FAKULTAS TEKNIK
2022
KATA PENGANTAR
Pertama-tama saya mengucapkan puji dan syukur kepada tuhan yang maha
esa, karena berkatrahmat dan hidayah-nya sehingga saya dapat menyelesaikan
tugas Tugas ini dibuat untuk memenuhi salah satu mata kuliah saya yaitu
“PROPESI KEPENDIDIKAN”
Saya menyadari bahwa tugas ini masih jauh dari kata sempurna. Apabila
dalam tugas ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan, saya mohon maaf
karena sesungguhnya pemahaman dan pengetahuan saja masih sedikit dan
terbatas. Oleh karena itu, saya mohon saran dan kritikan yang mebangun dari
pembaca guna menyempurnakan tugas ini. Saya berharap semoga tugas
pembuatan makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Atas perhatiannya saya
ucapkan terimakasih.
Daftar isi……………………………………………………………………………..
BAB I PEMBAHASAN
3.Organisasi Propesi…………………………………………………………………
BAB II KESIMPULAN
Daftar Pustaka……………………………………………………………………….
2
BAB I
PEMBAHASAN
1.1 kasus dalam organisasi
Kasus adalah keadaan yang sebenarnya dari suatu urusan atau perkara;
keadaan atau kondisi khusus yang berhubungan dengan seseorang atau suatu
hal. Konflik pada dasarnya merupakan suatu proses yang dimulai pada saat satu pihak
merasa dibuat tidak senang oleh nya, atau adanya itikad akan berbuat tidak
menyenangkan kepada pihak lain mengenai sesuatu yang dianggap oleh pihak pertama
hal yang penting.
4
1.2.Kode Etik Profesi
1.3 Pengertian Etika
Etika (Etimologi), berasal dari bahasa Yunani adalah “Ethos”, yang berarti
watak kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Etika biasanya berkaitan erat dengan
perkataan moral yang merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk
jamaknya “Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan
melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal tindakan yang
buruk. Etika dan moral dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau
moralitas untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk
pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku. Ada dua macam etika dalam menentukan baik
dan buruknya perilaku manusia :
a.Etika Deskriptif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis dan rasional
sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh manusia dalam hidup ini
sebagai sesuatu yang bernilai. Etika deskriptif memberikan fakta sebagai dasar
untuk mengambil keputusan tentang prilaku atau sikap yang mau diambil.
b.Etika Normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai sikap dan pola
perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu
yang bernilai. Etika normatif memberi penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar
dan kerangka tindakanyang akan diputuskan.
Etika adalah suatu disiplin filosofis yang berkenaan dengan perilaku manusia dan
perbuatan bermoral (Surya dkk, 2000 : 4.55). Dengan adanya etika, manusia dapat
memilih dan memutuskan perilaku yang paling sesuai dan paling baik, sesuai dengan
norma – norma moral yang berlaku. Etika sebagai acuan pilihan perilaku bersumber
pada norma moral, seperti agama, filsafat hidup, budaya masyarakat, disiplin keilmuan
dan profesi.
5
Dalam dunia kerja etika sangat diperlukan sebagai landasan perilaku kerja dari
para pekerja. Etika kerja biasanya dirumuskan atas kesepakatan para pendukung
pekerjaan itu dengan mengacu pada sumber – sumber nilai moral tersebut diatas.
Rumusan etika kerja yang disepakati bersama itu disebut sebagai kode etik.
6
1.4 Kode Etik Profesi
Etika profesi menurut keiser dalam (Suhrawardi Lubis, 1994:6-7) adalah
sikap hidup berupa keadilan untuk memberikan pelayanan profesional terhadap
masyarakat dengan penuh ketertiban dan keahlian sebagai pelayanan dalam
rangka melaksanakan tugas berupa kewajiban terhadap masyarakat. Secara
etimologis, kode etik berarti pola aturan, tata cara, tanda, pedoman etis dalam
melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Dengan kata lain, kode etik merupakan
pola aturan atau tata cara etis sebagai pedoman berperilaku. Etis berarti sesuai
dengan nilai-nilai dan norma yang dianut oleh sekelompok orang atau masyarakat
tertentu (Abin Syamsudin, Nandang Budiman, 2003 : 4.3).
