Anda di halaman 1dari 11

PERBEDAAN KONSEP, PROFESI, PROFESIONAL,

PROFESIONALISASI, DAN PROFESIONALISME DALAM PROFESI


KEPENDIDIKAN

KELAS/SEMESTER : PTB-A/ II (GENAP)


MATA KULIAH : PROFESI KEPENDIDIKAN
Kelompok II :
1. Adetia Ariansyah (5212411003)
2. Suci Febrianti Marpaung (5212411019)
3. Sri Rahmadani Simanjuntak (5213111010)
4. Reyfaldo Sinurat (5212411008)
5. Nensi W Sinaga ( 5212411012)
6. Salwa Khairunisa

DOSEN PENGAMPU :
Prof. Dr. Efendi Napitupulu, M.Pd.

PENDIDIKAN TEKNIK BANGUNAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2022
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas berkat, rahmat dan
anugerah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah dengan judul PERBEDAAN KONSEP PROFESI,
PROFESIONAL, PROFESIONALISASI, DAN PROFESIONALISME DALAM PROFESI
KEPENDIDIKAN, ini tepat pada waktunya. Kami juga berterima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Efendi
Napitupulu, M.Pd. Beserta Dosen Tim Teaching selaku dosen mata kuliah profesi kependidikan, atas
nasehat dan yang telah membimbing kami dalam penyelesaian makalah ini.

Kami juga menyadari sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan dan jauh dari
kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan kritik, saran dan usulan demi perbaikan yang akan
kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada yang sempurna tanpa saran yang
membangun.

Akhir kata kami ucapkan terima kasih. Semoga makalah ini bermanfaat dan dapat menambah
ilmu pengetahuan bagi para pembaca.

Medan, Februari 2022

Kelompok II
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................................................... 2


DAFTAR ISI ......................................................................................................................................................... 3
BAB I ..................................................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................................................. 4
1.1. Latar Belakang ..................................................................................................................................... 4
1.2. Manfaat ................................................................................................................................................. 4
1.3. Tujuan ................................................................................................................................................... 4
BAB II ................................................................................................................................................................... 5
PEMBAHASAN ................................................................................................................................................... 5
2.1. Konsep Profesi ............................................................................................................................................ 5
2.2. Konsep Profesional ...................................................................................................................................... 7
2.3. Konsep Profesionalisasi .............................................................................................................................. 8
2.4. Konsep Profesionalisme ............................................................................................................................. 8
BAB III ................................................................................................................................................................ 10
PENUTUP ........................................................................................................................................................... 10
3.1. Kesimpulan................................................................................................................................................ 10
3.2. Saran.......................................................................................................................................................... 10
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................................................... 11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Dalam kehidupan sehari – hari “profesionalisme dan profesi” telah menjadi kosa kata umum.
Profesi berasal dari bahasa latin “Proffesio” yang mempunyai dua pengertian yaitu janji/ikrar dan
pekerjaan. Bila artinya dibuat dalam pengertian yang lebih luas menjadi kegiatan “apa saja” dan “siapa
saja” untuk memperoleh nafkah yang dilakukan dengan suatu keahlian tertentu. Sedangkan dalam arti
sempit profesi berarti kegiatan yang dijalankan berdasarkan keahlian tertentu dan sekaligus dituntut
daripadanya pelaksanaan norma-norma sosial dengan baik. Profesi adalah pekerjaan yang dilakukan
sebagai kegiatan pokok untuk menghasilkan nafkah hidup dan yang mengandalkan suatu keahlian.
Profesi merupakan suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian atau keterampilan dari
pelakunya.

