Kel 4 Makalah Komunikasi 2
Kel 4 Makalah Komunikasi 2
Disusun oleh:
1. DITA FEBIYANA(2014301054)
2. EMIASATRI (2014301055)
3. IDA BAGUS PUTU SANJAYA P (2014301061)
4. LINDA RIA ANANTA (2014301068)
5. M AKBAR (2014301072)
6. MUTIARA A (2014301073)
7. OCA YULIANDA (2014301079)
8. RANU DWI SAM ADITYA (2014301084)
2021
1
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT Tuhan semesta alam yang melimpahkan
rahmatnya kepada kita serta sholawat dan salam semoga tetap terlimpahkan kepada nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kita pada jalan kebenaran yakni agama Islam.
Makalah yang berjudul “Prinsip-prinsip Komunikasi dalam penerapan pada konteks
lintas budaya” ini merupakan sebuah tugas untuk memenuhi tugas mata kuliah. Yang mana
dengan tugas ini beliau dapat mengetahui seberapa besar kemampuan para mahasiswa dalam
memahami mata kuliah yang beliau ajarkan.
Agar kami lebih mudah dalam menulis makalah ini, kami berusaha semaksimal mungkin
mencari beberapa referensi baik dari buku maupun internet serta mempelajarinya untuk
mempermudah dalam penyelesaian makalah ini.
Kami harap makalah ini dapat mengganti semua kekurangan kami saat kuliah dan juga
dapat menambah pengetahuan kami walaupun hanya sedikit karena memang itulah batas
kemampuan kami. Selain itu kami harap makalah ini juga bermanfaat dan dapat meningkatkan
pengetahuan belajar kita tentang Komunikasi Lintas Budaya.
Kritik dan saran sangat diharapkan oleh penulis untuk mengetahui kekurangan dari
makalah ini karena penulis masih dalam taraf belajar dan bukanlah manusia yang sempurna.
Penulis
2
DAFTAR ISI
COVER ............................................................................................................ i
KATA PENGANTAR ..................................................................................... ii
DAFTAR ISI.................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ........................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ................................................................................... 4
1.3 Tujuan .................................................................................................... 4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Hakikat Komunikasi lintas budaya ......................................................... 6
2.2 Prinsip-prinsip Komunikasi .................................................................... 7
2.3 Prinsip Homofili dan Heterofili .............................................................. 8
Perbedaan Komunikasi Lintas Budaya dan Komunikasi Antar Budaya
2.4
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ............................................................................................. 10
3.2 Saran ....................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 11
3
BAB I
PENDAHULUAN
Tidaklah asing bagi kita sebagai warga Negara Indonesia dengan adanya perbedaan
budaya di kalangan masyarakat kita, karena mengingat begitu luasnya wilayah indonesia
hingga Indonesia disebut – sebut sebagai negara seribu pulau. Hal ini patutlah membuat kita
sebagai warga Negara Indonesia menjadi bangga akan kekayaan kebudayaan kita. Akan
4
tetapi pada Kenyataanya seringkali kita tidak bisa menerima atau merasa kesulitan
menyesuaikan diri dengan perbedaan-perbedaan yang terjadi akibat interaksi tersebut,
seperti masalah perkembangan teknologi, kebiasan yang berbeda dari seorang teman yang
berbeda asal daerah atau cara-cara yang menjadi kebiasaan (bahasa, tradisi atau norma-
norma) yang berlaku dari suatu daerah.
Oleh karena itu, disini manfaatnya kita perlu belajar mengenai bagaimana cara
berkomunikasi antar budaya yang berbeda. Tidak hanya dengan satu bangsa melainkan lintas
bangsa, lintas bangsa disini yang dimaksudkan nya adalah kebudayaan dari luar negara
indonesia misalnya (Cina, Jepang, Inggris, Amerika, dan negara lainya). Dalam makalah ini
akan dibahasnya mengenai: perbedaan Komunikasi Lintas Budaya dengan Komunikasi Antar
Budaya, Simbol dan Bahasa Dalam Komunikasi Antar Budaya, serta Komunikasi Verbal dan
Non Verbal.
Dari hal tersebutlah pemakalah dapat merumuskan beberapa permasalahan untuk lebih detail di kaji,
adapun rumusanya adalah sebagai berikut.
