Soeharto tidak seperti anak desa lainnya yang harus bekerja di sawah.
Dalam usia yang sangat muda, ia disekolahkan oleh Kertosudiro. Tidak ada
berita-berita mengenai masa Soeharto di Sekolah Rakyat (setingkat SD). Kesan
Soeharto pada masa SD itu hanya pada ingatannya tentang kerbau-kerbaunya.
Dunia Soeharto hanya berkutat pada penggembalaan kerbau, jauh dari cerita-
cerita anak yang didapat dari buku-buku yang kerap dibaca anak-anak SD. Hal ini
berbeda misalnya dengan cerita Soekarno sewaktu dia masih di SD yang banyak
berkisah tentang masa sekolahnya dan apa yang dibacanya, begitu juga dengan
Hatta dan Sjahrir yang sejak kecil sudah akrab dengan Karl May atau cerita dari
novel-novel Charles Dickens. Ketika semakin besar, Soeharto tinggal bersama
kakeknya, Mbah Atmosudiro, ayah dari ibunya. Soeharto sekolah ketika berusia
delapan tahun, tetapi sering berpindah. Semula disekolahkan di Sekolah Dasar
(SD) di Desa Puluhan, Godean. Lalu, pindah ke SD Pedes (Yogyakarta) lantaran
ibu dan ayah tirinya, Pramono, pindah rumah ke Kemusuk Kidul. Kertosudiro
kemudian memindahkan Soeharto ke Wuryantoro, Wonogiri, Jawa Tengah.
Soeharto dititipkan di rumah bibinya yang menikah dengan seorang mantri tani
bernama Prawirowihardjo. Soeharto diterima sebagai putra paling tua dan
diperlakukan sama dengan putra-putri Prawirowihardjo. Soeharto kemudian
disekolahkan dan menekuni semua pelajaran, terutama berhitung. Dia juga
mendapat pendidikan agama yang cukup kuat dari keluarga bibinya.
Sebagai Presiden
Sebab itu, pada 10 Maret 1988, Soeharto kembali terpilih sebagai presiden
oleh MPR yang kelima kalinya. Posisi wakil presiden diserahkan kepada
Sudharmono setelah bersaing dengan DR H J Naro SH Ketua Umum DPP PPP
Sekali lagi, mata dunia tertuju lagi kepada seorang Soeharto. Karena sukses dalam
pelaksanaan program kependudukan dan keluarga berencana, Presiden Soeharto
mendapat piagam penghargaan perorangan di Markas Besar Perserikatan Bangsa-
bangsa (PBB) di New York pada 8 Juni 1989. “Kenaikan produksi pangan tidak
banyak berarti jika pertambahan jumlah penduduk tidak terkendali,” tandas
Soeharto. Dia dianugerahi UN Population Award, penghargaan tertinggi PBB di
bidang kependudukan. Penghargaan itu disampaikan langsung oleh Sekretaris
Jenderal PBB, Javier de Cueller di Markas Besar PBB, New York bertepatan
dengan ulang tahun Soeharto yang ke-68 pada 8 Juni 1989. Soeharto makin dilirik
ketika berhasil menegakkan harkat bangsa Indonesia di latar ekonomi Asia. Di
ASEAN, dia dianggap berjasa ikut mengembangkan organisasi regional ini
sehingga diperhitungkan di dunia. “Tanpa kebaikan dan kehadiran Soeharto, kami
akan menghabiskan banyak jatah produk domestic bruto di bidang pertahanan,”
ujar Perdana Menteri Australia Paul Keating ketika itu. Paul Keating menyebut
Soeharto sebagai “ayah”. Dalam bukunya, Soeharto; Political Biography, Robert
Edward Elson menulis, “Soeharto adalah tokoh yang amat penting selama abad
XX di Asia.” Dua Presiden Amerika Serikat, Richard Nixon dan Ronald Reagan
juga memuji gebrakan Soeharto.
Kematian