Kode etik berasal dari bahasa yunani, ethos yang artinya ajaran kesusilaan, dengan
demikian kode etik adalah system norma, nilai dan aturan professional tertulis yang
secara tegas menyatakan apa yang benar dan baik dan apa yang tidak benar dan
tidak baik bagi professional yang menjadi anggota dari sebuah organisasi profesi.
Prinsip dasar di dalam etika profesi yaitu:
1. Tanggung jawab
a. Terhadap pelaksanaan pekerjaan itu dan terhadap hasilnya.
b. Terhadap dampak dari profesi itu untuk kehidupan orang lain atau
masyarakat padaumumnya.
2. Keadilan.
Prinsip ini menuntut untuk memberikan kepada siapa saja apayang menjadi
haknya.
3. Prinsip Kompetensi, melaksanakan pekerjaan sesuai jasa
profesionalnya, kompetensi danketekunan.
4. Prinsip Prilaku Profesional, berprilaku konsisten dengan reputasi profesi.
5. Prinsip Kerahasiaan, menghormati kerahasiaan informasi.
Pada dasarnya tujuan merumuskan kode etik dalam suatu profesi adalah untuk
kepentingan anggota dan kepentingan organisasi profesi itu sendiri. Secara umum
tujuan mengadakan kode etik adalah sebagai berikut (R. Hermawan S, 1979):
1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi
2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggotanya
7
3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
4. Untuk meningkatkan mutu profesi
5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi
Tujuan kode etik adalah pelaku profesi tersebut dapat menjalankan tugas dan
kewajiban serta memberikan pelayanan sebaik-baiknya kepada pemakai jasa profesi
tersebut. Adanya kode etik akan melindungi perbuatan-perbuatan yang tidak
professional.
Ada tiga hal pokok yang merupakan fungsi dari kode etik profesi:
1. Kode etik profesi memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi
tentang prinsip profesionalitas yang digariskan. Maksudnya bahwa dengan
kode etik profesi, pelaksana profesi mampu mengetahui suatu hal yang
boleh dilakukan dan yang tidak boleh dilakukan.
2. Kode etik profesi merupakan sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas
profesi yang bersangkutan. Maksudnya bahwa etika profesi dapat
memberikan suatu pengetahuan kepada masyarakat agar juga dapat
memahami arti pentingnya suatu profesi, sehingga memungkinkan
pengontrolan terhadap para pelaksana di lapangan kerja (kalangan sosial).
Kode etik profesi mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan
etika dalam keanggotaan profesi. Arti tersebut dapat dijelaskan bahwa para pelaksana profesi
pada suatu instansi atau perusahaan yang lain tidak boleh mencampuri pelaksanaan profesi di
lain instansi atau perusahaan.
8
cita cita Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 agustus 1945, maka
guru Indonesia terpanggil untuk menunaikan karyanya sebagai guru dengan
mempedomani dasar dasar sebagai berikut :
1. Guru berbakti membimbing anak didik seutuhnya untuk membentuk manusia
pembangunan yang ber-Pancasila.
a. Guru menghormati hak individu, agama dan kepercayaan kepada Tuhan
Yang Maha Esa dari anak didiknya masing – masing.
b. Guru menghormati dan membimbing kepribadian anak didiknya.
c. Guru menyadari bahwa intelegensi, moral dan jasmani adalah tujuan
utama pendidikan.
d. Guru melatih anak didik memecahkan masalah-masalah dan membina
daya kreasinya agar dapat menunjang masyarakat yang sedang
membangun.
e. Guru membantu sekolah dalam usaha menanamkan pengetahuan,
keterampilan kepada anak didik.
Kode Etik diatas menanamkan pengertian pada kita bahwa peserta didik harus
dilihat secara utuh. Sub etik a sampai e bermaksud menterjemahkan apa yang
dimaksud dengan seutuhnya itu. Sikap guru yang paling pertama sekali adalah
melihat peserta didik sebagai suatu keutuhan yang berdiri sendiri, bukan sebagai
seorang yang tergantung dan digantungkan pada orang lain. Karena ia kita lihat
seutuhnya sebagai individu, secara etis guru harus menghormati hak individunya,
sebagai mana kita ingin dihormati hak individu kita. Pilihan agama dan
kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa merupakan salah satu hak individu
peserta didik yang harus kita hormati.