1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Hakikat komunikasi
2. Untuk mengetahui prinsip-prinsip komunikasi pada konteks lintas budaya
3. Untuk memahami maksud dari prinsip homofili dan heterofili
5
BAB II
PEMBAHASAN
6
2.2 Prinsip-prinsip Komunikasi pada Konteks Lintas Budaya
Prinsip adalah suatu pernyataan fundamental atau kebenaran umum maupun individual
yang dijadikan oleh seseorang/ kelompok sebagai sebuah pedoman untuk berpikir atau
bertindak. Sebuah prinsip merupakan roh dari sebuah perkembangan ataupun perubahan, dan
merupakan akumulasi dari pengalaman ataupun pemaknaan oleh sebuah obyek atau subyek
tertentu. Prinsip juga dapat di sebut sebagai karakteristik untuk hal-hal tertentu. Namun dalam
tersebut komunikasi juga mempunyai karakteristik atau prinsip tersendiri, sebuah prinsip yang
berguna untuk membedakan komunikasi lintas budaya dengan komunikasi yang lainya.
Adapun prinsip tersebut adalah sebagai berikut :
a) Relativitas Bahasa
Gagasan umum bahwa bahasa memengaruhi pemikiran dan perilaku paling banyak disuarakan
oleh para antropologis linguistik. Pada akhir tahun 1920-an dan disepanjang tahun 1930-an,
dirumuskan bahwa karakteristik bahasa memengaruhi proses kognitif kita. Dan karena bahasa-
bahasa di dunia sangat berbeda-beda dalam hal karakteristik semantik dan strukturnya,
tampaknya masuk akal untuk mengatakan bahwa orang yang menggunakan bahasa yang
berbeda juga akan berbeda dalam cara mereka memandang dan berpikir tentang dunia.
b) Bahasa Sebagai Cermin Budaya
Bahasa mencerminkan budaya. Makin besar perbedaan budaya, makin perbedaan komunikasi
baik dalam bahasa maupun dalam isyarat-isyarat nonverbal. Makin besar perbedaan antara
budaya (dan, karenanya, makin besar perbedaan komunikasi), makin sulit komunikasi
dilakukan.Kesulitan ini dapat mengakibatkan, misalnya, lebih banyak kesalahan komunikasi,
lebih banyak kesalahan kalimat, lebih besar kemungkinan salah paham, makin banyak salah
persepsi, dan makin banyak potong kompas (bypassing).
c) Mengurangi Ketidak-pastian
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besarlah ketidak-pastian dam ambiguitas dalam
komunikasi. Banyak dari komunikasi kita berusaha mengurangi ketidak-pastian ini sehingga
kita dapat lebih baik menguraikan, memprediksi, dan menjelaskan perilaku orang lain. Karena
ketidak-pastian dan ambiguitas yang lebih besar ini, diperlukan lebih banyak waktu dan upaya
untuk mengurangi ketidak-pastian dan untuk berkomunikasi secara lebih bermakna.
d) Kesadaran Diri dan Perbedaan Antarbudaya
Makin besar perbedaan antarbudaya, makin besar kesadaran diri (mindfulness) para partisipan
selama komunikasi. Ini mempunyai konsekuensi positif dan negatif. Positifnya, kesadaran diri
ini barangkali membuat kita lebih waspada. ini mencegah kita mengatakan hal-hal yang
7
mungkin terasa tidak peka atau tidak patut. Negatifnya, ini membuat kita terlalu berhati-hati,
tidak spontan, dan kurang percaya diri.
e) Interaksi Awal dan Perbedaan Antarbudaya
Perbedaan antarbudaya terutama penting dalam interaksi awal dan secara berangsur berkurang
tingkat kepentingannya ketika hubungan menjadi lebih akrab. Walaupun kita selalu
menghadapi kemungkinan salah persepsi dan salah menilai orang lain, kemungkinan ini
khususnya besar dalam situasi komunikasi antarbudaya.
f) Memaksimalkan Hasil Interaksi
Dalam komunikasi antarbudaya - seperti dalam semua komunikasi - kita berusaha
memaksimalkan hasil interaksi. Tiga konsekuensi yang dibahas oleh Sunnafrank (1989)
mengisyaratkan implikasi yang penting bagi komunikasi antarbudaya. Sebagai contoh, orang
akan berintraksi dengan orang lain yang mereka perkirakan akan memberikan hasil positif.
Karena komunikasi antarbudaya itu sulit, anda mungkin menghindarinya. Dengan demikian,
misalnya anda akan memilih berbicara dengan rekan sekelas yang banyak kemiripannya
dengan anda ketimbang orang yang sangat berbeda.
Kedua, bila kita mendapatkan hasil yang positif, kita terus melibatkan diri dan
meningkatkan komunikasi kita.Bila kita memperoleh hasil negatif, kita mulai menarik diri dan
mengurangi komunikasi.
