Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

MODEL PERTUMBUHAN JENIS POHON TOPIKA MINIMAL


2 SPESIES

Dosen Penanggungjawab
Onrizal, S.Hut, M.Si, PhD

Oleh :
Fery Putra Zaery
191201018
BDH 5

MATAKULIAH EKOLOGI JENIS HUTAN TROPIKA


DEPARTEMEN BUDIDAYA HUTAN
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FEBRUARI 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan yang Maha Esa, karena berkat dan
karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan Makalah Matakuliah Ekologi Jenis
Hutan Tropika ini dengan baik. Makalah Matakuliah Ekologi Jenis Hutan Tropika
yang berjudul “Model Pertumbuhan Jenis Pohon Tropika Minimal 2 Spesies” ini
dibuat untuk memenuhi tugas Praktikum Fisiologi Hutan sebagai syarat masuk
Praktikum Fisiologi Pohon di minggu yang akan datang pada Program Studi
Kehutanan, Fakultas Kehutanan, Universitas Sumatera Utara.
Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen penanggung jawab
Praktikum Fisiologi Hutan Bapak Onrizal, S.Hut, M.Si, PhD. karena telah
memberikan materi dengan baik dan benar. Kami juga mengucapkan terima kasih
kepada Bapak Onrizal, S.Hut, M.Si, PhD yang telah memberikan bimbingan dan
arahan selama kami mengikuti kegiatan praktikum ini.
Kami menyadari bahwa Makalah Matakuliah Ekologi Jenis Hutan Tropika
ini masih banyak kesalahan dalam penulisan maupun percobaan. Oleh karena itu,
penulis akan berusaha semaksimal mungkin untuk memperbaikinya. Kami juga
sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari para pembaca.
Semoga laporan Praktikum Fisiologi Hutan ini bisa memberikan manfaat bagi
pembacanya.

Medan, Febuary 2022

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
DAFTAR ISI ................................................................................................. ..i
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... ..1
1.2 Rumusan Masalah ............................................................................... ..2
1.3 Tujuan .................................................................................................. ..2
BAB II PEMBAHASAN
1.1 Pengertian Model Pertumbuhan Jenis Pohon Tropika ...................... 3
1.2 Model Pertumbuhan Pohon Sonokeling dan (Dallbergia latifolia)
bagaimana mendapatkannya..................................................................3
1.3 Model Pertumbuhan Pohon Mahoni (Swietenia macrophylla) dan
Bagaimana Mendapatkannya ....................................................... 4
BAB III PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Hutan hujan tropika merupakan suatu ekosistem yang kompleks dan terdiri
dari berbagai macam komponen ekosistern yang saling berinteraksi satu sarna
lain. Salah satu komponen ekosistem penting pada hutan hujan tropika adalah
tegakan, yang mengaiami proses dinarnika akibat adanya penambahan dan
pengurangan jumlah individu pohon serta perubahan ukuran (pertumbuhan) sifat
individu dari waktu ke waktu. Proses dinamika yang terjadi pada suatu tegakan
hutan dapat meliputi 3 faktor, yaitu pertumbuhan tegakan tingkat tiang ke tingkat
pohon (recn,itment). fenomena alih tumbuh antar kelas diameter (upgrowth), dan
kematian pohon-pahon dalam tegakan (mortality). Untuk menjaga kelestarian
hutan hujan tropika perlu ditetapkan teknik pengelolaan hutan yang tepat sesuai
kekhasan kemampuan proses dinamika tegakan hutan
tersebut (Kusmana et.al 2009)
Dengan mengetahui model dari suatu jenis pohon tersebut (jenis pohon
tropika atau tropis) ini dapat mengetahui bagian-bagian dari struktur dari tegakan
pohon berdasarkan kelompoknya, yang mana ini dapat mempermudah kita untuk
mendapatkan data, kemudian untuk mengetahui dugaan dari struktur tegakan
pada hutan alam bekas lebangan dengan jangka waktu beberapa tahun kedepan
nya (Wahyudi dan Panjaitan, 2011)

1.2 Rumusan Masalah


1. Pengertian Model Pertumbuhan Jenis Pohon Tropika ?
2. Model Pertumbuhan Pohon Sonokeling (Dallbergia latifolia) dan
bagaimana mendapatkannya ?
3. Model Pertumbuhan Pohon Mahoni (Swietenia macrophylla) dan
Bagaimana Mendapatkannya ?

