi di antara keduanya. Pada umumnya,
komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata (lisan) yang dapat dimengerti oleh
kedua belah pihak. Apabila tidak ada bahasaverbal yang dapat dimengerti oleh keduanya,
komunikasi masih dapat dilakukan dengan menggunakan gerak-gerik badan, menunjukkan
sikap tertentu, misalnya tersenyum, menggelengkan kepala, mengangkat bahu. Cara seperti ini
disebut komunikasi dengan bahasa nonverbal.
Sedangkan Kata budaya´ berasal dari bahasa sansekerta buddhayah yang
merupakanbentuk jamak dari kata buddhi, yang berarti ³budi´ atau ³kaal´. Kebudayaan
itusendiri diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi atau akal´. Istilahculture, yang
merupakan istilah bahasa asing yang sama artinya dengankebudayaan, berasal dari kata colere´
yang artinya adalah ³mengolah ataumengerjakan´, yaitu dimaksudkan kepada keahlian
mengolah dan mengerjakantanah atau bertani. Kata colere yang kemudian berubah menjadi
culture diartikan sebagai segala daya dan kegiatan manusia untuk mengolah dan mengubah
alam´(Soekanto,1996:188). Seorang Antropolog yang bernama E.B.Taylor (1871),memberikan
defenisi mengenai kebudayaan yaitu kebudayaan adalah kompleks yang mencakup
pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiada,lain kemampuan kemampuan
dan kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan olehmanusia sebagai anggota masyarakat.
Komunikasi lintas budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang
memiliki kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan
dari semua perbedaan ini. Menurut Stewart L. Tubbs,komunikasi lintas budaya adalah
komunikasi antara orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau
perbedaan-perbedaan sosio ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan
dianut oleh sekelompok orang serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Hamid Mowlana menyebutkan komunikasi lintas budaya sebagai human flow across
national boundaries. Misalnya; dalam keterlibatan suatu konfrensi internasional dimana
bangsa-bangsa dari berbagai negara berkumpul dan berkomunikasi satu sama lain.Sedangkan
Fred E. Jandt mengartikan komunikasi lintas budaya sebagai interaksi tatap muka di antara
orang-orang yang berbeda budayanya.

6
2.2 Prinsip-prinsip Komunikasi pada Konteks Lintas Budaya
Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual
yang dijadikan oleh seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau
bertindak. Sebuah prinsip merupakan roh dari sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan
merupakan akumulasi dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah obyek atau subyek
tertentu. Prinsip juga dapat di sebut sebagai karakteristik untuk hal-hal tertentu. Namun dalam
tersebut komunikasi juga mempunyai karakteristik atau prinsip tersendiri, sebuah prinsip yang
berguna untuk membedakan komunikasi lintas budaya dengan komunikasi yang lainya.
Adapun prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a) Relativitas Bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan
oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an,
dirumuskan bahwa karakteristik bahasa memengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-
bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya,
tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang
berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.
b) Bahasa Sebagai Cermin Budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi
baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara
budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi
dilakukan.Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi,
lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah
persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).
c) Mengurangi Ketidak-pastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dam ambiguitas dalam
komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga
kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena
ketidak-pastian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya
untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
d) Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan
selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri
ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang

7
mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati,
tidak spontan, dan kurang percaya diri.
e) Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang
tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu
menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini
khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.
f) Memaksimalkan Hasil Interaksi
Dalam komunikasi antarbudaya - seperti dalam semua komunikasi - kita berusaha
memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989)
mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh, orang
akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif.
Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian,
misalnya anda akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya
dengan anda ketimbang orang yang sangat berbeda.
Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan
meningkatkan komunikasi kita.Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri dan
mengurangi komunikasi.
Ketiga, kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil
positif.dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik,
posisisi yang anda ambil, perilaku nonverbal yang anda tunjukkan, dan sebagainya.Anda
kemudian melakukan apa yang menurut anda akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak
melakkan apa yang menurut anda akan memberikan hasil negatif.

2.3 Prinsip Homofili dan Heterofili


Satu prinsip pokok komunikasi manusia adalah bahwa pemindahan ide-ide sering kali
terjadi antara orang-orang sepadan, atau homofilus. Homofili adalah sejauh mana pasangann
yang berinteraksi itu mirip dalam ciri-ciri tertentu, seperti kepercayaan, pendidikan, status
sosial, dan semacamnya. Sedangkan heterofili adalah sebaliknya yaitu pasanagan yang
mempunyai minim kemiripan dan lebih banyak perbedaan dalam ciri-ciri tertentu. Walaupun
satu label konseptual --homofi-li—diberikan terhadap gejala ini baru dipakai dalam beberapa
tahun belakangan ini oleh Lazarfeld dan Merton (1964:23) keberadaan perilaku homofili telah

