Anda di halaman 1dari 14

Permasalahan Pencemaran Sumber Daya Air di Dalam Negeri dan Di

Luar Negeri
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Sumber Daya Alam dan Lingkungan
Dosen Pembimbing :
Kristiana Dwi Astuti, ST, MT
Intan Muning Harjanti, ST, MT

Disusun Oleh :

Disusun oleh :
Rolanda Mugitasari 21040115060062

Program Studi Diploma III


Perencanaan Wilayah Dan Kota
Departemen Sipil dan Perencanaan
Sekolah Vokasi
Universitas Diponegoro
Semarang
2017
Permasalahan Sumber Daya Air di Dalam Negeri : Mojokerto

Di Hari Air Sedunia, 60% Sumur Desa Lakardowo Diduga Tercemar Limbah B3

March 23, 2017 Themmy Doaly, Mojokerto

Sekitar 500 warga desa Lakardowo, kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, melakukan aksi untuk
memperingati Hari Air Sedunia. Dalam aksi itu, warga menyatakan, 60 % air sumur di daerah
mereka telah tercemar limbah B3. Karenanya, pemerintah kabupaten didesak untuk segera
menyelesaikan persoalan tersebut. Aksi dilakukan di depan kantor Pemkab Mojokerto, Rabu
(23/3/2017). Di sana, mereka membentangkan spanduk, membagikan selebaran dan mulai
berorasi. Sebelumnya, warga berjalan kaki dengan membawa peralatan mandi, seperti gayung
air dan ember. Ada juga beberapa peserta aksi yang mewarnai wajahnya dan mengenakan kain
kafan sebagai simbol keprihatinan.

Aksi Memperingati Hari Air Sedunia yang dilakukan oleh sekitar 500 orang warga desa Lakardowo, Kabupaten
Mojokerto, Jawa Timur Rabu (23/3/2017). Mereka menuntut ke Pemkab Mojokerto menegakkan hukum dan
memberi sanksi tegas kepada PT. PRIA yang diduga mencemari lingkungan dengan limbah B3. Foto : Nurasim

Kepada pemkab, warga menyampaikan sejumlah tuntutan. Pertama, mendesak pemerintah


untuk melakukan pemulihan kualitas sumur warga Desa Lakardowo yang sudah tercemar. Kedua,
melindungi penduduk Desa Lakardowo dari ancaman dampak gangguan kesehatan. Langkah
yang harus ditempuh adalah dengan melakukan pemeriksaan kesehatan pada anak-anak dan
masyarakat yang mengalami dermatitis dan gangguan kesehatan lainnya. Ketiga, warga meminta
pemerintah menegakkan hukum dan memberi sanksi tegas kepada PT. PRIA (Putra Restu Ibu
Abadi). Perusahaan ini dinilai telah melakukan penimbunan limbah B3 tanpa izin di dalam area
perusahaan dan di rumah warga sekitar. Keempat, pemerintah didesak membekukan aktifitas
operasional PT. PRIA. Pembekuan harus dilakukan selama proses audit lingkungan oleh auditor
independen yang ditunjuk Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK).
Pabrik pengolahan limbah B3 milik PT. PRIA. Foto: Petrus Riski

PT PRIA adalah perusahaan yang bergerak di bidang jasa pengangkutan, pengumpulan,


pengolahan dan pemanfaatan limbah B3 yang beroperasi di daerah tersebut. Perusahaan ini
diduga menjadi biang pencemaran limbah B3 di desa Lakardowo. Disebutkan, di dalam area PT
PRIA terdapat sejumlah bahan pencemar yang melebihi baku mutu. Di antaranya total padatan
terlarut (TDS), kesadahan CaCO3, bahan organik KMnO4, sulfat, mangan dan seng. Dalam kurun
dua tahun belakangan, warga mengaku tidak berani lagi meminum atau menggunakan air sumur
untuk kebutuhan sehari-hari. Sebab, air tersebut terlihat keruh, berbau dan terasa pahit.
Akibatnya, setiap hari warga harus patungan membeli air bersih dari luar daerah. Namun, tak
sedikit juga yang terpaksa menggunakan air sumur untuk mandi.

