ABSTRACT
This study aims to determine the form of fulfillment of rights and the mechanism of providing worker
guarantees, especially for hotel employees in Badung Regency based on Law Nr. 11 of 2020 concerning Job
Creation/Omnibus Law which has been enter into force. The method of this study was empirical by looked at the
knowledge and legal understanding of hotel employees on labor law and also the Job Creation Law related to
the rights they have and the mechanism for filing workers' guarantees. The resulted obtain through socialization
to hotel workers in Badung Regency showed a high participation rate reached out 100% attendance while at the
same time providing a positive impact on the achievement of the program's objectives, providing maximum
legal knowledge and understanding related to workers' rights and guarantees based on the Job Creation
Law/Omnibus Law.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bentuk pemenuhan hak dan mekanisme pemberian jaminan
pekerja khususnya bagi karyawan hotel di Kabupaten Badung berdasarkan Undang-Undang No. 11 Tahun 2020
tentang Cipta Kerja/Omnibus Law yang sudah diberlakukan. Metode yang digunakan adalah secara empiris
dengan melihat pengetahuan dan pemahaman hukum karyawan hotel terhadap hukum ketenagakerjaan dan juga
UU Cipta Kerja terkait hak-hak yang dimiliki serta mekanisme pengajuan jaminan pekerja. Hasil yang diperoleh
melalui sosialisasi terhadap para pekerja hotel di Kabupaten Badung menunjukkan tingkat partisipasi tinggi
mencapai kehadiran 100% sekaligus memberikan dampak positif tercapainya tujuan program yakni memberikan
pengetahuan dan pemahaman hukum yang maksimal terkait hak-hak dan jaminan pekerja berdasarkan UU Cipta
Kerja/Omnibus Law.
Pada kenyataannya begitu undang- banyaknya nya bagi para pencari kerja dan
undang ini disahkan banyak pihak yang merasa pengangguran (Asmara, 2020). Pemerintah juga
dirugikan bahkan terancam hak-haknya dengan memberikan klarifikasi adanya disinformasi
berlakunya undang-undang ini nanti. Hal substansi dari berlakunya UU Cipta Kerja ini.
tersebut disebabkan UU Cipta Kerja ini dinilai Sebagai contoh, penghapusan Upah Minimum
akan membawa dampak buruk bagi tenaga kerja Provinsi, Upah Minimum Kabupaten, Upah
atau buruh. Minimum Sektoral Provinsi masih ada namun
Berlakunya UU Cipta Kerja telah berlaku Upah Minimum Regional. Begitu pula
menghapuskan beberapa ketentuan di bidang hak cuti seperti cuti sakit, cuti melahirkan dan
ketenagakerjaan yang sebelumnya diatur sebagainya tetap ada dan dijamin oleh undang-
dengan UU No. 13 Tahun 2003 tentang undang. Kemudian jaminan sosial dan
Ketenagakerjaan. Pada UU No. 13 Tahun 2003 kesejahteraan juga masih termuat di dalam UU
mengatur adanya Perjanjian Kerja Waktu untuk Cipta Kerja ini.
Tertentu (PKWT) dapat diadakan paling lama Sebagaimana klarifikasi pemerintah atas
dua tahu dan hanya boleh diperpanjang satu kali berlakunya UU Cipta Kerja sedikit banyak akan
untuk jangka waktu paling lama satu tahun. membawa pengaruh bagi pekerja-pekerja yang
Sebagaimana di UU Cipta Kerja jangka waktu berkecimpung baik langsung maupun tidak
PKWT atau pekerja kontrak kontrak langsung dengan perusahaan. Seperti kondisi
dihapuskan dalam ketentuan Pasal 56. Dalam yang dialami oleh karyawan - karyawan hotel di
ketentuan Pasal 56 ayat (1) menyebutkan Bali yang sangat tergantung dengan sektor
Perjanjian Kerja dibuat untuk waktu tertentu pariwisata. Pada masa pandemi Covid-19 ini
atau untuk waktu tidak tertentu. Hal tersebut pariwisata di Bali seolah mati suri karena faktor
berpotensi memberikan kebebasan bagi turunnya tingkat kedatangan tamu atau
pengusaha untuk mempertahankan status wisatawan, kebijakan penutupan bandara,
pekerja kontrak tanpa batas (Rizal, 2020). restoran dan hotel-hotel pun harus jemput bola
Perubahan atas ketentuan-ketentuan dengan berbagai promosi agar tetap dapat
terkait hak-hak pekerja yang diatur dalam UU beroperasi.
