Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN TIM PENCEGAHAN DAN

PENGENDALIAN INFEKSI

RUMAH SAKIT TEBET


JL. LET.JEND MT.HARYONO KAV.13
JAKARTA
JANUARI – MARET 2019
LAPORAN KOMITE PANTIA PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI

1. PENDAHULUAN
Terjangkitnya infeksi Rumah Sakit dan fasilitas kesehatan/HAIs (Hospital Aquired
Infections), artinya infeksi yang terjadi dirumah sakit. Hal ini berimplikasi sangat luas
menimbulkan masalah bagi penderita dan dapat merugikan nama baik rumah sakit. Sebagai
sebuah penyakit yang berdiri sendiri (terlepas dari keterkaitan penyakit dasar) yang muncul
sebagai akibat tindakan medis dan asuhan keperawatan yang dilakukan baik sesuai SPO atau
pun tidak, maka infeksi nosokomial dapat mempengaruhi morbiditas dan mortalitas penyakit
dasar. Akibat lain adalah hari rawat yang lebih panjang dan itu berarti perlu adanya tambahan
biaya sedangkan bagi rumah sakit dapat memberikan kesan kurang baik terhadap pencegahan
infeksi yang merupakan indikator keselamatan pasien rumah sakit.

2. PENGORGANISASIAN
Berdasar pada SK Direktur Tentang Pembentukan Panitia Pencegahan dan Pengendalian
Infeksi (PPI) Rumah Sakit Tebet bahwa PPIRS berbentuk Panitia Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi Rumah Sakit,  terdiri dari berbagai unit terkait yang bertanggung jawab
kepada Direktur Medik dan Keperawatan. Kemudian untuk operasional,  ada Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi Rumah Sakit yang terdiri dari unsur perawat (IPCN =Infection
prevention control nurse dan IPCLN= Infection prevention control link nurse)  PPIRS
mempunyai peran penting  dalam rangka memberikan pelayanan yan berkualitas terhadap
pasien, baik langsung ataupun tidak langsung. Memberi pengertian dan tambahan wawasan
terhadap pasien dan pengunjungnya tentang perkembangan penyakit dan kuman  setidaknya
akan mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien.
Kendala yang dihadapi :
a. Beberapa kerjasama yang semestinya dilakukan  dengan unit lainnya menjadi tidak dapat
dilakukan contohnya  mendisain sebuah ruangan seharusnya melibatkan unsur PPIRS
untuk memberikan masukan  kepada tim/unit/pihak yang melaksanakan  pembangunan
sehingga dapat sesuai atau paling tidak mendekati kaidah PPI
b. Masukan PPIRS tidak bisa langsung dilaksanakan mengingat keadaan, iklim dan cuaca,
biaya yang belum teranggarkan dan lain-lain
c. Petugas IPCN sudah purna waktu ,dan bekerjasama dengan IPCLN
Harapan-harapan
a. Masukan dari PPI untuk keselamatan pasien dan keselamatan pekerja dapat diperhatikan
oleh seluruh pegawai dan pengambil keputusan.
b. Semua kendala saat ini dapat dihilangkan pada tahun ini.
c. PPIRS kedepan bisa memberikan kontribusi yang baik untuk peningkatan mutu layanan
di Rumah Sakit Tebet dan bisa berkolaborasi dengan unit yang lain untuk kemajuan
Rumah Sakit Tebet dan akhirnya berpartisipasi dalam mewujudkan mayarakat  Indonesia
yang berkualitas, Sehat dan Mandiri sehingga usia harapan hidup akan lebih baik.
d. Petugas PPI / IPCN dapat bertugas secara purna waktu dengan jumlah tenaga sesuai
dengan kapasitas tempat tidur yaitu 1:100 TT.