Profesi di dalam dunia pendidikan dikenal dengan tenaga pendidik dan tenaga kependidikan.
Dalam arti lain pendidik mempunyai dua arti, adalah arti yang luas dan arti yang sempit. Pendidik dalam
arti yang luas adalah semua orang yang berkewajiban membina anak-anak. Secara alamiah semua anak
sebelum mereka dewasa menerima pembinaan dari orang-orang dewasa agar mereka bisa berkembang
dan tumbuh secara wajar. Sementara itu pendidik dalam arti sempit adalah orang-orang yang disiapkan
dengan sengaja untuk menjadi guru atau dosen. Kedua pendidik ini diberi pelajaran tentang pendidikan
dalam waktu relatif lama agar mereka menguasai ilmu itu dan terampil melaksanakannya dilapangan.

1.2. Manfaat
1. Untuk mengetahui konsep profesi,professional,profesionalisasi dan profesionalisme
2. Untuk mengetahui lingkup materi profesi kependidikan
3. Untuk mengetahui tujuan dan manfaat profesi kependidikan
1.3.Tujuan
1. Memahami konsep penyusunnya
2. Dapaat menyelesaikan masalah pada materi
3. Memperluas wawasan materi
4. Memberikan manfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Konsep Profesi

Kata profesi, merupakan kata yang sangat akrab bagi kita bahkan bagi masyarakat umum. Kita
sering bertanya pada seseorang kawan apa profesi anda, atau kita juga sering mendengar seseorang
menyatakan bahwa profesinya sekarang sebagai dokter, sebagai penasihat hukum, atau sebagai pemain
bola dan sebagai petinju profesional. Pernyataan tersebut sering kita jumpai dalam kehidupan kita sehari-
hari.

Seorang dokter dan penasihat hukum sebelum menjalani profesinya harus melalui proses
pendidikan khusus kedokteran yang diteruskan dengan pendidikan profesi dokter dengan cara bertugas
di rumah sakit tiga sampai empat semester. Pada proses pendidikan dengan mempelajari bidang ilmu
yang mendasari teknik dan prosedur kerja yang terkadang memakan waktu lama (5 sampai 7 tahun).
Seorang petinju harus melakukan latihan yang panjang sebelum sampai menjadi petinju profesional.
Demikian pula dengan pemain bola bahkan sekarang ada sekolah sepak bola. Karena itu, pekerjaan
sebagai dokter, sebagai penasihat hukum, sebagai petinju atau bahkan sebagai pemain bola tidak dapat
dilakukan secara baik oleh semua orang terkecuali mereka yang telah melalui pendidikan khusus
(dipersiapkan khusus untuk itu). Seorang dokter harus melalui pendidikan kedokteran yang setelah lulus
ditambah dengan pendidikan profesi dokter, seorang notaris setelah dididik menjadi sarjana hukum
melanjutkan pendidikan kenotariatan dan seterusnya juga berlaku dengan profesi lainnya.

Jadi, syarat pertama untuk dapat dikatakan suatu pekerjaan/jabatan sebagai suatu profesi adalah
adanya bidang ilmu yang mendasari teknik, prosedur kerja dan lain-lain yang diperoleh melalui
pendidikan dan latihan khusus yang dipersiapkan untuk itu.

Sikap, tindakan, perilaku seseorang telah diatur dan diarahkan oleh aturan- aturan yang menjadi
panduan dalam setiap tindakannya. Bahkan, mempunyai standar nilai dan standar perilaku yang harus
dilakukan dalam melayani pasiennya. Demikian pula halnya dengan penasihat hukum, petinju dan
pemain sepak bola. Misalnya seorang petinju tidak boleh sembarang bertinju. Aturan-aturan ini sudah
mereka sepakati bersama. Inilah yang disebut dan dikenal dengan istilah Kode Etik Jabatan/Kode Etik
Profesi. Kalau begitu mana yang dapat kita simpulkan sebagai kriteria kedua dari jabatan profesi.
Ternyata jabatan profesi harus memiliki kode etik profesi yang harus dipatuhi dan ditaati oleh semua
anggotanya.

Jadi, syarat kedua untuk dapat dikatakan suatau pekerjaan/jabatan sebagai suatu profesi adalah
adanya kode etik jabatan/kode etik profesi yang disepakati bersama, yang mengatur tingkah laku, sikap
dan cara kerja pemangku profesi itu.

