Anda di halaman 1dari 12

By Murniati

09320200143
Genesa Mineral dan Batubara – C5

GENESA MINERAL & BATUBARA


MINERAL

A. Pengertian mineral

Mineral merupakan benda padat dan homogen yang ditemukan secara alami,
mempunyai sifat fisik dan kimia tertentu, biasanya ditemukan dalam bentuk kristalin,
dan merupakan zat anorganik. Keterdapatan mineral di bumi ini dapat membentuk
batuan atau berasosiasi dengan mineral lain dalam membentuk batuan. Memahami
karakteristik dan genesa mineral khususnya melalui sifat optis suatu mineral dapat
mempermudah dalam mendeskripsikan baik mineral itu sendiri ataupun asosiasi mineral
tersebut dalam batuan, sehingga klasifikasi batuan dapat dilakukan dengan baik dengan
memperhatikan komposisi batuan tersebut serta mempertimbangkan tekstuk batuan yang
berkembang.

B. Ciri – ciri mineral

Mineral selalu terjadi di alam, mereka padat dan anorganik. Mereka memiliki
struktur kristal dan setiap mineral memiliki komposisi kimia yang unik. Ciri-ciri mineral
yaitu:
1. Mineral bersifat Alami
Mineral harus ditemukan di alam, hal dikarenakan zat yang dibuat di
laboratorium tidak memenuhi syarat. Meskipun beberapa produk laboratorium
menyerupai mineral, mereka bukan mineral sejati. Zirkonia kubik dan korundum
sintetis, zat yang menyamar sebagai rubi atau safir di cincin kelulusan sekolah
menengah, bukanlah mineral yang benar karena, meskipun mereka sesuai dengan
karakteristik mineral lainnya, mereka tidak terjadi di alam. Tidak semua kristal
yang terjadi secara alami adalah mineral; opal dan ambar, getah pohon kuno
yang telah menjadi fosil, bukan mineral. Zat yang disebut mineraloid mungkin
terlihat seperti mineral tetapi bukan karena mereka tidak memenuhi semua
persyaratan untuk itu.
2. Mineral bersifat anorganik
Mineral tidak termasuk golongan senyawa organik apa pun, yang termasuk zat
seperti karbohidrat, protein, dan lemak yang dibuat oleh makhluk hidup. Hampir
semua mineral yang diketahui berasal dari proses anorganik – kegiatan yang
tidak dapat dilakukan oleh makhluk hidup. Beberapa mineral, seperti mutiara dan
cangkang beberapa makhluk, memang berasal dari proses organik. Semua zat
organik mengandung karbon. Zat anorganik juga bisa mengandung karbon; tetapi
karbon biasanya berikatan dengan unsur selain hidrogen dan tidak membentuk
rantai panjang seperti pada karbohidrat dan lemak.
3. Mineral adalah padatan
Mineral tidak bisa berupa cairan atau gas; mereka hanya ada sebagai benda
padat, suatu keadaan materi yang memiliki jumlah tatanan yang tinggi. Ion, yang
diisi atom, terikat bersama untuk membentuk mineral, yang memberi mereka
struktur yang solid. Padatan memiliki volume dan bentuk yang jelas, dan
molekul-molekulnya biasanya tidak dapat ditekan lebih jauh. Strukturnya kaku,
artinya partikel dalam mineral tidak bergerak. Padatan bisa berupa kristal atau
amorf. Padatan kristal seperti mineral memiliki pola berulang, sedangkan padatan
amorf seperti kaca tidak.
4. Komposisi Kimia Yang Jelas
Setiap mineral memiliki kombinasi atomnya sendiri yang tidak dapat ditemukan
di mineral lain mana pun. Sebagai contoh, garam adalah mineral yang terdiri dari
ion natrium dan klor yang terikat bersama dalam pola berulang. Berlian, di sisi
lain, hanya memiliki satu jenis atom: karbon. Atom karbon bergabung sangat erat
dalam jenis ikatan kimia yang berbeda dari yang bertanggung jawab untuk
membentuk garam, membuat berlian menjadi zat yang paling sulit di Bumi.
Beberapa mineral, seperti emas, perak, tembaga dan berlian, hanya memiliki satu
jenis elemen di dalamnya. Kelompok mineral terbesar mengandung beberapa
bentuk silikat, kombinasi atom silikon dan oksigen.
5. Struktur Kristal
Mineral membentuk kristal yang mengandung susunan atom atau ion yang
berulang. Setiap bagian berulang dari kristal adalah sel satuan yang mengambil
bentuk yang berbeda tergantung pada ukuran ion atau atom dan bagaimana hal
itu menarik partikel lain. Kristal biasanya mengambil satu dari enam bentuk
umum. Bentuk kubik dan tetrahedral mendominasi, meskipun ada yang lebih
jarang. Mineral memiliki struktur kristal yang terbentuk dalam dua cara. Magma