3. TABEL ANGKA INFEKSI

ANGKA PLEBITIS (%)

NO BULAN ICU LT .3 LT.4A LT.4B LT.7


1 JANUARI 3,20 2,50 2,66 2,50 2,40
2 FEBRUARI 2,30 2,00 2,46 2,20 2,10
3 MARET 2,00 1,85 2,01 2,15 2,00

ANGKA ISK (%)

NO BULAN ICU LT .3 LT.4A LT.4B LT.7


1 JANUARI 0 0 0 0 0
2 FEBRUARI 0 0 0 0 0
3 MARET 0 0 0 0 0
ANGKA IADP (%)

N BULAN ICU LT .3 LT.4A LT.4B LT.7


O
1 JANUARI 0 0 0 0 0
2 FEBRUARI 0 0 0 0 0
3 MARET 0 0 0 0 0
DATA PASIEN PNEUMONIA (VAP) (%)

NO BULAN ICU LT .3 LT.4A LT.4B LT.7


1 JANUARI 0 0 0 0 0
2 FEBRUARI 0 0 0 0 0
3 MARET 0 0 0 0 0
DATA PASIEN DEKUBITUS (%)

N BULAN ICU LT .3 LT.4A LT.4B LT.7


O
1 JANUARI 0 0 0 0 0
2 FEBRUARI 0 0 0 0 0
3 MARET 0 0 0 0 0

DATA PASIEN IDO (%)

N BULAN ICU LT .3 LT.4A LT.4B LT.7


O
1 JANUARI 0 0 0 0 0
2 FEBRUARI 0 0 0 0 0
3 MARET 0 0 0 0 0

4. Analisa Tabel

Dari data phlebitis bulan Januari sampai dengan Maret 2019, diketahui bahwa terjadi phlebitis
pada bulan Januari sampai dengan Maret 2019 , dengan jumlah paling banyak pada lantai 4A
yaitu sebanyak 2,66% pada bulan Januari.

Infeksi saluran kemih (ISK), Infeksi Aliran Darah Primer (IADP), dan
Pneumonia,Dekubitus,IDO pada bulan Januari sampai Maret 2019 dengan nihil.

Masih terdapatnya angka infeksi phlebitis, kemungkinan penyebabnya adalah;


1.      Disinfeksi yang tidak adequat.
2.      Prosedur yang tidak dijalankan dengan baik saat pemasangan IV Catheter.
3.      Lingkungan  terkontaminasi kuman.
4.      Kepatuhan cuci tangan petugas saat sebelum melaksanakan tindakan aseptic masih
sangat rendah, meskipun belum ada data untuk kepatuhan cuci tangan.
5.      Penggunaan IV line ≥ 1 minggu di satu tempat.

Sedangkan tidak adanya resiko ISK, IADP, VAP,Dekubitus,IDO dikarenakan sudah dilakukan
tindakan yang sesuai dengan Standar Operasional Prosedur (SOP) dan kepatuhan Cuci Tangan
petugas dengan 5 moment hygiene.
5. SURVEY KEPATUHAN CUCI TANGAN (HH)

N JANUARI
PETUGAS
O
IGD POLI ICU LANT3 LANT 4 LANT 7 IGD
  RUANGAN
12,50 15,80 15,50 20,00 25,00 23,21 12,50
1 DOKTER
12,60 15,60 10,50 19,45 10,50 20,21 12,60
2 PERAWAT
12,50  11,25 20,00 10,00 15,00 18,50 12,50
3 PEKERJA RS
N
PETUGAS FEBRUARI
O
IGD POLI ICU LANT 3 LANT 4 LANT 7 IGD
  RUANGAN
12,50 12,50 27,50 35,00 24,30 27,17 12,50
1 DOKTER
12,50 12,50 20,60 27,50 15,50 24,92 12,50
2 PERAWAT
12,76 13,00  20,00 10,00 20,00 26,98 12,76
3 PEKERJA RS
N
PETUGAS MARET
O
IGD POLI ICU LANT 3 Lt. 4 Lt. 7 IGD
  RUANGAN
25,85 12,71 32,30 35,50 14,68 22,58 25,85
1 DOKTER
23,75 12,71 26,60 21,00 14,28 26,00 23,75
2 PERAWAT
34,47  12,50 26,80 20,00 10,92 31,16 34,47
3 PEKERJA RS
Grafik:

Dari penilaian Tingkat kepatuhan cuci tangan berdasarkan five moments hand hygiene yang
dilakukan dari bulan Juli sampai dengan Sepember 2017, didapatkan bahwa persentase
kepatuhan hand hygiene pada dokter, perawat dan pekerja RS mengalami peningkatan di bulan
September diikuti oleh peningkatan kesadaran akan pentingnya kebersihan tangan. Peningkatan
ini dapat disebabkan oleh telah dilakukannya edukasi hand hygiene kepada seluruh karyawan
dan petugas kesehatan di Rumah Sakit Tebet dan juga sarana dan prasarana hand hygiene telah
dilengkapi. Kebersihan cuci tangan merupakan salah satu indikator pasien safety yang harus
dijalankan oleh dokter, perawat, petugas lab dan semua petugas di rumah sakit, dengan
meningkatnya kepatuhan petugas dalam cuci tangan juga berarti meningkatnya kualitas
pelayanan Rumah Sakit Tebet. Hasil akhir yang diharapkan dari meningkatnya kepatuhan dokter,
perawat dan petugas lab dalam cuci tangan ini adalah menurunnya angka infeksi HAI’s (Hospital
Acquired Infection) yang terjadi pada pasien pengunjung Rumah Sakit Tebet.
6. MEKANISME PENENTUAN HAIs DENGAN KULTUR

Di Rumah Sakit Tebet sudah dimulai untuk pemeriksaan kultur dimana manfaat dari
pemeriksaan tersebut adalah untuk meneliti peta kuman di Rumah Sakit Tebet, dengan
demikian pemberian antibiotik/antimikroba kepada pasien betul-betul berdasar pada peta
kuman yang ada. Selain itu pemeriksaan kultur juga dilakukan untuk pemeriksaan
kejadian HAIs, sehingga infeksi yang terjadi betul-betul dapat dikendalikan.
Telah dimaklumi bersama bahwa, penentuan beberapa kasus infeksi rumah sakit harus
ditentukan dengan pemeriksaan kultur, sehingga tidak dikira-kira dan ada bukti otentik
bahwa infeksinya akibat kuman yang terdapat dilingkungan rumah sakit dan atau petugas
rumah sakit. Tapi pada kasus-kasus yang jelas terjadi infeksi setelah 2 hari perawatan di
RS (3 x 24 jam), maka tidak menunggu hasil kultur.

Manfaat Pemeriksaan Kultur


o    Mengetahui jenis kuman/peta kuman
o    Mengetahu resistensi kuman/Mengetahui Antibiotik yang harus diberikan
Pemeriksaan Kultur di Rumah Sakit Tebet baru dimulai pada bulan Januari 2015.Adapun
untuk pemeriksaan kultur,hasilnya tidak ada yang terinfeksi di bulan Juni-Agustus 2017
tidak ada yang terinfeksi.
7.   KEGIATAN YANG SUDAH DILAKSANAKAN
a. Kampanye Cuci tangan (Hand Hygiene campain)
Kegiatan ini terus dilaksanakan  dan secara bertahap kesadaran untuk pentingnya
cuci tangan  
b. Program kepada pasien dan pengunjung rumah sakit:
Program pendidikan dan pelatihan kepada pasein dan penunggunya belum
dilaksanakan secara berkesinambungan. Sosialisasi tentang pengendalian infeksi
masih sangat minim dilakukan, memberikan informasi tentang pengendalian
infeksi kepada pengunjung menjadi bagian yang cukup penting untuk bisa
terkendalinya infeksi nosokomial (HAIs). Program pendidikan kepada petugas
sedikit demi sedikit sudah berjalan, orientasi karyawan baru, sudah dilaksanakan
meskipun belum sepenuhnya.
c. Program Medical Check Up (MCU) telah dilaksanakan,demikian juga dengan
immunisasi bagi petugas/karyawan yang rencananya akan dilakukan immunisasi
Hep.B
d. Untuk Survey dapat terlaksana secara rutin untuk melihat mutu pelayanan ditinjau
dari beberapa angka infeksi yang antara lain ISK, IDO, pneumania, tusukan jarum
infus, sepsis, decubitus dan angka infeksi pada pemasangan WSD.
e. Kejadian infeksi sangat terkait dengan terkait dengan program penyehatan
lingkungan dirasakan masih perlu banyak koreksi terutama lingkungan pasien
yang berbaur dengan penunggu pasien sangat mempengaruhi infeksi silang dari
penunggu kepada pasien atau sebaliknya.
f. Mengikuti Pelatihan IPCN pada tanggal 24 September 2017, di Hotel Twinz Plaza
Slipi Jakarta yang diselenggarakan oleh HIIPPI Pusat.
g. Mengikuti pelatihan CSSD pada bulan November 2017 di Jakarta.