Ketiga, kita mebuat prediksi tentang mana perilaku kita yang akan menghasilkan hasil
positif.dalam komunikasi, anda mencoba memprediksi hasil dari, misalnya, pilihan topik,
posisisi yang anda ambil, perilaku nonverbal yang anda tunjukkan, dan sebagainya.Anda
kemudian melakukan apa yang menurut anda akan memberikan hasil positif dan berusaha tidak
melakkan apa yang menurut anda akan memberikan hasil negatif.
8
dicatat setengah abad yang lalu oleh Tarde (1903:64): ‘’Hubungan sosial , saya ulang, lebih
erat antara orang-orang yang serupa satu sama lain dalam pekerjaan dan pendidikannya’’.
Homofili terjadi begitu sering karena komunikasi itu lebih efktif bila sumber dan
penerima sepadan. Komunikasi yang efektif seperti itu menyenangkan orang-orang yang
terlibat di dalamnya. Bila dua orang bertukar makna, kepercayaan yang sama dan bahasa yang
mereka pergunakan sama, komunikasi antar mereka cenderung lebih lancar.
Kebanyakan orang meyukai kenikmatan berinteraksi dengan orang lain yang sangat
mirip dengannya. Berbincang dengan orang yang sangat berbada dengan diri kita sendiri
memerlukan usaha keras agar komunikasi itu lancar. Komunikasi yang heterofilus bisa
menyebabkan ketakserasian pandangan karena seseorang dihadapkan pada pesan yang pesan
yang tidak cocok dengan kepercayaan-kepercayaan yang ada, menyebabkan keadaan psikolgis
yang tidak mengenakkan. Homofili dan komunikasi yang efektif itu saling mendukung.
semakin sering terjadi komunikasi antara anggota suatu pasangan, semakin cenderung mereka
menjadi homofilus,
semakin homofilus mereka semakin besar kemungkinan komunikasi mereka efektif.
Orang-Orang yang menerobos batas batas homofili dan berusah
BerkomunikasiTetapi komunikasi heterofilus punya kelebihan berupa kesanggupan
informasonal khusus, merentang dua kumpulan orang-orang yang secara sosial tidak sama.
Mata rantai antar pribadi terutama penting dalam membawa informasi mengenai inofasi.
9
komunikasi, apa makna pesan verbal dan nonverbal menurut budaya-budaya bersangkutan,
apa yang layak dikomunikasikan, kapan mengkomunikasikannya, dan bagaimana cara
mengkomunikasikannya melalu verbal ataupun nonverbal.[2]
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Perbedaan kebudayaan dan gaya-gaya komunikasi berpotensi untuk menimbulkan
masalah-masalah dalam komunikasi antar budaya. Tetapi tidak saja perbedaan, melainkan
juga lebih penting lagi, kesulitan untuk mengakui perbedaan yang menyebabkan masalah
serius dan mengancam kelancaran komunikasi antar budaya yang dapat menjurus ke
disentegrasi nasional. Maka kesadaran akan variasi kebudayaan, ditambah dengan kemauan
untuk menghargai variasi tersebut akan sangat mendorong hubungan antar kebudayaan.
Komunikasi lintas budaya adalah komunikasi yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki
kebudayaan yang berbeda (bisa beda ras, etnik, atau sosioekonomi, atau gabungan dari semua
perbedaan ini. Menurut Stewart L. Tubbs,komunikasi lintas budaya adalah komunikasi antara
orang-orang yang berbeda budaya (baik dalam arti ras, etnik, atau perbedaan-perbedaan sosio
ekonomi).Kebudayaan adalah cara hidup yang berkembang dan dianut oleh sekelompok orang
serta berlangsung dari generasi ke generasi.
Satu prinsip pokok komunikasi manusia adalah bahwa pemindahan ide-ide sering kali
terjadi antara orang-orang sepadan, atau homofilus. Homofili adalah sejauh mana pasangann
yang berinteraksi itu mirip dalam ciri-ciri tertentu, seperti kepercayaan, pendidikan, status
sosial, dan semacamnya. Sedangkan heterofili adalah sebaliknya yaitu pasanagan yang
mempunyai minim kemiripan dan lebih banyak perbedaan dalam ciri-ciri tertentu.
3.2 Saran
Ungkapan terima kasih kepada pembaca dan pendengar makalah ini , dan partisipasi
dari kalian sangat pemakalah harapkan, Karen makalah ini masih dari yang namanya sempurna.
Dan terutama bagi bapak prihananto selaku pengampuh materi kuliyah beribu terima kasih dan
maaf. Karena apa jadinya kami kalau tanpa bimbingannya, dan untuk kesabarannya dalam
mendidik kami.
11
DAFTAR PUSTAKA
12