A. PENDAHULUAN
Secara global, suatu negara mengacu pada target MDG’s (Millenium Development Goals)
merupakan target ke-5 dengan target menurunkan Angka Kematian Ibu sebesar 102 per 100.000
kelahiran hidup ditahun 2015. Angka Kematian Ibu (AKI) di Indonesia merupakan suatu masalah
yang masih perlu dihadapi karena Indonesia tergolong memiliki jumlah angka kematian ibu
tertinggi diantara negara asia (Saputra, 2013). Angka kematian ibu di Indonesia mencapai 359 per
100.000 kelahiran hidup hal ini mengalami sedikit penurunan dari tahun 1991 yaitu 390 per
100.000 kelahiran hidup (Kemenkes RI, 2014). Kondisi tersebut menggambarkan bahwa perlu
adanya tindakan kerja keras dan sungguh-sungguh untuk mencapai target sasaran MDGs dalam
menurunkan angka kematian ibu di Indonesia karena angka kematian yang masih jauh dari target.
Masalah kesehatan ibu dan kematian ibu masih menjadi fokus perhatian dan secara politis
menjadi prioritas di negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia.Upaya global untuk
menurunkan angka kematian ibu (AKI),termasuk di Indonesia telah banyak dilakukan melalui
peningkatan akses danpelayanan kesehatan ibu, pelayanan emergensi kehamilan dan persalinan,
serta penyuluhan kesehatan ibu dan pemberdayaan masyarakat (Kemenkes 2013).
Maka perlu adanya penyuluhan atau kelas khusus untuk para suami, karena selama ini
penyuluhan atau pelatihan hanya diberikan kepada ibu hamil seperti pelayanan penyuluhan
kesehatan ibu hamil dilakukan melalui: konseling oleh petugas kesehatan, penggunaan Buku
Kesehatan Ibu dan Anak (Buku KIA),penyuluhan melalui Kelas Ibu Hamil (KIH), Program
Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi (P4K), dan kemitraan bidan dengan
dukun (Kemenkes 2012a).
B. LATAR BELAKANG
Salah satu kegiatan utama dari Program Kesehatan Ibu dan Anak adalah kegiatan kelas
ibu hamil dimana di kelas ini, ibu hamil datang berkumpul untuk belajar bagaimana cara
penanganan kehamilan, mengenali tanda-tanda bahaya selama kehamilan, bagaimana merawat
bayi, menyusui bayi yang benar, pengetahuan tentang makanan bergizi dan pengetahuan
kesehatan ibu dan anak lainnya, materi langsung di berikan oleh petuagas kesehatan yang berada
di wilyah puskesmas bontomarannu.
Di Takalar semua ibu hamil bisa belajar tentang kebutuhan ibu hamil dan bayi di kelas ibu
hamil. Dan biasanya perempuanpun secara tidak langsung telah diajarkan cara menangani
kehamilan, merawat bayi dan pekerjaan lainya. Sebaliknya laki-laki hampir tidak ada peluang
belajar tentang hal ini. Akan tetapi sebagai seorang laki-laki sudah pasti suatu saat akan
menghadapi situasi dimana istrinya hamil dan bagi yang telah memiliki anak, sudah pasti ada
waktu dimana sebagai ayah perlu bermain bersama anak. Sehingga, jika laki-laki bisa
memperoleh pengetahuan yang benar tentang kebutuhan ibu hamil dan bayi, laki-laki bisa
membantu ibu hamil.
Tahun 2017, saya berkesempatan mengikuti Program Training Young Leader untuk
Kesehatan Ibu dan Anak di Jepang yang dilaksanakan oleh Japan International Cooperation
Agency (JICA) selama 18 hari. Selama training, saya berkesempatan melihat berbagai kegiatan
yang menyangkut kesehatan ibu dan anak salah satunya kegiatan kelas mama papa yang rutin
diadakan disana setiap bulanya.