Diduga, 60% Sumur Warga Tercemar


Nurasim, ketua Perkumpulan Penduduk Lakardowo Bangkit (Pendowo Bangkit) mengatakan, 60
% sumur warga desa Lakardowo memiliki kadar TDS di atas 1000 mg per liter. Angka itu
melampaui baku mutu air minum berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan nomor 402 tahun
2010. Dampak tercemarnya air itu diyakini menyebabkan penyakit dermatitis atau iritasi kulit
yang diderita 432 warga desa Lakardowo, selama November 2016 hingga Januari 2017. Mayoritas
warga yang terdampak pencemaran air adalah anak-anak dan perempuan.
“Iritasi kulit disebabkan oleh tingginya kesadahan air (CaCO3) dan sulfat, serta adanya kandungan
pencemar logam,” ujar Nurasim ketika dihubungi Mongabay, Rabu (22/3/2017).
Pengecekan kualitas air oleh Ecoton yang diduga tercemar limbah B3. Foto: Ecoton

Nurasim menceritakan, tim KLHK pernah melakukan verifikasi pengaduan warga desa
Lakardowo. Diketahui, lewat verifikasi yang dilakukan di laboratorium BLH Jawa Timur itu,
terdapat kadar pencemaran melebihi baku mutu. Kadar pencemaran diketahui pula lebih tinggi
dari data rona awal tahun 2012 yang dilaporkan dalam dokumen AMDAL. “Kualitas air sumur
pantau dan air permukaan di area PT PRIA melebihi baku mutu. Beberapa sumur warga yang
berdekatan dengan pabrik dan berada pada elevasi tanah lebih rendah pun sudah tercemar dan
tidak layak dikonsumsi,” terang Nurasim. Menurut dia, pencemaran lingkungan bertentangan
dengan UU tentang Hak Asasi Manusia, khususnya berkaitan dengan rasa aman.

Nurasim mengutip pasal 9 ayat 3 UU tersebut yang berbunyi, “Setiap orang berhak atas
lingkungan hidup yang baik dan sehat”.“Tidak taatnya perusahaan dan pemerintah dalam
implementasi kebijakan, hingga menimbulkan tercemarnya sumber air, telah merampas hak atas
air bagi masyarakat,” masih dikatakan Nurasim. Dia menyebut, pelanggaran yang dilakukan PT.
PRIA merupakan contoh buruknya tata kelola di Jawa Timur. Namun, disesalkannya, hingga saat
ini, penderitaan warga Lakardowo belum mendapat perhatian serius. Pemerintah kabupaten
Mojokerto dinilai abai dalam pemenuhan hak atas air bersih masyarakat. “Pihak-pihak terkait
saling lempar tanggungjawab. Kami tidak tahu harus mengadu ke mana lagi. Jadi kedepannya,
kalau tidak ada respon dari pemerintah daerah, kami akan mengajukan permasalahan ini ke
ranah hukum,” ujar Nurasim.

Sementara itu, Pemkab Mojokerto berjanji akan menindaklanjuti tuntutan warga. Agus M Anas,
Asisten I bidang Kesra Pemkab Mojokerto menyatakan, akan menerjunkan BLH bersama Dinas
Kesehatan untuk kembali melakukan uji laboratorium. Hasilnya akan disampaikan pada warga
secara transparan. Meski demikian, Pemkab Mojokerto merasa tidak punya kewenangan untuk
mencabut izin pengolahan dan pemanfaatan limbah dan transporter PT. PRIA. Sebab, dinilai,
semua perizinan itu menjadi kewenangan KLHK. “Kami tidak berwenang melakukan penutupan.
Kewenangan kami hanya sebatas tempat penampungan sementara (TPS) limbahnya saja,” terang
Agus seperti dikutip dari merdeka.com.
Permasalahan Sumber Daya Air di Luar Negeri : Inggris

Thames Water fined £20m for polluting river Thames with 1.4bn litres of raw sewage

Hatty Collier
Evening Standard March 22, 2017

Thames Water has been hit with a record fine for dumping raw sewage in the Thames: Environment Agency/PA.

Thames Water has been hit with a record £20.3m fine for polluting the River Thames. The firm
was today given the largest ever penalty for a water utility company for an environmental
disaster. The company was responsible for polluting the River Thames with 1.4bn litres of raw
sewage. The sewage was dumped in the river in 2013 and 2014 and caused serious damage to
wildlife.

Scum in a ditch downstream of the Henley Sewage Treatment Works (Environment Agency/PA)

Thames Water admitted water pollution and other offences at sewage facilities in
Buckinghamshire and Oxfordshire. The foul spillage came from four Thames Water sewage
treatment plants in Aylesbury, Didcot, Henley and Little Marlow. A sewage pumping system in
Littlemore also caused a spillage. Judge Francis Sheridan handed down a fine of £20,361,140 at
the sentencing hearing at Aylesbury Crown Court today. Judge Sheridan said: "This is a shocking
and disgraceful state of affairs."