1.3 Tujuan
Tujuan di buatnya makalah ini yang berjudul “Model Pertumbuhan Jenis
Pohon Tropika Minimal 2 Spesies” adalah untuk mengetahui model dari jenis
pohon tropika
BAB II
PEMBAHASAN

1.2 Pengertian Model Pertumbuhan Jenis Pohon Tropika


Pertumbuhan adalah suatu pertambahan dimensi pohon atau tegakan hutan
selama periode watu tertentu, dinamika pada pertumbuhan pohon atau tegakan
dapat digunakan untuk menduga suatu model matematis yang memilkii hubungan
antara parameter-parameter pertumbuhan, yakni seperti jumlha pohon, luas bidang
dasar pohon tersebut, diameter, tinggi maupun umur dari tumbuhan tersebut.
dengan mengetahi model pedalam pertumbuhna pohon tersebut ini dapat
mempermuda kita untuk mendapatkan data yang lebih akurat dalam mengetahui
jenis tumbuhan pohon yang ingin di teliti. Menurut suhendang (1996) yang
menyatakan bahwa periode yang di pakai sebagai dasar dalam melakukan
perhitungan yaitu pertumbuhan dan hasil nya dapat mengandung dua arti seperti
dari tingkat atau level dan laju. Pertumbuhan dan hasil arti total akan
menunjukkan jumlah sapai periode waktu tertentu (Mpapa., 2016)
Tropika merupakan suatu daearah di permukaan bumi yang secara geografis
berada di sekitaran ekuator yang terletak pada anatara garis lintang 23,5 o LS dan
o
23, 5 LU. Wilayah dari iklim tropis ini dapat di bedakan menjadi iklim daerah
tropis kering dan iklim daerah tropis lembab. Contoh iklim tropis kering yaitu
savanna kering, stepa, dan gurun pasir dan untuk contoh iklim tropis lembab yaitu
daerah yang mempunyai musim basah dan savanna lembab. Tumbuhan yang
hidup di daerah tropis biasanya memiliki daun yang lebar dan hijau abadi
(tumbuhan tersebut tidak menggugurkan daun). Dari sini dengan kita dapat
mengetahui bahwa jenis tumbuhan yang hidup di daerah tropis memiliki
keistimewaan, baik dari daunnya batangnya, cara tumbuhnya dan lain sebaginya.
Dengan dapat mengetahui model dari pertumbuhan jenis pohon tropika atau tropis
ini kita akan mendapatkan beberapa data yang nantinya dapat berguna nanti
kedepannya (Ranon et.al., 2010)