8. PENGGUNAAN ANTI MIKROBA


Penggunaan antibiotika dan antimikroba di Rumah sakit Tebet belum ada standarisasi/
formularium yang disepakati. Pada umumnya antimikroba yang digunakan adalah
sepalosforin generasi III, karena dokter lebih mengutamakan kesembuhan pasiennya
dengan cara pemberian antimikroba yang dipercaya. Sepalosporin generasi III adalah
antimikroba yang banyak dipilih.
Bahwa pemetaan kuman di Rumah Sakit Tebet saat ini sedang berlangsung dimana
hasil peta kuman dapat digunakan untuk keperluan penggunaan antibiotika dan
antimikroba yang wajar, sehingga formularium antibiotika/ antimikroba di RS. Yadika
Kebayoran Lama segeraa dapat disusun.
9. PEMBATASAN PENGUNJUNG
Pembatasan pengunjung menjadi penting karena akan menyangkut beberapa hal;
Pemutusan rantai penularan, kebersihan lingkungan, ketertiban keamanan dan
kenyamanan, mengurangi kontaminasi terhadap pasien. Saat ini Rumah Sakit Tebet telah
menetapkan jam berkunjung siang hari : jam 11.00-13.00 WIB dan Sore hari : 17.00 –
19.00 WIB
10. LAPORAN PENGUJIAN SANITASI KESEHATAN LINGKUNGAN JAKARTA
Bahwa saat dilakukan pengujian baku mutu udara tidak ditemukan angka diatas baku
mutu yang telah ditetapkan
 Untuk pemeriksaan alat medis, usap dinding, dan alat makan (nampan, mangkok,
plato, pisen lauk, dan piring makan) tidak terdapat kuman/mikroorganisme yang
pathogen yang dapat menyebabkan kesakitan atau wabah.
11. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI
 Kesimpulan
o Angka Infeksi rumah sakit / HAIs, di Rumah Sakit Tebet periode Juni sampai
dengan Agustus 2017 masih terkendali, kecuali angka phlebitis, yang masih
perlu ditindak lanjuti karena hal ini menjadi indikator mutu RS, tentunya perlu
disadari oleh berbagai praktisi kesehatan lainnya seperti laboratorium juga
memberikan kontribusi sebesar 23,4 ‰ terjadinya phlebitis akibat tusukan
jarum. Sehingga perlu adanya pelatihan kepekaan untuk mengambil darah,
kesamaan cara desinfeksi dan tidak menggunakan sarung tangan satu kali
pakai, tapi digunakan untuk  semua pasien. 
o Kewaspadaan isolasi belum dipahami oleh staf dan petugas dilapangan
sehingga masih mengabikan prinsip-prinsip / konsep kewaspadaan isolasi.
 Rekomendasi
o Untuk Bidang Perawatan dan Diklat, Perlu adanya pelatihan / Refresh untuk
pemasangan IV Chateter, dan pelatihan penangan pasien menular, mulai dari
desinfeksi, mengeksekusi vena, penentuan kaliber jarum infus, melakukan
tindakan secara septik dan aseptik, bisa dilakukan pada kelompok-kelompok
kecil  disetiap ruangan, termasuk unit laboratorium.
o Kepada Komite Medik segera merampungkan pedoman/panduan penggunaan
antibiotik/antimikroba yang wajar, sambil menunggu peta kuman yang akan
direalisasikan pada tahun ini.
o Gunakan sarung tangan sewajarnya, kami anggap salah jika visite, pemasangan
elektrode ECG, Mendorong pasien/menggotong pasien, membersihkan lantai,
nyetir membagi makanan, menyuapi pasien, mendorong troli tindaakan dll
masih menggunakan sarung tangan (handscoon) dan cara yang terbaik adalah
menertibkan/membiasakan Hand Hygiene (5 moment).
o Untuk Instalasi gizi agar memperbaiki cara mencuci bahan makanan dan alat
makan yang digunakan pasien, gunakan disinfekstan yang aman untuk
pencucian bahan makanan dan alat makan bila perlu menggunkan air hangat,
bila mungkin alat makan dilakukan sterilisasi

