DISUSUN OLEH :
Ketua :
Anggota :
KELAS :
Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas limpahan rahmat
dan hidayahnya sehingga Penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Peran Hutan
Terhadap Perlindungan dan Pengawetan Tanah dan Air.” Pada makalah ini Penulis banyak
mengambil dari berbagai sumber dan refrensi dan pengarahan dari berbagai pihak. oleh sebab
itu, dalam kesempatan ini Penulis mengucapkan terima kasih sebesar-sebesarnya kepada
semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna, untuk
itu Penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun guna
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata Penulis mengucapkan terima kasih dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat untuk semua pihak yang membaca…
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Hutan adalah ekosistem terestrial yang dominan di Bumi, dan tersebar di seluruh
dunia. Lebih dari separuh hutan dunia hanya ditemukan di lima negara (Brasil, Kanada, Cina,
Federasi Rusia, dan Amerika Serikat). Bagian terbesar dari hutan (45 persen) ditemukan di
domain tropis (hutan tropis), diikuti oleh domain boreal, beriklim sedang dan subtropis.
Hutan menyumbang 75% dari produksi primer bruto biosfer Bumi, dan mengandung 80%
biomassa tanaman Bumi. Produksi primer bersih diperkirakan sebesar 21,9 gigaton karbon
per tahun untuk hutan tropis, 8,1 untuk hutan beriklim sedang, dan 2,6 untuk hutan boreal.
Hutan pada garis lintang dan ketinggian yang berbeda, dan dengan curah hujan dan
evapotranspirasi yang berbeda[9] membentuk bioma yang sangat berbeda: hutan boreal di
sekitar Kutub Utara, hutan lembab tropis dan hutan kering tropis di sekitar Khatulistiwa, dan
hutan beriklim sedang di garis lintang tengah. Daerah elevasi yang lebih tinggi cenderung
mendukung hutan yang serupa dengan yang ada di lintang yang lebih tinggi, dan jumlah
curah hujan juga mempengaruhi komposisi hutan. Hampir setengah dari kawasan hutan (49
persen) relatif utuh, sementara 9 persen ditemukan dalam fragmen dengan sedikit atau tanpa
konektivitas. Hutan hujan tropis dan hutan konifer boreal adalah yang paling sedikit
terfragmentasi, sedangkan hutan kering subtropis dan hutan samudera beriklim sedang
termasuk yang paling terfragmentasi. Sekitar 80 persen dari kawasan hutan dunia ditemukan
di petak-petak yang lebih besar dari 1 juta hektar. 20 persen sisanya terletak di lebih dari 34
juta petak di seluruh dunia – sebagian besar berukuran kurang dari 1.000 hektar.
Masyarakat manusia dan hutan saling mempengaruhi baik secara positif maupun
negatif. Hutan menyediakan jasa ekosistem bagi manusia dan berfungsi sebagai tempat
wisata. Hutan juga dapat mempengaruhi kesehatan masyarakat. Aktivitas manusia, termasuk
penggunaan sumber daya hutan yang tidak berkelanjutan, dapat berdampak negatif terhadap
ekosistem hutan. Di Indonesia, menurut Undang-undang tentang Kehutanan Nomor 41 tahun
1999, hutan adalah suatu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan berisi sumber daya alam
hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam lingkungannya yang satu dengan
lainnya tidak dapat dipisahkan.
2.2 PERAN HUTAN TERHADAP PERLINDUNGAN DAN PENGAWETAN TANAH
DAN AIR
Konservasi tanah dan air atau yang sering disebut pengawetan tanah merupakan
usaha-usaha yang dilakukan untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas tanah, kuantitas
dan kualitas air. Apabila tingkat produktifitas tanah menurun, terutama karena erosi maka
kualitas air terutama air sungai untuk irigasi dan keperluan manusia lain menjadi tercemar
sehingga jumlah air bersih semakin berkurang. KTA menjadi sangat mendesak dilakukan di
berbagai DAS prioritas di Indonesia mengingat kerap terjadinya berbagai bencana
alam hidrometeorologis seperti banjir dan longsor. Konservasi tanah dan air sendiri
sebenarnya gabungan dari istilah konservasi tanah dan konservasi air, hanya saja seringkali
istilah ini digabungkan karena proses-proses antara tanah dan air tidak dapat dipisahkan dan
memiliki kaitan yang erat satu sama lain.