Berawal dari kegiatan tersebut saya berinisiatif untuk membuata program kegiatan tersebut di
puskesmas tempat saya bekerja dengan dibantu oleh Junior Expert JICA dan mendapat dukungan
dari pihak puskesmasmaupun dinas kesehatan terutama di bagian Kasi Kesga dalam membuat
membuat program tersebut kami memilih untuk mengganti kelas mama papa menjadi kelas Tetta
Siaga (TESI) mengingat kami berada di wilayah dengan suku makassar yang khas sebagian dari
masyarakat panggilan untuk ayah adalah “TETTA” oleh karena kelas Tetta Siaga mulai di
laksanakan di wilayah kerja puskesmas Bontomrannu.
Adapun jumlah sasaran untuk cakupan KIA (kesehatan ibu dan anak) yaitu ibu hamil
302 jiwa , ibu bersalin 288 jiwa, bayi 275 jiwa, resti ibu hamil 60 jiwa , resti bayi 60 jiwa pus
2468 jiwa dan sasaran balita 1536 jiwa.
Pada tahun 2018, hasil pelayanan KIA di wilayah kerja Puskesmas Bontomarannu
menunjukkan bahwa cakupan K1 331 (109,6) %, K4 307 (101,6)%, persalinan ditolong
tenaga kesehatan 286 (99,3)% pelayanan nifas 280 (97,2)%, cakupan KN 1 257 (100)% KN
lengkap 277 (96,5)%%, KB aktif 1733 (70,3)% dan KB Pasca Salin 288 (100)%.
Komplikasi resiko tinggi yang ditangani 45 (75,0)% dari 45 komplikasi resiko tinggi yang
ditangani ada 4 kasus yang paling banyak yaitu:
No NamaKasus Jumlah
1 Abortus 11 orang
2 BBLR (Berat Badan lahir 6 Orang
Rendah)
3 KPD (Ketuban Pecah Dini) 5 orang
4 Lain-lain 23 orang
Jumlah 45 orang
Dari tabel diatas menunjukan angka abortus merupakan kasus yang banyak terjadi di
wilayah kerja puskesmas bontomarannu
Salah satu starategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cakupan dan kualitas
pelayanan keshatan ibu dan anak dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan angka
kematian bayi AKI dan AKB serta balita stunting adalah melalui pemberdyaan keluarga dan
masyrakat terutama suami , karena posisi suami sangat berperan aktif dalam upaya menjaga
kesehatan ibu dan anak, oleh karena itu perlu adanya kegiatan kelas khusus untuk para suami
karena selama ini penyuluhan hanya dilakukan dalam kegiatan kelas ibu hamil, Suami siaga
harus memiliki banyak pengetahuan tentang tanda tanda bahaya kehamillan persalinan nifas
dan perawatan bayi baru lahir dan selalu mengutamakan keselamatan istri selain itu sigap
dalam menghadapi keluhan istri memberikan perhatian dan kasih sayang ,membantu
pekerjan istri di rumah, mengingatkan makan bergizi ,minum susu serta obat selama hamil,
mengajak janin berkomonikasi, menumbuhkan rasa kepercyaan kepada istri,mengihadari
pertengkaran dan perilaku buruk yang membuat istri nyaman dalam menjadi suami siaga.
Sikap dukungan yang diberikan oleh suami terhadap kehamilan istri akan mempererat
hubungan antara suami istri. Sikap suami yang mendukung dalam perawatan kehamilan istri
akan membuat istri menjadi lebih tenang dan nyaman akan kehamilannya. Sikap tersebut
dapat mewujudkan kehamilan sang istri menjadi lebih sehat. Dukungan suami dapat
diartikan sebagai sikap yang penuh perhatian.
Kelas Tetta Siaga adalah sarana belajar kelompok dalam bentuk tatap muka dengan
menggunakan metode belajar pemberian materi games setelah materi dan praktek langsung
dengan melibatkan suami di dalam kegiatan.
Adapun materi yang diberikan yaitu tentang kehamilan, persalinan,perwatan nifas dan
perawatn bayi, pemenuhan kebutuhan gizi, serta vidio praktek memakai baju ibu hamil dan
memandiakan bayi.