o Dari hasil PPI Day (survey ke ruangan perawatan)


a) Tirai sebaiknya tidak menggunakan dari bahan linen, meskipun linen
bukan media transmisi yang baik untuk kuman direkomendasikan supaya
menggunakan bahan-bahan dari sejenis plastik sehingga mudah untuk
dibersihkan.
b) Kursi yang digunakan untuk pelayanan sebaiknya dilapisi sejenis
kalp/plastik agar mudah untuk dibersihkan.
c) Keset alas kaki sebaiknya tidak digunakan karena akan menjadi media
yang subur untuk pertumbuhan kuman.
d) Untuk diruang ICU dan NICU, pengunjung diminta untuk melepas alas
kaki. Tentu tujuannya adalah mempertahankan kebersihan ruangan karena
sering kali pengunjung memakai sepatu/ sandal yang kotor, terutama
dimusim hujan. Menurut kaidah PPI tidak disarankan melepas alas kaki
karena, kaki pengunjung menjadi terkontaminasi kuman dari lantai rumah
sakit selain itu juga mengganggu akses keluar masuk ruangan karena pada
umumnya diletakan didepan pintu dan mengganggu estetika. Seharusnya
mempertahankan kebersihan lantai dengan meningkatkan frekwensi
pembersihan lantai.
e) Diruangan supaya tidak menyimpan dan me-reuse alat habis pakai seperti
spuit dan selang oksigen dan atau alat kesehatan yang sudah ditetapkan
tidak di-reuse.
f) Simpan bak seng atau piring makan pada tempat yang benar, sehingga sisa-
sisa makanan tidak mengundang binatang (lalat).
g) Penyimpanan linen kotor harus pada kontainer yang  tertutup, sehingga
pada saat dibawa ke loundry kuman yang terdapat pada linen kotor tidak
beterbangan/ menjadi droplet.
h) Ventilasi di ruang anggrek dan poliklinik lantai 2 adalah yang paling buruk
sebaiknya segera dibuatkan exhous fan sehingga udara dapat bersirkulasi
dengan baik.
i) Suport dan pengawasan serta kepedulian tentang HAIs dari pihak direksi
dan stafnya secara berkesinambungan sangat dibutuhkan untuk dapat
meningkatkan layanan yang berkualitas.
j) Konsep isolasi segera dilaksanakan dengan pemenuhan kebutuhan standart.
k) Kewaspadaan isolasi harus segera disosialisasikan secara intensif kepada
seluruh staf Rumah sakit sehingga dapat segera dipahami, terbiasa dan
dilaksanakan.

12. PENUTUP
Demikian laporan ini di buat  mudah-mudahan bisa menjadi bahan pertimbangan untuk
beberapa kebijakan  yang menyangkut PPIRS,  tentunya untuk kemajuan rumah sakit yang
dapat memberikan pelayanan yang bermutu, melalui penanganan pasien yang tepat
pemutusan rantai penularan penyakit dan pencegahan penyakit menular. Dengan demikian
rumah sakit kita  turut berkontribusi untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang sehat
dan mandiri, membebaskan manusia dari sakit dan kecacatan.

Mengetahui Ka. Komite PPI


Direktur Rumah Sakit Tebet Rumah Sakit Tebet

Dr. Esther Poerwantoro, SpPK Dr. Hartatiningsih, SpPA

Anda mungkin juga menyukai