Cipta Kerja sudah barangkali akan Kondisi tersebut tentunya akan sangat
menimbulkan keresahan bagi masyarakat atau berdampak pada para pekerja atau karyawan
pekerja di bidang usaha. Meskipun demikian, hotel yang sehari-hari sangat bergantung pada
pemerintah dalam hal ini tetap optimis dengan datangnya tamu ke hotel mereka. Bahkan
pemberlakukan UU Cipta Kerja khususnya bagi melihat fakta di lapangan sebagian besar usaha
iklim dunia usaha dan khususnya lapangan hotel di Bali sudah tutup dari awal April 2020.
kerja. Tutupnya ratusan hotel di Bali sudah tentu
Presiden Joko Widodo mengatakan berdampak pada kehidupan ribuan karyawan
bahwa UU Cipta Kerja sudah menjadi payung yang selama ini bekerja di sektor akomodasi
hukum berketetapan tinggi yang benar-benar penginapan tersebut. Hingga 13 April 2020
dibutuhkan oleh masyarakat. Alasan utama jumlah karyawan yang di-PHK jumlahnya
pemerintah memberlakukan UU Cipta Kerja mencapai 800 orang dan ada 46.000 karyawan
dikarenakan tiap tahunnya ada sekitar 2,9 juta yang dirumahkan (Nuruddin, 2020).
penduduk usia kerja baru yang akan masuk ke Begitu pula terhadap nasib karyawan
pasar kerja sehingga kebutuhan atas lapangan yang bekerja di sektor pariwisata, utamanya
kerja baru juga sangat mendesak apalagi di karyawan hotel di Kabupaten Badung yang
tengah pandemi terdapat kurang lebih 6,9 juta langsung terkena imbas akibat adanya
pengangguran dan 3,5 juta pekerja terdampak kebijakan pembatasan kunjungan wisatawan ke
Covid-19 . Jadi UU Cipta Kerja bertujuan untuk Bali. Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja
menyediakan lapangan kerja sebanyak- Kabupaten Badung mencatat, per 31 Maret
2020 sejumlah 1.781 orang pekerja pariwisata mendapatkan keadilan apabila hak-haknya
dirumahkan atau non-aktif dan 39 orang di dilanggar.
PHK (pemutusan Hubungan Kerja) di Badung. Secara umum dari permasalahan yang
Dengan demikian, menjadi sangat penting telah dilakukan di lokasi rencana program
untuk memberikan pemahaman bagi para pengabdian masyarakat, diperoleh kesimpulan
pekerja atau karyawan hotel di Badung hak-hak bahwa ada seperangkat permasalahan yang
dan jaminan yang masih bisa didapatkan ketika dihadapi saat ini oleh para pelaku usaha,
dalam status dirumahkan ataupun non-aktif. karyawan hotel di Kabupaten Buleleng,
Selain itu karena kondisi memaksa mereka khususnya menyangkut pengetahuan umum
mengajukan Unpaid Leave atau cuti tidak dalam sistem ketenagakerjaan serta mekanisme
berbayar sehingga sementara waktu sambil pengajuan jaminan dan hak-hak pekerja yang
menunggu kepastian dari perusahaan mereka baik sesuai aturan hukum yang berlaku.
tidak mendapatkan upah. Pada akhirnya Secara skematis alur kerja pemecahan
diperlukan suatu sosialisasi atas dasar aturan masalah dalam kegiatan ini, dapat dijabarkan
yang termuat dalam UU Omnibus Law Cipta sebagai berikut :
Kerja mengenai status dan hak-hak yang
diperoleh apabila para pekerja tersebut masih Orientasi Lapangan
dalam status dirumahkan, Unpaid Leave
ataupun sampai di PHK. Diperlukan rangkaian
kegiatan yang berkelanjutan dan terarah guna Identifikasi Masalah
membantu para karyawan hotel tersebut
mendapatkan jaminan dan hak-haknya.
Studi Literatur Sosialisasi
Permasalahan dilematis yang muncul saat
ini adalah pihak pengusaha hotel harus dengan
terpaksa merumahkan dan memberi cuti tanpa Pelatihan
upah kepada karyawannya. Hal tersebut di satu
sisi memang kebijakan yang wajar mengingat
tingkat hunian hotel di masa pandemi Covid-19
Internalisasi Terlaksananya PelatihanPemenuhan
ini menurun, sedangkan dari sisi pekerja yang Hak-Hak dan Jaminan Pekerja yang
sebagian besar tulang punggung keluarga diatur oleh UU Cipta Kerja Bagi
kemudian karena kondisi seperti ini dengan Karyawan Hotel di Kabupaten
terpaksa harus dirumahkan tanpa ada kepastian Badung
akan bekerja kembali. Hal tersebut menjadi
kekhawatiran akan berdampak diabaikannya
hak-hak pekerja walaupun sedang dirumahkan METODE
oleh pihak hotel.