He added: "It should not be cheaper to offend than to take appropriate precautions." Thames
Water has 21 days to pay. The judge also took into account seven further incidents at sewage
sites on the Thames in 2014. At a hearing last week, the judge said he had to ensure the fine was
"sufficiently large that they (Thames) get the message". Thames's previous record fine for
pollution was £1 million, paid in January 2016. The sentencing followed a ruling in March 2016
that big commercial organisations which cause environmental pollution can be ordered to pay
fines running into tens of millions of pounds.

According to the Environment Agency, which brought the Thames prosecution, the previous
largest fine handed down to a water utility for an environmental disaster was given to Southern
over an incident on Margate Beach in Kent in 2012. After the ruling, Richard Aylard, Thames
Water's sustainability director, insisted bills would not go up and that the firm had "learnt our
lesson". He said: “In the last three years since the last of these incidents we have learnt our
lesson. There have been sweeping changes, better systems and more investment. That’s
beginning to pay off. “Our performance has improved considerably and we are also doing a lot
of work which we are proud of. “The lessons have been learnt. The evidence is there and the
evidence will continue to be there in our improved performance, that’s the only reasonable
measure. “Categorically, customers’ bills will not go up. Even if we wanted them to, which we
don’t, they are not going to adjust. Shareholders only will pay. “That’s our job to be responsible
for waterways, we have made very significant improvements over the last three years. Our
performance is going to keep on improving. “Over the last three years, since the last of these
offences, we have invested a lot in the equipment, had a lot more people involved and got new
and better systems."
Pencemaran terhadap Sumber Daya Air

Air merupakan salah satu komponen abiotik. Selain air, komponen yang termasuk
kedalam komponen abiotik adalah lahan, udara, energi dll. Komponen abiotik bukan berasal dari
organisme hidup namun keberadaannya sangat mempengaruhi ekosistem. Keberadaan air
sangat penting bagi makhluk hidup. Hampir 71% permukaan bumi ditutupi oleh air bisa dalam
bentuk lautan, samudra, danau, waduk, sungai, rawa dll. Air merupakan sumber kehidupan bagi
makhluk dibumi ini, terutama manusia, tanpa adanya air manusia tidak bisa hidup. Manusia
sangat bergantung terhadap air terutama air bersih. Keberadaan air dibumi ini adalah tetap
karena adanya siklus air. Namun saat ini banyak terjadi kasus kekeringan di berbagai belahan
dunia. Kejadian ini tidak menandakan bahwa air di bumi berkurang, namun hal ini menunjukan
bahwa ketersediaan air terutama air bersih semakin sulit di dapat karena berbagai penyebab.
Adapun beberapa penyebabnya adalah perubahan iklim serta pencemaran air. Kedua faktor ini
menyebabkan beberapa wilayah mengalami kekeringan sementara wilayah lain mengalami
banjir.
Pencemaran air merupakan suatu hal yang sangat merugikan makhluk hidup dan
menyebabkan ketersediaan air bersih berkurang. Hal tersebut merupakan dampak dari perilaku
manusia yang tidak bisa menjaga kelestarian lingkungan terutama air. Perilaku buruk manusia