Tanah dan air adalah sumber daya alam utama yang menjadi penyokong seluruh
kehidupan makhluk hidup di bumi. Diperlukan konservasi terhadap 2 komponen penting
tersebut apabila terjadi kerusakan. Sebab, dua sumber daya tersebut rentan mengalami
degradasi dan kerusakan, terutama akibat aktivitas manusia seperti kegiatan pertanian,
perumahan, infrastruktur dan industri. Jika tanah dan air mengalami kerusakan, maka tidak
akan memberikan manfaat yang dapat menopang kehidupan. Oleh karena itu, dibutuhkan
upaya konservasi tanah dan air untuk menjaga kualitas tanah dan air agar dapat digunakan
secara berkelanjutan. Konservasi ini umumnya dilakukan di daerah aliran sungai dan lahan-
lahan kritis.
“Konservasi tanah dan air penting untuk dilakukan agar tanah tetap terpelihara dan
air tetap tersedia. Jika konservasi tidak dilakukan, dikhawatirkan akan muncul masalah
dimana Unsur hara yang seharusnya terkandung dalam tanah dan bahan organik akan hilang,
terjadi proses salinisasi atau terkumpulnya garam / racun dalam tanah, air tawar pada akar
dan batang akan jenuh dan erosi tanah” ujarnya. Kegiatan konservasi yang dilakukan pada
tanah bertujuan untuk mencegah erosi, memperbaiki tanah yang rusak, dan memelihara serta
meningkatkan produktivitas tanah. Sedangkan, tujuan konservasi air untuk menjamin
tersedianya air untuk generasi mendatang. “Selain itu, untuk membantu dalam
menanggulangi permasalahan aliran permukaan maka kita akan melakukan pembuatan
lubang biopori sebagai sumber resapan air agar tidak terjadi banjir.
“Konservasi tanah dan air saling berhubungan dalam melindungi permukaan tanah
yang jatuh untuk menjamin fungsi tanah bekerja dengan baik. Dalam memastikan kondisi
lapangan nantinya kita harus punya citra satelit resolusi tinggi baik di luar kawasan hutan dan
di dalam kawasan hutan. “Konservasi Tanah dan Air itu sendiri merupakan upaya
perlindungan, pemulihan, peningkatan, dan pemeliharaan Fungsi Tanah pada Lahan sesuai
dengan kemampuan dan peruntukan Lahan untuk mendukung pembangunan yang
berkelanjutan dan kehidupan yang lestari.”
Pada prinsipnya yang diperlukan dalam konservasi tanah dan air : 1. Mengusahakan
agar kapasitas infiltrasi tanah tetap besar sehingga jumlah aliran permukaan dapat dikurangi.
2. Mengurangi laju aliran permukaan sehingga daya pengikisannya terhadap permukaan
rendah dan material yang terbawa aliran dapat diendapkan. 3. Mengusahakan agar daya tahan
tanah terhadap daya tumbuk atau penghancuran agregat tanah oleh butir hujan tetap ada. 4.
Mengusahakan agar pada bagian-bagian tertentu dari tanah dapat menjadi penghambat atau
menahan partikel yang terangkut aliran permukaan agar terjadi pengendapan yang tidak jauh
dari tempat pengikisan.
Dengan adanya Konservasi Tanah dan Air (KTA) tersebut jelas tergambar langsung
maupun tidak langsung akan membantu tercapainya tujuan Rehabilitasi Hutan dan Lahan
(RHL) yaitu memulihkan, mempertahankan dan meningkatkan fungsi hutan dan lahan
sehingga peranannya dalam mendukung sistem penyangga kehidupan tetap terjaga. Selain itu,
berkaitan sistem penyangga kehidupan tetap terjaga maka kegiatan Konservasi Tanah dan Air
(KTA) dalam rangka RHL harus tetap berbasis pada unit DAS yang memperhatikan
hubungan antar morfologi DAS (hulu, tengah dan hilir),
Pengertian preservasi atau proteksi atau konservasi adalah upaya atau tindakan
pencegahan atau pengendalian dan pemulihan atau penyelamatan sumberdaya alam yang
pengelolaannya berdasarkan prinsip kelestarian. menyatakan konservasi tanah merupakan
penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah
tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tanah
tersebut tidak cepat rusak.