Pada Sub etik b, memberi tekanan pada kepribadian peserta didik dan upaya
pembimbingannya. Menghargai hak individu, berarti menghargai kepribadian
pesertadidik karena kepribadian merupakan penampilan yang bulat (seutuhnya)
dari seorang individu. Kepribadian itu tumbuh dan berkembang melalui
perpaduan dari berbagai hal yang dibawa sejak lahir, pengalaman dan pendidikan.
Dalam perkembangan itulah peserta didik
9
membutuhkan bantuan kepribadian. Sub etik c, mengemukakan beberapa aspek
penting dari peserta didik, yaitu intelegensi(kecerdasan), moral dan jasmani.
2. Guru memiliki kejujuran profesional dalam menerapkan kurikulum sesuai
kebutuhan anak didik masing masing.
a. Guru menghargai dan memperhatikan perbedaan dan kebutuhan anak
didiknya masing masing.
b. Guru hendaknya fleksibel di dalam menerapkan kurikulum sesuai dengan
kebutuhan anak didik masing masing.
c. Guru memberi pelajaran didalam dan diluar sekolah berdasarkan
kurikulum dan berlaku secara baik tanpa membedakan jenis dan posisi
sosial orang tua murid.
Etika ini memberi arah secara umum bahwa guru harus memiliki kejujuran
profesional yaitu jujur melihat profesinya sebagai guru. Bertitik tolak dari
kejujuran profesional, apa yang mesti dilakukan guru terhadap peserta didik,
sehubungan dengan kurikulum. Kurikulum itu bersifat umum , sedangkan peserta
didik berbeda beda, berbeda kemampuannya juga berbeda kebutuhannya. Jika kita
jujur, maka kita akui bahwa peserta didiklah yang pokok , dan bila kita jujur,
maka kita akui bahwa kurikulum itu harus disesuaikan dengan kemampuan dan
kebutuhan tiap-tiap peserta didik, karena peserta didiklah substansinya, bukan
guru atau kurikulum. Guru dan kurikulum itu ada karena ada peserta didik. Jika
peserta didik itu tidak ada, maka guru dan kurikulum tidak akan ada. Sub etik c
memperingatkan kita pada kejujuran profesional dalam memperlakukan
pesertadidik secara adil. Terlalu sering kita dipengaruhi oleh kenyataan duniawi.
Status sosial ekonomi orang tua, ras, suku dan agama dapat membiaskan
perlakuan adil guru terhadap peserta didik.
Profesi guru menuntut untuk tidak menghiraukan perbedaan perbedaan
tersebut. Guru harus melihat dan memperlakukan tiap peserta didik sama dengan
tidak memihak kepada kenyataan kenyataan tersebut.
3. Guru mengadakan komunikasi, terutama dalam memperoleh informasi
tentang anak didik, tetapi menghindarkan diri dari segala
penyalahgunaan.
1
a. Komunikasi guru dan anak didik didalam dan diluar sekolah dilandaskan
pada rasa kasih sayang.
b. latar belakang keluarganya. Komunikasi hanya diadakan semat-mata untuk
kepentingan pendidikan anak didik.
Jabatan guru memang jabatan yang melibatkan komunikasi, komunikasi
dengan peserta didik, orang tua siswa dan masyarakat sekitar sekolah. tujuannya
adalah memperoleh informasi tentang pesertadidik. Informasi yang kita peroleh
merupakan rahasia peserta didik. Karena itu, kita sebagai guru harus menghormati
dan menjaga kerahasiannya serta menghindarkan diri dari segala bentuk
penyalahgunaan. Pencarian informasi itu semata mata untuk menolong
pesertadidik itu sendiri, agar kita dapat memperlakukan mereka sesuai dengan
kepentingannya. Informasi itu dapat berupa keterangan tentang jati diri, latar
belakang keluarga, riwayat pendidikan, minat, bakat, cita-cita dan lain lain.