Jabatan dapat menjadi profesi kalau dia mendapat pengakuan dari masyarakat. Dalam pengertian
pengakuan masyarakat dapat pula berasal dari pengakuan melalui formal legalistik oleh pemerintah
melalui surat keputusan, undang-undang dan aturan lainnya. Dengan demikian syarat ketiga untuk dapat
dikatakan suatu pekerjaan/jabatan sebagai suatu profesi adalah adanya layanan unik yang memperoleh
pengakuan dari masyarakat atau pemerintah.

Organisasi berperan dalam meningkatkan kualitas anggotanya bahkan kesejahteraan, keamanan


dalam melaksanakan tugas profesi bagi anggotanya. Di samping itu, organisasi ini berfungsi pula untuk
melindungi masyarakat pengguna jasa profesi dari layanan yang tidak semestinya. Organisasi profesi
membentuk dewan kehormatan profesi yang akan menilai anggota organisasi profesi apabila melanggar
ketentuan profesi atau mal praktik. Hal inilah yang memberikan jaminan bagi masyarakat untuk
mendapatkan pelayanan yang bermutu dari profesi. Ini berarti keberadaan organisasi profesi menjadi
salah satu syarat bagi jabatan profesi.

Dengan demikian syarat keempat untuk dapat dikatakan suatu pekerjaan/ jabatan sebagai suatu
profesi adalah adanya organisasi profesi yang mengayomi anggotanya, mampu memberikan rasa aman
anggotanya dalam bekerja, mampu meningkatkan kualitas anggota organisasi agar layanan yang
diberikan lebih bermutu dan mampu meningkatkan kesejahteraan anggota sehingga bisa fokus dalam
memberikan layanan berkualitas. Di samping itu organisasi profesi juga berfungsi untuk memberikan
perlindungan bagi masyarakat agar mereka mendapatkan layanan yang berkualitas dan terhindar dari
layanan yang tidak semestinya mereka terima dan dapat merugikan masyakarat.

Berdasarkan uraian diatas, kita dapat membuat kesimpulan bahwa suatu jabatan/pekerjaan dapat
disebut sebagai suatu profesi apabila memenuhi 4 (empat) kriteria yaitu:

a. Dipersiapkan melalui pendidikan khusus untuk menguasai bidang ilmu yang mendasari
pendekatan, strategi, teknik dan prosedur kerja.
b. Adanya layanan unik dan pengakuan masyarakat.
c. Memiliki kode etik profesi.
d. Memiliki organisasi profesi.

Ciri-ciri profesional dikemukakan oleh Schein (Pidarta 2005) yang meliputi :


a. Bekerja sepenuhnya dalam jam-jam kerja (full time),
b. Pilihan kerja didasarkan pada motivasi yang kuat,
c. Memiliki seperangkat pengetahuan ilmu dan keterampilan khusus yang diperoleh lewat
pendidikan dan latihan yang lama,
d. Membuat keputusan sendiri dalam menyelesaikan pekerjaan atau menangani klien,
e. Pekerja berorientasi kepada pelayanan bukun untuk kepentingan pribadi,
f. Pelayanan didasarkan pada kebutuhan obyektif klien,
g. Memiliki otonomi untuk bertindak dalam menyelesaikan persoalan klien,
h. Menjadi anggota organisasi profesional esudah memenuhi persyaratan atau kriteria tertentu,
i. Memiliki kekuatan dan status yang tinggi sebagai ekspert dalam spesialisasinya, dan
j. Keahliannya itu boleh di advertensikan untuk mencari klien.
2.2. Konsep Profesional

Profesional adalah kata benda dari profesi, merupakan lawan kata dari amateur yang berkaitan
dengan seseorang yang menerima bayaran atas jasa pekerjaannya. Pengertian lain adalah seseorang yang
mempraktekkan suatu profesi dan seseorang yang dipandang sebagai ahli dalam suatu cabang ilmu (one
who is regarded an expert since he has mastery of a specific branch of learning). Jadi seseorang yang
mempraktekkan suatu pekerjaan yang diterima sebagai status profesional, maka ia adalah seorang yang
ahli dari cabang ilmu yang digelutinya, dengan demikian lembaga profesional yang bersangkutan
mempunyai kewajiban untuk mengawasinya. Seorang yang profesional akan senantiasa terus-menerus
mencari kesempurnaan (mastery) dari cabang ilmu yang ia kuasai dan melakukan pekerjaan dengan itu,
sehingga ia akan lebih sempurna dalam memberikan pelayanan kepada publiknya.