Secara sederhana definisi konservasi tanah merupakan upaya atau tindakan konservasi
terhadap tanah (lahan) yang pengelolaannya berprinsip pada penggunaan atau pemanfaatan
tanah atau lahan yang disesuaikan dengan potensi dan kemampuannya. Sedangkan konservasi
air adalah upaya atau tindakan konservasi terhadap air (tata air) yang pengaturan penggunaan
atau pemanfaatannya berprinsip pada tercapainya keseimbangan tata air.
Usaha-usaha konservasi tanah ditujukan untuk:
1. Mencegah kerusakan tanah oleh erosi.
2. Memperbaiki tanah yang rusak.
3. Memelihara serta meningkatkan produktivitas tanah agar
dapat dipergunakan secara lestari.
4. Menetapkan kelas kemampuan tanah dan tindakan-
tindakan atau perlakuan yang diperlukan agar tanah
Konservasi Tanah
Konservasi tanah adalah penempatan setiap bidang tanah pada cara penggunaan yang
sesuai dengan kemampuan tanah tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat
yang diperlukan agar tidak terjadi kerusakan tanah. Konservasi tanah secara umum diartikan
sebagai penempatan tanah pada cara penggunaan yang sesuai dengan kemampuan tanah
tersebut dan memperlakukannya sesuai dengan syarat-syarat yang diperlukan agar tidak
terjadi kerusakan tanah. Dalam arti sempit konservasi tanah sendiri adalah upaya untuk
mencegah kerusakan tanah oleh erosidan memperbaiki tanah yang rusak oleh erosi. Tujuan
diadakannnya konservasi tanah di Indonesia diarahkan pada tiga prinsip utama yaitu
perlindungan permukaan tanah terhadap pukulan butir butir hujan, meningkatkan kapasitas
infiltrasi tanah seperti pemberian bahan organik atau dengan cara meningkatkan
penyimpanan air, dan mengurangi laju aliran permukaan sehingga menghambat material
tanah dan hara terhanyut
Konservasi Air
Air merupakan salah satu komponen abiotik ekosistem yang sangat dibutuhkan bagi
Kehidupan organisme. menyebutkan terdapat dua macam air berdasarkan hubungannya
dengan kehidupan organisme yaitu: (1) virtual water (air yang digunakan untuk kepentingan
produksi dan pelayanan masyarakat dan (2) water foot print yang terdiri dari tiga macam
yaitu blue water foot print (berasal dari penguapan global air tanah dan air permukaan),
green water foot print (berasal dari air hujan yang tersimpan dalam tanah), serta grey water
foot print (air sisa kegiatan manusia yang telah tercemar).
Keberadaan air bersih yang berlimpah bergantung pada sistem alam yang sehat seperti
hutan. Sebagian besar air dunia disaring oleh daerah aliran sungai (DAS) berhutan sehingga
kualitas air meningkat dan ketersediaannya terjaga. Hutan besar seperti Amazon bahkan
membantu mengendalikan "sungai di langit", yang mengatur pola hujan dari jarak ratusan
mil. Saat ini, hutan dunia dan pasokan air sedang terancam. Akan tetapi, kedua sistem ini
dapat diperbaiki secara bersamaan karena mereka saling berhubungan. Krisis air saat ini
disebabkan oleh tiga tantangan khusus – perubahan iklim, kebakaran hutan dan cuaca
ekstrem - yang semuanya dapat diperbaiki dengan penilaian dan restorasi hutan.
Emisi gas rumah kaca membuat iklim semakin panas hingga intensitas dan
variabilitas curah hujan menjadi semakin tinggi. Awan terdorong ke arah kutub, sehingga
risiko kekeringan meningkat di daerah-daerah yang banyak digunakan untuk pertanian bagi
sumber makanan dunia. Dari banjir hingga kekeringan hingga gletser yang mencair, dampak
perubahan iklim akan semakin terlihat di sistem air kita.
Pohon adalah mekanisme penyerapan karbon dioksida alami terbaik yang menyerap
dan menyimpan gas rumah kaca seiring pertumbuhannya. Sepertiga emisi bahan bakar fosil
dunia telah terserap oleh hutan, tetapi selalu ada ruang untuk perbaikan: Ada sekitar 2 miliar
hektar lahan terdegradasi yang dapat dipulihkan. Meningkatkan kemampuan hutan untuk
menyerap karbon adalah langkah penting dalam mitigasi perubahan iklim dan membatasi
dampaknya pada kondisi air dunia.