Sub etik a menyatakan bahwa komunikasi guru – siswa , didalam dan diluar
sekolah dilandaskan pada rasa kasih sayang. Secara pribadi saya lebih suka
menggunakan istilah “cinta”karena makna “cinta” lebih dalam dari kasih sayang.
Guru mesti memiliki rasa cinta pada peserta didiknya, sabab kalau tidak, apa yang
terjadi sudah dapat diramalkan. Ibarat orang yang sedang bekerja tetapi tidak
mencintai pekerjaannya. Dapat ia bekerja dengan baik? Kecintaan guru terhadap
peserta didik identik dengan kecintaan dokter pada pasiennya. Kalau dokter
memberikan obat, memberikan harapan pada pasien, semata mata supaya
pasiennya itu cepat sembuh. Begitu juga guru, upaya apapun yang dilakukan,
semata mata demi perkembangan optimal peserta didiknya.
4. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah dan memelihara hubungan
dengan orang tua murid dengan sebaik baiknya bagi kepentingan anak
didiknya.
a. Guru menciptakan suasana kehidupan sekolah sehingga anak didik betah
berada dan belajar di sekolah.
b. Guru menciptakan hubungan baik dengan orang tua sehingga terjalin
pertukaran informasi timbal balik untuk kepentingan anak didik.
c. Guru senantiasa menerima kritik dengan dada lapang setiap kritik
2
d. membangun yang disampaikan orang tua murid / masyarakat terhadap
kehidupan sekolahnya.
Etik yang ke 4 ini mengingatkan guru pada penerapan kompetensi sosial. Guru
wajib menciptakan iklim sekolah yang kondusif sehingga peserta didik tidak ada
keinginan untuk pulang sebelum waktunya.
Peserta didik merasa aman dan nyaman disekolah. Untuk maksud ini, guru
mesti bersikap akrab dan hangat terhadap peserta didik. Pemberian penguatan
kepada peserta didik perlu diperbanyak dan berusaha menghindari pemberian
hukuman. Sikap akrab dan hangat itu tidak saja terhadap siswa, tetapi juga
erhadap sejawat dan orang tua siswa.
Sub etik c menghendaki guru untuk menerima kritik yang membangun dari
orang tua siswa / masyarakat dengan dada lapang. Sebagai guru selain terbuka
menerima kritik dari orang lain, juga harus mau mengkritik diri sendiri,
kekurangan kekurangan apa yang ada dalam dirinya, kemudian berusaha
mengatasi kekurangan kekurangan tersebut. Dengan begitu guru akan
memperoleh kemajuan dalam pelaksanaan tugasnya.
5. Guru memelihara hubungan baik dengan masyarakat disekitar sekolahnya
maupun masyarakat yang lebih luas untuk kepentingan pendidikan.
a. Guru memperluas pengetahuan masyarakat mengenai profesi keguruan.
b. Guru menyebar dan merumuskan program – program pendidikan kepada
dan dengan masyarakat sekitarnya, sehingga sekolah tersebut berfungsi
sebagai pusat pembinaan dan pengembangan kebudayaan di tempai itu.
c. Guru harus berperan agar dirinya dan sekolahnya dapat berfungsi sebagai
unsur pembaharuan bagi kehidupan dan kemajuan daerahnya.
d. Guru turut bersama sama masyarakat sekitarnya didalam berbagai
aktifitas.
e. Guru mengusahakan terciptanya kerja sama sebaik baiknya antara sekolah,
orang tua murid dan masyarakat bagi kesempurnaan usaha pendidikan atas
dasar kesadaran bahwa pendidikan merupakan tanggungjawab bersam
antara pemerintah, orang tua dan masyarakat.
3
Etik ke 5 beserta sub sub etiknya merupakan rambu rambu dalam menjalin
hubungan kerja sama dengan masyarakat sekitar sekolah. Sekolah melibatkan
masyarakat dalam merumuskan program programnya, sebaliknya guru juga turut
serta dalam kegiatan kegiatan di masyarakat. Kerta sama itu bertujuan agar
sekolah dapat berfungsi sebagai agen pembaharuan. Sekolah menjadi tempat
pembinaan dan pengembangan budaya masyarakat. Masyarakat memperoleh
kemajuan berkat adanya sekolah tersebut.