Oleh karena itu, seseorang yang menjadi profesional/ahli seharusnya ia terus menerus
meningkatkan mutu pengetahuannya sesuai dengan bidang pekerjaan yang ia geluti, ini sesuai dengan
pendapat Peter Jarvis (1983 : 27) “In order to be master of branch of learning it is essential for a
practitioner to continue his learning after initial education and some professions have institutionalized
education”. Selanjutnya Jarvis menegaskan bahwa seorang profesional adalah yang berikhtiar untuk
menjadi ahli serta melaksanakan ilmu pengetahuannya dalam pekerjaannya secara efektif (one who
endeavor to have mastery of and to apply effectively that knowledge upon which his occupations is
based).

Untuk menjadi profesional harus melalui pendidikan dan atau latihan yang khusus. Pendidikan
profesional adalah suatu pendidikan yang mempersiapkan peserta didik dengan panggilan atau pekerjaan
profesional. Profesionalisasi berasal dari kata professionalization yang berarti kemampuan profesional.
Dedi Supriadi (1998) mengartikan profesionalisasi sebagai pendidikan prajabatan dan/atau dalam
jabatan. Proses pendidikan dan latihan ini biasanya lama dan intensif.

Secara etimologis, istilah profesi berasal dari bahasa inggris “profession” yang berakar dari
bahasa latin “profeus” yang artinya “mengakui” atau ”menyatakan mampu atau ahli dalam satu bentuk
pekerjaan”. Secara semantik, profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari
para anggotanya. Artinya, pekerjaan atau jabatan tersebut hanya dapat dikerjakan oleh orang-orang yang
memiliki keahlian yang dituntut oleh pekerjaan itu sendiri. Keahlian tersebut menyangkut kemampuan,
sikap, kecakapan, dan kemampuan yang diperoleh melalui proses dan latihan tertentu.

Pekerjaan yang berkualifikasi professional memiliki ciri-ciri: memerlukan persiapan atau


pendidikan khusus bagi calon pelakunya, kecakapan seorang pekerja professional dituntut memenuhi
persyaratan yang telah dilakukan oleh pihak yang berwenang, dan jabatan tersebut mendapat pengakuan
dari masyarakat dan/atau negara.

Tidak semua pekerjaan dapat digolongkan kepada pekerjaan yang profesional. Suatu pekerjaan
dikatakan profesional apabila pekerjaan tersebut hanya dapat dikerjakan oleh orang yang memenuhi
persyaratan atau kriteria tertentu. Kriteria tersebut antara lain harus melalui pendidikan tinggi,
melibatkan kegiatan mental, menuntut keahlian, dan diikat oleh kode etik tertentu. Profesi dalam dirinya
sendiri mengandung pengertian tentang adanya penyerahan dan pengabdian penuh pada satu jenis
pekerjaan yang mengimplikasikan tanggungjawab pada diri sendiri. Seorang profesional bukan hanya
bekerja, melainkan ia tahu mengapa dan untuk apa ia bekerja serta tanggungjawab apa yang melekat
dalam pekerjaannya.

2.3. Konsep Profesionalisasi

Menurut Dedi Supriadi (1998), profesionalisasi adalah pendidikan prajabatan dan/atau dalam
jabatan. Proses pendidikan dan latihan ini biasanya lama dan intensif. Sedangkan menurut Eric Hoyle
(1980), konsep profesionalisasi mencakup dua dimensi yaitu peningkatan status dan peningkatan
pelatihan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa profesionalisasi adalah proses peningkatan status dan
peningkatan pelatihan secara intensif serta membutuhkan waktu yang cukup lama.