Model pelaksanaan kegiatan ini semula
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut
direncanakan secara langsung (tatap muka)
maka yang menjadi permasalahan dalam
tetapi karena adanya pandemi Covid-19
pengabdian masyarakat ini adalah :
sehingga dilaksanakan secara daring (dalam
bagaimanakah upaya yang dapat dilakukan
jaringan) melalui media zoom meeting. Lama
untuk meningkatkan pengetahuan karyawan
pelaksanaan kegiatan adalah sekitar 6 (enam)
hotel di Kabupaten Badung terhadap hak-hak
bulan yang dimulai dari tahap perencanaan,
kerja berdasarkan UU Omnibus Law serta
pelaksanaan sampai pada proses evaluasi
bagaimana mekanisme pengajuan jaminan kerja
dengan melibatkan karyawan hotel sebagai
bagi karyawan hotel di Kabupaten Badung
pekerja, yang terdiri atas kurang lebih 20 (dua
sesuai UU Omnibus Law agar tetap
puluh) orang.
dan prosedur yang panjang harus dipotong. regulasi, bukan jenis peraturan perundang-
Menurut Presiden Jokowi, melalui adanya UU undangan (Hidayat, 2020).” Proses
Omnibus Law nantinya akan dilakukan pembentukannya sesuai dengan UU No. 12
penyederhanaan kendala regulasi yang saat ini Tahun 2011 sebagaimana telah diubah dengan
berbelit-belit dan panjang. UU No. 15 Tahun 2019. Jika Omnibus Law
Ide agar Indonesia mengadopsi prinsip dipahami sebagai metode tidaklah bertentangan
Omnibus Law dalam penyusunan regulasi juga dengan peraturan perundang-undangan asal
dimaksudkan agar pemerintah dan parlemen jenisnya adalah UU (bill) yang mencakup lebih
tidak perlu harus merevisi UU satu persatu, dari satu aspek yang digabungkan menjadi satu
melainkan cukup membuat satu UU baru yang UU. Demikian juga apabila dikaitkan dengan
mengamandemen pasal-pasal dalam beberapa ketentuan mengenai materi muatan undang-
UU sekaligus. Negara seperti Amerika Serikat undang, maka keberadaan Omnibus Law tidak
telah menerapkan konsep ini untuk dapat bertentangan dengan UU No. 12 Tahun 2011
mengatasi banyaknya regulasi yang tumpang sepanjang materi muatan yang diatur Omnibus
tindih dan proses legislasi yang berbelit (K. Law sesuai dengan ketentuan dalam undang-
Hardjono, 2020). undang tersebut. Selain pula, tidak ada
Omnibus Law bisa dikatakan masih larangan dalam UU No. 12 Tahun 2011 bagi
belum populer di Indonesia akan tetapi perlu pembentukan omnibus Law yang berfungsi
dijelaskan metode-metode internalisasi omnibus untuk mengakomodasi beberapa materi muatan
law yang berlaku saat ini. Omnibus Law sekaligus.
merupakan konsep pembuatan peraturan yang Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020
menggabungkan beberapa peraturan yang tentang Cipta Kerja atau Omnibus Law yang
substansi pengaturannya berbeda menjadi suatu memuat beragam Undang-Undang telah
peraturan besar yang berfungsi sebagai payung menganti atau menghapus beberapa ketentuan
hukum (umbrella act). Dalam hal ini Omnibus yang terdapat dalam Undang-Undang No. 13
Law mengandung lebih dari satu muatan Tahun 2003 tentang Ketenagekerjaan. Hal-hal
pengaturan. Inilah mengapa omnibus Law yang berkaitan dengan jaminan pekerja, hak
didefinisikan sebagai hukum untuk semua. dan kewajiban pekerja yang diatur dalam UU
Akan tetapi UU Omnibus Law ini merupakan No. 13/2003 diubah dan diberlakukan dalam
terobosan hukum yang dapat menjadi UU No. 11 Tahun 2020.
penggerak (trigger) bagi penguatan kapasitas Hukum ketenagakerjaan mengatur
Indonesia sebagai negara hukum dan fungsi tentang segala hal yang berhubungan dengan
legislasi DPR. (Busroh, 2017: 227). tenaga kerja pada waktu sebelum, selama, dan
UU Omnibus Law saat ini dimaknai sesudah kerja. Tujuan dari dibentuknya hukum
sebagai UU baru yang mengatur berbagai ketenagakerjaan adalah untuk:
macam materi dan subjek untuk a. memberdayakan dan mendayagunakan
menyederhanakan beberapa UU yang masih tenaga kerja secara optimal dan manusiawi;
berlaku (Matompo, 2020). Omnibus Law b. mewujudkan pemerataan kesempatan kerja
berbeda dengan kodifikasi yang merupakan dan penyediaan tenaga kerja yang sesuai
penyusunan danpenetapan peraturan – peraturan dengan kebutuhan pembangunan nasional
hukum dalam kitab UU secara sistematis dan daerah.
mengenai bidang hukum yang lebih luas, c. memberikan perlindungan kepada tenaga
misalnya hukum perdata, pidana, dan dagang kerja dalam mewujudkan kesejahteraan; dan
Berdasarkan pernyataan Kepala Badan d. meningkatkan kesejahteraan tenaga kerja
Pembinaan Hukum Nasional (BPHN) Prof. dan keluarganya
Benny Riyanto “ Omnibus Law sebuah metode Selain itu, hukum ketenagakerjaan juga
dalam proses legislasi atau penyusunan mengatur hubungan antara tenaga kerja dengan