6. Guru secara sendiri sendiri dan atau bersama sama berusaha
mengembangkan dan meningkatkan mutu profesionalnya.
a. Guru melanjutkan studinya dengan :
1. Membaca buku buku.
2. Mengkuti workshop / seminar, konfrensi dan pertemuan pertemuan
pendidikan dan keilmuan lainnya.
3. Mengikuti penataran
4. Mengadakan kegiatan kegiatan penataran.
b. Guru selalu berbicara, bersikap dan bertindak sesuai dengan martabat
profesinya.
Etik ini menghendaki guru memiliki sikap terbuka untuk peningkatan
kemampuan profesionalnya. Dunia pendidikan atau keguruan memiliki
karakteristik bahwa ia berkembang sesuai dengan tuntutan tuntutan baru. Coba
Anda perhatikan, Hampir setiap 10 tahun kurikulumberubah mengikuti
perkembangan zaman. Adanya tuntutan tuntutan baru, persyaratan menjadi guru
SD juga berubah, yang semula minimal SPG berubah menjadi D2 PGSD dan
sekarang minimal S1 PGSD. Apa yang dianggap memadai untuk saat ini belum
tentu memadai di kelak kemudian hari.
7. Guru menciptakan dan memelihara hubungan antara sesama guru baik
berdasarkan lingkungan kerja maupun didalam hubungan keseluruhan.
a. Guru senantiasa saling bertukar informasi, pendapat, saling menasehati
dan bantu membantu satu sama lain baik dalam hubungan kepentingan
pribadi maupun dalam hubungan tugas profesi.
4
b. Guru tidak melakukan tindakan tindakan yang merugikan nama baik rekan
- rekan seprofesinya dan menunjang martabat guru baik secara pribadi
maupun secara keseluruhan.
Etik ke 7 ini mengatur hubungan antara sesama anggota profesi atau hubungan
antar teman sekerja, baik hubungan kerja maupun hubungan yang bersifat pribadi.
Hubungan kerja dan hubungan pribadi ini, perlu dikembangkan kearah hubungan
kekeluargaan, sehingga setiap individu merasakan dirinya sebagai anggota sebuah
keluarga. Jika ini dapat diwujudkan maka pertukaran informasi, pendapat akan
menjadi lancar. Begitu pila sikap bantu membantu, nasehat menasehati akan
terwujud dengan baik karena setiap anggota merasa teman sekerja itu adalah
saudaranya. Sebagai saudara tentu akan saling melindungi, saling menjaga nama
baik saudaranya, sehingga tidak akan terjadi tindakan tindakan yang merugikan
sesamanya.
8. Guru secara bersama sama memelihara , membina dan meningkatkan
organisasi guru profesional sebagai sarana pengabdiannya.
a. Guru menjadi anggota dan membantu organisasi guru yang bermaksud
membina profesi dan pendidikan pada umumnya.
b. Guru senantiasa berusaha terciptanya persatuan diantara sesama
pengabdian pendidikan.
c. Guru senantiasa berusaha agar menghindarkan diri dari sikap sikap,
ucapan ucapan dan tindakan tindakan yang merugikan organisasi.
Pokok etik ke 8 ini berkisar pada masalah organisasi profesional keguruan.
Kiranya semua sependapat bahwa organisasi profesional bermaksud
meningkatkan profesi anggota anggotanya. Dengan adanya organisasi profesi,
anggota anggota dapat dipelihara sehingga keseluruhan korps dapat terjaga mutu
serta peningkatannya.
Guru sebagai anggota organisasi profesional, sudah selayaknya berusaha
menciptakan persatuan diantara sesama serta menghindarkan diri dari sikap sikap,
ucapan ucapan dan tindakan tindakan yang merugikan organisasi.
9. Guru melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
pemerintah dalam bidang pendidikan.