Menurut Eric Hoyle (1980) konsep profesionalisasi mencakup dua dimensi yaitu : “…..the
improvement of status and the improvement of practice”. Pendapat ini mengemukakan bahwa dimensi
yang pertama meliputi upaya yang terorganisir untuk memenuhi kriteria profesi yang ideal dan bila telah
mencapai tingkatan profesi yang sudah mapan, maka upaya tersebut adalah mempertahankan serta
membina posisi yang telah mapan itu. Profesionalisasi dalam dimensi ini mengandung implikasi untuk
meningkatkan periode latihan bagi anggota profesi yang memiliki kualitas sehingga terlihat jelas batas
yang berprofesi dan berhak melaksanakan profesinya secara resmi dengan tidak, selanjutnya mempunyai
implikasi dalam meningkatkan kontrol terhadap aktivitas-aktivitas profesi dan kontrol atas latihan yang
dilakukan anggota profesi.

Dimensi kedua menurut Hoyle adalah penyempurnaan pelaksanaan (improvement of practice),


meliputi penyempurnaan keterampilan secara terus menerus, serta pengetahuan dari pelaksanaannya.
Karena itu konsep profesionalisasi dapat disamakan dengan pembinaan profesi (professional
development).

Tujuan-tujuan profesionalisasi

a. Implementasi UU No. 14 tahun 2005


b. Komitmen guru untuk mewujudkan hak semua warga negara atas pendidikan yang
berkualitas melalui pendanaan dan pengaturan negara atas sistem pendidikan
c. Meningkatkan kompetensi guru untuk mencapai standar yang telah ditetapkan

2.4. Konsep Profesionalisme

Profesionalisme merupakan dasar pemberian reward dan dalam pengangkatan auditor ke dalam
suatu jabatan terentu. Hall (1968) dalam Kalbers dan Fogarty (1995) mengemukakan lima dimensi
profesionalisme. Pertama, community affiliation (hubungan dengan sesama profesi), yaitu mengguna-
kan ikatan profesi sebagai acuan, termasuk di dalamnya organisasi formal dan kelompok-kelompok
kolega informal sebagai sumber ide utama pekerjaan. Melalui ikatan profesi ini para profesional
membangun kesadaran profesi. Kedua, autonomy demand (kemandirian), yaitu merupakan suatu
pandangan seseorang yang profesional harus mampu membuat keputusan sendiri tanpa tekanan dari
pihak lain (pemerimah, klien, serta orang-orang yang bukan anggota profesi). Setiap adanya intervensi
yang datang dari luar, dianggap sebagai hambatan terhadap kemandirian/otonomi secara profesional.
Banyak orang yang menginginkan pekerjaan yang memberikan mereka hak – hak istimewa untuk
mmebuat keputusan dan bekerja tanpa diawasi secara ketat.

