Anda di halaman 1dari 3

Nama : Maulia Abian

NIM : L1B020068

MK : Komunikasi pembangunan dan perubahan social.

PERAN KOMUNIAKASI DALAM PENGEMBANGAN DAN PEMBANGUNAN

POTENSI IBU RUMAH TANGGA DI DESA KARANG BARU

Komunikasi dan pembangunan merupakan dua hal yang saling berhubungan. Adapun
kedudukan komunikasi dalam konteks pembangunan adalah Dalam arti luas, komunikasi
pembangunan meliputi peran dan fungsi komunikasi (sebagai suatu aktivitas pertukaran pesan
secara timbal-balik) di antara semua pihak yang terlibat dalam usaha pembangunan, terutama
antara masyarakat dengan pemerintah, sejak dari proses perencanaan, kemudian pelaksanaan,
dan penilaian terhadap pembangunan. Dalam arti sempitnya, komunikasi pembangunan
merupakan segala upaya dan cara, serta teknik penyampaian gagasan, dan keterampilan
pembangunan yang berasal dari pihak yang bertanggung jawab atas pembangunan dan ditujukan
kepada masyarakat luas.

Keluarga merupakan suatu bagian terkecil dalam masyarakat yang terdiri atas suami,
istri, dan anak, terkadang ada anggota keluarga lain yang juga ikut bergabung. Begitu juga hal
nya di Desa Karang Baru, Anggota keluarga adalah bagian terpenting dalam rumah tangga
karena merupakan sumber daya manusia yang harus dikerahkan untuk mendapatkan penghasilan
dalam memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Keadaan suatu rumah tangga yang serba
kekurangan akan menggerakkan anggota rumah tangga lain selain ayah untuk bekerja menambah
penghasilan.

Maka dari itu pengembangan potesi diri merupakan hal yang penting bagi seluruh
anggota keluarga terutama sosok ibu yang akan berperan sebagai penyokong ekonomi keluarga
ke-dua setelah ayah.
Berasarkan pemaparan di atas maka di simpulkan bahwa di butuhkan yang namanya
pemberdayaan dan pengembangan potensi ibu rumah tangga. Strategi pemberayaan ibu rumah
tangga yang di lakukan oleh lembaga msyarakat pada tahun 2017 lalu di desa Karang baru ialah
berupa sosialisasi tentang pentingnya pengembangan potensi keterampilan ibu rumah tangga
sebagai penunjang pendukung ekonomi keluarga.

Peranan komunikasi dalam pembangunan dan pengenbangan keterampilan dan potendi


ibu rumah tangga di desa Karang baru sangatlah penting. Mengingat keterbatasan bahasa dan
pengetahuan ibu-ibu di desa tersebut terkait pengembangan sumber daya manusia yang dapat
berpotensi menaikkan kualitas ekonomi keluarga. Terlebih lagi keterbukaan masyarakat pada
kala itu terhadap pengenalan potensi diri sangatlah sempit.

Maka dari itu di lakukan beberapa sosialisasi yang bertujuan untuk mempersuasi atau
menarik minat ibu-ibu untuk mengikuti pelatihan yang akan di adakan. Selama sosialisasi
berlangsung, di selingi juga dengan beberapa games dengan hadiah yang menarik berupa
sembako dan alat-alat memasak sederhana seperti sutil, piring, gelas, sendok dll.

Selain games yang menarik, peran komunikator pada sosialisasi tersebut tidak kalah
penting. Karena keterbatasan bahasa Indonesia pada ibu-ibu di Karang baru pada waktu itu,
maka di butuhkan komunikator yang handal dan dapat menjelaskan sosialisasi dengan bahasa
yang mudah di mengerti sehingga dapat terima dengan baik oleh komunikan. Pemilihan
komunikator sosialilsasi pada waktu itu cukup tepat karena sosialisasi berjalan lancar dan
terkesan santai karena komunikator dapat menyampaikan materi sosialisasi dengan baik di
selingi dengan gurauan yang di sukai ibu-ibu.

Komunikasi timbal balik yang di dapatkan dari komunikan juga dapat di katakan cukup
baik karena komunikan (ibu-ibu) cukup aktif memberikan pertanyaan maupun tanggapan selama
proses sosialisasi.

Pelatihan di lakukan sebanyak 12 kali pertemuan selama kurang lebih 3 bulan. Para ibu
rumah tangga di bagi menjadi beberapa kelompok Pelatihan sesuai minat berupa keterampilan
memasak, menjahit, dan tatarias pengantin.
Di antara pelatihan tersebut, yang paling banyak di minati ialah pelatihan memasak.
Pelatihan memasak yang di berikan berupa demo masak kue-kue tradisional ataupun kue modern
seperti sarang semut, pie susu, kue kering khas lebaran, dll.

Pelatihan dengan peminat terbanyak kedua ialah tata arias pengantin. tidak dapat di
pungkiri bahwa minat perempuan terhadap kecantikan tetaplah besar. Pelatihan tat arias
pengantin pada masa itu berjumlah sekitar 10-15 orang.

Kemudian pelatihan dengan peminat paling sedikit ialah pelatihan menjahit yang hanya
diikuti 7-10 orang.

Pada dua minggu terkahir pelatihan, kembali di adakan sosialisasi untuk menentukan
hasil akhir dari pelatihan yang telah di adakan. Materi sosialisasi yang di berikan berupa cara
berdagang, dan memasarkan produk di media social, juga bagaimana membuat tampilan produk
terlihat lebih menarik. Pada sosialisasi terkhir juga di adakan lomba memasak, lomba tata rias,
dan pemajangan hasil karya para ibu-ibu yang mengikuti pelatihan menjahit.

Anda mungkin juga menyukai