atau lava – batu panas yang meleleh yang berasal dari gunung berapi – dapat
mengkristal untuk membentuk mineral. Mineral mengkristal juga terbentuk di
lautan ketika endapan air larut di area tertentu. Kristal muncul ketika air
menguap.
6. Mineral memiliki komposisi kimia yang khas dan struktur atom yang sangat
teratur.
Mineral dapat dengan mudah diidentifikasi oleh beberapa sifat fisik seperti
kekerasan, kilau, goresan dan pembelahan. Misalnya, bedak mineral sangat lunak
dan mudah tergores sedangkan mineral kuarsa cukup keras dan tidak mudah
tergores.
7. Struktur kristal
Pengamatan yang cermat terhadap bentuk kristal adalah salah satu cara terbaik
untuk mengklasifikasikan dan membedakan antara berbagai mineral. Padatan
kristal terdiri dari pola atom, molekul atau ion konstituen berulang yang
memanjang dalam ketiga dimensi spasial. Sejumlah bentuk kristal telah
ditemukan di alam. Hanya ada 7 kelompok, atau sistem kristal, di mana semua
kristal yang terjadi secara alami dapat ditempatkan. Struktur kristal dihasilkan
dari penataan ruang geometri atom yang teratur dalam struktur internal mineral.
Struktur kristal ini didasarkan pada susunan atomik atau ionik internal reguler
yang sering dinyatakan dalam bentuk geometris yang diambil kristal. Bahkan
ketika butiran mineral terlalu kecil untuk dilihat atau bentuknya tidak beraturan,
struktur kristal yang mendasarinya selalu periodik dan dapat ditentukan dengan
difraksi sinar-X. Mineral biasanya dijelaskan oleh konten simetri mereka. Kristal
dibatasi hingga 32 titik kelompok, yang berbeda oleh simetri mereka.
Kelompok-kelompok ini pada gilirannya digolongkan ke dalam kategori yang
lebih luas, yang paling banyak mencakup ini adalah enam keluarga kristal.
Keluarga-keluarga ini dapat digambarkan oleh panjang relatif dari tiga sumbu
kristalografi, dan sudut di antara mereka; hubungan ini sesuai dengan operasi
simetri yang mendefinisikan kelompok titik yang lebih sempit. Mereka
dirangkum di bawah ini; a, b, dan c mewakili sumbu, dan α, β, γ mewakili sudut
yang berlawanan dengan sumbu kristalografi masing-masing (misalnya α adalah
sudut yang berlawanan dengan sumbu-a, yaitu sudut antara sumbu b dan c).
8. Kekerasan
Kekerasan mineral menentukan seberapa besar ia bisa menahan goresan. Sifat
fisik ini dikendalikan oleh komposisi kimia dan struktur kristal mineral.
Kekerasan mineral tidak selalu konstan untuk semua sisi, yang merupakan fungsi
dari strukturnya; kelemahan kristalografi membuat beberapa arah lebih lembut
dari yang lain.  Contoh dari properti ini ada dalam kyanite, yang memiliki
kekerasan Mohs 5½ sejajar dengan [001] tetapi 7 sejajar dengan [100]. Skala
pengukuran yang paling umum adalah skala kekerasan Mohs ordinal.
Didefinisikan oleh sepuluh indikator, mineral dengan indeks yang lebih tinggi
menggores yang di bawahnya. Skala berkisar dari bedak, filosilikat, hingga intan,
karbon polimorf yang merupakan bahan alami paling sulit.
9. Warna dan coretan
Warna biasanya bukan properti diagnostik mineral. Yang ditampilkan adalah
uvarovite hijau (kiri) dan grossular merah-merah muda (kanan), keduanya garnet.
Fitur diagnostik akan mencakup kristal dodecahedral, kilau resin, dan kekerasan
sekitar 7. Warna adalah sifat paling jelas dari suatu mineral, tetapi seringkali
bersifat non-diagnostik. Ini disebabkan oleh radiasi elektromagnetik yang
berinteraksi dengan elektron (kecuali dalam kasus pijar, yang tidak berlaku untuk
mineral). Dua kelas elemen yang luas (idiochromatic dan allochromatic)
didefinisikan sehubungan dengan kontribusinya terhadap warna mineral: Elemen
idiochromatic sangat penting untuk komposisi mineral; kontribusi mereka
terhadap warna mineral bersifat diagnostik.
Contoh mineral tersebut adalah perunggu (hijau) dan azurit (biru). Sebaliknya,
unsur-unsur alokromatik dalam mineral hadir dalam jumlah jejak sebagai
pengotor. Contoh dari mineral seperti itu adalah varietas ruby dan safir dari
mineral korundum. Warna-warna mineral pseudokromatik adalah hasil dari
gangguan gelombang cahaya. Contohnya termasuk labradorit dan bornit.
C. Pembentukan mineral lingkungan magmatik

