Anda di halaman 1dari 3

Pengrajin Arang Kayu Di Lebak Masih Menggunakan Cara Tradisional

Sabtu, 19 Februari 2022

Gambar: Proses Pembuatan Arang Cara Tradisional


TRIBUNNEWS.COM,BANTEN Arang kayu merupakan merupakan salah satu jenis arang
yang saat ini banyak sekali digunakan oleh masyarakat. Hal ini karena arang kayu memiliki
aroma yang khas. Kebanyakan masyarakat dalam memproses arang kayu biasanyaa
menggunakan sebuah tungku pembakar raksasa. Kayu-kayu pohon berkualitas dengan ukuran
yang sudah disesuaikan akan dipilih terlebih dahulu sesuai dengan umurnya.

Saat ini, arang sudah jarang digunakan karena tersaingi oleh jenis bahan bakar fosil maupun
gas dan briket.Namun begitu, bukan berarti pembuatan arang secara tradisional tidak
digunakan lagi Di Desa Pajagan , Kecamatan Sajira masih bisa dijumpai sedikit warga yang
memproduksi arang secara tradisional di hutan atau dikebun.

Usaha pembuatan kayu arang menjadi salah satu sumber penghasilan masyarakat di Desa
Pajagan, Kec. Sajira Kab. lebak. Usaha penjualan dan pembuatan kayu arang ini sudah
berdiri sejak tahun 1980an yang sudah berjalan kurang lebih 42 tahun. 
Seperti yang dilakukan Bapak Arsa, Pria ini sudah bertahun-tahun menekuni usaha
pembuatan arang.

Saat ditemui, dirinya tengah sibuk memantik bara api untuk pembuatan arang. Kayu-kayu
mentah tersusun sedemikian rupa di depannya. Jarak susunan antar kayu sedemikian rapat
membentuk semacam kubus. Arsa mengerjap-kerjapkan matanya ketika gumpalan asap tebal
berwarna putih dari dalam kubus kayu itu menghampiri wajahnya dan membuat perih
matanya.
Musim hujan begini, sedikit banyak membuat pekerjaannya terganggu karena kayu
cenderung basah dan menyulitkan proses pembakaran. Asap hasil pembakaran pun jadi lebih
tebal tercipta.

“Musim hujan jadi susah, prosesnya jadi lama. Rata-rata bikinnya dua hari jadi tapi kalau
hujan sering turun begini ya mungkin bisa lebih lama,” kata Arsa.
Proses pembuatan arang yang dilakukannya terbilang sederhana dan sangat tradisional. Kayu-
kayu mentah disusun sedemikian rupa dan berjarak rapat membentuk semacam bentuk kubus
dengan celah sempit di bagian bawah. Celah ini berfungsi sebagai tungku pembakaran utama
untuk tempat api berkobar dan membakar kayu.

Durasi pembakaran yang cukup panjang mengharuskan api tetap menyala tanpa jeda. Untuk
itu, di bagian samping kubus kayu, Parif mengoleskan tanah liat dalam ketebalan tertentu dan
tumpukan dedaunan di bagian atas.

Menurutnya, tanah liat akan membuat nyala api tetap terjaga stabil dan tak tertiup angin dari
arah samping serta proses pembakaran yang sempurna. Sedangkan dedaunan selain berfungsi
menahan cucuran air juga berfungsi untuk menjaga proses pembakaran tidak berlebihan
sehingga kayu tidak terbakar habis dan menjadi arang yang bagus.

Kayu yang sering digunakannya sebagai bahan pembuatan arang adalah jenis-jenis kayu
keras seperti mahoni dan sonokeling. Kayu keras macam itu akan menghasilkan arang yang
awet dipakai dan bernyala api cukup bagus.

Dalam sekali pembuatan, dirinya paling tidak membutuhkan sekubik kayu dan menghasilkan
hingga 5-6 karung besar arang. Tiap karungnya dijual dengan harga Rp30 ribu-35ribu kepada
pengepul di wuilayah Pajagan. 

“Areng yang sudah dipack dalam karung biasanya  dikirim ke Pandeglang untuk pembuatan
golok selain itu arang juga dikirm ke berbagai luar kota dan lestoran ternama salah satunya
Abuba Steak di jakarta, selain itu Arang HMS dikirim ke kota Bogor dan  Sukabumi”.
Katanya (19/02/2022)
“Saya sudah ada pelanggan sendiri di Jakarta dan Pandeglang, dan dijual lagi ke rumah
makan lainnya yang membutuhkan arang,” ujarnya.

Arsa bukanlah satu-satunya pembuat arang tradisional di Pajagan. Beberapa tetangganya juga
menekuni pekerjaan yang sama. Bagi mereka, membuat arang sudah seperti menyambung
hidup. Meski arang kayu kian dipinggirkan oleh gas dan minyak bumi, dirinya tetap tekun
membakar arang untuk mengasapi dapur rumahnya.

Anda mungkin juga menyukai