2.2 Model Pertumbuhan Pohon Sonokeling (Dallbergia latifolia) dan


bagaimana mendapatkannya
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Plantae
Divisi : magnolophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Fabales
Famili : Fabaceae
Subfamili : Faboideae
Genus : Dalbergia
Speries : D. Latifolia
Nama binomial
Dalbergia Latifolia
Sonokeling (Dalbergia latifolia Roxb.) merupakan tanaman kehutanan yang
termasuk ke dalam golongan kayu premium atau bernilai jual tinggi. Spesies ini
merupakan anggota famili Fabaceae dengan tinggi berkisar antara 20-40 meter
dan diameternya dapat mencapai 2 meter. Tanaman ini memiliki lebih kurang
sekitar 140 jenis dalbergia yang persebarannya meliputi india, nepal, dan
indonesia. Sonokeling termasuk kedalam daftar appendix II CITES yang memiliki
dampak pada perdagangan kayu jenis ini harus mengikuti mekanisme dalam
perdaganngan luar negeri CITES (Safitri., 2019)
Sonokeling menjadi kayu primadona baru untuk ekspor kayu dari Indonesia.
Hal tersebut dikarenakan terjadi peningkatan permintaan kayu sonokeling dari
Cina. Cina merupakan pasar utama dan konsumen sonokeling terbesar saat ini.
Impor kayu sonokeling dari Asia meningkat secara drastis dalam beberapa tahun
terakhir karena meningkatnya kekayaan golongan kelas menengah di Cina.
Menurut Lawson (2015) menyatakan bahwa Asia Tenggara bersaing dengan
Afrika Barat sebagai daerah pengekspor utama sonokeling ke Cina. Tingginya
permintaan kayu sonokeling dari Cina telah menyebabkan peningkatan dan
eksploitasi kayu secara ilegal di banyak negara produsen, baik di Asia Tenggara
dan Afrika (Lawson, 2015).
Manfaat Kayu Sonokeeling Karena tingkat keawetannya yang sangat baik,
tentu kayu sonokeling tahan terhadap jamur dan serangga, seperti rayap. Oleh
karena itu, kayu ini banyak dimanfaatkan untuk berbagai bahan seperti:
 Mebel / Furniture
Teksturnya yang keras menjadikan kayu sonokeling memiliki keunggulan
tersendiri dibanding jenis kayu lainnya. Kayu ini termasuk dalam kayu dengan
kualitas tinggi dan dapat diproduksi menjadi beragam produk mebel. Selain
keindahannya, daya tarik lain terletak juga pada kekuatan kayu yang umumnya
digunakan menjadi tiang rumah-rumah Joglo di Jawa.
 Tableware
Kayu sonokeling juga dapat digunakan untuk peralatan rumah tangga seperti
pring, sendok, nampan, sumput, dan gagang pisau. Selain itu, kayu ini juga
memiliki nilai eksklusifitas tinggi, bahkan perusahaan otomotif dunia
seperti Mercedez Benz menggunakan bahan kayu rosewood untuk ditempatkan
pada panel-panel interior mobil produksi mereka (Safitri., 2019)
Model pertumbuhan sonokeling, tumbuhan pohon ini akan baik pada curah
hujan yang baik yakni anatara 750 sampai 5000 mm/tahun dengan drainase yang
baik, jenis pohon ini memiliki tinggi sekitar 20 sampai 40 meter, dan habitat alami
dari jenis pohon ini yakni lembab dengan solum tanah yang dalam, jenis pohon ini
dapat di panen sekitar lima tahun dan uniknya lagi dari jenis pohon ini yaitu, jika
pohon ini di panen pada saat usianya lima tahun itu masuh bisa tumbuh lagi
untuk di panen kedua kalinya. Pohon ini akan cocok tumbuh di lokasi, yang
letaknya pada ketinggian kurang dari 600 meter diatas
permukaan laut (Purwanto et. al., 2015)
Dibalik warnanya yang eksotis, kayu sonokeling memiliki kelebihan dan
kekurangan, yakni:
a. Kelebihan
1. Kayu sonokeling mengesankan warna yang indah, elegan dengan warna
coklat kehitaman dan eksklusif
2. Bagian gubal kayu rosewood yang bersifat keras dapat dijadikan produk-
produk kecil, seperti ukiran atau patung kecil