Hutan yang sehat merupakan pelindung dari kebakaran hutan yang semakin
mengancam kualitas air. Sebagaimana dibuktikan oleh kebakaran yang menghancurkan
California tahun lalu, pemanasan iklim dan hutan yang terlalu padat merupakan kombinasi
sempurna bagi kebakaran hutan yang dahsyat. Kebakaran tidak hanya mengancam kehidupan
dan menghancurkan properti, namun juga mengakibatkan polusi jelaga dan abu di perairan
sekitar. Hutan membutuhkan waktu hingga puluhan tahun untuk tumbuh kembali setelah
kebakaran. Akibatnya, kebakaran hutan akan merusak kemampuan hutan untuk menyaring air
dan mengendalikan erosi tanah selama bertahun-tahun. Kebakaran hutan yang membabi buta
sebagian disebabkan karena hutan terlalu lebat akibat tekanan api alami yang lebih kecil dan
penuh dengan pohon mati akibat serangga, hama dan kekeringan. Forest Resilience Bond
menghubungkan para pemangku kepentingan dalam pengurangan risiko dan intensitas
kebakaran serta air yang lebih bersih, seperti Dinas Kehutanan AS, perusahaan air minum,
kota dan perusahaan pembotolan dengan DAS yang menghadapi risiko kebakaran dahsyat
agar mereka dapat menyumbang dana untuk pengelolaan hutan yang proaktif. Jika materi
tanaman mati disingkirkan dan hutan yang terlalu lebat dikelola dengan baik, risiko
kebakaran hutan yang merusak dan peristiwa pencemaran air besar akan berkurang.
Tanah dan struktur akarnya menyerap air dan mencegah banjir. Air yang disimpan ini
juga membantu meningkatkan aliran air selama musim kering. Houston dan Bangalore sama-
sama menderita krisis banjir besar yang sebagian diakibatkan oleh pembangunan berlebihan
yang mengorbankan spons alami yang mengelilingi mereka. Sementara itu, San Diego
menemukan bahwa hutan kota yang dimiliki membantu menghindari banjir dengan
efektivitas yang sama dengan infrastruktur seperti dinding dan bendungan senilai $160 juta..
Konservasi air pada prinsipnya adalah penggunaan air yang jatuh ke tanah untuk
pertanian seefisien mungkin dan pengaturan waktu aliran air dengan cara meresapkan air ke
dalam tanah agar pada musim hujan tidak terjadi banjir dan pada musim kemarau air untuk
kebutuhan hidup masih tersedia. Tujuan dari adanya konservasi air adalah:
2. Penghematan energi yang cukup besar untuk pemompaan air, pengiriman, dan
fasilitas pengolahan air limbah,
3. Konservasi habitat, yaitu penggunaan air oleh manusia yang diminimalisir untuk
membantu mengamankan simpanan sumber air bersih untuk habitat liar lokal dan
penerimaan migrasi aliran air.
1. Metode Vegetatif
Teknik konservasi tanah secara vegetatif adalah setiap pemanfaatan
tanaman/vegetasi maupun sisa-sisa tanaman sebagai media pelindung tanah dari erosi,
penghambat laju aliran permukaan, peningkatan kandungan lengas tanah, serta
perbaikan sifat-sifat tanah, baik sifat fisik, kimia maupun biologi. Tanaman ataupun
sisa-sisa tanaman berfungsi sebagai pelindung tanah terhadap daya pukulan butir air
hujan maupun terhadap daya angkut air aliran permukaan (runoff), serta
meningkatkan peresapan air ke dalam tanah.
Contoh upaya konservasi tanah secara vegetatif diantaranya adalah
penghutanan kembali (reforestation), wanatani (agroforestry) termasuk didalamnya
adalah pertanaman lorong (alley cropping), pertanaman menurut strip (strip
cropping), strip rumput (grass strip), barisan sisa tanaman, tanaman penutup tanah
(cover crop), penerapan pola tanam termasuk di dalamnya adalah pergiliran tanaman
(crop rotation), tumpang sari (intercropping), dan tumpang gilir (relay cropping).