misalnya membuang sampah sembarangan, eksploitasi sumber air secara berlebihan, serta
pembuangan limbah yang tidak bertanggung jawab merupakan penyebab dari tercemarnya air.
Saat ini banyak sekali industry yang berdiri untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia.
Keberadaan industry tertunya menghasilkan limbah dimana limbah tersebut harus diperhatikan
pengolahannya agar tidak membahayakan lingkungan sekitar. Limbah yang dibuang ke alam
haruslah limbah yang sudah diolah sehingga aman. Namun kenyataannya sampai saat ini masih
banyak pabrik/ industry yang nekad membuang limbah berbahaya langsung ke alam bebas
sehingga membahayakan lingkungan sekitar dan juga manusia. Kejadian ini menimbulkan
permasalahan dan juga konflik yang melibatkan pemerintah diantara warga dan pihak pabrik.
Adapun beberapa contoh kasus permasalahan pencemaran air oleh karena limbah akan di
uraikan di bawah ini.
1. Pencemaran air oleh PT PRIA di Desa Lakardowo, Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur,
Indonesia
Dari artikel yang ada dapat diketahui bahwa PT PRIA merupakan perusahaan yang
bergerak di bidang jasa pengangkutan, pengumpulan, pengolahan dan pemanfaatan
limbah B3 dimana perusahaan tersebut menerima limbah industry, rumah sakit dan klinik
kesehatan. Keberadaan PT PRIA yang didirikan di Desa Lakardowo telah membuat resah
warga akibat buangan limbah yang mencemari air dan membahayakan kelangsungan
hidup warga setempat. Limbah yang ada telah membuat sumur warga menjadi tercemar
dan terkontaminasi oleh zat kimia berbahaya sehingga tidak bisa dimanfaatkan oleh
warga untuk kegiatan MCK maupun untuk dikonsumsi. Kejadian ini sudah berlangsung
selama tiga tahun dengan tingkat pencemaran yang semakin meningkat. Hal ini membuat
warga protes dan mengajukan tuntutan terhadap perusahaan namun belum ada itikad
baik dari pihak perusahaan untuk menyelesaikan permasalahan tersebut. Limbah yang
berbahaya tersebut telah terlihat jelas mencemari sumur milik warga. Hal tersebut dapat
dilihat dari air sumur yang bewarna kuning ataupun hitam serta berbau, bahwa warga
mengalami gatal-gatal apabila mandi menggunakan air sumur tersebut. Pengecekan
kualitas air juga sudah dilakukan tim KLHK maupun Ecoton dan didapati hasil bahwa kadar
pencemaran melebihi baku mutu.
Pencemaran air yang terjadi diduga karena pengolahan limbah dari perusahaan
yang menyalahi aturan, limbah yang masih berbahaya tersebut diduga hanya ditimbun di
bawah tanah sehingga limbah meresap ke tanah dan mencemari sumur. Berbagai upaya
telah dilakukan warga untuk menghentikan pencemaran air ini mulai dari melapor ke BLH,
KLHK, lembaga peduli lingkungan lainnya serta pemerintahan setempat. Semuanya
mendapat respon yang baik kecuali pemerintah setempat, pemerintah setempat dinilai
kurang tanggap menangani masalah ini dan cenderung saling melempar tanggung jawab.
Sementara dari pihak pemerintah mengatakan akan menindaklanjuti masalah ini namun
tetap merasa tidak memiliki wewenang untuk mencabut ijin pengolahan dan
pemanfaatan limbah dan transporter PT. PRIA. Tindakan dari PT.PRIA sangatlah tidak bijak
karena tidak kooperatif terhadap warga serta tindakan mengolah limbah yang tidak tepat
sangat membahayakan kelangsungan hidup warga setempat dan telah menyalahi hak
asasi manusia untuk mendapatkan kehidupan yang nyaman dan aman.