8
dicatat setengah abad yang lalu oleh Tarde (1903:64): ‘’Hubungan sosial , saya ulang, lebih
erat antara orang-orang yang serupa satu sama lain dalam pekerjaan dan pendidikannya’’.
Homofili terjadi begitu sering karena komunikasi itu lebih efktif bila sumber dan
penerima sepadan. Komunikasi yang efektif seperti itu menyenangkan orang-orang yang
terlibat di dalamnya. Bila dua orang bertukar makna, kepercayaan yang sama dan bahasa yang
mereka pergunakan sama, komunikasi antar mereka cenderung lebih lancar.
Kebanyakan orang meyukai kenikmatan berinteraksi dengan orang lain yang sangat
mirip dengannya. Berbincang dengan orang yang sangat berbada dengan diri kita sendiri
memerlukan usaha keras agar komunikasi itu lancar. Komunikasi yang heterofilus bisa
menyebabkan ketakserasian pandangan karena seseorang dihadapkan pada pesan yang pesan
yang tidak cocok dengan kepercayaan-kepercayaan yang ada, menyebabkan keadaan psikolgis
yang tidak mengenakkan. Homofili dan komunikasi yang efektif itu saling mendukung.
semakin sering terjadi komunikasi antara anggota suatu pasangan, semakin cenderung mereka
menjadi homofilus,
semakin homofilus mereka semakin besar kemungkinan komunikasi mereka efektif.
Orang-Orang yang menerobos batas batas homofili dan berusah
BerkomunikasiTetapi komunikasi heterofilus punya kelebihan berupa kesanggupan
informasonal khusus, merentang dua kumpulan orang-orang yang secara sosial tidak sama.
Mata rantai antar pribadi terutama penting dalam membawa informasi mengenai inofasi.

2.4 Perbedaan Komunikasi Lintas Budaya dan Komunikasi Antar Budaya

Kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di dalamnya terkandung ilmu


pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat, kemampuan yang lain
serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota masyarakat (E. B Taylor).
Budaya dan komunikasi tidak dapat dipisahkan oleh karena budaya tidak hanya menentukan
siapa bicara dengan siapa, tentang apa, dan bagaimana orang tersebut menyandi pessan,
makna yang ia miliki untuk pesan, serta kondisi – kondisinya untuk mengirim, memperhatikan
dan menafsirkan pesan.[1]

Komunikasi Antar Budaya (intercultural communication) adalah proses pertukaran


pikiran dan makna antara orang-orang yang berbeda budaya. Ketika komunikasi terjadi
antara orang-orang berbeda bangsa, kelompok ras atau komunitas bahasa, komunikasi
tersebut disebut komunikasi antar budaya (selanjutnya disingkat KAB). Jadi pada dasarnya
komunikasi antar budaya mengkaji bagaimana budaya berpengaruh terhadap aktivitas

9
komunikasi, apa makna pesan verbal dan nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan,
apa yang layak dikomunikasikan, kapan mengkomunikasikannya, dan bagaimana cara
mengkomunikasikannya melalu verbal ataupun nonverbal.[2]

Sementara itu Komunikasi lintas budaya / KLB (cross-cultural communication) secara


tradisional membandingkan fenomena komunikasi dalam budaya-budaya berbeda. Contoh
bagaimana gaya komunikasi pria dalam budaya Amerika dan budaya Indonesia. Tetapi
lambat laun KAB dan KLB sering dipertukarkan. Secara konvensional KAB lebih luas dan lebih
komprehensif daripada KLB.[3]

Berikut perbedaan – perbedaan Komunikasi Antar Budaya dan Komunikasi Lintas


Budaya.

No. Komunikasi Lintas Budaya Komunikasi Antar Budaya

1 Awalnya diartikan sebagai proses Komunikiasi antarpribadi yang dilakukan


mempelajari komunikasi di antara oleh pribadi-pribadi dalam suku bangsa
individu maupun kelompok suku bangsa yang sama.
dan ras yang berbeda negara. Karena
pasti beda negara pasti beda
kebudayaan.

2 Menekankan perbandingan Menekankan interaksi yang terjadi antar


kebudayaan pribadi yang berbeda latar belakang
kebudayaan

10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perbedaan kebudayaan dan gaya-gaya komunikasi berpotensi untuk menimbulkan
masalah-masalah dalam komunikasi antar budaya. Tetapi tidak saja perbedaan, melainkan
juga lebih penting lagi, kesulitan untuk mengakui perbedaan yang menyebabkan masalah
serius dan mengancam kelancaran komunikasi antar budaya yang dapat menjurus ke
disentegrasi nasional. Maka kesadaran akan variasi kebudayaan, ditambah dengan kemauan
untuk menghargai variasi tersebut akan sangat mendorong hubungan antar kebudayaan.
Komunikasi lintas budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki
kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua
perbedaan ini. Menurut Stewart L. Tubbs,komunikasi lintas budaya adalah komunikasi antara
orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio
ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang
serta berlangsung dari generasi ke generasi.

Satu prinsip pokok komunikasi manusia adalah bahwa pemindahan ide-ide sering kali
terjadi antara orang-orang sepadan, atau homofilus. Homofili adalah sejauh mana pasangann
yang berinteraksi itu mirip dalam ciri-ciri tertentu, seperti kepercayaan, pendidikan, status
sosial, dan semacamnya. Sedangkan heterofili adalah sebaliknya yaitu pasanagan yang
mempunyai minim kemiripan dan lebih banyak perbedaan dalam ciri-ciri tertentu.

3.2 Saran
Ungkapan terima kasih kepada pembaca dan pendengar makalah ini , dan partisipasi
dari kalian sangat pemakalah harapkan, Karen makalah ini masih dari yang namanya sempurna.
Dan terutama bagi bapak prihananto selaku pengampuh materi kuliyah beribu terima kasih dan
maaf. Karena apa jadinya kami kalau tanpa bimbingannya, dan untuk kesabarannya dalam
mendidik kami.

11
DAFTAR PUSTAKA

Alo Liliweri. Dasar-Dasar Komunikasi Antarbudaya. Yogyakarta. Pustaka Pelajar.2003.


file:///D:/%20IV/kom%20lintas%20budaya-%20senin/lintasbudaya/ketokohan-dan-jaringan-
difusi%20hom%20het.htm . rabu.27.
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke Facebook

12

Anda mungkin juga menyukai