3. Gubal kayu dalam kondisi kering tahan terhadap jamur dan rayap
4. Kayu sonokeling tidak mudah retak dan tidak mudah patah. Oleh karena
itu, dalam industri persenjataan kayu ini dimanfaatkan untuk membuat
popor senjata
5. Sonokeling dapat dijadikan sebagai kayu booken atau kayu berbentuk
pedang untuk latihan, karena beratnya hampir menyamai logam
b. Kekurangan
1. Serbuk kayunya dapat menyebabkan alergi, ruam atau gatal
2. Kadar air kayu sonokeling cukup tinggi yaitu 15%. Maka sebelum
mengolah kayu ini diperlukan treatment untuk mengeringkan baik secara
alami atau dipanggang agar kadar airnya turun pada angka 10%-12%
Sonokeling termasuk kayu yang sulit dipotong secara manual, sehingga
pemotongan kayu sebaiknya menggunakan mesin
gergaji (Pertiwi dkk., 2019)
1. Media Pertumbuhan
Media pertumbuhan akar berupa campuran pasir dan tanah latosol Darmaga
dengan perbandingan 1 : 1 , kemudian disemprot fungisida benlate.
Bedengan stek berupa susunan kantong plastik yang diletakkan di atas
penyangga dari bambu setinggi lebih kurang 20 cm dari permukaan tanah dan
bedengan ini tertutup sungkup plastik yang dilengkapi penyiram air dengan jari-
jari 0,75 m.
2. Persiapan zat pengatur tumbuh
Zat pengatur tumbuh yang digunakan adalah IBA dan NAA dalam bentuk
tepung (powder method) dengan konsentrasi masing-masing 0 ppm, 100 ppm, 200
ppm, 300 ppm, 400 ppm dan 500 ppm
Tepung zat pengatur tumbuh dibuat dengan cara melarutkan ke dalam alkohol
95 persen sesuai konsentrasi perlakuan dan kemudian mencampurkan larutan
tersebut dengan 50 gram tepungtalk untuk tiap perlakuan sehingga terbentuk suatu
campuran yang homogen. Alkohol yang ada selanjutnya dibiarkan menguap ,
untuk mempercepat proses ini dapat digunakan dengan bantuan kipas angin.
Setelah tepung kering kemusian dihaluskan kembali
3. Penyediaan stek akar
Stek akar sonokeling diperoleh dari Jatiluhur Purwakarta, dibawah tegakan
sonokeling umur 16 tahun. Akar yang diambil didasarkan ukuran diameter yang
seragam, dengan selang diameter 1-2 cm. Bahan stek akar yang telah diseleksi
dibawa ke bedengan persemaian Fakultas Kehutanan IPB dengan menggunakan
ice box. Bahan tanaman tersebut kemudian dijadikan stek akar dengan ukuran
panjang 15 cm. Pemotongan bahan tanaman ini menggunakan gunting stek atau
pisau stek dengan kemiringan potongan berkisar antara 40 – 45 oC Akar akar
lateral yang tumbuh pada akar dihilangkan dengan menggunakan pisau stek atau
gunting stek.
4. Penanaman
Stek akar yang disiapkan selanjutnya diberi zat pengatur tumbuh dengan cara
mencelupkan ujung stek akar ke dalam air, setelah itu ujung stek akar dioleskan
ke tepung talk yang telah diberi campuran zat pengatur tumbuh. Kemudian stek
akar ditanam pada media di dalam kantong plastik dengan kedalaman 13 cm,
setelah itu dilakukan penimbunan dengan tanah dan dipadatkan kembali.
5. Pemeliharaaan
Pemeliharaan yang dilakukan dengan penelitian meliputi : a.Pemberian
penyiraman yang diperlukan untuk mengatur suhu dan kelembaban di dalam
bedengan sesuai dengan jadwal, b. Pengendalian serangan jamur dan penyakit
dilakukan dengan menyemprot stek akar dengan fungisida benlate pada dosis 2
persen setiap minggu sekali, dan c. Untuk menghindari serangan hama dilakukan
pembersihan bedengan dan penyemprotan dengan insektisida
3.2 Model Pertumbuhan Pohon Mahoni (Swietenia macrophylla) dan
Bagaimana Mendapatkannya
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Plantae
(Tanpa takson) : Angiospermae
(Tanpa takson) : Eudikotil
(Tanpa takson) : Rosidae