2. Pencemaran air oleh perusahaan limbah Thames Water di Inggris


Permasalahan ini merupakan pencemaran air yang diakibatkan oleh tumpahan limbah ke
sungai Thames oleh perusahaan Thames Water. Kejadian ini sudah pernah terjadi pada
tahun 2013 dan 2014. Permasalahan tumpahnya limbah ke sungai ini sering terjadi di
Inggris dan merupakan masalah yang sering ditimbulkan oleh perusahaan pengolahan
limbah. Thames Water sendiri merupakan perusahaan utilitas air di Inggris. Pihaknya
mengakui sering terjadi luapan limbah ke sungai dalam 3 tahun terakhir dimana
tumpahan busuk berasal dari empat pabrik pengolahan limbah di Aylesbury, Didcot,
Henley dan Little Marlow. Tumpahan limbah ini menyebabkan pencemaran sungai yang
sangat parah hingga menyebabkan tumbuhan dan hewan air mati bahkan menyebabkan
hewan air tertentu terancam punah. Pihak pemerintah Inggris telah berkali-kali memberi
denda hingga denda 10 lipat lebih berat dari pelanggaran sebelumnya terhadap
pencemaran air yang ditimbulkan oleh perusahaan pengolahan limbah tersebut namun
pencemaran air di sungai masih sering terjadi. Dari pihak perusahaan Thames Water
mengakui kesalahan mereka dan mengatakan bahwa akan terus memperbaiki system
serta pengelolaan limbah dan melakukan evaluasi dengan para pekerja agar tidak
menyebabkan pencemaran air lagi.
3. Perbandingan Permasalahan Pencemaran Air
Dari kedua permasalahan yang sudah dijabarkan di atas dapat diketahui bahwa
pencemaran yang terjadi merupakan pencemaran yang disebabkan oleh perusahaan
pengolah limbah. Permasalahan di dalam negeri maupun di luar negeri memiliki beberapa
perbedaan yang dapat dibandingkan. Adapun perbandingannya adalah sebagai berikut.
No Dalam Negeri Luar Negeri
1 Pencemaran terhadap air sumur Pencemaran terhadap air sungai
2 Pencemaran menyebabkan air Pencemaran mengkotori sungai dan
kuning, hitam, berbau dan menyebabkan bau tidak sedap serta
terkontaminasi zat kimia berbahaya menjadi racun bagi binatang di
sekitar sungai
3 Pencemaran membahayakan Pencemaran membahayakan
lingkungan serta masyarakat tumbuhan, satwa liar dan hewan air
4 Kerugian yang ditimbulkan adalah Kerugian yang ditimbulkan adalah
penyakit dan gatal-gatal yang dialami matinya satwa liar dan menyebabkan
warga setempat hewan air terancam punah
5 Adanya protes dari warga Tidak banyak mendapat protes dari
warga karena pemerintah sigap
dalam menangani pencemaran
6 Permasalahan terangkat karena Permasalahan terangkat karena
inisiatif warga kesigapan pemerintah
7 Pemerintah kurang sigap dan Pemerintah sigap tanggap
responsif
8 Hukum yang ada cenderung lemah Hukum jelas dan tegas dimana
dan lambat meskipun sudah jelas perusahaan segera di beri denda atau
melanggar undang-undang namun sanksi ketika melakukan pencemaran
belum ada tindakan tegas untuk air
menangani pencemaran yang sangat
membahayakan kelangsungan hidup
manusia
9 Lembaga negara peduli lingkungan, Pemerintah aktif dalam menangani
institusi dalam dan luar negeri serta permasalahan pencemaran air
komunitas warga setempat yang
lebih aktif menangani masalah
pencemaran, pemerintah tidak
terlalu aktif dan cenderung lempar
tanggung jawab.
10 Perusahaan limbah penyebab Perusahaan kooperatif dalam
pencemaran tidak kooperatif dan menanggapi teguran dan sanksi yang
tidak mempedulikan kelestarian diberikan serta mengakui kesalahan
lingkungan dan keselamatan warga meskipun masih terulang terus
meneru namun masih ada itikhad
baik dari perusahaan untuk selalu
memperbaiki system pengolahan

4. Kesimpulan
Dari perbandingan yang ada dapat diketahui bahwa permasalahan yang terjadi
merupakan pencemaran air yang diakibatkan oleh limbah dengan dampak berbeda yang
ditimbulkan. Limbah dari PT PRIA Mojokerto menyebabkan pencemaran air sumur dan
membahayakan warga sementara luapan limbah dari perusahaan Thames Water
menyebabkan pencemaran sungai dan membuat binatang mati. Meskipun keduanya
memiliki dampak yang berbeda namun keduanya tetaplah pencemaran air yang
membahayakan dan merusak kelestarian lingkungan. Setelah melihat perbedaan yang
ada dapat diketahui bahwa penegakan hukum mengenai pencemaran air di dalam negeri
dan di luar negeri sangatlah berbeda. Pemerintahan di Inggris sangat tanggap menangani
permasalahan pencemaran air yang ada sementara pemerintahan di Mojokerto kurang
tanggap dan cenderung lalai terhadap permasalahan pencemaran air yang menimpa
warga Lakardowo. Perusahaan PT PRIA dan Thames Water keduanya sama terbukti
melakukan pencemaran air. Thames Water telah mendapat teguran dan sanksi yang
memberatkan sementara PT PRIA masih belum jelas tindak lanjutnya. Dengan melihat
tegasnya aturan dan hukum yang dijalankan oleh pemerintah Inggris tersebut diharapkan
bisa menjadi evaluasi dan pembelajaran bagi pemerintah serta perusahaan pelaku
pencemaran agar lebih memperhatikan lingkungan dan warga serta patuh pada hukum
yang berlaku agar hukum dapat ditegakkan sehingga pelanggaran maupun pencemaran
terhadap lingkungan dapat dikurangi.
Sumber :
Hatty Collier. 2017. Thames Water fined £20m for polluting river Thames with 1.4bn litres of raw
sewage. Diunduh 25 Maret 2017 dalam https://www.yahoo.com/news/thames-water-fined
20m-polluting-115042061.html

Doaly, Themmy.2017. Di Hari Air Sedunia, 60% Sumur Desa Lakardowo Diduga Tercemar
Limbah B3. Diunduh 25 Maret 2017 dalam http://www.mongabay.co.id/2017
/03/23/di-hari-air-sedunia-60-sumur-desa lakardowo-diduga-tercemar-limbah
b3/

Anda mungkin juga menyukai