Lingkungan ini mempunyai karakter yang sangat khas, yaitu memiliki tekanan dan
temperatur yang sangat tinggi, dan tentunya sangat berhubungan dengan aktivitas
magma. Berdasarkan keterjadiannya, lingkungan magmatik ini dibagi menjadi empat
tipe, yaitu Batuan beku, Pegmatit, Urat hidrotermal, dan Deposit mata air panas.
1. Batuan Beku
Tersusun atas mineral-mineral yang sederhana. Terdapat 7 kelompok mineral yang
terdapat pada batuan beku, yaitu : kelompok kuarsa, feldspar, feldspatoid,
piroksen, hornblende, biotit, dan olivin. Kisaran jumlah dari mineral-mineral
penting yang terdapat dalam batuan beku sangat lebar. Ada juga batuan beku yang
mengandung hampir 100% mineral yang sama, contohnya seperti Dunit yang
hampir seluruhnya tersusun atas mineral olivine.
Berdasarkan warnanya, mineral batuan beku dibagi menjadi 3 kelompok,
yaitu Leucocratic (terang), Mesocratic (sedang), dan Melanocratic (gelap). Pengel
ompokkan ini didasarkan pada kandungan dari mineral fero-magnesium. Semakin
banyak kandungan mineral tersebut, maka warna nya akan semakin gelap.
Lingkungan geologi tertentu akan memberikan pengaruh tertentu yang tercermin
terhadap ukuran butir mineralnya. Selain itu tekstur pada batuan beku juga
mencerminkan kondisi pembekuannya, urutan kristalisasi, komposisi, viskositas
magma, kecepatan pembekuan, dan pertumbuhan kristalnya.
Pembekuan kristal yang cepat akan menghasilkan kristal yang kecil. Hal ini
disebabkan karena tidak tersedia waktu yang cukup untuk membentuk kristal yang
sempurna. Biasanya terjadi di permukaan saat kontak langsung dengan air ataupun
udara saat magma keluar. Tekstur yang dihasilkan adalah afanitik (halus).
Sedangkan, pembekuan yang lambat akan menghasilkan membentuk kristal yang
besar, karena masih memiliki waktu yang cukup untuk membentuk itu.
Pembekuan yang lambat ini terjadi di dalam perut bumi, dan menghasilkan batuan
beku dengan tekstur faneritik (kasar). Berdasarkan kandungan SiO2 nya, batuan
beku dibedakan menjadi 4 jenis. Batuan beku asam yang mengandung lebih dari
65% silika, ex: Granit.
Batuan beku menengah (intermediate) yang mengandung silika antara 53%-65%,
ex: Diorit, Syenit. Batuan beku basa dengan kandungan silika antara 45%-53%,
ex: Gabbro. Batuan beku ultrabasa yang mengandung silika <45%, ex: Dunit,
Peridotit.
2. Pegmatit dan Urat-Urat Hidrotermal
Pegmatit ini terbentuk dari cairan silikat sisa proses kristalisasi fraksional yang
kaya akan kandungan alkali, alumunium, mengandung air, dan zat volatil.
Cairannya tidak selalu berbentuk cair disebabkan karena konsentrasi volatil.
Apabila mencukupi, tekanan volatil akan menginjeksi cairan di sepanjang
permukaan lemah pada batuan yang merupakan bagian dari batuan beku intrusi
yang sama, ataupun batuan lain yang sudah terbentuk lebih awal.
Kebanyakan pegmatit yang dijumpai berasosiasi dengan batuan plutonik,
umumnya granit. Pegmatit granit terutama tersusun oleh kuarsa dan feldspar alkali,
serta sejumlah muskovit dan biotit. Dengan demikian, komposisinya mirip dengan
granit, namun berbeda dalam tekstur. Pegmatit bertekstur khusus, yaitu berbutir
sangat kasar, dan berbentuk tabular.
3. Deposit Hidrotermal
Merupakan pengembangan dari pegmatit. Ciri-cirinya adalah urat-urat yang
mengandung sulfida, yang mengisi rekahan pada batuan semula. Namun juga
dapat berupa suatu massa tak teratur, yang mengganti seluruh atau sebagian
batuan. Proses hidrotermal ini merupakan suatu proses yang penting dalam
pembentukan mineral-mineral bijih. Berdasarkan tingkat kedalaman dan suhunya,
deposit hidrotermal dibagi menjadi 3 jenis, yaitu :
 Deposit hidrotermal : suhu antara 300-500 derajat C, dan terbentuk di
kedalaman yang sangat dalam. Dicirikan oleh mineral Molibdenit [MoS2],
Kasiterit [SnO2], Skhelit [CaWO4].
 Deposit mesotermal : suhu antara 200-300 derajat C, dengan kedalaman yang
menengah. Mineral yang mecirikannya adalah mineral-mineral sulfida
seperti Pirit [FeS2], Galena [PbS]. Urat kuarsa mengandung emas yang
merupakan suatu deposit penting, mungkin adalah deposit mesotermal.
 Deposit epitemal : terbentuk pada temperatur rendah, antara 50-200 derajat
C. Mineral pencirinya adalah  Perak native [Ag],  Emas native  [Au], 
Silvanit [(Au,Ag)Te2].
4. Deposit Air Panas dan Fumarol
Deposit air panas merupakan hidrotermal yang sampai ke permukaan. Mineral
yang dijumpai adalah silika opal, sejumlah kecil sulfur, dan sulfida.
Sedangkan, deposit fumarol terdapat pada gunungapi yang masih aktif. Gas-gas
panasnya mengendapkan mineral-mineral seperti sulfur, dan khlorida,
terutama Khlorida Amonium [NH3Cl]. Selain itu, mungkin juga
terdapat Magnetit [Fe3O4], Hematite [Fe2O3], dan Realgar.