Rasa kemandirian dapat berasal dari kebebasan melakukan apa yang terbaik menurut karyawan
yang bersangkutan dalam situasi khusus. Dalam pekerjaan yang terstruktur dan dikendaikan manajemen
secara ketat, akan sulit menciptakan tugas yang menimbulkan rasa kemandirian dalam tugas. Ketiga,
belief self regulation (keyakinan terhadap diri dan dalam pengangkatan auditor ke dalam suatu sendiri),
yaitu dimaksudkan bahwa yang paling berwenang dalam menilai pekerjaan profesional adalah rekan
sesama profesi, bukan "orang luar" yang tidak mempunyai kompetensi dalam bidang ilmu dan pekerjaan
mereka. Keempat, dedication (pengabdian pada profesi) dicerminkan dari dedikasi profesional dengan
menggunakan pengetahuan dan kecakapan yang dimiliki. Keteguhan untuk tetap melaksanakan
pekerjaan meskipun imbalan berkurang, sikap ini adalah ekspresi dari pencurahan diri yang total terhadap
pekerjaan. Pekerjaan didefinisikan sebagai (kemandirian), yaitu merupakan suatu pandangan tujuan.
Totalitas ini sudah menjadi komitmen pribadi, sehingga kompensasi utama yang diharapkan dari
keputusan sendiri tanpa tekanan dari pihak lain pekerjaan adalah kepuasan rohani dan setelah itu baru
materi. Kelima, social obligation merupakan pandangan tentang pentingnya peranan profesi serta
manfaat yang diperoleh baik oleh masyarakat maupun profesional karena adanya pekerjaan tersebut.
Meskipun keberadaan lima tersebut belum diuji secara luas, bukti yang ada menunjukkan bahwa
profesionalisme itu bersifat multi dimensional, akan tetapi tidak identik untuk setiap anggota dari
kelompok yang berbeda. Kelima dimensi tersebut diatas menggambarkan profesionalisme auditor.
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Orgnaisasi profesi juga berfungsi untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat agar mereka
mendapatkan layanan yang berkualitas dan terhindar dari layanan yang tidak semestinya mereka terima
dan dapat merugikan masyakarat.Berdasarkan uraian diatas, kita dapat membuat kesimpulan bahwa suatu
jabatan/pekerjaan dapat disebut sebagai suatu profesi apabila memenuhi 4 (empat) kriteria.

Secara semantik, profesi adalah suatu jabatan atau pekerjaan yang menuntut keahlian dari para
anggotanya. Artinya, pekerjaan atau jabatan tersebut hanya dapat dikerjakan oleh orang-orang yang
memiliki keahlian yang dituntut oleh pekerjaan itu sendiri. Keahlian tersebut menyangkut kemampuan,
sikap, kecakapan, dan kemampuan yang diperoleh melalui proses dan latihan tertentu.

Dedi Supriadi (1998) mengartikan profesionalisasi sebagai pendidikan prajabatan dan/atau dalam
jabatan. Proses pendidikan dan latihan ini biasanya lama dan intensif. Menurut Eric Hoyle (1980) konsep
profesionalisasi mencakup dua dimensi yaitu : “…..the improvement of status and the improvement of
practice”.

Profesionalisme merupakan dasar pemberian reward dan dalam pengangkatan auditor ke dalam
suatu jabatan terentu. Hall (1968) dalam Kalbers dan Fogarty (1995) mengemukakan lima dimensi
profesionalisme. Pertama, community affiliation (hubungan dengan sesama profesi). Kedua, autonomy
demand (kemandirian). Ketiga, belief self regulation (keyakinan terhadap diri dan dalam pengangkatan
auditor ke dalam suatu sendiri). Keempat, dedication (pengabdian pada profesi). Kelima, social
obligation. Kelima dimensi tersebut diatas menggambarkan profesionalisme auditor.

3.2. Saran

Tentunya penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan makalah di atas masih banyak terdapat
kesalahan serta jauh dari kata sempurna. Adapun nantinya penulis akan segera melakukan perbaikan
susunan makalah ini dengan menggunakan pedoman dari beberapa sumber dan kritik yang bisa
membangun dari para pembaca.
DAFTAR PUSTAKA

Uno, Hamzah B. 2007. Profesi Kependidikan: Problema, Solusi, dan Reformasi Pendidikan di Indonesia.
Jakarta: Bumi Aksara.

Martak, Marwan N. M.2015.Analisis Pengaruh Profesionalisme dan Komitmen Organisasi Terhadap


Prestasi Kerja Melalui Kepuasan Kerja Pada Auditor Kantor Akuntan Publik di Surabaya Ekonomi dan
Bisnis. 25(1) : 54-68.

Suriansyah, Ahmad. d.k.k. Profesi Kependidikan; Perspektif Guru Profesional. Depok: RajaGrafindo
Persada.

Wau, Yasaratodo. Profesi Kependidikan. Medan: UNIMED PRESS.

Anda mungkin juga menyukai