5
Sebagai PNS (Pegawai Negeri Sipil) guru adalah aparat pemerintah, karena itu
sudah selayaknya melaksanakan segala ketentuan yang merupakan kebijaksanaan
Pemerintah dalam bidang pendidikan.
g. Belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari para pengemban profesi untuk
menjaga martabat luhur profesinya,
h. Tidak adanya kesadaran etis da moralitas di antara para pengemban profesi
untuk menjaga martabat luhur profesinya.
1.8 Dampak yang timbul jika tidak diciptakannya kode etik profesi
a. Terjadinya penyalahgunaan profesi.
b. Kemungkinan mengabaikan tanggung jawab dari profesi nya karna tidak ada
pedoman dalam suatu organisasi,
c. Memungkinkan setiap individu untuk mendahului kepentingan pribadinya
contohnya para pejabat yang korupsi,
d. Jika tidak ada nya kode etik profesi seseorang dapat memberikan image yang
buruk dari profesi yang ditekuninya kepada masyarakat.
7
2. Organisasi Profesi
2.1 Pengertian Organisasi
Organisasi profesi merupakan organisasi yang anggotanya adalah para praktisi
yang menetapkan diri mereka sebagai profesi dan bergabung bersama untuk
melaksanakan fungsi-fungsi social yang tidak dapat mereka laksanakan dalam
kapasitas mereka sebagai individu.
Menurut Prof. DR. Azrul Azwar, MPH(1998), ada 3 ciri-ciri organisasi
profesi :
1. Umumnya untuk satu profesi hanya terdapat satu organisasi profesi yang
para anggotanya berasal dari satu profesi, dalam arti telah menyelesaikan
pendidikan dengan dasar ilmu yang sama,
2. Misi utama organisasi profesi adalah untuk merumuskan kode etik dan
kompetensi profesi serta memperjuangkan otonomi profesi,
3. Kegiatan pokok organisasi profesi adalah menetapkan serta merumuskan
standar pelayanan profesi, standar pendidikan dan pelatihan profesi serta
8
tinggi pada profesi yang bersangkutan.
Untuk memenuhi empat hal tersebut diatas dalam rangka menetapkan standar
kualitas, menetapkan prinsip-prinsip professional dan menciptakan kepercayaan
atas hasil kerja profesi dimata masyarakat maka diperlukan sebuah organisasi
yang mengatur dan melakukan standarisasi terhadapnya, organisasi itulah yang
disebut organisasi profesi.
Organisasi profesi ini juga merupakan bagian dari perkembangan sebuah
profesi dalam proses profesionalisme untuk mengembangkan profesi kearah status
professional yang diakui oleh pemerintah dan masyarakat pengguna jasa profesi
tersebut.
9
semua anggota. Sangsi bervariasi, tergantung jenis pelanggaran dan bias bersifat
internal organisasi seperti misalnya Black list atau bahkan sampai dikeluarkan
dari organisasi profesi tersebut.
11
koding, desain web, yang diikuti oleh beberapa orang programmer yang memiliki
kemampuan dalam bidang program.
12
kekuatan dan mengakar diseluruh penjuru indonesia. Arrtinya, PGRI memiliki
potensi besar untuk meningkatkan hakikat dan martabat guru, masyarakat, lebih
jauh lagi bangsa dan negara.
13
Indonesia dan bertujuan mengembangkan serta memajukan bimbingan sebagai
ilmu dan profesi dalam rangka peningkatan mutu layanannya. Secara rinci tujuan
didirikannya Ikatan Petugas Bimbingan Indonesia (IPBI) adalah sebagai berikut
ini:
a. Menghimpun para petugas di bidang bimbingan dalam wadah organisasi.
b. Mengidentifikasi dan mengiventarisasi tenaga ahli, keahlian dan
keterampilan, teknik, alat dan fasilitas yang telah dikembangkan di
Indonesia di bidang bimbingan, dengan demikian dimungkinkan
pemanfaatan tenaga ahli dan keahlian tersebut dengan sebaik-baiknya.
c. Meingatkan mutu profesi bimbingan, dalam hal ini meliputi peningkatan
profesi dan tenaga ahli, tenaga pelaksana, ilmu bimbingan sebagai disiplin,
maupun program layanan bimbingan (Anggaran Rumah Tangga IPBI,
1975).