D. Pembentukan mineral lingkungan sedimen

Proses sedimentasi merupakan perpaduan dari interaksi atmosfer dan hidrosfer


terhadap lapisan kerak bumi. Dalam proses sedimentasi terdapat fase pelapukan, yang
dapat menyebabkan mineral berubah menjadi mineral-mineral baru yang bersifat lebih
stabil daripada sebelumnya. Pada kebanyakan lingkungan pengendapan, proses yang
berlangsung adalah oksidasi karena terkena pengaruh dari atmosfer. Namun, di beberapa
tempat ada yang tidak terkena kontak atmosfer, sehingga proses yang berlangsung
adalah reduksi.
Berdasarkan stabilitas mineralnya, lingkungan sedimen dibagi menjadi 6
klasifikasi:
1. Resistat
Merupakan endapan yang tersusun atas mineral yang tahan terhadap pelapukan,
sehingga tidak mengalami perubahan. Salah satu mineral yang dikenal paling
tahan terhadap pelapukan adalah Kuarsa [SiO2]. Kadar silika dalam sedimen-
sedimen resistat dapat mencapai 90%, sehingga sangat cocok untuk digunakan
sebagai sumber dalam perindustrian. Mineral-mineral lainnya yang tahan terhadap
pelapukan adalah  Zirkon [ZrSiO4], Andalusit  [Al2SiO5], Topaz
[Al2SiO4(OH,F)2]. Endapan resistat disebut juga sebagai "placer deposit" karena
bernilai ekonomi.
2. Hidrolisat
Terbentuk dari mineral-mineral silikat yang mengalami proses dekomposisi kimia.
Mineral yang paling umum terdapat di endapan ini adalah mineral lempung,
berupa aluminosilikat hidrat yang bertekstur filosilikat dengan ukuran butir yang
sangat halus.
Di daerah tropis, tempat dimana perbedaan basah dan kering sangat kontras,
proses pelapukan akan terjadi lebih baik, dan dapat menghasilkan endapan
aluminosilikat yang sangat bagus. Yaitu, dengan hilangnya kandungan silika, dan
meninggalkan residu berupa oksida alumunium hidrat, seperti Gibsit [Al(OH)3].
Residu ini dikenal dengan "endapan bauksit", merupakan endapan komersial yang
menghasilkan bijih alumunium.
3. Oksidat
Merupakan endapan hidroksida feri, yang merupakan hasil oksidasi senyawa besi
dalam suatu larutan, dan mengendap. Contohnya adalah Gutit [HFeO2] yang
memberikan warna coklat, dan Hematit [Fe2O3] yang memberikan warna merah.
Bila kedua mineral ini terdapat dalam jumlah yang besar, maka dapat menjadi
sangat bernilai karena bijih besinya. Mineral lainnya yang terdapat pada endapan
oksidat adalah mangan. Contohnya adalah  Manganit [MnO(OH)], dan 
Psilomelane [(Ba,H2O)2Mn5O10], yang sebagian besar tersusun atas MnO2.
4. Reduzat
Terbentuk karena proses reduksi, dikarenakan tempat terbentuknya yang terisolir
dari atmosfer, sehingga kekurangan oksigen. Endapan jenis ini jarang sekali
dijumpai. Di laut, biasanya endapan ini terdapat pada daerah palung. Dengan
kondisi yang tenang, pengendapan material-material organik, akan menyebabkan
berkurangnya oksigen, dan terbentuk H2S. Contoh mineral yang terbentuk adalah