Ordo : Sapindales
Famili : Meliaceae
Genus : Swietenia
Spesies : S. macrophylla
Nama binomial : Swietenia macrophylla
Pohon Mahoni merupakan jenis tanaman yang sangat populer di
Indonesia. Sahabat Summarecon pasti sering menemukannya di sepanjang
jalan sebagai pohon peneduh atau sering melihatnya di hutan-hutan kota
hingga perkebunan budidaya. Pohon Mahoni merupakan tanaman yang
tergolong kedalam tanaman yang cepat sekali tumbuh, dan merupakan
keluarga Meliaceae yang meliputi 50 genera dan 550 jenis spesies tanaman
kayu Jenis dari Pohon Mahoni merupakan tumbuhan kayu yang keras dan
besar (Wijayanto dan Nurunnajah., 2012)
Manfaat dari pohon mahoni yakni bisa mengurangi polusi udara sekitar
47% - 69 % sehingga tumbuhan ini disebut dengan pohon pelindung sekaligus
sebagai filter udara dan sebagai daerah tangkapan air. Dan daun-daun dari
pohon mahoni dapat menyerap polutan-polutan, Sebaliknya, dedaunan itu akan
melepaskan oksigen (O2) yang membuat udara di sekitarnya menjadi segar.
Ketika hujan turun, tanah dan akar-akar pepohonan itu akan mengikat air yang
jatuh, sehingga menjadi cadangan air. Buah mahoni
mengandung flavonoid dan saponin. Buahnya dipercaya dapat melancarkan
peredaran darah sehingga para penderita penyakit yang menyebabkan
tersumbatnya aliran darah di sarankan memakai buah ini
sebagai pendarahan (Winata dan Putri., 2019)
Model pertumbuhan mahoni, jenis tumbuhan ini memiliki tinggi sekiter 35-40
m dan mempunyai diameter mencapai 120-125 cm, dengan batang lurus yang
berbentuk silindris dan tidak berbanir, memiliki kulit luar yang berwarna coklat
kehitaman, beralur dangkal seperti sisik, sedangkan kulit batang berwarna abu-abu
dan halus ketika masih muda. Pada musim panas, jenis pohon mahoni akakn
menggugurkan daunnya untuk mengurangi penguapan, setelah memasuki musim
penghujan, daun dari pohon ini akan kembali tumbuh dan memunculkan tunas
yang baru, jenis pohon mahoni akan berbunga ketita pohon ini berumur 7 tahun,
dengan bentuk mahkota bungannya silindris, kuning kecoklatan, dengan benang
sari melekat pada mahkota. Jinid tumbuhan ini dapat tumbuh subur di daerah pasir
payau dekat dengan pantai dan menyukai tempat yang cukup sinar matahari
langsung, pohon mahoni tumbuh di ketinggian lahan maksimum 1.500 mdpl, dan
curah hujan sekitar 1.524- 5.085 mm/tahun, dengan suhu
udara 11-36 oC (Wuandari., 2019)
1. Media pertumbuhan mahoni
Dalam pertumbuhan mahoni media yang di gunakan yaitu tanah bagian atas
atau top soil, pupuk TSP (Triple Super Phosphate), pupuk NPK 15-15-15.
Perbandingan media tanah yanga di campurkan dengan top soil, pasir dan pupuk
kompos yaitu 8: 1: 1 yang di beri naungan paranet dengan intensitas 55%.
2. Pemberian pupuk
Pupuk TSP di berikan sebagai pupuk dasar pada saat penyiapan media
tanaman dalam polibag sebanyak 1 gram. Sedangkan pupuk NPK di berikan
setelah bibit berumur 1 bulan
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Model pertumbuah pohon sangat diperlukan dalam mengamatai jenis pohon
yang akan di teliti, sehingga kita dapat tau dari kedua cotonh tumbuhan Pohon
Mahoni (Cinnamomum camphora) dan Sonokeling (Dallbergia latifolia) ini
meskipun kedua jenis pohon ini sama-sama termasuk jenis pohon tropis/tropika,
tapi dalam model pertumbuhannya berbeda di mulai dari ketinggian tempat, curah
hujan, tinggi pohon dan juga diameter pada tumbuhan ini berbeda, dengan
mempelajari model pertumbuhan dari kedua jenis ini kita bisa tau bagaimana
caranya untuk menumbuhkan jenis pohon tropika dengan baik.