14
terpenting dari hak-hak anak Indonesia untuk memperoleh pendidikan yang
berkualitas.
PGSI adalah organisasi profesi guru dan/atau serikat pekerja profesi guru
yang bersifat terbuka, independen, dan non Partai Politik. Visi PGSI :
Terwujudnya guru profesional yang mampu mendorong sistem pendidikan
demokratis dan berkeadilan serta tidak diskriminatif dengan menjunjung tinggi
hak asasi manusia, nilai keagamaan, nilai kultural, dan kemajemukan bangsa.
15
Organisasi profesi kependidikan berfungsi sebagai pemersatu seluruh anggota
profesi dalam kiprahnya menjalankan tugas keprofesiannya, dan memiliki fungsi
peningkatan kemampuan profesional seperti :
a. Fungsi Pemersatu
Yaitu dorongan yang menggerakkan para profesional untuk membentuk suatu
organisasi keprofesian. Motif tersebut begitu bervariasi, ada yang bersifat sosial,
politik ekonomi, kultural, dan falsafah tentang sistem nilai. Motif intrinsik dan
ekstrinsik.Intrinsik, para profesional terdorong oleh keinginannya mendapat
kehidupan yang layak, sesuai dengan tugas profesi yang diembannya. Secara
ekstrinsik mereka terdorong oleh tuntutan masyarakat pengguna jasa suatu profesi
yang semakin hari semakin kompleks.
b. Fungsi Peningkatan Kemampuan Profesional
Fungsi kedua dari organisasi kependidikan adalah meningkatkan kemampuan
profesional pengemban profesi kependidikan ini. Fungsi ini secara jelas tertuang
dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61 yang berbunyi: Tenaga kependidikan dapat
membentuk ikatan profesi sebagai wadah untuk meningkatkan dan
mengembangkan karier, kemampuan, kewenangan profesional, martabat, dan
kesejahteraan tenaga kependidikan. Bahkan dalam UUSPN tahun 1989, pasal 31 ;
ayat 4 dinyatakan bahwa :Tenaga kependidikan berkewajiban untuk berusaha
mengembangkan kemampuan profesionalnya sesuai dengan perkembangan
tuntutan ilmu pengetahuan dan teknologi serta pembangunan bangsa.
Kurikulum 1994 dapat dilakukan melalui dua program, yaitu program
terstruktur dan tidak terstruktur.Program terstruktur adalah program yang dibuat
dan dilaksanakan sedemikian rupa, mempunyai bahan dan produk kegiatan belajar
yang dapat diakreditasikan secara akademik dalam jumlah SKS tertentu.
16
karier, (2) kemampuan, (3) kewenangan profesional, (4) martabat, dan (5)
kesejahteraan seluruh tenaga kependidikan. Sedangkan visinya secara umum
ialah terwujudnya tenaga kependidikan yang profesional.
Organisasi profesi sebagaimana telah disebutkan dalam UU RI pasal 40 ayat 1
mempunyi tujuan untuk memajukan profesi, meningkatkan kompetensi, krir,
wawasan pendidikan, perlindungan profesi, kesejahteran, dan pengabdian dalam
masyarakat.Sebagaimana dijelaskan dalam PP No. 38 tahun 1992, pasal 61, ada
lima misi dan tujuan organisasi kependidikan, yaitu : meningkatkan dan/atau
mengembangkan. Sedangkan visinya secara umum ialah terwujudnya tenaga
kependidikan yang profesional.
1. Meningkatkan dan/atau mengembangkan karier anggota, merupakan
upaya dalam mengembangkan karier anggota sesuai dengan bidang
pekerjaan yang diembannya. Karier yang dimaksud adalah perwujudan
diri seorang pengemban profesi secara bermakna, baik bagi dirinya
maupun bagi orang lain (lingkungannya) melalui serangkaian aktivitas.