Pirit (pada keadaan asam), dan Markasit (pada keadaan yang lebih asam).
Di darat, pengendapan dari bahan rombakan tumbuhan-tumbuhan akhirnya akan
berubah menjadi lapisan-lapisan batubara. Dengan keadaan reduksi yang tinggi,
memungkinkan terjadinya pengendapan karbonat fero berupa Siderit, yang dapat
digunakan menjadi deposit bijih besi.
Mineral lain yang terbentuk dalam suasana reduksi adalah Sulfur [Cu], yang
biasanya dijumpai berasosiasi dengan kubah garam dan minyak bumi.
5. Presipitat
Endapan ini berhubungan dengan berbagai aktivitas organisme yang mensekresi
gamping, maka dari itu tempat yang paling baik bagi pengendapan jenis ini
(karbonatan) adalah di bawah laut. Bentuk kalsium karbonat yang paling stabil
adalah Kalsit, namun dapat juga terbentuk Aragonit. Araganit dapat berubah
menjadi kalsit, ataupun tetap menjadi aragonit, hal itu dapat terjadi apabila
strukturnya berubah menjadi lebih stabil, karena kandungan ion-ion asing. Selain
itu, kalsit dan aragonit dapat diendapkan di lingkungan terestrial, seperti di dalam
gua batugamping, yang di sekelilingnya terdapat mata air yang jenuh akan
kandungan CaCO3.
Salah satu presipitat laut yang jarang ditemukan, namun sangat bernilai dari segi
ekonomi adalah Fosforit yang digunakan sebagai sumber pupuk fosfat.Seperti
yang kita ketahui, air laut di bagian dasar samudera sangat jenuh oleh fosfat
kalsium, dan karena terjadi perubahan pada kondisi fisik-kimianya, walaupun
hanya sedikit akan menyebabkan fosforit terpresipitasi. Bila sedimentasi dari
bahan-bahan lainnya lebih sedikit, maka akan terbentuk lapisan fosforit yang lebih
murni.
6. Evaporit
Proses penting dalam pembentukan sedimen evaporit adalah penguapan. Endapan
ini mempunyai fungsi khusus, yaitu untuk menginterpretasi sejarah geologi daerah
itu, sebagai indikator untuk keadaan yang kering. Berdasarkan asal mula
pengendapannya, sedimen evaporit dibagi menjadi 2, yaitu:
Endapan evaporit marin terbentuk di laut yang disebabkan oleh air laut yang
menguap. Apabila air laut menguap pada keadaan yang alami, maka yang pertama
kali akan mengendap adalah kalsium karbonat, diikuti oleh dolomit. Dengan
berlanjutnya evaporasi, terendapkanlah kalsium sulfat, yang dapat berupa gipsum,
yang bergantung kepada temperatur dan salinitas air laut, dan pada giliran
berikutnya akan terbentuk halit. Kebanyakan endapan evaporit terdiri atas kalsium
karbonat, namun pada keadaan tertentu dapat juga terendapkan garam kalsium dan
magnesium.
Endapan evaporit non marin relatif jarang ditemui, atau sangat terbatas, baik
dalam penyebarannya maupun besarnya, tetapi sangat penting dalam arti ekonomi,
karena endapan ini menghasilkan senyawa Boron [B] dan Yodium [I]. Endapan ini
terbentuk di darat karena menguapnya suatu danau garam. Disamping kedua
senyawa tadi, terkandung pula nitrat-nitrat, sejumlah garam kalsium, bromida, dan
gipsum.