3.2 Saran
Demikian makalah yang saya buat, semoga dapat bermanfaat bagi pembaca.
Apabila ada saran dan kritik yang ingin di sampaikan, silahkan sampaikan kepada
kami. Apabila ada terdapat kesalahan mohon dalam menuli saya mita maaf.
DAFTAR PUSTAKA

Kusmana C., Saharjo BH., Sumawinata B., dan Kato T. 2009. Komposisi jenis
dan struktur hutan hujan tropika dataran rendah di Taman Nasional Danau
Sentarum, Kalimantan Barat. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 14(3) : 149-
157.

Wahyudi W., dan Panjaitan S. 2011. Model pertumbuhan dan hasil tanaman
shorea leprosula pada sistem tebang pilih tanam jalur teknik silin. Jurnal
Penelitian Ekosistem Dipterokarpa, 5(2) : 37-46.

Mpapa, BL. 2016. Analisis Kesuburan Tanah Tempat Tumbuh Pohon Jati
(Tectona grandis L.) Pada Ketinggian yang Berbeda. Jurnal Agrista, 20(3) :
135-139.

Ranson H., Burhani J., Lumjuan N., dan Black IV, WC. 2010. Insecticide
Resistance In Dengue Vectors. Jurnal TropIKA, 1(1).

Safitri KI. 2019. Potensi Budidaya Tanaman Sonokeling Melalui Pemberdayaan


Kelompok Bm Creative Woods Di Desa Giriharjo, Kecamatan Panggang,
Kabupaten Gunung Kidul. Jurnal Gama Societa, 3(1) : 38-46.

Purwanto, R. H., Rohman, R., Maryudi, A., Yuwono, T., Permadi, D. B., dan
Sanjaya, M. 2015. Potensi Biomasa Dan Simpanan Karbon Jenis-Jenis
Tanaman Berkayu Di Hutan Rakyat Desa Nglanggeran, Gunungkidul, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Jurnal Ilmu Kehutanan, 6(2) :128-141.

Pertiwi, D., Safe'i, R., dan Kaskoyo, H. 2019. Identifikasi Kondisi Kerusakan
Pohon Menggunakan Metode Forest Health Monitoring Di Tahura War
Provinsi Lampung. Jurnal perennial, 15(1) : 1-7.

Wijayanto, N., dan Nurunnajah, N. 2012. Intensitas Cahaya, Suhu, Kelembaban


dan Perakaran Lateral Mahoni (Swietenia macrophylla King.) di RPH Babakan
Madang, BKPH Bogor, KPH Bogor. Jurnal Silvikultur Tropika, 3(1).

Winata, I. P., dan Putri, A. D. 2019. Biji Mahoni sebagai Antioksidan. Jurnal
Penelitian Perawat Profesional, 1(1) : 89-94.

Wulandari, R. (2019). Pengaruh Perbandingan Kompos Daun Gamal (Giricidia


maculata Hbr) Dan Tanah Terhadap Pertumbuhan Semai Mahoni (Swietenia
mahagoni (L) Jacq) DiPOLYBAG. Jurnal Penelitian Kehutanan Bonita, 1(1)
:1-8.

Anda mungkin juga menyukai