Gambar 4 Contoh Konservasi Tanah dan Air Metode Teknis yaitu Terasering
3. Metode Kimiawi
Teknik konservasi tanah secara kimiawi adalah setiap penggunaan bahanbahan
kimia baik organik maupun anorganik, yang bertujuan untuk memperbaiki sifat tanah
dan menekan laju erosi. Teknik ini jarang digunakan petani terutama karena
keterbatasan modal, sulit pengadaannya serta hasilnya tidak jauh beda dengan
penggunaan bahan-bahan alami. Kemantapan struktur tanah merupakan salah satu
sifat tanah yang menentukan tingkat kepekaan tanah terhadap erosi. Yang dimaksud
dengan cara kimia dalam usaha pencegahan erosi, yaitu dengan pemanfaatan soil
conditioner atau bahan-bahan pemantap tanah dalam hal memperbaiki struktur tanah
sehingga tanah akan tetap resisten terhadap erosi (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
Bahan kimia sebagai soil conditioner mempunyai pengaruh yang besar sekali
terhadap stabilitas agregat tanah. Pengaruhnya berjangka panjang karena senyawa
tersebut tahan terhadap mikroba tanah. Permeabilitas tanah dipertinggi dan erosi
berkurang. Bahan tersebut juga memperbaiki pertumbuhan tanaman semusim pada
tanah liat yang berat (Arsyad, 1989). Bahan kimiawi yang termasuk dalam kategori
ini adalah pembenah tanah (soil conditioner) seperti Polyvinil Alcohol (PVA),
Polyvinil Alcohol urethanised (PVAu), Sodium Polyacrylate (SPA), Polyacrilamide
(PAM), Vinylacetate Maleic Acid (VAMA) Copolymer, Polyurethane, Polybutadiene
(BUT), Polysiloxane, Natural Rubber Latex, Dan Asphalt (bitumen). Bahan-bahan ini
diaplikasikan ke tanah dengan tujuan untuk memperbaiki struktur tanah melalui
peningkatan stabilitas agregat tanah, sehingga tahan terhadap erosi.
Gambar 5 Contoh Konservasi Tanah dan Air Metode Kimiawi yaitu Conditioning
Ketiga teknik konservasi tanah secara vegetatif, mekanis dan kimia pada prinsipnya
memiliki tujuan yang sama yaitu mengendalikan laju erosi, namun efektifitas, persyaratan
dan kelayakan untuk diterapkan sangat berbeda. Oleh karena itu pemilihan teknik konservasi
yang tepat sangat diperlukan.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Hutan adalah wilayah daratan yang didominasi oleh pepohonan. Ratusan definisi
hutan digunakan di seluruh dunia, menggabungkan faktor-faktor seperti kerapatan pohon,
tinggi pohon, penggunaan lahan, kedudukan hukum, dan fungsi ekologis. Konservasi tanah
dan air atau yang sering disebut pengawetan tanah merupakan usaha-usaha yang dilakukan
untuk menjaga dan meningkatkan produktivitas tanah, kuantitas dan kualitas air. Hutan
menjadi media hubungan timbal balik antara manusia dan makhluk hidup lainnya dengan
faktor-faktor alam yang terdiri dari proses ekologi dan merupakan suatu kesatuan siklus yang
dapat mendukung Kehidupan.
DAFTAR PUSTAKAN
Sarminah, Sri. (2018). Konservasi Tanah dan Air. Mulawarman University PRESS
Maridi, Agustina P., dan Alanindra S. (2015). Kajian Potensi Vegetasi dalam Konservasi Air
dan Tanah di Daerah Aliran Sungai (DAS): Studi Kasus di 3 Sub DAS Bengawan
Solo (Keduang, Dengkeng, dan Samin). Prodi Pendidikan Biologi FKIP Universitas
Sebelas Maret
Maridi. (2012). Penanggulangan Sedimentasi Waduk Wonogiri Melalui Konservasi Sub DAS
Kedu-ang dengan Pendekatan Vegetatif Berbasis Masyarakat. Unpublished PhD
thesis, Surakarta: Program Doktor Ilmu Lingkungan Pascasarjana Univer-sitas
Sebelas Maret.
Maridi, Sutarno, Shalihuddin, D.T., Ari, H.R. (2012). Fighting through Community
Participation Ba-sed on Vegetative Conservation Approach of Wonogiri Reservoir
Sedimentation in Sub-Watershed of Keduang. Journal of Environ-ment and Earth
Science. 2(7), 48-57.