Organisasi profesi berperan sebagai fasilitator dan motifator terjadinya
peningkatan karier setiap anggota. Adalah kewajiban organisasi profesi
kependidikan untuk mampu memfasilitasi dan memotifasi anggotanya
mencapai karier yang diharapkan sesuai dengan tugas yang diembannya.
2. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kemampuan anggota, merupakan
upaya terwujudnya kompetensi kependidikan yang handal. Dengan
kekuatan dan kewibawaan organisasi, para pengemban profsi akan
memiliki mkekuatan moral untuk senantiasa meningkatkan
kemampuannya.
3. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kewenangan profesional
anggota, merupakan upaya para profsional untuk menmpatkan anggota
suatu profesi sesuai dengan kemampuannya. Organisasi profesi
keendidikan bertujuan untuk megembangkan dan meningkatkan
kemampuan kepada anggotanya melaluai pendidikan atau latihan
terprogram.
17
4. Meningkatkan dan/atau mengembangkan martabat anggota, merupakan
upaya organisasi profesi kependidikan agar anggotanya terhindar dari
perlakuan tidak manusiawi dari pihak lain dan tidak melakukan praktik
melecehkan nilai-nilai kemanusiaan. Dengan memasuki organisasi profesi
keendidikan anggota sekaligus terlindungi dari perlakuan masyarakat yang
tidak mengindahkan martabat kemanusiaan dan berupaya memberikan
pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan standar etis yang disepakati.
5. Meningkatkan dan/atau mengembangkan kesejahteram, merupakan upaya
organisasi profesi keendidikan untuk meningkatkan kesejahteraanlahir
batin anggotanya. Dalam teori Maslow, kesejahteraan ini mungkin
menempati urutan pertama berupa kebutuhan fisiologis yang harus
dipenuhi. Banyak kiprah organisasi profesi keendidikan dalam
meningkatkan kesejahteraan anggota. Asprasi anggota melalui organisasi
terhadap pemerintah akan lebih terindahkan dibandingkan individu.
18
BAB II
KESIMPULAN
3.2 Saran
Dalam melaksanakan tugas profesinya guru Indonesia sepatutnya menyadari
sepenuhnya bahwa perlu ditetapkan Kode Etik Guru Indonesia sebagai pedoman
bersikap dan berperilaku yang mengejewantah dalam bentuk nilai-nilai moral dan
etika dalam jabatan guru sebagai pendidik putera-puteri bangsa
19
DAFTAR PUSTAKA
Azwar, azrul. 1998. Pengantar administrasi kesehatan edisi kedua. Pt. Binarupa aksara.
Jakarta. Tersedia dalam : https://rynfrdn.wordpress.com/2011/05/15/organisasi- profesi-
dan-kode-etik-profesi/ (diakses pada 09 september 2018)
Fauzi, haris. 2009. Organisasi profesi keguruan. Jakarta: universitas islam negeri
syarif hidayatullah.
Https://idicabangkotabaru.wordpress.com/kode-etik-kedokteran-indonesia/ (diakses
pada 09 september 2018)
Martin, alfred. 1993. Farmasi fisik, jilid ii edisi iii. Jakarta: ui-press. Tersedia dalam :
https://akhmadfauzi.weebly.com/etika--professionalisme-tsi-1/etika-profesi (diakses pada
09 september 2018)
Pgri, 1973, buku kenangkenangan kongres pgri ke xiii 21 s.d. 25 nopember 1973 dan hut
pgri ke xxii. Tersedia dalam : http://nispasari123.blogspot.com/2013/12/makalahkode-
etik-dan-organisasi-profesi.html (diakses pada 09 september 2018)
R hermawan s., 1979, etika keguruan: suatu pendekatan terhadap kode etik guru.
Jakarta: pt. Margi waluyu. Tersedia dalam :
http://robisapoetra.blogspot.com/2013/11/peran-organisasi-dan-kode-etik-dalam.html
(diakses pada 09 september 2018)
20
Syamsudin, abin, budiman, nandang. 2002. Profesi keguruan 2. Jakarta, universitas terbuka.
Tersedia dalam : http://nispasari123.blogspot.com/2013/12/makalahkode-etik- dan-organisasi-
profesi.html (diakses pada 09 september 2018)
21