E. Pembentukan mineral lingkungan metamorfik

Lingkungan ini berada jauh di bawah permukaan bumi dengan suhu dan tekanan
ekstrem yang menyebabkan re-kristalisasi pada material batuan, namun tetap terjadi
pada fase padat. Faktor lain yang sangat penting dalam metamorfisme adalah aksi dari
cairan kemikalia aktif, karena cairan tersebut dapat merangsang terjadinya reaksi melalui
larutan dan pengendapan kembali. Jika terjadi perubahan material batuan yang
disebabkan oleh cairan ini, maka prosesnya disebut dengan  metasomatisme.
Tipe-Tipe Metamorfisme & Batuan Metamorf.
Terdapat 2 tipe metamorfisme, yaitu;
1. Metamorfisme termal 
Metamorfisme termal adalah tipe yang berkembang di sekitar tubuh batuan
plutonik. Pada tipe ini, temperatur metamorfisme ditentukan oleh jauh dekatnya
dengan intrusi magma. Batuan khas dari metamorfisme ini adalah batutanduk
(hornfels). Batu ini mempunyai butir yang halus, dan terkadang mengandung
mineral yang mempunyai kristal yang besar. Berdasarkan komposisi mineralnya,
batutanduk terbagi menjadi batutanduk biotit, piroksen, dan silikat gamping.
2. Metamorfisme regional 
Metamorfisme regional adalah jenis metamorfisme yang berkembang pada suatu
daerah yang sangat luas, sekitar 1.500 km persegi. Batuan khas dari metamorfisme
ini adalah Gneiss, yang merupakan batuan yang berfoliasi kasar, yang berupa
suaru lapisan yang kontras dengan tebal 1-10mm, dan biasanya berseling di antara
mineral terang dan gelap. Sedangkan Sekis adalah batuan foliasi halus dengan
laminasi yang berkembang baik, sehingga, jika batuan itu pecah, maka akan
terpecah pada bidang laminasi tersebut.

Mineralogi batuan metamorf seperti yang sudah disebutkan sebelumnya, faktor


utama yang mengontrol derajat metamorfisme adalah temperatur. Namun, batas antara
temperatur setiap derajat metamorfisme tidak dapat diketahui secara pasti.
Dalam prakteknya, derajat metamorfisme dapat diketahui dengan mineraloginya. Yaitu
dengan melihat mineral yang hilang dan muncul secara bersamaan.
Contohnya, Biotit adalah mineral yang paling umum di batuan metamorf, namun
tidak ditemukan di metamorf yang berderajat rendah, dan digantikan dengan Muskovit
dan Khlorit. Dalam batuan metamorf berderajat rendah, mineral plagioklas muncul
sebagai albit, yang akan bertambah kandungan kalsiumnya seiring dengan meningkatnya
derajat metamorfisme. Mineral lain seperi kuarsa dapat ditemukan hampir di semua
derajat metamorfisme, sehingga tidak bisa dijadikan indikator dari derajat
metamorfisme.
Batuan metamorf adalah batuan yang terbentuk dari proses metamorfisme batuan-
batuan sebelumnya karena perubahan temperatur dan tekanan. Metamorfisme terjadi
pada keadaan padat (padat ke padat) meliputi proses kristalisasi, reorientasi dan
pembentukan mineral-mineral baru serta terjadi dalam lingkungan yang sama sekali
berbeda dengan lingkungan batuan asalnya terbentuk. Banyak mineral yang mempunyai
batas-batas kestabilan tertentu yang jika dikenakan tekanan dan temperatur yang
melebihi batas tersebut maka akan terjadi penyesuaian dalam batuan dengan membentuk
mineral-mineral baru yang stabil.
Disamping karena pengaruh tekanan dan temperatur, metamorfisme juga
dipengaruhi oleh fluida, dimana fluida (H2O) dalam jumlah bervariasi di antara butiran
mineral atau pori-pori batuan yang pada umumnya mengandung ion terlarut akan
mempercepat proses metamorfisme.

Anda mungkin juga menyukai